2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN GENERAL ANESTESI
DENGAN FACE MASK ANESTESI
3
obat sedasi, obat analgetik, obat induksi dan obat
muscle relaksan.
6. Memastikan obat-obat untuk maintenance
anestesi, meliputi: O2, N2O, Air dan obat inhalasi
(Agen Anestesi).
7. Memasikan obat-obat lain: antiemetik, analgetik
dan antifibrinolitik.
8. Memastikan obat-obat emergency: adrenalin, SA,
aminofilin, dexamethason, metyl prednisolon,
neostigmine dan naloxan diphenhydramin,
9. Memastikan jalur IV line lancar adekuat dengan
cairan kristaloid RL.
10. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
4
pasien bila Tidal Volume kira-kira 6 – 10 ml/kg BB,
N2O dan agen anestesi dihentikan,
12. Lanjutkan oksigenasi sampai nafas pasien adekuat
dan saturasi tetap stabil 100 %, walaupun dengan
udara ruangan (O2 21 %).
13. Pindahkan pasien ke Recovery Room.
Pasca Prosedur 1. Oksigenasi dengan nasal kanul 3 l/m
Tindakan 2. Monitoring Aldrete Skor (Warna Kulit/Saturasi,
Kesadaran, Respirasi, Sirkulasi dan Motorik)
3. Apabila nilai Aldrete Score > 8 pasien bisa pindah
ke ruang rawat inap
Tingkat Evidens IV
Tingkat C
Rekomendasi
5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
TOTAL INTRAVENOUS ANESTESI ( TIVA )
6
cairan kristaloid RL.
10. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
Tingkat C
Rekomendasi
7
Miller RD. 2005. Miller’s Anesthesia. 6th ed. Elsevier
Churchill Livingstone.
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, 2006, Clinical
Anesthesiology, fourth edition, Lange Medical
Book/McGraw-Hill.
Stoelting RK, 2006. Pharmacology & Physiology in
Anesthetic Practice, 4th ed, Lippincott Williams &
Wilkins
8
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN GENERAL ANESTESI DENGAN
(LARINGEAL MASK ANESTESI) / LMA
9
obat sedasi, obat analgetik, obat induksi dan obat
muscle relaksan.
6. Memastikan obat-obat untuk maintenance anestesi,
meliputi: O2, N2O, Air dan obat inhalasi (Agen
Anestesi).
7. Memasikan obat-obat lain: antiemetik, analgetik
dan antifibrinolitik.
8. Memastikan obat-obat emergency: adrenalin, SA,
aminofilin, dexamethason, metyl prednisolon,
neostigmine dan naloxan diphenhydramine.
9. Memastikan jalur IV line lancar adekuat dengan
cairan kristaloid RL.
10. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
Prosedur 1. Posisikan pasien tidur supinasi di meja operasi.
Tindakan 2. Pasang monitor (tekanan darah, saturasi, EKG
sesuai indikasi).
3. Ukur dan catat hemodinamik pasien pra anestesi.
4. Beri tahu pasien bahwa anestesi segera di mulai.
5. Beri obat Sedasi dengan Midazolam 0,07-0,1mg/kg
BB tunggu 1- 2 menit, Fentanyl 1-2μcg/kgBB
tunggu 30 detik-1 menit.
6. Beri obat Induksi dengan Ketamin/Propofol 2-
2,5mg/kgBB.
7. Cek reflek bulu mata, jika reflek bulu mata hilang
pasang face mask yang sesuai ukuran wajah
pasien, alirkan O2 murni 5 l/menit.
8. Lakukan bagging sesuai Tidal Volume pasien serta
pastikan ventilasi bisa dikuasai dan adekat.
9. Setelah 1 menit oksigenasi, lakukan insersi dengan
LMA.
10. Setelah kedalaman anesesi tercapai, isi balon
dengan spuit cup sesuai dengan jenis dan ukuran
LMA
11. Fiksasi LMA dengan hipafix.
12. Lakukan maintenance anestesi dengan O 2 , N2O
sesuai menit volume dan agen anestesi sesuai
indikasi (Sevofluran, Isofluren, Desfluran) selama
operasi berlangsung.
13. Beri obat antiemetik ondancetron 4 mg iv dan
analgetik (Deksketoprofen 50 mg iv/ Tramadol 100
10
mg iv/ Paracetamol10-20 mg/kgBB iv/ Antrain 1gr)
sesuai dengan indikasi, ketika operasi hampir
selesai.
