Anda di halaman 1dari 21

PELAYANAN ANESTESI :

Prosedur Anestesi Umum Dengan Intubasi Endotrakheal

No. Dokumen No. revisi Halaman


1 1/2

Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi


Intensif Indonesia
PANDUAN PRAKTEK Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI 23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS

1. Pengertian (Definisi) Tindakan anestesi dengan menggunakan anestesi inhalasi yang


dihantarkan pada pasien dengan menggunakan pipa endotrakheal tube
yang dimasukkan ke dalam trakhea.

2. Indikasi 1. Pembedahan daerah kepala dan leher.


2. Pembedahan yang membutuhkan relaksasi.
3. Pembedahan dengan kontra indikasi anestesi regional.
3. Kontra Indikasi 1. Tidak ada.

4. Persiapan 1. Pasien :
-Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan anestesi
umum dengan intubasi endotrakheal.
- Ijin persetujuan tindakan anestesi umum dengan intubasi
endotrakheal.
- Puasa.
- Medikasi sesuai resiko anestesi.
- Premedikasi pra anestesi.
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
2. Alat:
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100µg atau Pethidin 100mg(2 ampul)
- Propofol 200 mg (1 ampul)
- Atracurium 50 mg (1 ampul).
- Laringoskop 1 buah
- Sungkup muka
- Set Suction 1 buah
- Pipa endotrakheal 1 buah
- Selotip 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofulran/Sevofluran/Halotan (1 botol)
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- penentuan klasifikasi ASA PS.
- Check list kesiapan anestesi.
5. Prosedur Tindakan 1. Premedikasi menggunakan midazolam 2mg, fentanyl 1µg/kg atau

1
Pethidin 1 mg/kg dan lidokain 1,5 mg/kg.
2. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg.
3. Preoksigenasi dengan oksigen 4-6 lt/mnt.
4. Lumpuhkan pasien dengan pelumpuh otot atracurium 0,5 mg/kg.
5. Laringoskopi dan insersi pipa endotrakheal.
6. Check ketepatan insersi pipa endotrakheal, kesamaan bunyi nafas
kemudian fiksasi pipa endotrakheal.
7. Maintanance anestesi menggunakan oksigen 4lt/mnt, anestesi
inhalasi isofluran/sevofluran/halotan sebanyak 0,5-1,5 vol%,
analgetik berupa fentanyl 1µg/Kg/jam dan pelumpuh otot
Atracurium 0,1 mg/kg/30 menit.
8. Ekstubasi jika nafas spontan adekuat.
6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
2. Terapi oksigen 6 lt/mnt dengan menggunakan masker NRM.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
7. Tingkat Evidens IV
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC-KMN
2. Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An-KIC-KMN
3. Dr. dr. Muh Ramli A, Sp.An-KAP-KMN
4. DR. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
5. dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA
6. dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn., M.Kes
7. dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn., M.Kes
10. Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang menjalani pembedahan dapat di anestesi dengan
Tindakan anestesi umum intubasi endotrakheal.
11. Kepustakaan 1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In: Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway Management. In:
Clinical anesthesiology. 4th Edition. New York: Lange Medical
Books; 2006. p.412-49.

2
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur : Anestesi Umum Dengan Total Intravena

No. Dokumen No. revisi Halaman


1 1/2

Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi


Intensif Indonesia
PANDUAN PRAKTEK Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI 23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS

12. Pengertian (Definisi) Tindakan anestesi dengan menggunakan obat anestesi intravena total
yang diberikan secara intermitten lewat infus.
13. Indikasi 1. Prosedur pembedahan yang singkat.
2. Prosedur pembedahan yang tidak membutuhkan relaksasi.
3. Pembedahan dengan kontra indikasi anestesi regional.
14. Kontra Indikasi 1. Pembedahan di daerah kepala dan leher.
2. Pembedahan yang membutuhkan relaksasi
3. Prosedur pembedahan panjang.
15. Persiapan 1. Pasien :
- Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan anestesi
umum dengan total intravena.
- Ijin persetujuan tindakan anestesi umum dengan total intravena.
- Puasa.
- Medikasi sesuai resiko anestesi.
- Premedikasi pra anestesi.
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
2. Alat:
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100µg (2 ampul)
- Propofol 200 mg (1 ampul)
- Kanula oksigen
- Laringoskop 1 buah
- Set Suction 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- penentuan klasifikasi ASA PS.
- Check list kesiapan anestesi.
16. Prosedur Tindakan 1. Premedikasi menggunakan midazolam 2mg, fentanyl 1µg/kg dan
lidokain 1% 1mg/kg.
2. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg.
3. Maintanance anestesi menggunakan oksigen via nasal kanul 2
lt/mnt, obat induksi propofol 1 mg/kg/15 mnt diberikan secara
intermitten, analgetik berupa fentanyl 1µg/kg.
17. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
2. Terapi oksigen 2 lt/mnt dengan menggunakan nasal kanula.

3
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
18. Tingkat Evidens IV
19. Tingkat Rekomendasi C
20. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC-KMN
2. Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An-KIC-KMN
3. Dr. dr. Muh Ramli A, Sp.An-KAP-KMN
4. DR. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
5. dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA
6. dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn., M.Kes
7. dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn., M.Kes
21. Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang menjalani pembedahan dapat di anestesi dengan
Tindakan anestesi umum total intravena.
22. Kepustakaan 1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In: Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway Management. In:
Clinical anesthesiology. 4th Edition. New York: Lange Medical
Books; 2006. p.412-49.

4
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Umum Dengan Inhalasi Via Face Mask

No. Dokumen No. revisi Halaman


1 1/2

Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi


Intensif Indonesia
PANDUAN PRAKTEK Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI 23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS

23. Pengertian (Definisi) Tindakan anestesi dengan menggunakan obat anestesi inhalasi yang
dihantarkan pada pasien via face mask.
24. Indikasi 1. Prosedur pembedahan yang singkat.
2. Pembedahan dengan kontra indikasi anestesi regional.
25. Kontra Indikasi 1. Pembedahan di daerah kepala dan leher.
2. Prosedur pembedahan panjang.
3. Pembedahan pada pasien dengan lambung penuh.
26. Persiapan 1. Pasien :
- Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan anestesi
umum dengan inhalasi via face mask.
- Ijin persetujuan tindakan anestesi umum dengan inhalasi via
face mask.
- Puasa.
- Medikasi sesuai resiko anestesi.
- Premedikasi pra anestesi.
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
2. Alat:
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Pethidin 100 mg/fentanyl 100µg (2 ampul)
- Propofol 200 mg (1 ampul)
- Sungkup muka
- Laringoskop 1 buah
- Set Suction 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofulran/Sevofluran/Halotan (1 botol)
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- penentuan klasifikasi ASA PS.
- Check list kesiapan anestesi.
27. Prosedur Tindakan 1. Premedikasi menggunakan midazolam 2mg, fentanyl 1µg/kg dan
lidokain 1% 1 mg/kg.
2. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg.
3. Maintanance anestesi menggunakan anestesi inhalasi
isofluran/sevofluran/halotan 0,5-1,5 vol% via face mask,
analgetik berupa fentany 1µg/kg jika perlu.
28. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.

5
2. Terapi oksigen dengan menggunakan masker NRM.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
29. Tingkat Evidens IV
30. Tingkat Rekomendasi C
31. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC-KMN
2. Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An-KIC-KMN
3. Dr. dr. Muh Ramli A, Sp.An-KAP-KMN
4. DR. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
5. dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA
6. dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn., M.Kes
7. dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn., M.Kes
32. Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang menjalani pembedahan dapat di anestesi dengan
Tindakan anestesi umum via face mask.
33. Kepustakaan 1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In: Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway Management. In:
Clinical anesthesiology. 4th Edition. New York: Lange Medical
Books; 2006. p.412-49.

6
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Regional dengan Sub Arachnoid Block
ICD9CM:03.91

No. Dokumen No. revisi Halaman


1 1/2
Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi
PANDUAN PRAKTEK Intensif Indonesia
Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI
23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS
34. Pengertian (Definisi) Tindakan anestesi dengan menggunakan obat anestesi lokal yang
disuntikkan ke ruang sub arachnoid.

