4. PERSIAPAN 1. Pasien
Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan sedang –
berat.
Ijin persetujuan tindakan sedasi sedang – berat
Puasa
Medikasi sesuai resiko anastesi
Premedikasi pra anastesi
Kelengkapan pemeriksaan penunjang
2. Alat
Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
Lidokain 2% ( 3 ampul)
Efedrin 50 mg ( 1 ampul)
Midazolam 5 mg ( 2 ampul)
Fentanyl 100 ug (2 ampul) Pethidin 100 mg ( 2 ampul)
Ketamin 100 mg
Profolol 200 mg (1 ampul)
Laringoskop 1 buah
Sungkup Muka
Set suction 1 buah
Pipa endotrokheal 1 buah
Selotip 1 buah
Oksigen
1
Ambu bag 1 buah
3. Dokter
Visit periopratif
Penetuan klasifikasi ASA PS.
Chek list kesiapan anstesi
5. PROSEDUR 1. Prasedasi
TINDAKAN Meninjau ulang rekam medis pasien
Anamnesis pasien berupa
Identitas pasien
Identifikasi prosedur yang akan dilakukan
Verifikasi status masuk pasien (rawat jalan, rawat inap,
one – day care , dan lain – lain)
Riwayat penyakit pasien yang relevan
Abdormalitas sistem organ utama
Riwayat anastesi/ sedasi sebelumnya, efek samping yang
pernah terjadi / dialami
Obat – obatan yang di konsumsi saat ini, alergi obat, dan
interaksi obat yang mungkin terjadi.
Asupan makanan terahir
Riwayat merokok, alkohol, atau penyalahgunaan obat-
obatan
Lakukan pemeriksaan fisik
Tanda vital
Evaluasi jalan nafas
Auskultasi jantung dan paru
Lakukan evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi,
dan EKG (berdasarkan pada kondisi yang mendasari dan efek
yang mungkin terjadi dalam penanganan pasien) profilaksis
sesuai indikasi.
Catat di rekam medis pasien konfirmasi temuan klinis segera
sebelum malakukan anastesi /sedasi.
Konsultasi medis, jika memungkinkan.
Susunlah rencana tindakan sedasi dan diskusi dengan pasien /
keluarganya mengenai resiko- keuntungan dari tindakan sedasi
Tandatangani surat persetujuan tindakan (inform consent)
2. Intrasedasi
Pemasangan IV line
Pemasangan alat monitor minimal 4 parameter ( tekanan darah,
EKG, Saturasi, respirasi)
Pemberian obat- obatan sedasi
Pemantauan pasien berupa
Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respon pasien
terhadap stimulus)
Respon menjawab (verbal) : menunjukan bahwa pasien
bernafas
2
hanya memberikan respon merupakan refleks menarik diri
(whitedrawal) dalam sedasi berat / dalam.
3. Oksigenisasi
Memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses
sedasi menggunakan oksimetri denyut ( PULSE OKSIMETRI)
3
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
2. Alat
Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
Lidokain 2% ( 3 ampul)
Efedrin 50 mg ( 1 ampul)
4. PERSIAPAN
Midazolam 5 mg ( 2 ampul)
Fentanyl 100 ug (2 ampul)
Propofol 200 mg ( 1 ampul)
Kanul oksigen
Laringoskop 1 buah
Set suction 1 buah
Oksigen
Mesin anastesi
3. Dokter
Visit periopratif
Penetuan klasifikasi ASA PS.
Chek list kesiapan anstesi
4
intermiten, analgetik berupa fentalyl 1 ug/kg.
6. PASCA 1. Observasi tanda vital dikamar pemulihan
PROSEDUR 2. Terapi oksigen 2 lt/mnt dengan menggunakan nasal kanul
TINDAKAN 3. Atasi komplikasi yang terjadi
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. TINGKAT C
REKOMENDASI
9. INDIKATOR 90% dari pasien yang menjalani pembedahan dapat dianastesi dengan
PROSEDUR anestesi umum total intravena.
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hiller SC, Hormones as drugs, in : Pharmakology
and psysiology in anastesic practice, 4th Edition. Phililadephia:
Lippincott William and Wilkins : 2006, p.461 – 69
10. KEPUSTAKAAN
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Airway Management In, :
Clinical anesthesiology. 4th Edition. New york; Large Medical
Book.
5
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
2. Alat
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2% (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100 µg atau Pethidin 100mg (2mg) analgesik.
