Anda di halaman 1dari 24

KUMPULAN PPK

POLI PARU

RUMAH SAKIT UMUM AGUNG MULIA PACITAN


JL. SASUIT TUBUN NO.25 SIDOHARJO-PACITAN
TELP. (0357) 884466 FAX. 8877301
Eamil. rsagungmulia@yahoo.com
DAFTAR ISI
ASMA........................................................................................................................................2
PPOK..........................................................................................................................................4
TUBERKULOSIS......................................................................................................................6
PNEUMONIA............................................................................................................................8
PNEUMONIA ASPIRASI.......................................................................................................10
BATUK DARAH / HEMOPTOE............................................................................................12
BRONKITIS AKUT................................................................................................................14
PNEUMONIA DENGAN SEPSIS..........................................................................................16
PNEUMOTHORAKS..............................................................................................................18
PROSEDUR PASANG WSD..................................................................................................20
PROSEDUR THORACENTESIS...........................................................................................21
PROSEDUR BRONKOSKOPI...............................................................................................22
PROSEDUR SPIROMETRI....................................................................................................23
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
ASMA

1. Pengertian (Definisi) Gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan banyak sel
dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsive jalan napas yang menimbulkan gejala episodic
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk
terutama malam atau dini hari. Episode tersebut berhubungan dengan
obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan sering kali bersifat
reversible dengan atau tanpa pengobatan.
2. Anamnesis 1. Gejala Episodik berupa mengi
2. Sesak Nafas
3. Dada terasa berat
4. Batuk terutama malam hari atau dini hari
3. Pemeriksaan Fisik 1. Wheezing
2. Ekspirasi memanjang
4. Kriteria Diagnosis a. Sesuai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik
b. Dua dari 4 anamnesis dan 1 dari 2 pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Asma Bronchial
6. Diagnosis Banding PPOK
TB Paru
Pneumonia
Tumor Paru
CHF
7. Pemeriksaan a. Umum
Penunjang Darah perifer lengkap, SGOT, SGPT, BUN,
Ureum, Creatinin
Foto thoraks
EKG
b. Khusus
Spirometri jika stabil
8. Terapi Medikamentosa
1) Infus kristaloid
2) Nebulizer ipatoprium+salbutamol dan futikason 3x1
3) Injeksi mukolitik 3x1
4) Drip golongan xantin jika diperlukan
5) Injeksi Kortikosteroid jika diperlukan
6) Injeksi Antibiotik Empiris jika diperlukan selama 3-5 hari, dapat
diganti per oral jika klinis membaik
7) Obat batuk syrup 3xCI jika diperlukan
Non medikamentosa
Oksigenasi posisi ½ duduk atau duduk
fisioterapi jika diperlukan
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
Khusus
ICU jika terjadi gagal napas
1) Bronkoskopijika diperlukan, bila terdapat
a) Retensi sputum
b) Atelectasis
2) Ventilator mekanis jika terjadi gagal napas
9. Edukasi Edukasi Gizi dan Pola Makan, Edukasi Terapi, Edukasi Faktor
Resiko
10. Obat Pulang Obat pelega napas
Simtimatik
Antibiotik bila perlu
11. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam
Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat Rekomendasi C

14. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P


15. Indikator Medis 80% dilakukan terapi tidak jatuh dalam kondisi gagal nafas
80% pasien asma dirawat selama 3 hari
16. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
PPOK
1. Pengertian (Definisi) Penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara di
dalam jalan napas yang tidak sepenuhnya reversible
2. Anamnesis 1. Sesak napas
2. Batuk kronik
3. Produksi sputum kronik
4. Riwayat pajanan menahun polusi atau partikel iritan : rokok, asap,
partikel debu atau kimia
3. Pemeriksaan Fisik 1. Wheezing
2. Ekspirasi memanjang
3. Ronki Basah Halus/Kasar/bronkovesikuler
5. Kriteria Diagnosis Sesuai dengan 2 dari 4 anamnesis dan 1 dari 3 pemeriksaan fisik
6. Diagnosis Kerja PPOK
7. Diagnosis Banding - Asma
- Bronkiektasis
- Pneumonia
- TB
8. Pemeriksaan Penunjang a. Umum
Foto toraks PA,SputumMO, SPS
Darah Perifer Lengkap, SGOT, SGPT, BUN,
Ureum, Creatinin, Gula Darah Sewaktu
EKG
b. Khusus
Pemeriksaan Spirometri jika stabil
9. Terapi Medikamentosa
a. Infus kristaloid
b. Nebulizer ipatoprium+salbutamol dan futikason 3x1
c. Injeksi mukolitik 3x1
d. Drip golongan xantin jika diperlukan
e. Injeksi Kortikosteroid jika diperlukan
f. Injeksi Antibiotik Empiris jika diperlukan selama 3-5 hari, dapat
diganti per oral jika klinis membaik
g. Obat batuk syrup 3xCI jika diperlukan
Non medikamentosa
Oksigenasi,posisi ½ duduk atau duduk
fisioterapi jika diperlukan
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

