LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/2
307.02.
Ditetapkan
PANDUAN Tanggal Terbit Direktur
PRAKTEK KLINIS
ANESTESI
dr. …………………….
NBM. ………………
Pengertian (Definisi) Tindakan anestesi dengan menggunakan anestesi inhalasi yang
dihantarkan pada pasien dengan menggunakan pipa
endotrakheal tube yang dimasukkan ke dalam trakhea.
Indikasi 1. Pembedahan daerah kepala dan leher.
2. Pembedahan yang membutuhkan relaksasi.
3. Pembedahan dengan kontra indikasi anestesi regional.
Kontra Indikasi Tidak ada.
Persiapan Pasien :
- Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan
anestesi umum dengan intubasi endotrakheal.
- Ijin persetujuan tindakan anestesi umum dengan
intubasi endotrakheal.
- Puasa.
- Medikasi sesuai resiko anestesi.
- Premedikasi pra anestesi.
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
Alat:
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100µg atau Pethidin 100mg(2 ampul)
- Propofol 200 mg (1 ampul)
- Atracurium 50 mg (1 ampul).
- Laringoskop 1 buah
- Sungkup muka
- Set Suction 1 buah
- Pipa endotrakheal 1 buah
1
- Selotip 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofulran/Sevofluran (1 botol)
Dokter :
- Visite perioperatif.
- Penentuan klasifikasi ASA Pasien.
- Check list kesiapan anestesi.
Prosedur Tindakan 1. Premedikasi menggunakan midazolam 2mg, fentanyl
1µg/kg atau Pethidin 1 mg/kg dan lidokain 1,5 mg/kg.
2. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg.
3. Preoksigenasi dengan oksigen 4-6 lt/mnt.
4. Lumpuhkan pasien dengan pelumpuh otot atracurium
0,5 mg/kg.
5. Laringoskopi dan insersi pipa endotrakheal.
6. Check ketepatan insersi pipa endotrakheal, kesamaan
bunyi nafas kemudian fiksasi pipa endotrakheal.
7. Maintanance anestesi menggunakan oksigen 4lt/mnt,
anestesi inhalasi isofluran/sevofluran/halotan sebanyak
0,5-1,5 vol%, analgetik berupa fentanyl 1µg/Kg/jam dan
pelumpuh otot Atracurium 0,1 mg/kg/30 menit.
8. Ekstubasi jika nafas spontan adekuat.
Pasca Prosedur 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
Tindakan 2. Terapi oksigen 6 lt/mnt dengan menggunakan masker
NRM.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
Tingkat Evidens IV
Tingkat
Rekomendasi C
Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang menjalani pembedahan dapat di
Tindakan anestesi dengan anestesi umum intubasi endotrakheal.
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In:
Kepustakaan Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins;
2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway
Management. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006. p.412-49.
2
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Umum Dengan Total Intravena
LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/2
307.02.
3
- Set Suction 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
Dokter :
- Visite perioperatif.
- Penentuan klasifikasi ASA Pasien.
- Check list kesiapan anestesi.
Prosedur Tindakan 1. Premedikasi menggunakan midazolam 2mg, fentanyl
1µg/kg dan lidokain 1% 1mg/kg.
2. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg.
3. Maintanance anestesi menggunakan oksigen via nasal
kanul 2 lt/mnt, obat induksi propofol 1 mg/kg/15 mnt
diberikan secara intermitten, analgetik berupa fentanyl
1µg/kg.
Pasca Prosedur 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
Tindakan 2. Terapi oksigen 2 lt/mnt dengan menggunakan nasal
kanula.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
Tingkat Evidens IV
Tingkat
Rekomendasi C
Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang menjalani pembedahan dapat di
Tindakan anestesi dengan anestesi umum total intravena.
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In:
Kepustakaan Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins;
2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway
Management. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006. p.412-49.
4
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Umum Dengan
Inhalasi Via Face Mask
LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/2
307.02.
5
- Set Suction 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofulran/Sevofluran/Halotan (1 botol)
Dokter :
- Visite perioperatif.
- Penentuan klasifikasi ASA Pasien.
- Check list kesiapan anestesi.
Prosedur Tindakan 1. Premedikasi menggunakan midazolam 2mg, fentanyl
1µg/kg dan lidokain 1% 1 mg/kg.
2. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg.
3. Maintanance anestesi menggunakan anestesi inhalasi
isofluran/sevofluran 0,5-1,5 vol% via face mask,
analgetik berupa fentany 1µg/kg jika perlu.