4. PERSIAPAN
- Propofol 200mg (1 ampul) Hipnotik sedative.
- Atracurium 50 mg (1 ampul)
- Laringoskop 1 set.
- Sungkup muka.
- Suction (1 Set).
- 1 set pipa endotrakheal.
- Selotip 1 set.
- Oksigen.
- Mesin anestesi.
- Isofluran/ Sevofluran/ Halotan (1 Botol).
3. Dokter
- Visite perioperative.
- Penentuan klasifikasi ASA PS.
- Check list kesiapan anestesi.
6
2. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg (Hipnotik Sedatif).
3. Preoksigenisasi dengan oksigen 4-6 lt/Mnt
4. Lumpuhkan Pasien dengan pelumpuh otot atracurium 0,5
mg/kg
5. Laringoskopi dan Insersi pipa endotracheal.
6. Check ketepatan insersi pipa endotracheal, kesamaa bunyi
nafas kemudian fiksasi pipa endotracheal.
7. Maintanance anestesi menggunakan oksigen 4 lt/mnt, anestesi
inhalasi isofluran /sevoflurane/halotan (agen Voletail)
sebanyak 0,5 – 1,5 vol %, analgesik berupa (Fentanyl)
8. Ekstubasi jika nafas spontan adekuat.
7
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
2. Alat:
- Siapkan suction set (1 buah)
4. PERSIAPAN
- Persiapkan prosedur intubasi jika gagal disapih.
- Laringoskop (1buah) ukuran standar No3.
- Pipa endotracheal (1 buah) No.ID 7,0
- Sulfast Atropin 0,25 mg (3 ampul)
- Lidokain 20 mg (3 ampul)
- Dexamethasone 4mg (2 ampul)
- Handschoon steril 2 pasang.
- Masker oksigen NRM dewasa (1 buah)
- Oksigen.
3. Dokter
Memberikan informasi kepada keluarga mengenai rencana
penyapihan ventilator dan resiko yang dapat terjadi.
8
- Nadi>140 atau ↑≥20%
- TD Sistolik >180 mmHg <90 mmHG
- Agitasi, berkeringat, gelisah
- RR/TV >105
Menandakan pasien belum dapat di weaning dari ventilasi
mekanik.
5. Jika tidak ada, dan pasien dapat batuk secara efektif, dapat
dilakukan ekstubasi.
6. Lakukan suctioning jalan nafas, pastikan bebas dari secret dan
lender sebelum dilakukan ekstubasi.
1. Observasi ketat hemodinamik.
6. PASCA 2. Pemeriksaan AGD konfirmasi setelah 30 menit pasca ekstubasi.
PROSEDUR
3. Terapi oksigen dengan O2 lewat masker NRM
TINDAKAN
4. Tetap siap jika dibutuhkan Tindakan intubasi ulang.
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. INDIKATOR 80 % dari pasien dengan gagal nafas yang di sapih dari ventilator
PROSEDUR berhasil tanpa komplikasi.
TINDAKAN
1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Critical Care. In: Clinical
Medical Books; 2006. p. 1452-96
2. Kacmareck RM,Hess DR.Mechnical Ventilation For the Surgical
9. KEPUSTAKAAN
Patient. In: Longnecker DE, Brown DDL, Neuman MF, Zapol
WM. Editors. Anesthesiology. New York: Mc Graw Hill;2008.
P.2072-91
9
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
2. Alat
- Kelengkapan jarum spinal 25/26/27 G (1 buah)
- Lidokain 2% (1 buah)
- Obat anestesi regional
- Dispo 5 cc (1 buah)
- Dispo 3 cc (1 buah)
4. PERSIAPAN
- Kassa steril (5 lembar)
- Doeck Steril ( 1 buah)
- Betadine (10 cc)
- Efedrine (1 ampul)
- Hipnotik Sedatif analgesia
- Sulfat atrofin 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula oksigen
- Mesin anestesi dan persiapan general anestesi set
3. Dokter
- Visite perioperative
- Penentuan klasifikasi ASA PS
- Checklist kesiapan anestesia
11
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
2. Alat
- Nerve Stimulator ( 1 buah)
- Stimuplex 100 ( 1 buah)
- USG Doppler ( 1 buah )
- Hipafix sebagai fiksasi kateter peidural
- Lidokain 1 % 30-40 ml)
- Epinefrin 1:1000 ( 1 ampul)
4. PERSIAPAN
- Bupivacain 0,5 % 20cc isobaric ( 1 vial)
- Dispo 1 cc ( 1 buah )
- Dispo 5 cc ( 1 buah)
- Dispo 3 cc ( 1 buah)
- Dispo 10 cc ( 1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine ( 10 cc)
- Alkohol 70 %
- Efedrine 1 (ampul)
- Midazolam ( 1 ampul)
- Sulfat atropine 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula oksigen
3. Dokter
- Visite perioperative.
