Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR SEDASI SEDANG – BERAT

Sedasi sedang adalah suatu keadaan dimana setelah pemberian obat


sedasi menyebabkan penurunan kesadaran, namun, pasien memiliki
respon terhadap rangsang suara, baik disertai maupun tidak dengan
rangsang sentuhan. Ventilasi spontan masih adekuat dan belum
diperlukan intervensi untuk menjaga patensi jalan nafas. Fungsi
kardiovaskuler masih tidak berubah. Sedasi berat adalah suatu
keadaan dimana setelah pemberian obat terjadi penurunan kesadaran,
1. PENGERTIAN
pasien hanya bereaksi dengan pemberian rangsng nyeri. Fungsi
pernafasan dapat terganggu pasien membutuhkan bantuan untuk
menjaga potensi jalan nafas, dan pernafasan spontan dapat menjadi
tidak adekuat. Fungsi kardiovaskuler biasanya tidak terganggu.
Desaturasi adalah penurunan konsentrasi oksigen di dalam darah
yang ditandai dengan angka SpO2 < 92% pada monitor eksimetri.

Untuk tindakan diagnostik yang kurang dari 30 menit dan terapeutik


2. INDIKASI
yang kurang dari 15 menit, yang membutuhkan sedasi.
1. Hemodinamik tidak stabil
3. KONTRA 2. Pada tindakan di luar kamar oprasi kesulitan melakukan bantuan
INDIKASI ventilasi

4. PERSIAPAN 1. Pasien
 Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan sedang –
berat.
 Ijin persetujuan tindakan sedasi sedang – berat
 Puasa
 Medikasi sesuai resiko anastesi
 Premedikasi pra anastesi
 Kelengkapan pemeriksaan penunjang

2. Alat
 Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
 Lidokain 2% ( 3 ampul)
 Efedrin 50 mg ( 1 ampul)
 Midazolam 5 mg ( 2 ampul)
 Fentanyl 100 ug (2 ampul) Pethidin 100 mg ( 2 ampul)
 Ketamin 100 mg
 Profolol 200 mg (1 ampul)
 Laringoskop 1 buah
 Sungkup Muka
 Set suction 1 buah
 Pipa endotrokheal 1 buah
 Selotip 1 buah
 Oksigen

1
 Ambu bag 1 buah

3. Dokter
 Visit periopratif
 Penetuan klasifikasi ASA PS.
 Chek list kesiapan anstesi

5. PROSEDUR 1. Prasedasi
TINDAKAN  Meninjau ulang rekam medis pasien
 Anamnesis pasien berupa
 Identitas pasien
 Identifikasi prosedur yang akan dilakukan
 Verifikasi status masuk pasien (rawat jalan, rawat inap,
one – day care , dan lain – lain)
 Riwayat penyakit pasien yang relevan
 Abdormalitas sistem organ utama
 Riwayat anastesi/ sedasi sebelumnya, efek samping yang
pernah terjadi / dialami
 Obat – obatan yang di konsumsi saat ini, alergi obat, dan
interaksi obat yang mungkin terjadi.
 Asupan makanan terahir
 Riwayat merokok, alkohol, atau penyalahgunaan obat-
obatan
 Lakukan pemeriksaan fisik
 Tanda vital
 Evaluasi jalan nafas
 Auskultasi jantung dan paru
 Lakukan evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi,
dan EKG (berdasarkan pada kondisi yang mendasari dan efek
yang mungkin terjadi dalam penanganan pasien) profilaksis
sesuai indikasi.
 Catat di rekam medis pasien konfirmasi temuan klinis segera
sebelum malakukan anastesi /sedasi.
 Konsultasi medis, jika memungkinkan.
 Susunlah rencana tindakan sedasi dan diskusi dengan pasien /
keluarganya mengenai resiko- keuntungan dari tindakan sedasi
 Tandatangani surat persetujuan tindakan (inform consent)

2. Intrasedasi
 Pemasangan IV line
 Pemasangan alat monitor minimal 4 parameter ( tekanan darah,
EKG, Saturasi, respirasi)
 Pemberian obat- obatan sedasi
 Pemantauan pasien berupa
 Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respon pasien
terhadap stimulus)
 Respon menjawab (verbal) : menunjukan bahwa pasien
bernafas

2
 hanya memberikan respon merupakan refleks menarik diri
(whitedrawal) dalam sedasi berat / dalam.