14. Setelah operasi selesai, nilai kemampuan nafas
pasien bila Tidal Volume kira-kira 6 – 10 ml/kg BB,
N2O dan agen anestesi dihentikan.
15. Ekstubasi LMA, pastikan kebersihan jalan nafas
16. Lanjutkan oksigenasi sampai nafas pasien adekuat
dan saturasi tetap stabil 100 %, walaupun dengan
udara ruangan (O2 21 %).
17. Pindahkan pasien ke Recovery Room.
Pasca Prosedur 1. Oksigenasi dengan nasal kanul 3 l/m.
Tindakan 2. Monitoring Aldrete Skor (Warna Kulit/Saturasi,
Kesadaran, Respirasi, Sirkulasi dan Motorik).
3. Apabila nilai Aldrete Score > 8 pasien bisa pindah
ke ruang rawat inap.
Tingkat Evidens IV
Tingkat C
Rekomendasi
11
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN GENERAL ANESTESI DENGAN
(Endotracheal Tube) / ETT
12
a. Stetoscope, Laringoscope
b. ETT
c. OPA, NPA
d. Hipafix
e. Stilet
f. Corrougeted, Cath Mouth
g. Suction Cateter, Scoon, Spuit.
5. Memasikan obat-obat general anestesi, meliputi
obat sedasi, obat analgetik, obat induksi dan obat
muscle relaksan.
6. Memastikan obat-obat untuk maintenance anestesi,
meliputi: O2, N2O, Air dan obat inhalasi (Agen
Anestesi).
7. Memasikan obat-obat lain: antiemetik, analgetik
dan antifibrinolitik.
8. Memastikan obat-obat emergency: adrenalin, SA,
aminofilin, dexamethason, metyl prednisolon,
neostigmine dan naloxan diphenhydramine.
9. Memastikan jalur IV line lancar adekuat dengan
cairan kristaloid RL.
10. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
Prosedur 1. Posisikan pasien tidur supinasi di meja operasi.
Tindakan 2. Pasang monitor (tekanan darah, saturasi, EKG
sesuai indikasi).
3. Ukur dan catat hemodinamik pasien pra anestesi.
4. Beri tahu pasien bahwa anestesi segera di mulai.
5. Beri obat Sedasi dengan Midazolam 0,07-0,1mg/kg
BB tunggu 1- 2 menit, Fentanyl 1-2μcg/kgBB
tunggu 30 detik-1 menit.
6. Beri obat Induksi dengan Ketamin/Propofol 2-
2,5mg/kgBB.
7. Cek reflek bulu mata, jika reflek bulu mata hilang
pasang face mask yang sesuai ukuran wajah
pasien, alirkan O2 murni 5 l/menit.
8. Lakukan bagging sesuai Tidal Volume pasien serta
pastikan ventilasi bisa dikuasai dan adekat.
9. Beri obat Muscle Relaxan 0,3-0,6 mg/KgBB.
10. Setelah 1 menit oksigenasi, lakukan intubasi ETT
dengan LMA.
13
11. Setelah kedalaman anesesi tercapai, isi balon
dengan spuit cup sesuai dengan jenis dan ukuran
ETT.
12. Pasang OPA dan Fiksasi ETT dengan hipafix.
13. Lakukan maintenance anestesi dengan O 2 , N2O
sesuai menit volume dan agen anestesi sesuai
indikasi (Sevofluran, Isofluren, Desfluran) selama
operasi berlangsung.
14. Beri obat antiemetik ondancetron 4 mg iv dan
analgetik (Deksketoprofen 50 mg iv/ Tramadol 100
mg iv/ Paracetamol10-20 mg/kgBB iv/ Antrain 1gr)
sesuai dengan indikasi, ketika operasi hampir
selesai.
15. Setelah operasi selesai, nilai kemampuan nafas
spontan pasien bila Tidal Volume kira-kira 6 – 10
ml/kg BB, N2O dan agen anestesi dihentikan.
16. Ekstubasi ETT, pastikan kebersihan jalan nafas
menggunakan suction.
17. Lanjutkan oksigenasi sampai nafas pasien adekuat
dan saturasi tetap stabil 100 %, walaupun dengan
udara ruangan (O2 21 %).
18. Pindahkan pasien ke Recovery Room.
Pasca Prosedur 1. Oksigenasi dengan nasal kanul 3 l/m.
Tindakan 2. Monitoring Aldrete Skor (Warna Kulit/Saturasi,
Kesadaran, Respirasi, Sirkulasi dan Motorik).
