Tanggal Terbit :
SOP
Tgl. Ditetapkan :
Halaman :
Drg. Aris Setyawan,
Klinik Panti
MPH.M.Ked.Kin,Sp.BM (K)
Agape
1/2
Infeksi paru
Status sosial-ekonomi
Nutrisi.
Komorbiditas
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
a. Sianosis sentral pada membran mukosa mungkin ditemukan
b. Abnormalitas dinding dada yang menunjukkan hiper inflasi paru
termasuk iga yang tampak horizontal, barrel chest (diameter antero-
posterior dan transversal sebanding) dan abdomen yang menonjol
keluar
c. Hemidiafragma mendatar
d. Laju respirasi istirahat meningkat lebih dari 20 kali/menit dan polam
napas lebih dangkal
e. Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu), laju
ekspirasi lebih lambat memungkinkan pengosongan paru yang
lebih efisien
f. Penggunaan otot bantu napas adalah indikasi gangguan pernapasan
g. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di
leher dan edema tungkai
2. Palpasi dan Perkusi
a. Sering tidak ditemukan kelainan pada PPOK
b. Irama jantung di apeks mungkin sulit ditemukan karena hiperinflasi
paru
c. Hiperinflasi menyebabkan hati letak rendah dan mudah di palpasi
3. Auskultasi
a. Pasien dengan PPOK sering mengalami penurunan suara napas
tapi tidak spesifik untuk PPOK
b . Mengi selama pernapasan biasa menunjukkan keterbatasan
aliran udara. Tetapi mengi yang hanya terdengar setelah
ekspirasi paksa tidak spesifik untuk PPOK
c. Ronki basah kasar saat inspirasi dapat ditemukan
d. Bunyi jantung terdengar lebih keras di area xiphoideus
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah uji jalan
6 menit yang dimodifikasi. Untuk di Puskesmas dengan sarana terbatas,
evaluasi yang dapat digunakan adalah keluhan lelah yang timbul atau
bertambah sesak.
Penegakan Diagnostik
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang.
Penatalaksanaan
1. Pemberian obat obatan
a. Bronkodilator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi (MDI), kecuali
1/2
pada eksaserbasi digunakan oral atau sistemik atau preparat
tidak tersedia/tidak terjangkau.
Bronkodilator diberikan secara rutin (bila gejala menetap) atau
hanya bila diperlukan (gejala intermitten)
Ada tiga golongan bronkodilator yaitu Agonis β-2 (salbutamol),
Antikolinergik (ipratropium bromide), dan Metilxantin (aminofilin).
Dianjurkan bronkodilator kombinasi daripada meningkatkan dosis
bronkodilator mono
b. Anti inflamasi Steroid, pada:
PPOK yang menunjukkan respons pada uji steroid
PPOK dengan FEV1 <50% prediksi (stadium lIB dan III)
Eksaserbasi akut. Pada eksaserbasi dapat digunakan dalam
bentuk oral atau sistemik. Pilihan utama: metilprednisolon atau
prednison. Untuk penggunaan jangka panjang pada PPOK stabil
hanya bila uji steroid positif.
c. Obat-obat tambahan lain
Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator): ambroksol, karbosistein,
gliserol iodida Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan
sebagai pengobatan simtomatik bila terdapat dahak yang lengket
dan kental.
Antioksidan: N-asetil-sistein
Imunoregulator (imunostimulator, imunomodulator): tidak rutin
Antitusif: tidak rutin
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu.
Penggunaan secara rutin merupakan kontraindikasi.
Vaksinasi: influenza, pneumokokus
Antibiotik. Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk
pencegahan eksaserbasi. Pilihan antibiotik pada eksaserbasi
disesuaikan dengan pola kuman setempat.
2. Pengobatan penunjang
a. Rehabilitasi: latihan fisik, latihan endurance, Chest
physiotherapy rehabilitasi psikososial
b. Edukasi
c. Berhenti merokok
d. Latihan fisik dan respirasi
e. Nutrisi: Overweight maupun underweight adalah masalah.
Penurunan BMI adalah faktor risiko tergantung pada
mortalitas pasien PPOK. Pasien yang mengalami kesulitan
bernapas saat makan disarankan makan dalam jumlah kecil
tapi sering. Sedangkan pada pasien yang kehilangan berat
badan, dengan memperbaiki keadaan nutrisi, dapat
meningkatkan kekuatan otot pernapasan, diet rendah
karbohidrat
3. Terapi oksigen
1/1
Harus berdasarkan analisa gas darah baik pada penggunaan
jangka panjang atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak
berhati hati dapat menyebabkan hiperkapnia dan memperburuk
keadaan. Penggunaan jangka panjang pada PPOK stabil derajat
berat dapat memperbaiki kualitas hidup. Tata laksana oksigen
jangka panjang (>15 jam sehari), yaitu pada pasien dengan
exertional hypoxemia dan nocturnal hypoxemia
4. Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU pada eksaserbasi berat.
Ventilasi mekanik noninvasif digunakan di ruang rawat atau di
rumah sebagai perawatan lanjutan setelah eksaserbasi pada
PPOK berat.
5. Operasi paru
Dilakukan bulektomi bila terdapat bulla yang besar atau
transplantasi paru (masih dalam proses penelitian di negara maju).
6. Vaksinasi influenza
Untuk mengurangi timbulnya eksaserbasi pada PPOK stabil.
Vaksinasi influenza diberikan pada:
a. Pasien usia > 60 tahun
b. PPOK sedang dan berat
Diagram alir
Unit terkait
Dokumen
terkait
Hal terkait
1/2
PROSEDUR PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK Ditetapkan :
No. Dokumen : Direktur Rumah Sakit
Trimedika Ketapang
No. Revisi :
DAFTAR
Tanggal Terbit :
TILIK
Tgl. Ditetapkan :
Halaman :
Drg. Aris Setyawan,
Klinik Panti MPH.M.Ked.Kin,Sp.BM (K)
Agape
UNIT :
NAMA PETUGAS :
TANGGAL PELAKSANAAN :
Tidak
No Kegiatan Ya Tidak
Berlaku
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Grobogan, ...................................
Observer
(...........................................)
1/1