Panduan Praktis Klinis SMF : Anestesi dan Terapi Intensif RSUD GUNUNG JATI CIREBON 2015-2016 PEDOMAN NASIONAL Anestesia Pada Pasien Dengan Asma 1. Pengertian /Tujuan Tindakan anestesiaa pada pasien dengan asma, yaitu penyakit paru kronik yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan jalan napas yang yang mengakibatkan obstruksi aliran udara dan hipersekresi sputum. 2. Anamnesis - riwayat serangan asma terakhir,derajat asma, obat yang biasa dipakai, faktor pencetus asma, apakah asma terkontrol dan stabil. - penyakit penyerta lain 3. Pemeriksaan Fisik Pemerisaan fisik: laju napas, dispnea, bunyi napas ekspirasi memanjang bising mengi 4. Kriteria diagnostik Sesuai Anamnesa dan pemeriksaan Fisik 5. Diagnosis Sesuai Anamnesa dan pemeriksaan Fisik 6. Diagnosis banding Sesuai Anamnesa dan pemeriksaan Fisik 7. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang: x-ray toraks. Jika memungkinkan dilakukan spirometri, pemeriksaan sputum (warna dan konsistensi), EKG. Pemeriksaan laboratorium: darah tepi rutin, AGD untuk pasien riwayat asma sering berulang. 8. Terapi /Prosedur Pra-Anestesiaa a. Persiapan pasien 1) Evaluasi pra-anestesiaa pada operasi berencana sebaiknya dilakukan 1 minggu sebelum rencana operasi. 2) Perlu dibedakan derajat asma, terkontrol atau masih ada tanda/gejala asma. - Life threatening asthma PEF < 33% best/predicted - Acute severe asthma PEF 33-50% best/predicted - Moderate asthma PEF 50-75% best/predicted - Mild asthma PEF >75% best/predicted dapat dipersiapkan untuk operasi. 3) Anamnesis : - riwayat serangan asma terakhir,derajat asma, obat yang biasa dipakai, faktor pencetus asma, apakah asma terkontrol dan stabil. - penyakit penyerta lain 4) Pemerisaan fisik: laju napas, dispnea, bunyi napas ekspirasi memanjang bising mengi 5) Pemeriksaan penunjang: x-ray toraks. Jika memungkinkan dilakukan spirometri, pemeriksaan sputum (warna dan konsistensi), EKG. Pemeriksaan laboratorium: darah tepi rutin, AGD untuk pasien riwayat asma sering berulang. 6) Merokok dihentikan 2 minggu sebelum operasi. 7) Chest physiotherapy. 8) Pada pasien yang rutin menggunakan inhaler : - Inhalasi salbutamol (agonis beta 2) dan mukolitik dengan MDI (Metered Dose Inhaler) - Kortikosteroid deksametason 10 mg iv - Infus aminophylin drip 240 mg/ 24 jam - Antibiotik bila ada infeksi. 9) Tentukan status fisik sesuai klasifikasi ASA 10) Pilihan tindakan anestesiaa. - Anestesiaa regional. - Anestesiaa umum dengan LMA. Intubasi endotrakea sedapat mungkin dihindarkan. 11) Pasien dan keluarga perlu diberikan penjelasan, sebelum menyetujui tindakan medis (informed consent). Persiapan alat dan obat 1) Alat anestesiaa dan mesin anestesiaa diperiksa kelayakannya. 2) Pemantauan baku : NIBP, EKG, SpO2. Jika memungkinkan dipantau juga end-tidal CO2. 3) Obat-obat anestesiaa berikut cukup aman: midazolam, propofol, lidokain, ketamin, fentanyl, halotan, isofluran, sevofluran, pelumpuh otot pankuronium, vekuronium. Atrakurium sedapat mungkin dihindari karena merangsang penglepasan histamin. 4) Obat antikolinesterase (misalnya neostigmin, prostigmin) sebaiknya hindari. 5) Inhaler yg biasa dipakai dibawa serta dan disiapkan di kamar operasi 4. Manajemen Anestesia a. Sebelum induksi dapat diberikan inhalasi salbutamol 2 puff 30 menit sebelum operasi, deksametason dan drip a minophylin. b. Jika dipilih anestesia umum, dilakukan sesuai PNPK anestesia umum. Diutamakan dengan sungkup laring, jika memungkinkan. c. Manajemen ventilasi sesuai kondisi. Jika memungkinkan, dianjurkan menggunakan I:E ratio 1:2,5 hingga 1:3. d. Ekstubasi dilakukan pada waktu anestesiaa masih cukup dalam, mengacu pada PNPK ekstubasi. e. Berikan analgesia yang cukup. Jika memungkinkan, hindari NSAID yang dapat menimbulkan bronkospasme. f. Jika dipilih anestesiaa regional, dilakukan sesuai PNPK g. Pemantauan dan pencatatan sesuai kondisi pasien. h. Bila terjadi bronkospasme selama anestesiaa: berikan O2 100%, lakukan ventilasi manual dengan RR 6 -8 X/menit dan ekspirasi yang lebih lama. Obat inhalasi diteruskan. 5. Manajemen Pasca-Anestesiaa a. Dianjurkan perawatan ICU pada pasien dengan asma berat, dengan perawatan ICU sebelum operasi serta operasi operasi laparatomi dan torakotomi. b. Asma yang terkontrol baik dengan operasi sedang dan kecil, biasanya tidak memerlukan perawatan ICU. c. Obat-obat asma seperti inhalasi salbutamol dan aminophylin drip dilanjutkan. d. Analgetik yang cukup. 9. Edukasi Edukasi mengenai diagnosis, tindakan dan resiko tindakan 10. Prognosis Ad vitam : ad bonam Ad fungsionam : ad bonam 11. Tingkat evidens I/II/III/IV 12. Tingkat rekomendasi A/B/C 13. Penelaah kritis Anestesi dan terapi intensif 14. Indikator medis Persentasi pembatalan operasi Angka kejadian morbiditas dan mortalitas 15. Kepustakaan - SPM PERDATIN 2011 - PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF 2015 Cirebon, Juni 2015
Ketua Komite Medik Ketua SMF Anestesi dan terapi intensif