3. Oksigenisasi
Memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses
sedasi menggunakan oksimetri denyut ( PULSE OKSIMETRI)

4. Ventilasi Paru ( observasi, auskultasi)


Semua pasien yang menjalani prosedur sedasi harus memiliki
ventilasi yangb adekuat dan di pantau secara terus menerus.

5. Lihat tanda klinis


penggerakan dinding dada, pergerakan pernapasan, auskultasi
dada.

6. PASCA 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan


PROSEDUR 2. Terapi oksigen 2 lt/mnt dengan menggunakan masker NRM
TINDAKAN 3. Atasi komplikasi yang terjadi
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. INDIKATOR 90% dari pasien yang menjalani pembedahan dapat dianastesi dengan
PROSEDUR anestesi umum total intravena
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hiller SC, Hormones as drugs, in :
Pharmakology and psysiology in anastesic practice, 4 th
Edition. Phililadephia: Lippincott William and Wilkins :
9. KEPUSTAKAAN 2006, p.461 – 69
2. Hiller SC, Marzuek MS Monitored Anastesia Care. In.
Clinikal Anestesia. 6 th Edition. Philipedia : Lippicott
Williams & Wilkins p.815-32.

3
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR ANESTESI UMUM DENGAN TOTAL INTRAVENA

Tidakan anastesi dengan mengunakan obat anastesi intravena total


1. PENGERTIAN
yang diberikan secara intermiten lewat infus.
1. Prosedur pembedahan yang singkat.
2. INDIKASI 2. Prosedur pembedahan yang tidak membutuhkan relaksasi.
3. Pembedahan dengan kontra indikasi anastesi regional.
1. Pembedahan di daerah kepala dan leher
3. KONTRA 2. Pembedahan yang memebutuhkan relaksasi
INDIKASI
3. Prosedur pembedahan panjang
1. Pasien
 Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan anastesi
umum total dan intravena.
 Ijin persetujuan tindakan anastesi umum dengan total
intravena.
 Puasa
 Medikasi sesuai resiko anastesi
 Premedikasi pra anastesi
 Kelengkapan pemeriksaan penunjang

2. Alat
 Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
 Lidokain 2% ( 3 ampul)
 Efedrin 50 mg ( 1 ampul)
4. PERSIAPAN
 Midazolam 5 mg ( 2 ampul)
 Fentanyl 100 ug (2 ampul)
 Propofol 200 mg ( 1 ampul)
 Kanul oksigen
 Laringoskop 1 buah
 Set suction 1 buah
 Oksigen
 Mesin anastesi

3. Dokter
 Visit periopratif
 Penetuan klasifikasi ASA PS.
 Chek list kesiapan anstesi

5. PROSEDUR 1. Premedikasi menggunakan midazolam 2 mg, fentalyl 1 ug/kg dan


TINDAKAN lidokain 1% 1 mg/kg
2. Induksi menggunkan profolol 1,5 mg/kg
3. Maintance anastesi menggunakan oksigen via nasal kanul 2
lt/mnt, obat induksi profolol 1 mg/kg/15 mnt diberikan secara

4
intermiten, analgetik berupa fentalyl 1 ug/kg.
6. PASCA 1. Observasi tanda vital dikamar pemulihan
PROSEDUR 2. Terapi oksigen 2 lt/mnt dengan menggunakan nasal kanul
TINDAKAN 3. Atasi komplikasi yang terjadi
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. TINGKAT C
REKOMENDASI
9. INDIKATOR 90% dari pasien yang menjalani pembedahan dapat dianastesi dengan
PROSEDUR anestesi umum total intravena.
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hiller SC, Hormones as drugs, in : Pharmakology
and psysiology in anastesic practice, 4th Edition. Phililadephia:
Lippincott William and Wilkins : 2006, p.461 – 69
10. KEPUSTAKAAN
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Airway Management In, :
Clinical anesthesiology. 4th Edition. New york; Large Medical
Book.