Khusus
ICU jika terjadi gagal napas
Bronkoskopijika diperlukan, bila terdapat
Retensi sputum atau Atelectasis
Ventilator mekanis jika terjadi gagal napas
10. Edukasi Edukasi Gizi dan Pola Makan, Edukasi Terapi,Edukasi Faktor Resiko
11. Obat pulang Obat pelega napas
Simtomatis
Antibiotik bila perlu
12. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam
Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
13. Tingkat Evidens IV
14. Tingkat C
Rekomendasi
15. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P
16. Indikator Medis 80% pasien dengan PPOK dirawat selama 5 hari
17. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
TUBERKULOSIS

1. Pengertian (Definisi) Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis


2. Anamnesis 1) Batuk
2) Batuk Dahak
3) Batuk darah
4) Sesak napas
5) Nyeri Dada
6) Sputum Purulent
7) Nafsu makan turun
8) Berat badan turun
9) Keringat malam
10) Demam tidak tinggi
3. Pemeriksaan Fisik 1) Suara nafas bronchial
2) Ronki Basah Halus
3) Ronki Basah Kasar
4) Suara amforik
5) Perkusi redup pada lesi TB
6) Suara nafas menurun pada lesi
4. Kriteria Diagnosis Sesuai dengan 4 dari 10 anamnesis dan 1 dari 6 pemeriksaan fisik
ditambah foto toraks TB dan atau sputum BTA positif
5. Diagnosis Kerja Tuberkulosis
6. Diagnosis Banding Pneumonia, bronkiektasis, mikosisparu, tumor paru
7. Pemeriksaan Penunjang 1) Umum
Foto toraks PA& sputum BTA SP
Sputum MO & TCM jika diperlukan
Darah Perifer Lengkap, SGOT, SGPT, BUN,
Ureum, Creatinin, Gula Darah Sewaktu
EKG
2) Khusus
pemeriksaan ADA (adenosine deaminase)
Sitologi PA dan BTA Cairan Pleura jika diperlukan
8. Terapi Medikamentosa
1) Injeksi Paracetamol 10-20mg/kgbb/jam selama 3-4 kali jika panas
2) Injeksi Acetil Sistein 3 x 8cc atau injeksi bromhexine 3x1amp
3) Syrup batuk 3 x CI
4) OAT kategori I

Non medikamentosa
1) Istirahat
2) Oksigenasi
3) Infus kristaloid
4) Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

Khusus
1) Bronkoskopijika diperlukan, bila terdapat
Retensi sputum atau Atelectasis
2) Ventilator mekanis jika terjadi gagal napas
3) Nebulizer bila perlu
9. Edukasi Edukasi Gizi dan Pola Makan, Edukasi Terapi,Edukasi Faktor Resiko
10. Obat Pulang OAT kategori I
Symtomatis
11. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam
Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat Rekomendasi C
14. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P
15. Indikator Medis 80% pasien dengan TB tidak jatuh kedalam Empiema Paru/Efusi
Pleura
80% pasien dengan TB dirawat selama 5 hari
16. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR

PNEUMONIA
1. Pengertian (Definisi) Peradangan yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,
parasite, jamur, protozoa), selain disebabkan M.Tb.
2. Anamnesis 1. Batuk bertambah
2. Dahak produktif
3. Sesak napas
4. Dapat disertai demam / riwayat demam
3. Pemeriksaan Fisik 1. Ronki Basah Halus (RBH)
2. Ronki Basah Kasar (RBK)
3. Bronkial
4. Bronko vesikuler
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis pasti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat
infiltrate(baruatau progresif) / pneumonia ditambah minimal 2
gejala (1 klinis dan 1 laboratoris) di bawah ini :
a) Batuk-batuk bertambah
b) Perubahan karakteristik dahak/purulent
c) Suhu tubuh ≥ 38’c (aksila) /riwayat demam
d) Pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas
bronkial /bronkovesikuler /RBH/RBK
e) Leukosit dapat normal atau > 12.000 atau < 4.500
f) Total Limfosit Count < 1200 (Normal ≥1200)
5. Diagnosis Kerja Pneumonia
6. Diagnosis banding - Tumor paru
- TB paru
- Mikosis paru
- Efusi pleura (bila lesi terletak di lobus bawah paru)
7. Pemeriksaan 1. Umum
Penunjang a. Foto toraks PA atau AP
b. Laboratorium darah perifer lengkap
c. Sputum MO dan SPSbila perlu
d. Ureum, Creatinin, BUN
e. SGOT, SGPT,Gula Darah Sewaktu
2. Khusus
Pemeriksaan biakan mikroorganisme di dapat dari :
a. Darah
b. Aspirat trans trakea atau trans torakal
c. Bilasan bronkus
8. Terapi 1. Medikamentosa
1) Injeksi Cephalosporin generasi 1 atau 2 per 12 jam (kasus
pneumonia simple/CAP), atau
2) Injeksi Cephalosporin generasi 3 per 12 jam (jika riwayat
generasi 1 atau 2 tidak respon),atau
3) Drip Azitromycin 500mg 1x1 (pada kasus pneumonia aspirasi
/ atypical/geriatri)atau
4) Injeksi Ciprofloxacin 2x200mg atau injeksi levofloksasin
1x750mg
5) Injeksi Paracetamol 10-20mg/kgbb/jam selama 3-4 kali jika
panas
6) Injeksi Acetil Sistein 3 x 8cc atau injeksi bromhexine
3x1amp
7) Syrup mukolitik3 x CI.
8) Awal terapi antibiotik bersifat empiris dan harus diberikan< 8
jam, selama 3 hari dapat ditambah 2 hari . Pada komorbid
tetanus atau meningitis atau stroke dapat diberikan selama
perawatan
2. Non medikamentosa
1) Istirahat
2) Infus kristaloid
3) Oksigenasi
4) Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
3. Khusus
1) Bronkoskopijika diperlukan, bila terdapat
Retensi sputum atau Atelectasis
2) Ventilator mekanis jika terjadi gagal napas
3) Nebulizer bila perlu
9. Edukasi Gizi dan Pola Makan, Terapi dan Faktor Resiko
10. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam
Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
11. Obat pulang Antibbiotik
Simtimatis
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat Rekomendasi C
14. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P
15. Indikator Medis 80% dirawat selama 5 hari
16. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Pneumonia, Reviono. UNS Press.2017
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
Inhouse training PPRA RSUD Pacitan 16 Juni 2019
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
PNEUMONIA ASPIRASI
1. Pengertian (Definisi) Obstruksisisa saluran napas akibat inhalasi benda asing seperti
makanan atau cairan dan lain-lain kedalam saluran napas
2. Anamnesis 1) Dahak sulit keluar
2) Batuk
3) Sesak
4) Dapat disertai demam
3. Pemeriksaan Fisik 1) Ronki Basah Halus
2) Ronki Basah Kasar
3) Wheezing
4. Kriteria Diagnosis 1) Sesuai dengan Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
2) Gambaran Foto Thorax terdapat infiltrat atau normal
3) Didapatkan 2 dari 4 anamnesis dan salah satu dari pemeriksaan
fisik
5. Diagnosis Kerja Pneumonia Aspirasi
6. Diagnosis Banding Tumor paru, pneumonia
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Umum
Laboratorium Darah Perifer Lengkap, SGOT, SGPT, BUN,
Ureum, Creatinin, Gula Darah Sewaktu, Foto toraks PA atau AP
2. Khusus
Bronkoskopi, CT Scan toraks
8. Terapi Medikamentosa
1) Injeksi Cephalosporin generasi 1 atau 2 per 12 jam (kasus
pneumonia simple/CAP), atau
2) Injeksi Cephalosporin generasi 3 per 12 jam (jika riwayat generasi
1 atau 2 tidak respon),atau
3) Drip Azitromycin 500mg 1x1 (pada kasus pneumonia aspirasi /
atypical/geriatri) atau
4) Injeksi Ciprofloxacin 2x200mg atau injeksi levofloksasin
1x750mg
5) Injeksi Paracetamol 10-20mg/kgbb/jam selama 3-4 kali jika panas
6) Injeksi Acetil Sistein 3 x 8cc atau injeksi bromhexine 3x1amp
7) Syrup mucolitik3 x CI
8) Awal terapi antibiotik bersifat empiris dan harus diberikan< 8
jam, selama 3 hari dapat ditambah 2 hari . Pada komorbid tetanus
atau meningitis atau stroke dapat diberikan selama perawatan.