3. Apabila nilai Aldrete Score > 8 pasien bisa pindah
ke ruang rawat inap.
Tingkat Evidens IV
Tingkat C
Rekomendasi
14
Miller RD. 2005. Miller’s Anesthesia. 6th ed. Elsevier
Churchill Livingstone.
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, 2006, Clinical
Anesthesiology, fourth edition, Lange Medical
Book/McGraw-Hill.
Stoelting RK, 2006. Pharmacology & Physiology in
Anesthetic Practice, 4th ed, Lippincott Williams &
Wilkins
15
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN REGIONAL ANESTESI DENGAN
(SUB ARACHNOID BLOK) / SAB
16
2. Relative
a. Infeksi diarea penyuntikan
b. Penyakit susunan saraf pusat
c. Nyeri punggung kronik
Persiapan 1. Melakukan visitasi pre-anestesi meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (darah
rutin, kimia (albumin, ureum, creatinin, gula
darah), elektrolit (natrium, kalium, chloride), HBsAg
, EKG, Rontgen thorax AP) dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
2. Menentukan kriteria ASA dan kriteria emergensi
/tidak.
3. Melakukan Informed Concern mengenai tindakan
yang akan dilakukan, manfaat tindakan dan resiko
yang mungkin terjadi.
4. Memastikan kesiapan mesin anestesi, bedside
monitor, peralatan alat:
a. Handscoon steril
b. Jarum Spinocain
c. Spuit 3cc,5cc
d. Kassa
e. Alcohol
f. Betadine
5. Memastikan obat-obat spinal anestesi, meliputi
Buvipacain, Ropivacain, Lidodex, Lidocain, Fentanyl,
dan Morphine.
6. Memastikan obat-obat lain: antiemetik, analgetik
dan antifibrinolitik.
7. Memastikan obat-obat emergency: adrenalin,
epedrin, SA, aminofilin, dexamethason, metyl
prednisolon, neostigmine dan naloxan
diphenhydramine.
8. Memastikan jalur IV line lancar adekuat dengan
cairan kristaloid RL.
9. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
Prosedur 1. Pasang monitor (tekanan darah, saturasi, EKG
Tindakan sesuai indikasi).
2. Ukur dan catat hemodinamik pasien pra anestesi.
3. Beri tahu pasien bahwa anestesi segera di mulai.
17
4. Posisikan pasien duduk dengan posisi kaki lurus
kedepan dan kepala menunduk.
5. Inspeksi : garis yang menghubungkan 2 titik
tertinggi Krista iliaka kanan dan kiri akan memotong
garis tengah punggung setinggi L4 atau L4 – L5 yang
merupakan tempat puncture.
6. Palpasi : untuk mengenal ruang antara dua vertebra
lumbalis yang akan dilakukan penyuntikan.
7. Doker Anestesi dengan sarung tangan steril
melakukan tindakan antiseptik pada daerah
punggung pasien
8. Lakukan penyuntikan dengan jarum spinal pada
ruangan diantara dua vertebra yang ditentukan
dilakukan,
9. Lakukan dengan teknik median dengan arah 10-30
derajat terhadap bidang horizontal kearah cranial
pada ruang antar vertebra lumbalis yang sudah
dipilih. Jarum lumbal akan menembus berturut-
turut beberapa ligament yang terakhir
subarachnoid.
10. Lakukan dengan cara teknik paramedian apabila
menemukan kesulitan, caranya sama penyuntikan
dilakukan dengan cara lebih ke lateral 1 cm dan
lebih ke caudal 1 cm dari ruang antar vertebra yang
ditentukan.
11. Cairan LCS akan keluar dari jarum spinal, lakukan
babutase cairan LCS dengan spuit 3cc, lalu masukkan
obat anestesi sesuai dosis yang telah ditentukan.
12. Cabut jarum spinal, desinfeksi luka tusukan dan
posisikan pasien tidur supinasi dengan bantal.
13. Lakukan pengecekan capaian obat anestesi memblok
saraf, setelah 1 menit pembiusan.
14. Lakukan maintenance anestesi dengan monitoring
hemodinamik, kebutuhan cairan dan perdarahan.
15. Beri obat antiemetik ondancetron 4 mg iv dan analgetik
(Deksketoprofen 50 mg iv/ Tramadol 100
mg iv/ Paracetamol10-20 mg/kgBB iv/ Antrain 1gr)
18
sesuai dengan indikasi, ketika operasi hampir
selesai.
16. Setelah operasi selesai, pindahkan pasien ke
Recovery Room.