Pasca Prosedur 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
Tindakan 2. Terapi oksigen dengan menggunakan masker NRM.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
Tingkat Evidens IV
Tingkat
Rekomendasi C
Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang menjalani pembedahan dapat di
Tindakan anestesi dengan anestesi umum via face mask.
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In:
Kepustakaan Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins;
2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway
Management. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006. p.412-49.
6
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Regional dengan Sub Arachnoid
Block (Spinal) ICD9CM:03.91
LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/2
307.02.
7
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10cc)
- Efedrine (1 ampul)
- Midazolam (1 ampul)
- Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula oksigen
- Mesin anestesi.
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- Penentuan klasifikasi ASA Pasien.
- Check list kesiapan anestesi.
- Pengelolaan nyeri pasca bedah.
Prosedur Tindakan 1. Pasang monitor standar berupa: Tekanan darah, EKG,
Saturasi oksigen.
2. Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500 cc.
3. Posisikan Pasien duduk atau tidur miring.
4. Indentifikasi tempat insersi jarum spinal dan diberikan
penanda.
5. Desinfeksi daerah insersi jarum spinal, injeksi anestesi
lokal Lidokain 2% 40 mg.
6. Insersi jarum spinal ditempat yang telah ditandai.
7. Pastikan LCS keluar.
8. Barbotage cairan LCS yang keluar.
9. Injeksikan Bupivacain 0,5% 5-20 mg dikombinasikan
dengan fentanyl 25 µg/pethidin 25 mg intratekal.
10. Cek level ketinggian block.
11. Maintanance dengan oksigen 2 lt/mnt, sedasi dengan
midazolam 2 mg. Jika terjadi hipotensi, lakukan prosedur
terapi hipotensi.
Pasca Prosedur 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
Tindakan 2. Observasi tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
3. Oksigenasi menggunakan oksigen via simple mask.
Atasi komplikasi yang terjadi.
Tingkat Evidens IV
Tingkat
Rekomendasi C
Indikator Prosedur 90 % spinal anestesi berhasil tanpa komplikasi.
Tindakan
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In:
Kepustakaan Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins;
2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway
Management. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006. p.412-49.
8
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Weaning (Penyapihan) dari Ventilator
ICD9CM:93.90
LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/2
307.02.
9
- Masker oksigen NRM dewasa (1 buah)
- Oksigen
Dokter :
- Memberikan informasi kepada keluarga mengenai rencana
penyapihan ventilator dan resiko yang dapat terjadi.
Prosedur Tindakan 1. Persiapkan semua perlengkapan dilakukannya intubasi
ulang.
2. Pastikan pasien bernafas spontan adekuat dan refleks
batuk telah ada.
3. Percobaan nafas spontan selama 30 – 120 menit.
4. Amati kondisi pasien. Jika :
- Respiratory Rate > 35
- SaO2 < 90%
- Nadi > 140 atau ↑ ≥ 20%
- TD Sistolik > 180 mmHg atau < 90 mmHg
- Agitasi, berkeringat, gelisah
- RR/TV > 105
5. Menandakan pasien belum dapat di weaning dari
ventilasi mekanik.
6. Jika tidak ada, dan pasien dapat batuk secara efektif,
dapat dilakukan ekstubasi.
7. Lakukan suctioning jalan nafas, pastikan bebas dari
sekret dan lendir sebelum dilakukan ekstubasi.
Pasca Prosedur 1. Observasi ketat hemodinamik.
Tindakan 2. Pemeriksaan AGD konfirmasi setelah 30 menit paska
ekstubasi.
3. Terapi Oksigen dengan O2 lewat masker NRM.
4. Tetap siap jika dibutuhkan tindakan intubasi ulang.
Tingkat Evidens IV
Tingkat
Rekomendasi C
Indikator Prosedur 80 % dari pasien dengan gagal nafas yang di sapih dari
Tindakan ventilator berhasil tanpa komplikasi.
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In:
Kepustakaan Pharmacology and physiology in anesthesic practice.
4th Edition. Philadelphia: Lippincott William and
Wilkins; 2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway
Management. In: Clinical anesthesiology. 4th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006. p.412-49.
10
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Regional dengan Epidural
LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/3
307.02.
11
- Bupivacain 0,5% 20 ml isobarik (1 vial).
- Dispo 1 cc (1 buah)
- Dispo 5 cc (1 buah)
- Dispo 3 cc (1 buah)
- Dispo 10 cc (1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10 cc)
- Efedrine (1 ampul)
- Midazolam (1 ampul)
- Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula oksigen
- Mesin anestesi.
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- Penentuan klasifikasi ASA Pasien.
- Perencanan persiapan anestesi dan paska bedah.