9) Non medikamentosa
1. Istirahat
2. Oksigenasi
3. Infus kristaloid
4. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
10)Khusus
Bronkoskopijika diperlukan, bila terdapat
a. Retensi sputum atau Atelectasis

11) Ventilator mekanis jika terjadi gagal napas


12) Nebulizer bila perlu
9. Edukasi Gizi dan Pola Makan, Terapi, dan Faktor Resiko
10. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam
Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
11. Obat pulang Antibiotik
Simtomatis
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat Rekomendasi C
14. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P
15. Indikator Medis 70% membaik jika dilakukan dengan bronkoskopi
80% dirawat selama 5 hari
16. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Pneumonia, Reviono. UNS Press.2017
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
BATUK DARAH / HEMOPTOE

1. Pengertian (Definisi) Ekspektorasi darah atau dahak berdarah, berasal dari saluran napas di
bawah pita suara
2. Anamnesis Batuk disertai dengan pengeluaran darah dari mulut. Darah bisa
banyak sekali (masif) dan dapat juga hanya dahak bercampur darah
3. Pemeriksaan Fisik 1) Ronki Basah Halus
2) Ronki Basah Kasar
3) Wheezing
4) Suara nafas bronchial
4. Kriteria Diagnosis Sesuai dengan anamnesis ditambah satu dari tiga pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Batuk Darah/Hemoptoe
6. Diagnosis Banding Epistaxis, perdarahan dari rongga mulut, hematemesis
7. Pemeriksaan 1) Umum
Penunjang Fototoraks PA, Lab darah perifer lengkap, SGOT, SGPT, BUN,
Ureum, Creatinin, Gula Darah Sewaktu
EKG
2) Khusus
CT scan toraks
Bronkoskopi
8. Terapi Medikamentosa
1) injeksi cephalosporin 1x2gr, atau injeksi levofloxacin 1x750mg
atau Drip Azitromisin 1x500 mg dalam ns 100cc habis dalam
4jam.
2) Injeksi Asam Traneksamat 3x500mg
3) Injeksi Vitamin K 3x1
4) Injeksi Vitamin C 3x1
5) Drip Adona 3x1 ampul
6) Injeksi acetyl 3x8cc atau Acetil Sistein 3x1kapsul
7) Injeksi Omeprazol 1x1 jika perlu
Non medikamentosa
1) Oksigenasi jika perlu
2) Bedrest Total
3) Infus asering
4) Diet tinggi kalori tinggi protein
5) Menenangkan dan mengistirahatkan penderita
6) Menjaga agar jalan napas tetap terbuka
7) Resusitasi cairan dengan kristaloid / koloid
8) Transfusi darah jika perlu
Khusus
Bronkoskopi
9. Edukasi Gizi dan Pola Makan, Terapi, Faktor Resiko

10. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam


Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
11. Obat pulang Antibiotik
Simtomatik
Penghenti perdarahan
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat Rekomendasi C

14. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P


15. Indikator Medis 80% membaik dengan terapi
80% pasien batuk darah dirawat selama 5 hari
16. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Kegawatan Respirasi Dalam Praktek Klinik. UNS press. 2017
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
BRONKITIS AKUT

1. Pengertian (Definisi) Proses radang akut pada saluran napas bawah. Tidak dijumpai
kelainan radiologi. Penyebab tersering adalah virus. Bila berlansung
lebih dari 5-7 hari dan terjadi perubahan warna sputum perlu
dipikirkan infeksi bakteri.
2. Anamnesis 1) Demam, batuk-batuk (dari batuk kering sampai berdahak)
2) sesak napas
3) nyeri dada.
3. Pemeriksaan Fisik 1) Ronki Basah Halus
2) Ronki Basah Kasar
3) Wheezing
4. Kriteria Diagnosis Sesuai dengan 2 dari 4 anamnesis dan 1dari 3 pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Bronkitis Akut
6. Diagnosis Banding Infeksi Saluran Napas Akut Atas
Bronkopneumonia
TB paru
7. Pemeriksaan 1) Foto torak PA
Penunjang 2) Laboratorium darah perifer lengkap, SGOT, SGPT, Ureum, BUN,
Creatinin, Gula Darah Sewaktu

8. Terapi Medikamentosa
a) Drip Azitromycin 500mg 1x1 atau injeksi levofloxacin 1x750mg
atau injeksi cephalosporin 1x2gr atau antibiotic oral jika klinis
infeksi ringan.
b) Antibiotik empiris diberikan minimal 3 hari sd 5 hari,
dibolehkan 2 hari jika klinis perbaikan (PDPI,Pneumonia)
c) Injeksi Paracetamol 10-20mg/kgbb/jam selama 3-4 kali jika
panas
d) Injeksi Acetil Sistein 3 x 8cc atau injeksi bromhexine 3x1amp
e) Syrup mukolitik3 x CI bila perlu
f) Nebulizer Combivent dan Flixotide 3x1 bila perlu

Non medikamentosa
1) Oksigenasi
2) Istirahat
3) Infus asering
4) Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

Khusus
1) Penghisapan lendir bila perlu dengan bronkoskopi
2) Ventilator mekanis jika terjadi gagal napas
9. Edukasi Gizi dan Pola Makan, Terapi, Faktor Resiko

10. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam


Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
11. Obat pulang Antibiotik
Simtomatik
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat Rekomendasi C

14. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P


15. Indikator Medis 80% membaik dengan terapi
80% pasien dengan bronkitis akut dirawat selama 5 hari
16. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
PNEUMONIA DENGAN SEPSIS

1. Pengertian (Definisi) Peradangan yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,


parasite, jamur, protozoa), bukan disebabkan M.Tb dengan
perburukan klinis
2. Anamnesis 1) Batuk
2) Dahak
3) Sesak
4) Dapat disertai demam/riwayat demam
3. Pemeriksaan Fisik 1) Ronki basah halus
2) Ronki Basah Kasar
3) Salah satu atau kedua diatas
4. Kriteria Diagnosis Dua atau lebih kriteria SIRS (updated 2016)
1) Nadi >90x/menit
2) Napas > 20x/menit
3) Suhu > 38’c atau <36’c
4) Leukosit > 12.000 atau < 4.000
Ditambah salahsatu atau lebih fokal infeksi dari :
1) Pemeriksaan fisik
2) Foto toraks ada infiltrat/pertambahan infiltrat
3) USG paru ditemukan konsolidasi /pleuropneumonia
5. Diagnosis Kerja Pneumonia dengan Sepsis
6. Diagnosis banding Tumor paru
TB paru
Mikosis paru
Pleuropneumonia
7. Pemeriksaan 1) Umum
Penunjang a) Foto toraks PA atau AP
b) Laboratorium darah perifer lengkap
c) Sputum MO dan SPS
d) Ureum, Creatinin, BUN
e) SGOT, SGPT
f) Gula Darah Sewaktu
2) Khusus
Pemeriksaan biakan mikroorganisme di dapat dari :
a) Darah
b) Bilasan bronkus
8. Terapi 1) Infus asering
2) Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
3) Medikamentosa
a) Injeksi ceftriaxone 1x2gr atau Cefpirome 2 x1gr dan
b) Injeksi ciprofloxacin 2x200mg atau drip Azitromisin 1x500mg
atau injeksi levofloxacin 1x750mg,dan
c) Injeksi metronidazol 3 x 500mg
d) Injeksi Paracetamol 3 x 1000mg jika panas
e) Injeksi Omeprazol 1x1 dapat dinaikkan 2x1
f) Injeksi Acetil Sistein 3 x 8cc atau 2x1 vial drip dalam ns100cc
habis 4jam jika perlu atau injeksi bromhexine 3x1 amp
g) Mucolitik Syrup 3 x CI jika perlu
h) Sucralfat syrup 3 x CI
i) Awal terapi antibiotic bersifat empiric dan harus diberikan < 8
jam,durasi maksimal 5 hari
j) Jangan mengganti antibiotik sebelum 48 jam atau berikan
minimal 2 hari.
4) Non medikamentosa
a) Istirahat
b) Oksigenasi
5) Khusus
a) Bronkoskopibila terdapat
Retensi sputum atau Atelectasis
b) Ventilator mekanis jika terjadi gagal napas
6) Nebulizer bila perlu
9. Edukasi Edukasi Gizi dan Pola Makan, Edukasi Terapi, Edukasi Faktor
Resiko
10. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam
Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
11. Obat pulang Antibiotik
Simtomatik
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat C
Rekomendasi
14. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P
15. Indikator Medis 80% dirawat selama 5 hari
16. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Updated sepsis 2016
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR

PNEUMOTHORAKS

1. Pengertian (Definisi) Udara bebas di dalam rongga pleura antara dinding dada dan paru
yang disebabkan oleh trauma dada, penyakit paru atau yang terjadi
secara spontan. Kadang-kadang terjadi pada perempuan akibat
endometriosis (yang terjadi bersamaan saat haid) juga dapat terjadi
akibat tindakan medis (iatrogenic) misal : TTNA, CVP dll
2. Anamnesis 1) Sesak napas
2) nyeri dada yang terjadi mendadak dan semakin memberat.
3) Pada pneumotoraks tekan (ventil pneumotoraks) sesak napas
semakin lama semakin hebat, nadi lebih cepat, gelisah, keringat
dingin dan sianosis.
3. Pemeriksaan Fisik 1) Bulging pada sisi dada yang terkena pneumothoraks
2) Suara paru menurun
3) Ronki Kasar atau Halus
4) Wheezing
5) Frekuensi nafas > 40kali permenit
4. Kriteria Diagnosis Sesuai dengan 2 dari 3 anamnesis dan 2 dari 5 pemeriksaan
fisikditambah foto toraks gambaran pneumotoraks
5. Diagnosis Kerja Pneumothoraks
6. Diagnosis Banding PPOK
Asma
IMA (Infark Miokard Akut)
Emboli paru
7. Pemeriksaan a. Umum
Penunjang 1) Foto toraks PA
1) Laboratorium Darah Perifer Lengkap, SGOT, SGPT, BUN,
Ureum, Creatinin, Gula Darah Sewaktu
b. Khusus (jika perlu)
1) CT Scan toraks
2) Bronkoskopi dengan tesmetilen blue (bila dicurigai ada fistula
bronko pleural)

8. Terapi 7) Infus asering


8) Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
9) Medikamentosa
a) Injeksi Azitromisin 1x500 mg
b) Injeksi Lefofoxacin 1x750 mg
c) Injeksi Paracetamol 3 x 1000mg
d) Drip Acetil Sistein 2 x 1
e) OBH Syrup 3 x 1
f) Nebulizer Combiven dan Flexsotid 3x1
10) Non medikamentosa
a) Istirahat
b) Oksigenasi
11) Khusus
a) Bronkoskopi bila terdapat
Retensi sputum atau Atelectasis
b) Ventilator mekanis jika terjadi gagal napas
c) Pemasangan WSD jika pneumotoraks > 10 %
d) Pleurodosis jika perlu
e) Continuous Suction jika perlu
9. Edukasi Gizi dan Pola Makan, Terapi,dan Faktor Resiko
10. Prognosis Ad vitam : dubia adbonam
Ad sanationam : dubia adbonam
Ad fungsionam : dubia adbonam
11. Obat pulang Antiibiotik
Simtomatis
12. Tingkat Evidens IV
13. Tingkat Rekomendasi C