Pasca Prosedur 1. Memposisikan pasien head up 30 derajat.
Tindakan 2. Monitoring Bromage Skor.
3. Apabila nilai Bromage Score < 8 pasien bisa pindah
ke ruang rawat inap.
Tingkat Evidens IV
Tingkat C
Rekomendasi
19
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN REGIONAL ANESTESI DENGAN
EPIDURAL
20
a. Infeksi diarea penyuntikan
b. Penyakit susunan saraf pusat
c. Nyeri punggung kronik
Persiapan 1. Melakukan visitasi pre-anestesi meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (darah
rutin, kimia (albumin, ureum, creatinin, gula
darah), elektrolit (natrium, kalium, chloride), HBsAg
, EKG, Rontgen thorax AP) dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
2. Menentukan kriteria ASA dan kriteria emergensi
/tidak.
3. Melakukan Informed Concern mengenai tindakan
yang akan dilakukan, manfaat tindakan dan resiko
yang mungkin terjadi.
4. Memastikan kesiapan mesin anestesi, bedside
monitor, peralatan alat:
a. Handscoon steril
b. Epidral Set
c. Spuit 3cc, 10cc
d. Kassa
e. Alcohol
f. Betadine
g. Hipafix
5. Memastikan obat-obat epidural anestesi, meliputi
Buvipacain, Ropivacain, Lidodex, Lidocain,
Pehacain, Fentanyl, dan Morphine.
6. Memastikan obat-obat lain: antiemetik, analgetik
dan antifibrinolitik.
7. Memastikan obat-obat emergency: adrenalin,
epedrin, SA, aminofilin, dexamethason, metyl
prednisolon, neostigmine dan naloxan
diphenhydramine.
8. Memastikan jalur IV line lancar adekuat dengan
cairan kristaloid RL.
9. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
Prosedur 1. Pasang monitor (tekanan darah, saturasi, EKG
Tindakan sesuai indikasi).
2. Ukur dan catat hemodinamik pasien pra anestesi.
3. Beri tahu pasien bahwa anestesi segera di mulai.
21
4. Posisikan pasien duduk dengan posisi kaki lurus
kedepan dan kepala menunduk.
5. Inspeksi : garis yang menghubungkan 2 titik
tertinggi Krista iliaka kanan dan kiri akan
memotong garis tengah punggung setinggi L4 atau
L4-L5 yang merupakan tempat puncture.
6. Palpasi : untuk mengenal ruang antara dua
vertebra lumbalis yang akan dilakukan
penyuntikan.
7. Doker Anestesi dengan sarung tangan steril
melakukan tindakan antiseptik pada daerah
punggung pasien.
8. Lakukan infiltrasi dengan lidocain 2% untuk
anestesi local.
9. Lakukan penyuntikan dengan jarum spinal pada
ruangan diantara dua vertebra yang ditentukan
dilakukan,
10. Lakukan dengan teknik median dengan arah 10-30
derajat terhadap bidang horizontal kearah cranial
pada ruang antar vertebra lumbalis yang sudah
dipilih. Jarum lumbal akan menembus berturut-
turut beberapa ligament yang terakhir epidural.
11. Jarum Tuohy dimaskkan kecelah inerverebaa anara
L2-3/L3-4/L4-5 sesuai indikasi.
12. Jarum Tuohy dimasukkan pelan-pelan dengan
spuit diisi dengan NaCl 5cc. Spuit didorong sambal
memasukkan jarum. Bila dirasakan hilang tahanan
(loss of resistance) pada spuit dan pendorong
dengan mudah dimasukkan atau didorong pertanda
ujung jarum telah mencapai ruang epidural.
13. Kateter epidural dimasukan pelan-pelan melalui
Jarum Tuohy kearah kranial sejauh 3cm.
14. Obat anestesi dimasukkan setelah dipastikan jarum
masuk keruang epidural.
15. Sebelum obat dosis penuh dimasukkan, lakukan
tes dose terlebih dahulu obat dimasukkan sebanyak
3cc, bila tidak ada telinga berdengung, sesak nafas,
laju nadi cepat, kesadaran terganggu, kejang-
kejang, dosis obat bisa dilanjutkan.
22
16. Jika diperlukan epidural kontinyu dipasang kateter
epidural dengan fiksasi hipafix.
17. Lakukan pengecekan capaian atau ketinggian obat
anestesi memblok saraf dengan skala bromage,
setelah 1 menit pembiusan.
