Anda di halaman 1dari 2

PENYAKIT PARU

OBSTRUKSI KRONIK
Nomor:
SOP No.Revisi:
Tgl.Terbit:
Halaman: 1/2

UPT Puskesmas Rawat dr.Jhoni Effensyah


InapSukaraja NIP.119831027 201101 1 002

1. Pengertian PPOK adalah penyakit paru kronik yang dapat dicegah dan diobati,
dikarakteristikkan dengan hambatan aliran udara yang persisten, progresif
dan berhubungan dengan peningkatan respons inflamasi kronis di paru
terhadap partikel dan gas berbahaya.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah penatalaksanaan PPOK


dalam rangka peningkatan mutu dan kinerja di Puskesmas Sukaraja.

3. Kebijakan
SK Kepala Puskesmas
4. Referensi Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer , Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

5. Prosedur 1. Dokter melakukan anamnesa


Keluhan penyakit PPOK adalah
 Sesak napas
 Kadang-kadang disertai mengi
 Batuk kering atau dengan dahak yang produktif
 Rasa berat di dada
2. Dokter melakukan Pemeriksaan fisik:
a. Inspeksi ; Sianosis sentral pada membran mukosa mungkin
ditemukan, Abnormalitas dinding dada ; barrel chest ; Laju
respirasi istirahat meningkat lebih dari 20 kali/menit dan pola
napas lebih dangkal ; Pursed - lips breathing (mulut setengah
terkatup mencucu), Penggunaan otot bantu napas adalah
indikasi gangguan pernapasan. Bila telah terjadi gagal jantung
kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai
b. Palpasi dan Perkusi ; Sering tidak ditemukan kelainan pada
PPOK; Irama jantung di apeks mungkin sulit ditemukan
karena hiperinflasi paru ; Hiperinflasi menyebabkan hati letak
rendah dan mudah di palpasi
c. Auskultasi ;Mengi selama pernapasan biasa menunjukkan
keterbatasan aliran udara. Tetapi mengi yang hanya terdengar
setelah ekspirasi paksa tidak spesifik untuk PPOK ; Ronki
basah kasar saat inspirasi dapat ditemukan ; Bunyi jantung
terdengar lebih keras di area xiphoideus
3. Dokter melakukan pemeriksan penunjang : Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah uji jalan 6 menit yang
dimodifikasi. Untuk di Puskesmas dengan sarana terbatas,
evaluasi yang dapat digunakan adalah keluhan lelah yang timbul
atau bertambah sesak.
4. Petugas menegakkan diagnose dan membuat resep untuk pasien
Penatalaksanaan
 Obat-obatan dengan tujuan mengurangi laju beratnya penyakit
dan mempertahankan keadaan stabil.
 Bronkodilator dalam bentuk oral, golongan β2 agonis
(salbutamol) sesuai dengan berat badan dan beratnya penyakit.
Untuk dosis pemeliharaan, bisa digunakan salbutamol 4 mg 3x
sehari
 Kortikosteroid seperti dexametasone dan metilprednisolon.
PENATALAKSANAAN
PENYAKIT PARU
OBSTRUKSI KRONIK
Nomor:
SOP No.Revisi:
Tgl.Terbit:
Halaman: 2/2

UPT Puskesmas Rawat dr.Jhoni Effensyah


Inap Sukaraja NIP.119831027 201101 1 002

 Mukolitik (ambroxol) dapat diberikan bila sputum mukoid.


Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi
 Oksigen (bila tersedia);
 Bronkodilator Pada kondisi eksaserbasi, dosis dan atau
frekuensi bronkodilator kerja pendek ditingkatkan dan
dikombinasikan dengan antikolinergik. Bronkodilator yang
disarankan adalah dalam sediaan inhalasi (ventolin).
Kortikosteroid diberikan dalam dosis 30 mg/hari diberikan
maksimal selama 2 minggu. Pemberian selama 2 minggu tidak
perlu tapering off.
 Antibiotik yang tersedia di Puskesmas misalnya ceftriaxone
atau cefotaxim.
 Pada kondisi telah terjadi kor pulmonale, dapat diberikan
diuretik dan perlu berhati-hati dalam pemberian cairan.
8. Kriteria rujukan
 Untuk memastikan diagnosis dan menentukan derajat PPOK
 PPOK eksaserbasi yang tidak membaik dengan penanganan di
Puskesmas
 Rujukan untuk penatalaksanaan jangka panjang
6. Diagram Alir
(bila perlu)

7. Hal-hal yang perlu


diperhatikan Kebiasan merokok yang sulit untuk dihentikan

8. Unit terkait Poli umum


MTBS
KIA
UGD
Rawat Inap

9. Dokumen terkait Rekam medis


Formulir rujukan
Resep
Formulir persetujuan tindakan
10.Rekaman Historis No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
Perubahan Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai