Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RS MARDI WALUYO METRO
2017
EFUSI PLEURA
1. Pengertian Kumpulan cairan di rongga pleura.
(definisi)
2. Anamnesa 1. Sesak napas merupakan gejala utama, kadang-kadang
disertai perasaan tidak enak di dada. Bila cairan pleura
sedikit, maka tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan
klinik, tetapi dapat dideteksi dengan radiografi.
2. Kadang-kadang disertai nyeri pleuritik atau batuk
nonproduktif, tetapi efusi pleura lebih sering merupakan
penyulit pneumonia (efusi parapneumonia).
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pada inspeksi : gerak napas tertinggal pada sisi efusi, sela iga
nampak melebar dan menonjol.
2. Pada perkusi : suara ketok terdengar redup sesuai dengan
luas efusi, dapat membentuk garis Ellysd’amoiciere, tanda-
tanda pendorongan mediastinum, sela iga melebar.
3. Pada palpasi : fremitus raba menurun.
4. Pada auskultasi : suara napas menurun atau menghilang.
Suara bronkial dan egofoni sering dijumpai tepat di atas
efusi.
4. Kriteria Diagnosa 1. Anamnesis dijumpai keluhan sesak napas.
2. Pemeriksaan fisik ada gerakan asimetris sisi sakit tertinggal,
sela iga melebar, keredupan sisi sakit, fremitus raba
menurun sisi sakit, suara napas menurun pada sisi sakit.
3. Foto toraks tampak gambaran cairan efusi pleura. Aspirasi
cairan pleura memastikan ada efusi pleura.
5. Diagnosis Kerja Efusi pleura
6. Diagnosis Banding 1. Konsolidasi paru karena pneumonia
2. Neoplasma paru dengan kolaps paru
3. Fibrosis pleura
7. Pemeriksaan 1. Foto toraks PA atau AP duduk, untuk melihat permukaan
Penunjang cairan pleura. Cairan cenderung menuju ke tempat rendah.
Tanda awal radiologi adalah sinus frenikokostalis tumpul.
2. Jumlah cairan pleura > 300 cc tampak pada foto toraks.
3. Bila jumlah cairan sedikit dapat terlihat pada foto toraks
dalam posisi dekubitus.
4. Efusi pleura yang terlihat pada foto toraks berbentuk kantong
(pocketed/loculated) masih perlu dibedakan dengan
gambaran penyakit lain, mungkin diperlukan pemeriksaan
penunjang lain seperti USG toraks atau CT scan toraks.
5. Pada efusi minimal tampak sinus kostofrenikus tumpul.
Efusi dalam jumlah banyak menyebabkan pendorongan
mediastinum / pergeseran mediastinum ke arah yang
sehat,tetapi bila tidak ada pergeseran mediastinum,
kemungkinan efusi disertai kolaps paru.
8. Terapi Penatalaksanaan umum
Memperbaiki keadaan umum penderita dengan diit TKTP dan
minum banyak.
1. Antibiotika
a. clindamycin 600 mg iv/8 jam, membaik dilanjutkan
300 mg po/6jam
b. amoxicilin-clavulanic acid 875 mg po/12 jam
c. amoxicilin 500 mg/8jam atau penicillin G 1-2juta unit
iv/4-6 jam, ditambah metronidazol 500 mg po/iv tiap
8-12 jam
d. penicillin G 1,2 juta unit im/12 jam +
chloramphenicol 500 mg/6jam.Antibiotika sebaiknya
diberikan sampai foto toraks membaik.
2. Drainase postural dan fisioterapi
Posisi tubuh diatur sedemikian rupa sehingga pus dapat
keluar dengan sendirinya (akibat gaya berat) atau dengan
bantuan fisioterapis.

Penatalaksanaan khusus
1. Bronkoskopi
Bila pus sukar keluar, maka perlu dilakukan bronkoskopi
untuk membersihkan jalan napas dan menghisap pus.
2. Pembedahan
Bila antibiotika gagal. Abses menjadi kronik, kaviti tetap
ada dan produksi dahak tetap ada sedangkan gejala klinis
masih ada setelah terapi yang memadai selama 6 minggu
atau ada sisa jaringan parut luas sehingga dapat
mengganggu faal paru. Hal ini semuanya merupakan
indikasi tindakan bedah.
9. Edukasi (Hospital Memperbaiki keadaan umum seperti nutrisi, keseimbangan cairan
Health Promotion)
10. Prognosa Ad vitam : Dubia
Ad sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia
11. Tingkat Evidens I/II/III/IV
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Komite Medis
14. Indikator -
15. Kepustakaan 1. Alsagaff, Hood, Mukty, Abdul.2010. Dasar-dasar Ilmu
Penyakit Paru, Edisi Ke 2. Airlangga University Press,
Surabaya : 85-88, 88-96, 108-109.
2. Amin, Z., Bahar, A. 2006. BAB 242 Tuberkulosis Paru in:
Sudoyo, Aru (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV
Jilid II : 988-993.
3. Gerakan Terpadu Nasional Penanganan TB. 2008. Buku
Pedoman Nasional Penanggulangan TB. edisi 2. Cetakan
Kedua. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: 5,
6-7, 20-24.
4. Wibisono, M Yusuf, Winariani, Hariadi, Slamet, 2010. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit FK UNAIR, Surabaya : 27-
35.

Anda mungkin juga menyukai