35. Indikasi 1. Pembedahan daerah lower abdomen.


2. Pembedahan daerah ekstremitas bawah
3. Pembedahan daerah urogenitalia.

36. Kontra Indikasi 1. Gangguan faal koagulasi


2. Kelainan Tulang belakang
3. Pasien menolak
4. Syok.
37. Persiapan 1. Pasien :
-Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan spinal
anestesi.
-Ijin persetujuan tindakan spinal anestesi.an
-Puasa.
-Medikasi sesuai resiko anestesi.
-Premedikasi pra anestesi.
-Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
2. Alat:
Kelengkapan jarum spinal 25/26/27 G (1 buah).
Lidokain 2% (1 ampul).
Bupivacain 0,5% (1 ampul).
Dispo 5 cc(1 buah)
Dispo 3 cc(1 buah)
Kassa steril (5 lembar)
Doeck steril (1 buah)
Betadine (10cc)
Efedrine (1 ampul)
Midazolam (1 ampul)
Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
Oksigen
Kanula oksigen
Mesin anestesi.
3. Dokter :
Visite perioperatif.
penentuan klasifikasi ASA PS.
Check list kesiapan anestesi.
Pengelolaan nyeri pasca bedah.
38. Prosedur Tindakan 1. Pasang monitor standar berupa, Tekanan darah, EKG, Saturasi
oksigen.
2. Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500cc.
3. Posisikan Pasien duduk atau tidur miring.
4. Indentifikasi tempat insersi jarum spinal dan diberikan penanda.

7
5. Desinfeksi daerah insersi jarum spinal, injeksi anestesi lokal
lidokain 2% 40 mg.
6. Insersi jarum spinal ditempat yang telah ditandai.
7. Pastikan LCS keluar.
8. Barbotage cairan LCS yang keluar.
9. Injeksikan Bupivacain 0,5% 5-20 mg dikombinasikan dengan
fentanyl 25 µg/pethidin 25 mg intratekal.
10. Check level ketinggian block.
11. Maintanance dengan oksigen 2 lt/mnt, sedasi dengan midazolam 2
mg. Jika terjadi hipotensi, lakukan prosedur terapi hipotensi.
39. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
2. Observasi tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
3. Oksigenasi menggunakan oksigen via simple mask.
4. Atasi komplikasi yang terjadi.
40. Tingkat Evidens IV
41. Tingkat Rekomendasi C
42. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC-KMN
2. Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An-KIC-KMN
3. Dr. dr. Muh Ramli A, Sp.An-KAP-KMN
4. DR. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
5. dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA
6. dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn., M.Kes
7. dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn., M.Kes
43. Indikator Prosedur 90 % spinal anestesi berhasil tanpa komplikasi.
Tindakan
44. Kepustakaan 1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In: Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal, Epidural and
Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition. New
York: Lange Medical Books; 2006. p.472-99.

8
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Weaning (Penyapihan) dari Ventilator ICD9CM:93.90

No. Dokumen No. revisi Halaman


1 1/2

Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi


Intensif Indonesia
PANDUAN PRAKTEK Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI 23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS

45. Pengertian (Definisi) Tindakan pelepasan bantuan ventilasi mekanik.


46. Indikasi 1. Penyebab dasar gagal nafas telah teratasi.
2. Perbaikan fungsi respirasi dan hemodinamik.
47. Kontra Indikasi 1. Tidak Ada
48. Persiapan 1. Pasien :
- Pastikan sedasi telah dihentikan dan tidak ada lagi efek
pelumpuh otot.
- Pastikan dilengkapi pemeriksaan analisis gas darah dan kadar
elektrolit dengan rasio PaO2/FiO2 > 200.
- Pastikan adanya perbaikan fungsi nafas.
- Pasien mampu bernafas spontan dan adekuat.
- Kesadaran pasien GCS>13.
- Pasien telah lepas atau menggunakan dosis rendah vasopressor
(Dopamin<5mcg/kg, Dobutamin <5 mcg/Kg atau Norepinefrin
<0,1 mcg/kg.
- Hemodinamik pasien stabil.
2. Alat :
–Siapkan suction set(1 buah).
-Persiapkan prosedur intubasi jika gagal disapih.
-Laringoskop (1 buah) uk standart No.3
-Pipa endotrakheal (1 buah) No. ID 7,0
-Sulfast atropin 0,25 mg (4 ampul)
-Lidokain 20 mg (3 ampul)
-Dexamethason 4 mg (2ampul)
-Handschoen steril 2 pasang.
-Masker oksigen NRM dewasa (1 buah)
-Oksigen
3. Dokter :
Memberikan informasi kepada keluarga mengenai rencana
penyapihan ventilator dan resiko yang dapat terjadi.
49. Prosedur Tindakan 1. Persiapkan semua perlengkapan dilakukannya intubasi ulang.
2. Pastikan pasien bernafas spontan adekuat dan refleks batuk telah
ada.
3. Percobaan nafas spontan selama 30 – 120 menit.
4. Amati kondisi pasien. Jika :
- Respiratory Rate > 35
- SaO2 < 90%
- Nadi > 140 atau ↑ ≥ 20%
- TD Sistolik > 180 mmHg atau < 90 mmHg
- Agitasi, berkeringat, gelisah
- RR/TV > 105

9
Menandakan pasien belum dapat di weaning dari ventilasi
mekanik.
5. Jika tidak ada, dan pasien dapat batuk secara efektif, dapat
dilakukan ekstubasi.
6. Lakukan suctioning jalan nafas, pastikan bebas dari sekret dan
lendir sebelum dilakukan ekstubasi.
50. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi ketat hemodinamik.
2. Pemeriksaan AGD konfirmasi setelah 30 menit pasca ekstubasi.
3. Terapi oksigen dengan O2 lewat masker NRM
4. Tetap siap jika dibutuhkan tindakan intubasi ulang.
51. Tingkat Evidens IV
52. Tingkat Rekomendasi C
53. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A Husni Tanra Ph.D, Sp.An-KIC-KMN.
2. DR. dr. Syafri K Arif, Sp.An-KIC-KAKV.
3. dr. Hisbullah, Sp.An-KIC-KAKV.
4. dr. Frans Manibuy, Sp.An-KIC.
5. dr. Faisal Muchtar, Sp.An-KIC.
6. dr. Haizah Nurdin, Sp.An-KIC.
54. Indikator Prosedur 80 % dari pasien dengan gagal nafas yang di sapih dari ventilator berhasil
Tindakan tanpa komplikasi.
55. Kepustakaan 1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Critical Care. In: Clinical
anesthesiology. 4th Edition. New York: Lange Medical Books;
2006. p.1452-96.
2. Kacmareck RM, Hess DR. Mechanical Ventilation For The
Surgical Patient. In: Longnecker DE, Brown DDL, Newman MF,
Zapol WM, editors. Anesthesiology. New York: Mc Graw Hill;
2008. p.2072-91.

10
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Regional dengan Epidural
No. Dokumen No. revisi Halaman
1 1/2

Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi


PANDUAN PRAKTEK Intensif Indonesia
Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI
23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS
56. Pengertian (Definisi) Tindakan anestesi dengan menginjeksikan obat lokal anestesi ke ruang
epidural melalui kateter epidural yang diberikan secara intermitten.

57. Indikasi 1. Pembedahan di daerah abdomen.


2. Pembedahan di daerah thoraks.
3. Pembedahan di daerah ekstremitas bawah.
4. Pembedahan di daerah urogenital.
58. Kontra Indikasi 1. Gangguan faal koagulasi
2. Kelainan Tulang belakang
3. Terdapat inefeksi ditempat insersi kateter epidural
4. Pasien menolak
5. Syok.
59. Persiapan 1. Pasien :
- Mendapat penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
dan resiko yang dapat terjadi.
- Puasa.
-Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan spinal
anestesi.
-Ijin persetujuan tindakan spinal anestesi.an
-Puasa.
-Medikasi sesuai resiko anestesi.
-Premedikasi pra anestesi.
-Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
2. Alat:
- Epidural set (1 buah).
- Hipafix sebagai fiksassi kateter peidural
- Lidokain 2% (10 ampul).
- Epinefrin 1:1000 (1 ampul).
- Bupivacain 0,5% 20cc isobarik (1 vial).
- Dispo 1 cc (1 buah)
- Dispo 5 cc(1 buah)
- Dispo 3 cc(1 buah)
- Dispo 10 cc (1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10cc)
- Efedrine (1 ampul)
- Midazolam (1 ampul)
- Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen

11
- Kanula oksigen
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah.
60. Prosedur Tindakan 1. Dilakukan prosedur premedikasi.
2. Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500cc.
3. Posisikan pasien duduk atau tidur miring.
4. Indentifikasi tempat insersi jarum touchy epidural dan berikan
penanda.
5. Desinfeksi daerah insersi jarum touchy dan lakukan penyuntikan
anestesi lokal lidokain 2% di tempat insersi.
6. Insersi jarum epidural ditempat yang telah ditandai dengan teknik
‘Loss Of Resistance’ atau ‘Hanging Drop’.
7. Tarik penuntun pada jarum touchy dan pastikan LCS tidak keluar.
8. Insersikan kateter epidural menuju ruang epidural melalui jarum
touchy.
9. Diberikan anestesi lokal berupa lidokain 2% 60 mg+epinefrin
1:200.000 sebagi dosis test untuk mengetahui kemungkinan
masuknya obat anestesi lokal ke intravena maupun ruang sub
arachnoid.
10. Fiksasi kateter epidural.
11. Maintanance anestesi menggunakan obat anestesi lokal yang
disuntikkan ke ruang epidural sesuai dermatom tubuh yang akan
di blok dan dapat dikombinasikan dengan prosedur anestesi
spinal atau prosedur anestesi umum dengan intubasi
endotrakheal.
61. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
2. Prosedur terapi oksigen di kamar pemulihan.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
62. Tingkat Evidens IV
63. Tingkat Rekomendasi C
64. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC-KMN
2. Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An-KIC-KMN
3. Dr. dr. Muh Ramli A, Sp.An-KAP-KMN
4. DR. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
5. dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA
6. dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn., M.Kes
7. dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn., M.Kes
65. Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang akan menjalani pembedahan dapat di anestesi
Tindakan menggunakan anestesi epidural.
66. Kepustakaan 1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In: Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal, Epidural and
Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition. New
York: Lange Medical Books; 2006. p.472-99.

12
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Kombinasi Anestesi Umum dengan Intubasi dan Regional
Anestesi dengan Epidural

No. Dokumen No. revisi Halaman


1 1/3
Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi
Intensif Indonesia
PANDUAN PRAKTEK Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI 23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS

67. Pengertian (Definisi) Kombinasi Tindakan anestesi dengan menggunakan anestesi inhalasi
yang dihantarkan pada pasien dengan menggunakan pipa endotrakheal
tube yang dimasukkan ke dalam trakhea dan
Anestesi dengan menginjeksikan obat lokal anestesi ke ruang epidural
melalui kateter epidural yang diberikan secara intermitten.

68. Indikasi 1. Pembedahan di daerah abdomen.


2. Pembedahan di daerah thoraks.
3. Pembedahan di daerah urogenital.
4. Pembedahan yang membutuhkan relaksasi.
5. Pembedahan yang membutuhkan Post Op pain Epidural analgesia
69. Kontra Indikasi 1. Gangguan faal koagulasi
2. Kelainan Tulang belakang
3. Terdapat inefeksi ditempat insersi kateter epidural
4. Pasien menolak
5. Syok.
70. Persiapan 1. Pasien :
- Mendapat penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
dan resiko yang dapat terjadi.
- Puasa.
-Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan Kombinasi
baik General anestesia dan Epidural anestesi.
-Ijin persetujuan tindakan CEGA anestesi
-Puasa.
-Medikasi sesuai resiko anestesi.
-Premedikasi pra anestesi.
-Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
2. Alat dan Bahan:
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100µg atau Pethidin 100mg(2 ampul)
- Propofol 200 mg (1 ampul)
- Atracurium 50 mg (1 ampul).
- Laringoskop 1 buah
- Sungkup muka
- Set Suction 1 buah
- Pipa endotrakheal 1 buah