5
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR ANESTESI UMUM DENGAN INTUBASI ENDOTRAKEAL

Tindakan anestesi dengan menggunakan anestesi inhalasi yang


1. PENGERTIAN dihantarkan pada pasien dengan menggunakan pipa endoktrakheal
tube yang dimasukkan ke dalam trachea.
1. Pembedahan daerah kepala dan leher.
2. INDIKASI 2. Pembedahan yang membutuhkan relaksasi.
3. Pembedahan dengan kontra indikasi anestesi regional.
3. KONTRA Tidak Ada
INDIKASI
1. Pasien
- Penjelasan rencana dan resiko komplikasi Tindakan anestesi
umum dengan intubasi endotracheal.
- Ijin persetujuan tindakan anestesi umum dengan intubasi
endotrakheal.
- Puasa.
- Medikasi sesuai resiko anestesi.
- Premedikasi pra anestesi.
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang.

2. Alat
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2% (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100 µg atau Pethidin 100mg (2mg) analgesik.
4. PERSIAPAN
- Propofol 200mg (1 ampul) Hipnotik sedative.
- Atracurium 50 mg (1 ampul)
- Laringoskop 1 set.
- Sungkup muka.
- Suction (1 Set).
- 1 set pipa endotrakheal.
- Selotip 1 set.
- Oksigen.
- Mesin anestesi.
- Isofluran/ Sevofluran/ Halotan (1 Botol).

3. Dokter
- Visite perioperative.
- Penentuan klasifikasi ASA PS.
- Check list kesiapan anestesi.

5. PROSEDUR 1. Premediaksi bila dianggap perlu menggunakan midazolam


TINDAKAN 2mg, Fentanyl 1 µg/kg atau Pethidine 1 mg/kg dan lidokain 1,5
mg/kg (sedasi)

6
2. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg (Hipnotik Sedatif).
3. Preoksigenisasi dengan oksigen 4-6 lt/Mnt
4. Lumpuhkan Pasien dengan pelumpuh otot atracurium 0,5
mg/kg
5. Laringoskopi dan Insersi pipa endotracheal.
6. Check ketepatan insersi pipa endotracheal, kesamaa bunyi
nafas kemudian fiksasi pipa endotracheal.
7. Maintanance anestesi menggunakan oksigen 4 lt/mnt, anestesi
inhalasi isofluran /sevoflurane/halotan (agen Voletail)
sebanyak 0,5 – 1,5 vol %, analgesik berupa (Fentanyl)
8. Ekstubasi jika nafas spontan adekuat.

6. PASCA 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.


PROSEDUR 2. Terapi Oksigen 6 lt/mnt dengan menggunakan masker NRM
TINDAKAN 3. Atasi komlikasi yang terjadi
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. INDIKATOR 90 % dari pasien yang menjalani pembedahan dapat di anestesi
PROSEDUR umum intubasi endoktrheal.
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hiller SC, Hormones as drugs, in : Pharmakology
and psysiology in anastesic practice, 4th Edition. Phililadephia:
Lippincott William and Wilkins : 2006, p.461 – 69
9. KEPUSTAKAAN
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Airway Management In, :
Clinical anesthesiology. 4th Edition. New york; Large Medical
Book; 2006. p.412-49

7
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR WEANING (PENYAPIHAN) DARI VENTILATOR

1. PENGERTIAN Tindakan pelepasan bantuan ventilasi mekanik.

1. Penyebab dasar gagal nafas telah teratasi.


2. INDIKASI
2. Perbaikan fungsi respirasi dan hemodinamik.
3. KONTRA Tidak Ada
INDIKASI
1. Pasien:
- Pastikan sedasi talah dihentikan dan tidak ada lagi efek
pelumpuhan otot
- Pastikan dilengkapi pemeriksaan analisis gas darah gas
darah dan kadar elektrolit sengan rasio PaO2/FiO2> 200.
- Pastikan adanya perbaikan fungsi nafas.
- Pasien mampu bernafas spontan dan adekuat
- Kesadaran pasien GCS>13
- Pasien telah lepas dan menggunakan dosis rendah
vasopressor (Dopamin ,5mcg/kg.
- Hemodinamik pasien stabil

2. Alat:
- Siapkan suction set (1 buah)
4. PERSIAPAN
- Persiapkan prosedur intubasi jika gagal disapih.
- Laringoskop (1buah) ukuran standar No3.
- Pipa endotracheal (1 buah) No.ID 7,0
- Sulfast Atropin 0,25 mg (3 ampul)
- Lidokain 20 mg (3 ampul)
- Dexamethasone 4mg (2 ampul)
- Handschoon steril 2 pasang.
- Masker oksigen NRM dewasa (1 buah)
- Oksigen.

3. Dokter
Memberikan informasi kepada keluarga mengenai rencana
penyapihan ventilator dan resiko yang dapat terjadi.

5. PROSEDUR 1. Persiapkan semua perlengkapan dilakukannya intubasi ulang.


TINDAKAN 2. Pastikan pasien bernafas spontan adekuat dan refleks batuk telah
ada.
3. Percobaan nafas spontan selama 30-120 menit.
4. Amati kondis pasien pasien. Jika:
- Respiratory Rate> 35.
- SaO2<90%.

8
- Nadi>140 atau ↑≥20%
- TD Sistolik >180 mmHg <90 mmHG
- Agitasi, berkeringat, gelisah
- RR/TV >105
Menandakan pasien belum dapat di weaning dari ventilasi
mekanik.
5. Jika tidak ada, dan pasien dapat batuk secara efektif, dapat
dilakukan ekstubasi.
6. Lakukan suctioning jalan nafas, pastikan bebas dari secret dan
lender sebelum dilakukan ekstubasi.
1. Observasi ketat hemodinamik.
6. PASCA 2. Pemeriksaan AGD konfirmasi setelah 30 menit pasca ekstubasi.
PROSEDUR
3. Terapi oksigen dengan O2 lewat masker NRM
TINDAKAN
4. Tetap siap jika dibutuhkan Tindakan intubasi ulang.
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. INDIKATOR 80 % dari pasien dengan gagal nafas yang di sapih dari ventilator
PROSEDUR berhasil tanpa komplikasi.
TINDAKAN
1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Critical Care. In: Clinical
Medical Books; 2006. p. 1452-96
2. Kacmareck RM,Hess DR.Mechnical Ventilation For the Surgical
9. KEPUSTAKAAN
Patient. In: Longnecker DE, Brown DDL, Neuman MF, Zapol
WM. Editors. Anesthesiology. New York: Mc Graw Hill;2008.
P.2072-91

9
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR ANESTESI REGIONAL DENGAN SUB ARACHNOID BLOCK

Tindakan anestesi dengan menggunakan obat anestesi lokal yang


1. PENGERTIAN
disuntukan ke ruang sub arachnoid.
1. Pembedahan daerah lower abdomen
2. INDIKASI 2. Pembedahan daerah ekstremitas bawah
3. Pembedahan daerah urogenetalia
1. Gangguan faal koagulasi
3. KONTRA 2. Kelainan Tulang belakang
INDIKASI 3. Pasien menolak
4. Syok
1. Pasien
- penjelasan rencana dan resiko komplikasi Tindakan spinal
anestesi.
- Izin persetujuan Tindakan spinal anastesi
- Puasa
- Medikasi sesuai resiko anastesi.
- Premedikasi pra anestesi
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang

2. Alat
- Kelengkapan jarum spinal 25/26/27 G (1 buah)
- Lidokain 2% (1 buah)
- Obat anestesi regional
- Dispo 5 cc (1 buah)
- Dispo 3 cc (1 buah)
4. PERSIAPAN
- Kassa steril (5 lembar)
- Doeck Steril ( 1 buah)
- Betadine (10 cc)
- Efedrine (1 ampul)
- Hipnotik Sedatif analgesia
- Sulfat atrofin 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula oksigen
- Mesin anestesi dan persiapan general anestesi set