18. Lakukan maintenance anestesi dengan monitoring
hemodinamik, kebutuhan cairan dan perdarahan.
19. Beri obat antiemetik ondancetron 4 mg iv dan
analgetik (Deksketoprofen 50 mg iv/ Tramadol 100
mg iv/ Paracetamol10-20 mg/kgBB iv/ Antrain
1gr) sesuai dengan indikasi, ketika operasi hampir
selesai.
20. Setelah operasi selesai, pindahkan pasien ke
Recovery Room.
Tingkat C
Rekomendasi
23
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR SEDASI DEWASA
24
/tidak.
3. Melakkan Informed Concern mengenai tindakan
yang akan dilakukan, manfaat tindakan dan resiko
yang mungkin terjadi.
4. Memastikan kesiapan mesin anestesi, bedside
monitor, nasal canul, stetoskop dan OPA.
5. Memastikan obat-obat general anestesi, meliputi
obat sedasi, obat analgetik, obat induksi dan obat
muscle relaksan.
6. Memastikan obat-obat untuk maintenance anestesi,
meliputi: O2, N2O, Air dan obat inhalasi (Agen
Anestesi).
7. Memastikan obat-obat lain: antiemetik, analgetik
dan antifibrinolitik.
8. Memastikan obat-obat emergency: adrenalin, SA,
aminofilin, dexamethason, metyl prednisolon,
neostigmine dan naloxan diphenhydramin,
9. Memastikan jalur IV line lancar adekuat dengan
cairan kristaloid RL.
10. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
25
11. Pindahkan pasien ke Ruang Recovery Room
Pasca Prosedur 1. Oksigenasi dengan nasal kanul 3 l/m.
Tindakan 2. Monitoring Aldrete Skor (Warna Kulit/Saturasi,
Kesadaran, Respirasi, Sirkulasi dan Motorik).
3. Apabila nilai Aldrete Score > 8 pasien bisa pindah ke
ruang rawat inap.
Tingkat Evidens IV
Tingkat C
Rekomendasi
26
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR SEDASI PEDIATRIK
27
dan antifibrinolitik.
9. Memastikan obat-obat emergency: adrenalin, SA,
aminofilin, dexamethason, metyl prednisolon,
neostigmine dan naloxan diphenhydramin,
10. Memastikan jalur IV line lancar adekuat dengan
cairan kristaloid KAEN 3A.
11. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
28
Motorik).
3. Apabila nilai Steward Score > 5 pasien bisa pindah
ke ruang rawat inap.
Tingkat Evidens IV
Tingkat C
Rekomendasi
29
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR SEDASI GERIATRI
30
aminofilin, dexamethason, metyl prednisolon,
neostigmine dan naloxan diphenhydramine.
9. Memastikan jalur IV line lancar adekuat dengan
cairan kristaloid RL.
10. Memastikan adanya defibrillator siap pakai.
Tingkat C
Rekomendasi
31
Prosedur 2. Saat pra intra dan pasca sedasi tidak ada komplikasi
Tindakan 3. Jika hemodinamik tidak stabil pasien ditransport ke
ICU
Kepustakaan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi
dan Terapi Intensif 2015
Miller RD. 2005. Miller’s Anesthesia. 6th ed. Elsevier
Churchill Livingstone.
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, 2006, Clinical
Anesthesiology, fourth edition, Lange Medical
Book/McGraw-Hill.
Stoelting RK, 2006. Pharmacology & Physiology in
Anesthetic Practice, 4th ed, Lippincott Williams &
Wilkins
32
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR MONITORING PASIEN
DENGAN GENERAL ANESTESI
Persiapan 1. Pasien
Pasien yang sudah dilakukan premedikasi dan
induksi anestesi atau sedasi.
2. Alat dan Bahan
a. Monitoring pasien : Tensi, Nadi, Pulse Oxymetri,
EKG,CV.
b. Stetoscope
c. Alat dan obat-obatan anestesi
d. Lembar monitoring status anesesi atau status
sedasi
e. Bolpoin
3. Petugas
a. Penata Anestesi
b. Dokter Anestesi
c. Perawat Bedah
Prosedur 1. Periksa dan pastikan Alat dan mesin anestesi
Tindakan berfungsi dengan baik sebelum dilakukan tindakan
anestesi.
2. Terima pasien yang akan dioperasi dengan
memperkenalkan diri sesuai tim anestesi dan
mengecek semua identitas pasien serta kelengkapan
persyaratan operasi di Rekam Medis.