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah.
12
1. Dilakuakan prosedur premedikasi
2. Posisikan pasien tidur dengan memutar kepala 30 derajat pad asisi
kontralateral
3. Identifikasi tempat insersi stimuplex dan berikan penanda
4. Desinfeksi pada daerah interskalenus dengan betadine 10% dan
alcohol 70 %
5. Lakukan penyuntikan anestesi local lidocaine 2 % ditempat
5. PROSEDUR insersi
TINDAKAN 6. Insersi jarum stimuplex yang dihubungkan dengan nerve
stimulator dengan arus tertentu dengan sudut 30 derajat
mediocaudal dengan bantuan USG dopller
7. Melihat respon motoric pada target inervasi
8. Diberikan anestesi local berupa lidokain 1% 30-40 ml + epinefrin
1 : 200 000 atau Bupivacain 0,375 % melalui kateter pada jarum
stimuplex
13
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
2. Alat
- Sulfat atropine 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % ( 3 ampul)
- Efedrin 50 mg ( 1 ampul)
- Midazolam 5 mg ( 2 ampul)
4. PERSIAPAN
- Pethidin 100 mg /fentanyl 100 µg (2 ampul)
- Propofol 200 mg ( 1 ampul )
- Sungkup muka
- Laryngoscope ( 1 buah)
- Set suction ( 1 buah )
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofulran/Sevofluran/Halotan ( 1 botol)
3. Dokter
- Visite perioperative.
- Penentuan klasifikasi ASA PS
- Check List kesiapan anestesi
14
7. TINGKAT
IV
EVIDENS
8. TINGKAT
C
REKOMENDASI
9. INDIKATOR
PROSEDUR 90% dari pasien yang mendalami pembedahan
TINDAKAN
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In :
Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins; 2006.
10. KEPUSTAKAAN p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Spinal, Spinal,
Epidural and Caudal Blocks. In: Clinical anesthesiology. 4th
Edition. New York: Lange Medical Books; 2006.p 412-49
15
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
3. Dokter
- Visite perioperative.
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah.
18
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
2. Alat
- Epidural set (1 buah)
- Hipafix sebagai fiksasi kateter epidural
- Lidokain 2% (10 ampul)
- Epinefrin 1:1000 (1 ampul)
- Bupivacain 0,5% 20cc isobarik (1 vial)
- Dispo 1 cc (1 buah)
4. PERSIAPAN - Dispo 5 cc (1 buah)
- Dispo 3 cc (1 buah)
- Dispo 10 cc (1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10 cc)
- Efedrine (1 ampul)
- Midazolam (1 ampul)
- Sulfas atropine 0,25mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula Oksigen
3. Dokter
- Visit perioperatif
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah
19
4. Identifikasi tempat insersi jarum Touchy epidural dan berikan
penanda
5. Desinfeksi daerah insersi jarum Touchy dan lakukan
penyuntikan anestesi local lidokain 2% ditempat insersi
6. Insersi jarum epidural ditempat yang telah ditandai dengan
Teknik “Loss Of Resistance” atau ‘Hanging Drop’
7. Tarik penuntun pada jarum Touchy dan pastikan LCS tidak
keluar
8. Insersikan kateter epidural menuju ruang epidural melalui jarum
Touchy
9. Diberikan anaestesi lokal berupa lidokain 2% 60 mg + epinefrin
1:200000 sebagai dosis tes untuk mengetahui kemungkinan
masuknya obat anestesi lokal keintravena maupun ruang sub
arachnoid
10. Fiksasi kateter epidural
11. Maintenance anestesi menggunakan obat anestesi lokal yang
disuntikkan ke ruang epidural sesuai dermatom tubuh yang akan
diblok dan dapat dikombinasikan dengan prosedur anestesi
spinal atau prosedur anestesi umum dengan intubasi
endotracheal
20