3. Dokter
- Visite perioperative
- Penentuan klasifikasi ASA PS
- Checklist kesiapan anestesia

5. PROSEDUR 1. Pasang monitor standar berupa, Tekanan darah , saturasi oksigen,


TINDAKAN dan kesiapan alat dan obat generl anestesia
2. Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500 cc
3. Posisikan pasien duduk atau tidur miring
4. Identifikasi tempat insersi jarum spinal dan diberikan penanda.
5. Desinfeksi daerah insensi jarum spinal, injeksi anestesi local
lidokain 2 % 40 mg (bila perlu)
10
6. Insersi jatum spinal ditempat yang telah ditandai.
7. Pastiakn LCS keluar
8. Barbotage cairan LCS yang keluar
9. Injeksikan bupivacaine 0,5 % 5-20 mg atau Levobupivicain (obat
anestesi regional) dikombinasikan dengan fentanyl 25
mg/phetidin 25 mg intatekal (bila perlu)
10. Check level ketinggian block
11. Maintanance dengan oksigen 2 lt/mnt, sedasi dengan midazolam 2
mg. jika terjadi hipptensi, lakukan prosedur terapi hipotensi (bila
perlu)

1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan


6. PASCA
2. Observasi tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
PROSEDUR
3. Oksigenasi menggunakan oksigen via simple mask
TINDAKAN
4. Atasi komplikasi yang terjadi
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. TINGKAT
C
REKOMENDASI
9. INDIKATOR 90% spinal anestesi berhasil tanpa komplikasi
PROSEDUR
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hiller SC, Hormones as drugs, in :
Pharmakology and psysiology in anastesic practice, 4th Edition.
Phililadephia: Lippincott William and Wilkins : 2006, p.461 –
10. KEPUSTAKAAN 69
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Airway Management
In,: Clinical anesthesiology. 4th Edition. New york; Large
Medical Book; 2006. p.472-99

11
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR ANESTESI REGIONAL DENGAN INTERSKALENUS BLOCK

Tindakan anestesi yang menginjeksikan obat lokal anestesi dengan


1. PENGERTIAN bantuan nerve stimulator untuk memblok inversi pada pleksus
brachialis
1. Pembedahan di daerah bahu
2. INDIKASI 2. Pembedahan di daerah ekstremitas atas
1. Infeksi local site of injection
3. KONTRA 2. Koagulopati
INDIKASI 3. Alergi pada agen anestesi lokal
4. Pasien menolak
1. Pasien
- mendapat penjelasan mengenai Tindakan yang akan
dilakukan dan resiko yang dapat terjadi.
- Puasa
- Penjelasan rencana dan resiko komplikasi Tindakan
interskalenus blok anestesi
- Izin persetujuan Tindakan spinal anestesi
- Medikasi sesuai resiko anestesi
- Premedikasi pra anestesi
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang

2. Alat
- Nerve Stimulator ( 1 buah)
- Stimuplex 100 ( 1 buah)
- USG Doppler ( 1 buah )
- Hipafix sebagai fiksasi kateter peidural
- Lidokain 1 % 30-40 ml)
- Epinefrin 1:1000 ( 1 ampul)
4. PERSIAPAN
- Bupivacain 0,5 % 20cc isobaric ( 1 vial)
- Dispo 1 cc ( 1 buah )
- Dispo 5 cc ( 1 buah)
- Dispo 3 cc ( 1 buah)
- Dispo 10 cc ( 1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine ( 10 cc)
- Alkohol 70 %
- Efedrine 1 (ampul)
- Midazolam ( 1 ampul)
- Sulfat atropine 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula oksigen

3. Dokter
- Visite perioperative.
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah.
12
1. Dilakuakan prosedur premedikasi
2. Posisikan pasien tidur dengan memutar kepala 30 derajat pad asisi
kontralateral
3. Identifikasi tempat insersi stimuplex dan berikan penanda
4. Desinfeksi pada daerah interskalenus dengan betadine 10% dan
alcohol 70 %
5. Lakukan penyuntikan anestesi local lidocaine 2 % ditempat
5. PROSEDUR insersi
TINDAKAN 6. Insersi jarum stimuplex yang dihubungkan dengan nerve
stimulator dengan arus tertentu dengan sudut 30 derajat
mediocaudal dengan bantuan USG dopller
7. Melihat respon motoric pada target inervasi
8. Diberikan anestesi local berupa lidokain 1% 30-40 ml + epinefrin
1 : 200 000 atau Bupivacain 0,375 % melalui kateter pada jarum
stimuplex