13
- Selotip 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofulran/Sevofluran/Halotan (1 botol)
- Epidural set (1 buah).
- Hipafix sebagai fiksassi kateter peidural
- Lidokain 2% (10 ampul).
- Epinefrin 1:1000 (1 ampul).
- Bupivacain 0,5% 20cc isobarik (1 vial).
- Dispo 1 cc (1 buah)
- Dispo 5 cc(1 buah)
- Dispo 3 cc(1 buah)
- Dispo 10 cc (1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10cc)
- Oksigen

3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah.
71. Prosedur Tindakan 1. Pasang monitor standar berupa, Tekanan darah, EKG, Saturasi
oksigen.
2. Dilakukan prosedur premedikasi.
3. Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500cc.
4. Posisikan pasien duduk atau tidur miring.
5. Indentifikasi tempat insersi jarum touchy epidural dan berikan
penanda.
6. Desinfeksi daerah insersi jarum touchy dan lakukan penyuntikan
anestesi lokal lidokain 2% di tempat insersi.
7. Insersi jarum epidural ditempat yang telah ditandai dengan teknik
‘Loss Of Resistance’ atau ‘Hanging Drop’.
8. Tarik penuntun pada jarum touchy dan pastikan LCS tidak keluar.
9. Insersikan kateter epidural menuju ruang epidural melalui jarum
touchy.
10. Diberikan anestesi lokal berupa lidokain 2% 60 mg+epinefrin
1:200.000 sebagi dosis test untuk mengetahui kemungkinan
masuknya obat anestesi lokal ke intravena maupun ruang sub
arachnoid.
11. Fiksasi kateter epidural.
12. Premedikasi menggunakan midazolam 2mg, fentanyl 1µg/kg atau
Pethidin 1 mg/kg dan lidokain 1,5 mg/kg.
13. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg.
14. Preoksigenasi dengan oksigen 4-6 lt/mnt.
15. Lumpuhkan pasien dengan pelumpuh otot atracurium 0,5 mg/kg.
16. Laringoskopi dan insersi pipa endotrakheal.
17. Check ketepatan insersi pipa endotrakheal, kesamaan bunyi nafas
kemudian fiksasi pipa endotrakheal.
18. Maintanance anestesi menggunakan oksigen 4lt/mnt, anestesi
inhalasi isofluran/sevofluran/halotan sebanyak 0,5-1,5 vol%,
analgetik berupa fentanyl 1µg/Kg/jam dan pelumpuh otot
Atracurium 0,1 mg/kg/30 menit.

14
19. Ekstubasi jika nafas spontan adekuat.

72. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.


2. Prosedur terapi oksigen di kamar pemulihan.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
73. Tingkat Evidens IV
74. Tingkat Rekomendasi C
75. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC-KMN
2. Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An-KIC-KMN
3. Dr. dr. Muh Ramli A, Sp.An-KAP-KMN
4. DR. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
5. dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA
6. dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn., M.Kes
7. dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn., M.Kes
76. Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang akan menjalani pembedahan dapat di anestesi
Tindakan menggunakankombinasi anestesi umum intubasi dan anestesi epidural.
77. Kepustakaan 1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In: Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal, Epidural and
Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition. New
York: Lange Medical Books; 2006. p.412-19.

15
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Regional dengan Interskalenus Blok

No. Dokumen No. revisi Halaman


1 1/2

Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi


Intensif Indonesia
PANDUAN PRAKTEK Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI 23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS

78. Pengertian (Definisi) Tindakan anestesi yang menginjeksikan obat lokal anestesi dengan
bantuan nerve stimulator untuk memblok inervasi pada pleksus brachialis