33
3. Siapkan Lembar monitoring dan alat tulis.
4. Bawa pasien ke kamar operasi sesuai tempatnya di
meja operasi.
5. Pasang alat monitor pada pasien yang akan di
operasi.
6. Siapkan obat general anestesi dan obat-obatan
emergency.
7. Anjurkan pasien untuk berdoa dan beri tahu bahwa
pembiusan akan dimulai.
8. Berikan obat sesuai instruksi dokter, mulai dari obat
premedikasi, induksi, muscle relaxan, antiemetic
dan analgetic.
9. Beri fasilitas alat bantu nafas (Face Mask, TIVA,
LMA, ETT)
10. Laporkan segala perubahan hemodinamik pada
dokter spesialis anestesi.
11. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan operasi.
12. Lakukan Tindakan kolaborasi pada pasien jika
terjadi kegawatan anestesi.
13. Lakukan pemantauan keluaran cairan (perdarahan,
urin, cairan lambung), tekanan darah, nadi, saturasi
oksigen, reaksi obat, kebutuhan cairan setiap 5
menit sekali.
14. Lakukan pendokumentasian yang kita kerjakan.
15. Lakukan Tindakan kolaboratif untuk mengakhiri
pembiusan.
16. Lepas alat pantau yang terpasang pada pasien.
17. Pindahkan pasien ke recovery room setelah tanda-
tanda vital stabil.
18. Catat pada Rekam Medis.
Pasca Prosedur 1. Monitoring Aldrete Skor (Warna Kulit/Saturasi,
Tindakan Kesadaran, Respirasi, Sirkulasi dan Motorik).
2. Apabila nilai Aldrete Score > 8 pasien bisa pindah ke
ruang rawat inap.
3. Monitoring Steward Skor (Kesadaran, Pernafasan,
Motorik).
4. Apabila nilai Steward Score > 5 pasien bisa pindah
ke ruang rawat inap.
Tingkat Evidens IV
34
Tingkat C
Rekomendasi
35
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR MONITORING PASIEN
DENGAN REGIONAL ANESTESI
Persiapan 1. Pasien
Pasien yang sudah dilakukan anestesi regional.
2. Alat dan Bahan
a. Monitoring pasien : Tensi, Nadi, Pulse Oxymetri.
b. Stetoscope
c. Alat dan obat-obatan anestesi
d. Lembar monitoring status anesesi
e. Bolpoin
3. Petugas
a. Penata Anestesi
b. Dokter Anestesi
c. Perawat Bedah
36
obatan anestesi.
5. Pasang alat monitoring: tekanan darah, nadi,
saturasi.
6. Siapkan alat dan obat regional anestesi untuk
memfasilitasi dokter anestesi melakukan regional
anestesi.
7. Atur posisi pasien yang akan dilakukan regional
anestesi.
8. Atur posisi pasien yang telah dilakukan regional
anestesi.
9. Lakukan pemantauan efek regional anestesi,
hemodinamik: tekanan darah, nadi, saturasi) dan
keadaan umum pasien setelah dilakukan regional
anestesi dan catat dalam lembar monitoring.
10. Lapor kepada dokter anestesi perubahan
hemodinamik dan keadaan umum pasien.
11. Lakukan tindakan kolaboratif jika terjadi kegawatan
pasien selama tindakan.
12. Lakukan pemantauan perdarahan, kecukupan
cairan dan berikan obat-obatan, cairan sesuai
interuksi dokter anestesi.
13. Dokumentasikan setiap perubahan hemodinamik
dan Tindakan yang telah dilakukan direkam medis.
14. Jika operasi telah selesai lepas semua alat
monitoring pasien dan pindah pasien keruang
pemulihan.
15. Lakukan pemantauan hemodinamik, keadaan
umum, luka operasi, perdarahan, penilaian brobage
skor pasien diruang pemulihan dan lapor ke dokter
anestesi.
16. Lakukan Tindakan kolaboratif dengan dokter
anestesi jika terjadi kegawatan selama di ruang
pemulihan.
17. Lakukan pendokumentasian direkam medis
pasien.
Pasca Prosedur 1. Memposisikan pasien head up 30 derajat.
Tindakan 2. Monitoring Bromage Skor.
3. Apabila nilai Bromage Score < 8 pasien bisa pindah
ke ruang rawat inap.
37
Tingkat Evidens IV
Tingkat C
Rekomendasi
Ditetapkan di Temanggung
pada tanggal 3 Januari 2022
DIREKTUR RSU GUNUNG SAWO
TEMANGGUNG,
LUCIANA DEWI
38