6. PASCA 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan


PROSEDUR 2. Prosedur etrapi oksigen di kamar pemulihan
TINDAKAN 3. Atasi komplikasi yang terjadi
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. TINGKAT
C
REKOMENDASI
9. INDIKATOR 90% dari pasien yang mendalami pembedahan
PROSEDUR
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In : Pharmacology
and physiology in anesthesic practice. 4th Edition. Philadelphia:
Lippincott William and Wilkins; 2006. p.461-69.
10. KEPUSTAKAAN
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal, Epidural
and Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4th Edition. New
York: Lange Medical Books; 2006.p 982-86

13
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR ANESTESI UMUM DENGAN INHALASI VIA FACE MASK

Tindakan anestesi dengan menggunakan obat anestesi inhalasi yang


1. PENGERTIAN dihantarkan pada pasien via face mask
1. Pembedahan di daerah yang singkat
2. INDIKASI 2. Pembedahan dengan kontra indikasi anestesi regional
1. Pembedahan di daerah kepala dan leher
3. KONTRA
2. Prosedur pembedahan Panjang
INDIKASI
3. Pembedahan pada pasien dengan lambung penuh
1. Pasien
- penjelasan rencana dan resiko komplikasi Tindakan anestesi
umum dengan inhalasi via face mask.
- Izin persetujuan Tindakan anestesi umum dengan inhalasi via
face mask
- Puasa
- Medikasi sesuai resiko anestesi
- Kelengkapan pemeriksaaan penunjang

2. Alat
- Sulfat atropine 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % ( 3 ampul)
- Efedrin 50 mg ( 1 ampul)
- Midazolam 5 mg ( 2 ampul)
4. PERSIAPAN
- Pethidin 100 mg /fentanyl 100 µg (2 ampul)
- Propofol 200 mg ( 1 ampul )
- Sungkup muka
- Laryngoscope ( 1 buah)
- Set suction ( 1 buah )
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofulran/Sevofluran/Halotan ( 1 botol)

3. Dokter
- Visite perioperative.
- Penentuan klasifikasi ASA PS
- Check List kesiapan anestesi

1. Premedikasi menggunakan midazolam 2 mg, fentanyl 1 µg/kg dan


lidokain 1% 1 mg/kg
5. PROSEDUR 2. Induksi menggunakan proporof 1,5 mg/kg
TINDAKAN 3. Maintanance anestesi menggunakan anestesi inhalasi
isoflurane/sevoflurane/halotan 0,5-1,5 vol% via face mask,
analgetic berupa fentanyl 1µg/kg jika perlu.
6. PASCA 1. Observasi tanda vital dikamar pemulihan
PROSEDUR 2. Terapi oksigen dengan menggunakan masker NRM
TINDAKAN 3. Atasi komplikasi yang terjadi

14
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. TINGKAT
C
REKOMENDASI
9. INDIKATOR
PROSEDUR 90% dari pasien yang mendalami pembedahan
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In :
Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins; 2006.
10. KEPUSTAKAAN p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal,
Epidural and Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4th
Edition. New York: Lange Medical Books; 2006.p 412-49