79. Indikasi 1. Pembedahan di daerah Bahu


2. Pembedahan di daerah ekstrimitas atas
80. Kontra Indikasi 1. Infeksi lokal site of Injection
2. Koagulopati
3. Alergi pada agen anestesi lokal
4. Pasien Menolak
81. Persiapan 1. Pasien :
- Mendapat penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
dan resiko yang dapat terjadi.
- Puasa.
-Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan
Interskalenus blok anestesi.
-Ijin persetujuan tindakan spinal anestesi.
-Medikasi sesuai resiko anestesi.
-Premedikasi pra anestesi.
-Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
2. Alat:
- Nerve Stimulator (1 buah).
- Stimuplex 100 ( 1 buah )
- USG Doppler ( 1 buah )
- Hipafix sebagai fiksassi kateter peidural
- Lidokain 1% (30-40ml).
- Epinefrin 1:1000 (1 ampul).
- Bupivacain 0,5% 20cc isobarik (1 vial).
- Dispo 1 cc (1 buah)
- Dispo 5 cc(1 buah)
- Dispo 3 cc(1 buah)
- Dispo 10 cc (1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10cc)
- Alkohol 70%
- Efedrine (1 ampul)
- Midazolam (1 ampul)
- Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula oksigen

16
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah.
82. Prosedur Tindakan 1. Dilakukan prosedur premedikasi.
2. Posisikan pasien tidur dengan memutar kepala 30 derajat pada sisi
kontralateral
3. Indentifikasi tempat insersi stimuplex dan berikan penanda.
4. Disinfeksi pada daerah interskalenus dengan betadin 10% dan
Alkohol 70%
5. Lakukan penyuntikan anestesi lokal lidokain 2% di tempat insersi.
6. Insersi jarum stimuplex yang dihubungkan dengan nerve stimulator
dengan arus tertentu dengan sudut 30 derajat mediocaudal
dengan bantuan USG doppler.
7. Melihat respon motorik pada target inervasi
8. Diberikan anestesi lokal berupa lidokain 1% 30-40ml+epinefrin
1:200.000 atau Bupivacain 0,375 % melalui kateter pada jarum
stimuplex.

83. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.


2. Prosedur terapi oksigen di kamar pemulihan.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
84. Tingkat Evidens IV
85. Tingkat Rekomendasi C
86. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC-KMN
2. Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An-KIC-KMN
3. Dr. dr. Muh Ramli A, Sp.An-KAP-KMN
4. DR. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
5. dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA
6. dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn., M.Kes
7. dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn., M.Kes
87. Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang akan menjalani pembedahan
Tindakan
88. Kepustakaan 1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In: Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal, Epidural and
Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition. New
York: Lange Medical Books; 2006. p.982-86

17
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Sedasi Sedang - Berat

No. Dokumen No. revisi Halaman


1 1/4

Ditetapkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Anestesi dan Terapi


Intensif Indonesia
PANDUAN PRAKTEK Tanggal Terbit
KLINIS ANESTESI 23 Oktober 2013
dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS

89. Pengertian (Definisi) Sedasi sedang adalah suatu keadaan dimana setelah
pemberian obat sedasi menyebabkan penurunan kesadaran,
namun pasien masih memiliki respon terhadap rangsang
suara, baik disertai maupun tidak dengan rangsang sentuhan.
Ventilasi spontan masih adekuat dan belum diperlukan
intervensi untuk menjaga patensi jalan nafas. Fungsi
kardiovaskular masih tidak berubah.
Sedasi berat adalah suatu keadaan dimana setelah pemberian
obat terjadi penurunan kesadaran, pasien hanya bereaksi
dengan pemberian rangsang nyeri. Fungsi pernafasan dapat
terganggu. Pasien membutuhkan bantuan untuk menjaga
patensi jalan nafas dan pernafasan spontan dapat menjadi
tidak adekuat. Fungsi kardiovaskular biasanya tidak
terganggu.
Desaturasi adalah penurunan konsentrasi oksigen di dalam
darah yang ditandai dengan angka SpO2  92% pada monitor
oksimetri.
90. Indikasi Untuk tindakan diagnostik yang kurang dari 30 menit dan
terapeutik yang kurang dari 15 menit, yang membutuhkan
sedasi.