12
Tingkat Evidens IV
Tingkat
Rekomendasi C
Indikator Prosedur 90 % dari pasien yang akan menjalani pembedahan dapat di
Tindakan anestesi menggunakan anestesi epidural.
13
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Kombinasi Anestesi Umum dengan Intubasi
dan Regional Anestesi dengan Epidural
LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/3
307.02.
14
2. Alat:
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100µg atau Pethidin 100mg(2 ampul)
- Propofol 200 mg (1 ampul)
- Atracurium 50 mg (1 ampul).
- Laringoskop 1 buah
- Sungkup muka
- Set Suction 1 buah
- Pipa endotrakheal 1 buah
- Selotip 1 buah
- Oksigen
- Mesin anestesi
- Isofulran/Sevofluran/Halotan (1 botol)
- Epidural set (1 buah).
- Hipafix sebagai fiksassi kateter peidural
- Lidokain 2% (10 ampul).
- Epinefrin 1:1000 (1 ampul).
- Bupivacain 0,5% 20cc isobarik (1 vial).
- Dispo 1 cc (1 buah)
- Dispo 5 cc(1 buah)
- Dispo 3 cc(1 buah)
- Dispo 10 cc (1 buah)
- Kassa steril (10 lembar)
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10cc)
- Oksigen
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- Penentuan klasifikasi ASA Pasien.
- Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah.
Prosedur Tindakan 1. Pasang monitor standar berupa: Tekanan darah, EKG,
Saturasi oksigen.
2. Dilakukan prosedur premedikasi.
3. Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500cc.
4. Posisikan pasien duduk atau tidur miring.
5. Indentifikasi tempat insersi jarum touchy epidural dan
berikan penanda.
6. Desinfeksi daerah insersi jarum touchy dan lakukan
penyuntikan anestesi lokal lidokain 2% di tempat insersi.
7. Insersi jarum epidural ditempat yang telah ditandai
dengan teknik ‘Loss Of Resistance’ atau ‘Hanging Drop’.
8. Tarik penuntun pada jarum touchy dan pastikan LCS
tidak keluar.
15
9. Insersikan kateter epidural menuju ruang epidural melalui
jarum touchy.
10. Diberikan anestesi lokal berupa lidokain 2% 60
mg+epinefrin 1:200.000 sebagai dosis test untuk
mengetahui kemungkinan masuknya obat anestesi lokal
ke intravena maupun ruang sub arachnoid.
11. Fiksasi kateter epidural.
12. Premedikasi menggunakan midazolam 2mg, fentanyl
1µg/kg atau Pethidin 1 mg/kg dan lidokain 1,5 mg/kg.
13. Induksi menggunakan propofol 1,5 mg/kg.
14. Preoksigenasi dengan oksigen 4-6 lt/mnt.
15. Lumpuhkan pasien dengan pelumpuh otot atracurium 0,5
mg/kg.
16. Laringoskopi dan insersi pipa endotrakheal.
17. Cek ketepatan insersi pipa endotrakheal, kesamaan bunyi
nafas kemudian fiksasi pipa endotrakheal.
18. Maintanance anestesi menggunakan oksigen 4lt/mnt,
anestesi inhalasi isofluran/sevofluran/halotan sebanyak
0,5-1,5 vol%, analgetik berupa fentanyl 1µg/Kg/jam dan
pelumpuh otot Atracurium 0,1 mg/kg/30 menit.
19. Ekstubasi bila nafas spontan adekuat.
16
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Anestesi Regional dengan
Interskalenus Blok
LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/2
307.02.
17
- Dispo 1 cc (1 buah).
- Dispo 5 cc (1 buah).
- Dispo 3 cc (1 buah).
- Dispo 10 cc ( 1 buah).
- Kassa steril (10 lembar).
- Doeck steril (1 buah)
- Betadine (10 cc)
- Efedrine (1 ampul)
- Midazolam (1 ampul)
- Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Oksigen
- Kanula oksigen
- Mesin anestesi.
3. Dokter :
- Visite perioperatif.
- Penentuan klasifikasi ASA Pasien.
- Persiapan rencana anestesi dan paska bedah.
Prosedur Tindakan 1. Dilakukan prosedur premedikasi.
2. Posisikan pasien tidur dengan memutar kepala 30 derajat
pada sisi kontralateral
3. Indentifikasi tempat insersi stimuplex dan berikan
penanda.
4. Disinfeksi pada daerah interskalenus dengan betadin
10% dan Alkohol 70%
5. Lakukan penyuntikan anestesi lokal lidokain 2% di
tempat insersi.
6. Insersi jarum stimuplex yang dihubungkan dengan nerve
stimulator dengan arus tertentu dengan sudut 30 derajat
mediocaudal dengan bantuan USG doppler.