15
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR KOMBINASI ANESTESI UMUM DENGAN INTUBASI


DAN REGIONAL ANESTESI DENGAN EPIDURAL
Kombinasi Tindakan anestesi dengan menggunakan anestesi inhalasi
yang dihantarkan pada pasien dengan menggunakan pipa
1. PENGERTIAN endotracheal tube yang dimasukan ke dalam trachea dan anestesi
dengan menginjeksikan dengan obat local anestesi ke ruang epidural
melalui kateter epidural yang diberikan secara intermiten.
1. Pembedahan didaerah abdomen
2. Pembedahan di daerah thoraxs
2. INDIKASI 3. Pembedahan di daerah urogenital
4. Pembedahan yang membutuhkan relaksasi
5. Pembedahan yang membutuhkan Post Op Epidural analgesia
1. Gangguan faal koagulasi
2. Kelainan tulang belakang
3. KONTRA
3. Terdapat infeksi di tempat insersi kateter epidural
INDIKASI
4. Pasien menolak
5. Syok
4. PERSIAPAN 1. Pasien
- mendapat penejlasan mengenai Tindakan yang akan
dilakukan dan resiko yang dapat terjadi
- puasa
- penjelasan rencana dan resiko komplikasi Tindakan
kombinasi baik General anaestesia dan Epidurial anestesia.
- Izin persetyujuan Tindakan CEGA anestesi
- Puasa
- Medikasi sesuai resiko anestesi
- Kelengkapan pemeriksaaan penunjang.

2. Alat dan bahan


- Sulfat Atropin 0,25 mg( 2 ampul)
- Lidocain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg ( 1 ampul)
- Midazolam 5 mg ( 2 ampul)
- Fentanyl 100 µg atau Pethidin 100 mg ( 2 ampul)
- Profopol 200 mg ( 1 ampul)
- Atracurium 50 mg ( 1 ampul)
- Laringoscope 1 buah
- Sungkup muka
- Set suction 1 buah
- Pipa endotracheal 1 buah
- Selotip 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofluran/Sevofluran/Halotan ( 1 botol)
- Epidural 1 set ( I buah)
- Hipafix sebagai fiksasi kateter epidural
- Lidokain 2% ( 10 ampul)
16
- Epinefrin 1:1000 ( 1 ampul)
- Bupivicain 0,5 20 cc isobaric ( 1 vial)
- Dispo 1 cc ( 1 buah)
- Dispo 3 cc ( 1 buah)
- Dispo 5 cc ( 1 buah)
- Dispo 10 cc ( 1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10 cc)
- Oksigen

3. Dokter
- Visite perioperative.
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah.

1. Pasang monitor standar berupa, tekanan darah, EKG, saturasi


oksigen.
2. Dilakukan prosedur premedikasi
3. Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500 cc
4. Posisikan pasien duduk atau tidur miring
5. Identifikasi tempat insersi jarum touchy epidural dan berikan
penanda
6. Desinfeksi daerah insersi jarum touchy dan lakukan penyuntikan
anestesi local lidokain 2% di tempat insersi
7. Insersi jarum epidural di tempat yang telah di tandai dengan
tekhnik ‘Loss Off Resistance’ atau ‘Hanging Drop’
8. Tarik penuntun pada jarum touchy dan pastikan LCS tidak keluar
9. Insersikan kateter epidural menuju ruang epidural melalui jarum
touchy
10. Diberikan anestesi local berupa lidokain 2 % 60 mg+
epinefrin 1:200.000 sebagai dosis test untuk mengetahui
5. PROSEDUR
kemungkinan masuknya obat anestesi local ke intravena maupun
TINDAKAN
ruang sub arachnoid
11. Fiksasi kateter epidural
12. Premedikasi menggunakan midazolam 2 mg, fentanyl 1µg/kg atau
pethidine 1 mg/kg dan lidokain 1,5 mg/kg.
13. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg
14. Preoksigenasi dengan oksigen 4-6 lt/menit
15. Lumpuhkan pasien dengan pelumpuh otot atracurium 0,5 mg/kg
16. Laringoscopi dan insersi pipa endotrakheal
17. check ketepatan insersi pipa endotrakheal, kesamaan bunyi nafas
kemudian fiksasi pipa endotracheal
18. maintenance anestesi menggunakan oksigen 4 lt/menit, anestesi
inhalasi isofluran/sevoflurane/halotan sebanyak 0,5-1,5 vol %,
analgetic berupa fentanyl 1 µg/Kg/jam dan pelumpuh otot
atracurium 0,1 mg/kg/30 menit.
19. Ekstubasi jika nafas spontan adekuat