91. Kontra Indikasi 1.Hemodinamik tidak stabil


2.Pada tindakan di luar kamar operasi kesulitan melakukan
bantuan ventilasi

92. Persiapan 1. Pasien :


- Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan
sedasi sedang-berat.
- Ijin persetujuan tindakan sedasi sedang-berat
- Puasa.
- Medikasi sesuai resiko anestesi.
- Premedikasi pra anestesi.
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
2. Alat:

18
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100µg atau Pethidin 100mg(2 ampul)
- Ketamin 100 mg
- Propofol 200 mg (1 ampul)
- Laringoskop 1 buah
- Sungkup muka
- Set Suction 1 buah
- Pipa endotrakheal 1 buah
- Selotip 1 buah
- Oksigen
- Ambu bag 1 buah
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- penentuan klasifikasi ASA PS.
Check list kesiapan anestesi.
93. Prosedur Tindakan 1. Prasedasi
a. Meninjau ulang rekam medis pasien
b. Anamnesis pasien berupa:
 Identitas pasien
 Identifikasi prosedur yang akan dilakukan
 Verifikasi status masuk pasien (rawat jalan, rawat inap,
one-day care, dan lain-lain)
 Riwayat penyakit pasien yang relevan
 abnormalitas sistem organ utama
 riwayat anestesi / sedasi sebelumnya, dan efek samping
yang pernah terjadi / dialami
 obat-obatan yang dikonsumsi saat ini, alergi obat, dan
interaksi obat yang mungkin terjadi
 asupan makan terakhir
 riwayat merokok, alkohol, atau penyalahgunaan obat-
obatan
b.Lakukan Pemeriksaan fisik terfokus
 Tanda vital
 Evaluasi jalan napas
 Auskultasi jantung dan paru
c.Lakukan evaluasi hasil Pemeriksaan laboratorium,
radiologi, dan EKG (berdasarkan pada kondisi yang
mendasari dan efek yang
mungkin terjadi dalam penanganan pasien)

19
profilaksis, sesuai indikasi.
i.Catat di rekam medis pasien.
Konfirmasi temuan klinis segera sebelum melakukan
anestesi / sedasi.
e.Konsultasi medis, jika memungkinkan.
f. Susunlah rencana tindakan sedasi dan diskusi dengan
pasien / keluarganya mengenai risiko – keuntungan dari
tindakan sedasi
g.Tandatangani surat persetujuan tindakan (informed
consent)
h.Berikan pre-medikasi dan antibiotik

1. Intrasedasi
 Pemasangan iv line
 Pemasangan alat monitor minimal 4 parameter (tekanan
darah, EKG, saturasi, respirasi)
 Pemberian obat-obatan sedasi
 Pemantauan pasien
1. Pemantauan pasien, berupa:
 1. Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respons pasien
terhadap stimulus)
 A. respons menjawab (verbal): menunjukkan bahwa pasien
bernapas
o B.hanya memberikan respons berupa refleks menarik diri
(withdrawal): dalam sedasi berat / dalam.3
o
 2. Oksigenasi:
o A. memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama
proses sedasi gunakan oksimetri denyut (pulse oximetry)5

 3. Ventilasi paru (observasi, auskultasi)
o A. Semua pasien yang menjalani prosedur sedasi harus
memiliki ventilasi yang adekuat dan dipantau secara terus-
menerus
B. Lihat tanda klinis: pergerakan dinding dada, pergerakan
pernapasan, auskultasi dada
94. Pasca Prosedur Tindakan 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
2. Terapi oksigen 6 lt/mnt dengan menggunakan masker NRM.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
95. Tingkat Evidens IV
96. Tingkat Rekomendasi C
97. Penelaah Kritis 1. Prof. dr. A. Husni Tanra, Ph.D, Sp.An-KIC-KMN
2. Dr. dr. Ike Sri Redjeki, Sp.An-KIC-KMN
3. Dr. dr. Muh Ramli A, Sp.An-KAP-KMN
4. DR. dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-KAKV
5. dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA
6. dr. Ardi Zulfariansyah, SpAn., M.Kes

20
7. dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn., M.Kes

98. Indikator Prosedur 90 % dari pasien dapat dilakukan sedasi sedang-berat.


Tindakan
99. Kepustakaan 1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In: Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Hillier SC, Mazurek MS. Monitored Anesthesia Care. In: Clinical
anesthesia. 6th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins; 2009. p.815-32.

21

Anda mungkin juga menyukai