14. Penelaah Kritis dr. Royani, SP.P


15. Indikator Medis 80% pasien dengan Pneumothoraks dirawat selama 7 hari

16. Kepustakaan SPM SMF Paru RSUP Persahabatan Jakarta 2007 revisi III
Kegawatdaruratan Respirasi dalam Praktik Klinik. UNS press, 2017
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI Surabaya,
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
PROSEDUR PASANG WSD

1. Pengertian (Definisi) Tindakan mengeluarkan cairan sedikit atau seluruhnya dari


cavum pleura dan memasukkan obat serta mengeluarkan udara
bebas.
2. Indikasi Terapeutik.
3. Kontra Indikasi Mutlak : tidak ada
Relatif :
1) Pasien tidak kooperatif
2) Trombosit < 100.000
3) Hb < 10
4. Persiapan Persiapan :
a. Pasien dirawat di rumah sakit
b. Foto Thorax dan Darah perifer lengkap
c. Informed consent
d. Pasang infus Asering
e. Konsul jantung bila perlu
5. Prosedur Tindakan 1) Pemeriksaan fisis dilokasi pungsi, cocokkan
dengan hasil Foto thorax
2) Asepsis dilokasi pungsi
3) Anastesi lokal Lidokain 10cc
4) Aspirasi dengan spuit 10cc , jika ada cairan
lanjutkan tindakan
5) Insisi dengan pisau bedah kurang lebih 1 cm
6) Dilatasi bertahap pada lubang tindakan
7) Masukkan chestube di ICS kemudian alirkan
dengan suction set kedalam plabot infus berisi 1/3 cairan,
klem
8) Jahit tabaksak
9) Klem alirkan
10) Pasang perban tindakan selesai
11) Catat warna dan jumlah cairan yang tertampung
12) Membuat laporan tindakan
13) Memeriksakan cairan ke laboratorium sitologi
PA dan BTA jika perlu

6. Pasca Prosedur Tindakan a. Melihat tanda – tanda vital


b. Melihat tanda- tanda infeksi
c. Pemberian obat oral/antibiotika oral dilanjutkan
7. Tingkat Evidens IV
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis dr. Royani, Sp.P
10. Indikator Prosedur Tindakan 80 % pasang wsd selesai dalam waktu 30 menit
11. Kepustakaan Pedoman Diagnosis dan Terapi PDPI 2008
Kegawatdaruratan Respirasi dalam Praktik Klinik. UNS press,
2017
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI
Surabaya, 2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
PROSEDUR THORACENTESIS

1. Pengertian (Definisi) Tindakan mengeluarkan cairan sedikit atau seluruhnya dari cavum
pleura
2. Indikasi Diagnostik dan Terapeutik.
3. Kontra Indikasi Mutlak : tidak ada
Relatif :
1) Pasien tidak kooperatif
2) Trombosit < 100.000
3) Hb < 10
4. Persiapan Persiapan :
a. Pasien dirawat di rumah sakit
b. Foto Thorax dan Darah perifer lengkap
c. Informed consent
d. Pasang infus Asering
e. Konsul jantung bila perlu
5. Prosedur Tindakan 1) Pemeriksaan fisis dilokasi pungsi, cocokkan dengan hasil
Foto thorax, dapat dilakukan dengan USG Paru, berikan
tanda.
2) Asepsis dilokasi pungsi daerah SIC
3) Anastesi lokal Lidokain dengan spuit 3cc/5cc
4) Aspirasi dengan spuit, jika ada cairan (diagnostic), lanjutkan
tindakan (terapeutik)
5) Masukkan i.v.cath no.14 atau 16 di sela iga
6) Alirkan dengan transfuse set ke urin bag
7) Pasang perban tindakan selesai
8) Catat warna dan jumlah cairan yang tertampung
9) Membuat laporan tindakan
10) Memeriksakan cairan ke laboratorium sitologi PA dan BTA
jika perlu
6. Pasca Prosedur Tindakan d. Melihat tanda – tanda vital
e. Melihat tanda- tanda infeksi
f. Pemberian obat oral/antibiotika oral dilanjutkan
7. Tingkat Evidens IV
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis dr. Royani, Sp.P
10. Indikator Prosedur 80 % pasang wsd selesai dalam waktu 30 menit
Tindakan
11. Kepustakaan Pedoman Diagnosis dan Terapi PDPI 2008
Kegawatdaruratan Respirasi dalam Praktik Klinik. UNS press,
2017
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI
Surabaya, 2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR
PROSEDUR BRONKOSKOPI