6. PASCA 1. observasi tanda vitalndi kamar pemulihan


PROSEDUR 2. prosedur terapi oksigen di kamar pemulihan
TINDAKAN 3. atasi komplikasi yang terjadi
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. INDIKATOR 90% dari pasien yang akan menjalani pembedahan dapat di anestesi
PROSEDUR menggunakan kombinasi anestesi umum intubasi dan anestesi
TINDAKAN umum intubasi dan anestesi epidural
17
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In :
Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins; 2006.
9. KEPUSTAKAAN p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal, Epidural
and Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006.p 412-19

18
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

PROSEDUR ANESTESI REGIONAL DENGAN EPIDURAL

Tindakan anestesi dengan menginjeksikan obat local anestesi ke


1. PENGERTIAN ruang epidural melalui kateter epidural melalui kateter epidural yang
diberikan secara intermitten.
1. Pembedahan di daerah abdomen.
2. Pembedahan di daerah thoraks.
2. INDIKASI
3. Pembedahan di daerah ekstremitas bawah
4. Pembedahan di daerah urogenital.
1. Gangguan faal koagulasi
2. Kelainan Tulang belakang
3. KONTRA
3. Terdapat infeksi ditempat insersi kateter epidural
INDIKASI
4. Pasien menolak
5. Syok
1. Pasien
- Mendapat penjelasan mengenai Tindakan yang akan
dilakukan dan resiko yang dapat terjadi.
- Puasa
- Medikasi sesuai resiko anestesi.
- Premedikasi pra anestesi
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang.

2. Alat
- Epidural set (1 buah)
- Hipafix sebagai fiksasi kateter epidural
- Lidokain 2% (10 ampul)
- Epinefrin 1:1000 (1 ampul)
- Bupivacain 0,5% 20cc isobarik (1 vial)
- Dispo 1 cc (1 buah)
4. PERSIAPAN - Dispo 5 cc (1 buah)
- Dispo 3 cc (1 buah)
- Dispo 10 cc (1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10 cc)
- Efedrine (1 ampul)
- Midazolam (1 ampul)
- Sulfas atropine 0,25mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula Oksigen

3. Dokter
- Visit perioperatif
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah

5. PROSEDUR 1. Dilakukan prosedur premedikasi dan cek kesiapan alat, obat


TINDAKAN anestesi untuk General anestesi (Anestesi Umum)
2. Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500cc
3. Posisikan pasien duduk atau tidur miring

19
4. Identifikasi tempat insersi jarum Touchy epidural dan berikan
penanda
5. Desinfeksi daerah insersi jarum Touchy dan lakukan
penyuntikan anestesi local lidokain 2% ditempat insersi
6. Insersi jarum epidural ditempat yang telah ditandai dengan
Teknik “Loss Of Resistance” atau ‘Hanging Drop’
7. Tarik penuntun pada jarum Touchy dan pastikan LCS tidak
keluar
8. Insersikan kateter epidural menuju ruang epidural melalui jarum
Touchy
9. Diberikan anaestesi lokal berupa lidokain 2% 60 mg + epinefrin
1:200000 sebagai dosis tes untuk mengetahui kemungkinan
masuknya obat anestesi lokal keintravena maupun ruang sub
arachnoid
10. Fiksasi kateter epidural
11. Maintenance anestesi menggunakan obat anestesi lokal yang
disuntikkan ke ruang epidural sesuai dermatom tubuh yang akan
diblok dan dapat dikombinasikan dengan prosedur anestesi
spinal atau prosedur anestesi umum dengan intubasi
endotracheal

6. PASCA 1. observasi tanda vitalndi kamar pemulihan


PROSEDUR 2. prosedur terapi oksigen di kamar pemulihan
TINDAKAN 3. atasi komplikasi yang terjadi
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. INDIKATOR 90% dari pasien yang akan menjalani pembedahan dapat di anestesi
PROSEDUR
menggunakan anestesi epidural
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In :
Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins; 2006.
9. KEPUSTAKAAN p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal, Epidural
and Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006.p 412-19

20

Anda mungkin juga menyukai