7. Melihat respon motorik pada target inervasi
8. Diberikan anestesi lokal berupa lidokain 1% 30-
40ml+epinefrin 1:200.000 atau Bupivacain 0,375 %
melalui kateter pada jarum stimuplex.
18
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway
Management. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006. p.412-49.
PELAYANAN ANESTESI :
Prosedur Sedasi Moderat- Dalam
LOGO
Revisi ke Halaman
No. Dokumen
00 1/3
307.02.
19
- Ijin persetujuan tindakan dengan sedasi moderat-
dalam.
- Puasa.
- Medikasi sesuai resiko anestesi.
- Premedikasi pra anestesi.
- Kelengkapan pemeriksaan penunjang.
Alat:
- Sulfast Atropin 0,25 mg (2 ampul)
- Lidokain 2 % (3 ampul)
- Efedrin 50 mg (1 ampul)
- Midazolam 5 mg (2 ampul)
- Fentanyl 100µg (2 ampul)
- Propofol 200 mg (1 ampul)
- Laringoskop 1 buah
- Sungkup muka
- Set Suction 1 buah
- Pipa endotrakheal 1 buah
- Selotip 1 buah
- Oksigen
- Ambu bag 1 buah
Dokter :
- Visite perioperatif.
- Penentuan klasifikasi ASA Pasien.
- Cek list kesiapan anestesi.
Prosedur Tindakan 1. Prasedasi
a. Meninjau ulang rekam medis pasien
b. Anamnesis pasien berupa:
Identitas pasien
Identifikasi prosedur yang akan dilakukan
Verifikasi status masuk pasien (rawat jalan,
rawat inap, one-day care, dan lain-lain)
Riwayat penyakit pasien yang relevan
abnormalitas sistem organ utama
riwayat anestesi / sedasi sebelumnya, dan efek
samping yang pernah terjadi / dialami
obat-obatan yang dikonsumsi saat ini, alergi
obat, dan interaksi obat yang mungkin terjadi
asupan makan terakhir
riwayat merokok, alkohol, atau penyalahgunaan
obat-obatan
c. Lakukan Pemeriksaan fisik terfokus
Tanda vital
Evaluasi jalan napas
Auskultasi jantung dan paru
d. Lakukan evaluasi hasil Pemeriksaan laboratorium,
20
radiologi, dan EKG (berdasarkan pada kondisi yang
mendasari dan efek yang mungkin terjadi dalam
penanganan pasien).
e. Profilaksis sesuai indikasi.
f. Catat di rekam medis pasien. Konfirmasi temuan
klinis segera sebelum melakukan anestesi / sedasi.
g. Konsultasi medis, jika memungkinkan.
h. Susunlah rencana tindakan sedasi dan diskusi
dengan pasien / keluarganya mengenai risiko –
keuntungan dari tindakan sedasi
i. Tandatangani surat persetujuan tindakan (informed
consent).
j. Berikan pre-medikasi dan antibiotik
2. Intrasedasi
Pemasangan iv line
Pemasangan alat monitor minimal 4 parameter
(tekanan darah, EKG, saturasi, respirasi)
Pemberian obat-obatan sedasi
Pemantauan pasien
Pemantauan pasien, berupa:
1. Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respons pasien
terhadap stimulus)
respons menjawab (verbal): menunjukkan bahwa
pasien bernapas
hanya memberikan respons berupa refleks
menarik diri (withdrawal): dalam sedasi berat /
dalam.3
2. Oksigenasi:
memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat
selama proses sedasi gunakan oksimetri denyut
(pulse oximetry).5
3. Ventilasi paru (observasi, auskultasi)
o Semua pasien yang menjalani prosedur sedasi
harus memiliki ventilasi yang adekuat dan
dipantau secara terus-menerus.
o Lihat tanda klinis: pergerakan dinding dada,
pergerakan pernapasan, auskultasi dada.
Pasca Prosedur 1. Observasi tanda vital di kamar pemulihan.
Tindakan 2. Terapi oksigen 6 lt/mnt dengan menggunakan masker
NRM.
3. Atasi komplikasi yang terjadi.
Tingkat Evidens IV
Tingkat
Rekomendasi C
Indikator Prosedur 90 % dari pasien dapat dilakukan sedasi sedang-berat.
Tindakan
1. Stoelting RK, Hillier SC. Hormones as drugs. In:
Kepustakaan Pharmacology and physiology in anesthesic practice. 4th
21
Edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins;
2006. p.461-69.
2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Airway
Management. In: Clinical anesthesiology. 4 th Edition.
New York: Lange Medical Books; 2006. p.412-49.
22