1. Pengertian (Definisi) Tindakan memasukkan fiber optik lentur kedalam saluran nafas
2. Indikasi Diagnostik dan terapeutik.
3. Kontra Indikasi Mutlak : tidak ada
Relatif : pasien tidak kooperatif
4. Persiapan Persiapan :
a. Pasien dirawat di rumah sakit
b. Informed consent
c. Pasang infus Asering
d. Codein tablet 20mg malam dan pagi sebelum
tindakan
e. Konsul jantung bila perlu
f. Cek lab :
CT/BT, HIV, HbSAg
g. Puasa 4 jam pre op
5. Prosedur Tindakan 1) Pasang Torniquite, Pulse Oximetri ke Bedside
monitor
2) Premedikasi injeksi sulfasatropin 1 ampul dan
dipenhidramin 1 ampul im regio gluteus
3) Anestesi lokal kumur lidokain 5 ml 5 menit,
spray xyilocain diorofaring
4) Baringkan pasien di bed operasi, ganjal leher
dengan bantal kecil
5) Tutup kedua mata pasien
6) Pasang mouthpiece
7) Timeout, cek kesiapan alat dan asisten, berdoa
8) Lakukan bronkoskopi mulai mouthpiece susuri
sampai percabangan bronkus
9) Lakukan bilasan, sikatan, dan biopsi bila perlu
10) Awasi vital sign, jika bradikardi/desaturasi tidak
membaik tindakan dihentikan
11) Tindakan hentikan
12) Membuat laporan operasi
13) Memeriksakan laboratorium sitologi PA dan
BTA
6. Pasca Prosedur Tindakan a. Melihat tanda – tanda vital
b. Melihat tanda- tanda infeksi
c. Pemberian obat oral/antibiotika oral dilanjutkan
7. Tingkat Evidens IV
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis dr. Royani, Sp.P
10. Indikator Prosedur Tindakan 80 % Bronkoskopi selesai dalam waktu 30 menit
11. Kepustakaan Pedoman Diagnosis dan Terapi PDPI 2008
Kegawatdaruratan Respirasi dalam Praktik Klinik. UNS press,
2017
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI
Surabaya, 2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RSU AGUNG MULIA KABUPATEN PACITAN
JAWA TIMUR

PROSEDUR SPIROMETRI

1. Pengertian (Definisi) Tindakan pemeriksaan fungsi paru


2. Indikasi Diagnostik
3. Kontra Indikasi Mutlak : tidak ada
Relatif :
1. pasien tidak kooperatif
2. sesak berat
3. post op laparatomy
4. Kondisi lemah
4. Persiapan Persiapan :
a. Tidak memakai obat bronkodilator minimal 8 jam
sebelumnya
b. Pasien berdiri, diberi arahan
c. Pasien tidak memakai pakaian ketat
5. Prosedur Tindakan 1) Inspirasi dan ekspirasi santai 3x , yang keempat inspirasi
dalam dan keluarkan pelan sampai selesai.
2) Lihat hasil di monitor, dicatat sebagai FVC
3) Inspirasi dan ekspirasi santai 3x , yang keempat inspirasi
dalam dan keluarkan dengan awalan disentak kemudian
habiskan pelan sampai selesai.
4) Lihat hasil di monitor, dicatat sebagai FEV1
5) Dapatkanlah 3 hasil terbaik dengan selisih 150ml
6) Jika pasien kelelahan atau sudah 8 kali maksimal, maka
tindakan dihentikan
6. Pasca Prosedur Tindakan Melihat kondisi klinis pasien
7. Tingkat Evidens IV
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis dr. Royani, Sp.P
10. Indikator Prosedur 80 % spirometri selesai dalam waktu 20 menit
Tindakan
11. Kepustakaan Pedoman Diagnosis dan Terapi PDPI 2008
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paru, PDPI
Surabaya, 2018

Anda mungkin juga menyukai