Anda di halaman 1dari 34

Lampiran I : Keputusan Walikota Cirebon

Nomor :
Tanggal :
Tentang : PEDOMAN PENGORGANISASIAN ANESTESI RSUD GUNUNG
JATI KOTA CIREBON

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akreditasi Rumah Sakit merupakan suatu proses dimana suatu lembaga
yang independen melakukan asesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya untuk
menentukan apakah rumah sakit telah memenuhi standar yang dirancang
untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Standar Akreditasi
merupakan suatu persyaratan yang optimal dan dapat dicapai. Standar
akreditasi ini merupakan upaya mendorong rumah sakit senantiasa
meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan dan distimulasi melakukan
perbaikan yang berkelanjutan dan terus menerus serta perbaikan sistem yang
meliputi input, proses, produk, output dan out come.

Berdasarkan standar Akreditasi rumah sakit dikelompokan menurut


fungsi-fungsi konsisten dan dipatuhi oleh setiap unit kerja/bagian dan
Instalasi.

Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


mewajibkan rumah sakit menjalani akreditasi dengan demikian rumah sakit
harus menerapkan standar akreditasi termasuk standar-standar lainnya yang
berlaku bagi rumah sakit sesuai dengan penjabaran dalam standar Akreditasi
Rumah Rumah Sakit Edisi 2011.

Sebagai dasar dimulainya pembangunan sistem di rumah sakit dalam


menerapkan standar-standar akreditasi diperlukan dokumen yang merupakan
regulasi di RS diatur dalam bentuk Panduan Tata Naskah rumah sakit.

Dokumen akreditasi yang harus disiapkan rumah sakit meliputi


dokumen yang merupakan regulasi dan dokumen bukti pelaksanaan kegiatan.
Untuk dokumen yang merupakan regulasi dibuat dalam bentuk
Pedoman/Panduan Tata Naskah Rumah Sakit dibedakan menjadi dua yaitu
yang pertama Regulasi Pelayanan RS, yang terdiri dari :

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


1. Kebijakan Pelayanan RS
2. Pedoman/Panduan Pelayanan RS
3. Standar Prosedur Operasional (SPO
4. Rencana Jangka Panjang (Renstra, Rencana Strategis Bisnis, Bisnis Plan,
dll
5. Rencana Kerja Tahunan (RKA, RBA, atau lainnya).
Yang kedua Regulasi di unit kerja RS yang terdiri dari:
1. Kebijakan Pelayanan RS
2. Pedoman/Panduan Pelayanan RS
3. Standar Prosedur Operasional (SPO)
4. Program (RencanaKerja Tahunan Unit Kerja)
Kebijakan rumah sakit ditetapkan oleh Direktur bersifat garis besar yang
mengikat, karena kebijakan bersifat garis besar maka untuk penerapan
kebijakan perlu disusun pedoman/panduan dan prosedur sehingga ada
kejelasan dan langka-langka untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah


bagaimana sesuatu harus dilakukan dan merupakan hal pokok yang menjadi
dasar untuk menentukan atau melaksanakan kegiatan dan mengatur
beberapa hal. Sedangkan paduan adalah merupakan petunjuk dalam
melaksanakan kegiatan dan hanya mengatur satu hal/kegiatan.

Terkait hal tersebut diatas bahwa Ruang anestesi merupakan satuan


organisasi/unit kerja dan salah satu uraian tugasnya menyusun perumusan
kebijakan daerah di bidang pelayanan anestesi dan bedah sebagai bahan
penetapan kebijakan oleh pimpinan.

B. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang mendasari penyusunan Program ini adalah :

1. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12
tahun 2012;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Peraturan daerah Nomor 09 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik
Daerah;

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan
Standar Akreditasi Rumah Sakit Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit;
7. Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012 tentang Panduan
Penyusunan Dokumen Akreditasi
8. PERMENKES nomor 519/MENKES/PER/III/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif Di Rumah
Sakit.
9. PERMENKES Nomor 31tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Perawat Anestesi.
C. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS

1. TujuanUmum
Tersusunnya panduan sebagai acuan bagi unit kerja/unit pelayanan
dalam melaksanakan tugas.

2. TujuanKhusus
a. Tersusunnya stuktur organisasi unit kerja

b. Tersusunnya uraian jabatan

c. Tersusunnya tata hubungan kerja

d. Tersusunnya pola ketenagaan dan kualifikasi personil

e. Tersusunnya kegiatan orientasi

f. Tersusunnya jadwal pertemuan / rapat

g. Tersusunnya pelaporan

D. SASARAN

Sasaran dari buku Pedoman ini adalah pimpinan rumah sakit unit kerja
terkait, user, stake holder rumah sakit.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


BAB II

GAMBARAN UMUM RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon dibentuk


pertama kali melalui pengajuan oleh Dewan Kota Cirebon pada tahun 1919.
Kemudian pada tanggal 14 Maret 1920 dilaksanakan peletakan batu pertama
pembangunan gedung rumah sakit yang terletak di jalan Kesambi. Rumah
Sakit selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 31 Agustus 1921 oleh
De Burgermeester Van Cheribon sehingga tanggal 31 Agustus 1921
ditetapkan sebagai hari lahir RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Pembangunan
rumah sakit yang pada waktu itu dinilai sangat mewah dan mahal, biayanya
adalah f. 544.00,- (lima ratus empat puluh empat gulden) yang diperoleh dari
gemeente van cheribon ditambah dana dari pabrik gula se-wilayah Cirebon
serta dana para dermawan.

Rumah Sakit mulai berfungsi pada tanggal 1 September 1921 sebagai


Gemeemtelijk Ziekenhuis dengan nama Oranye Ziekenhuis (Rumah Sakit
Oranye), dibawah pimpinan dr. E. Gottlieb, sebagai Kepala Rumah Sakit yang
pertama dengan kapasitas 133 tempat tidur. Data mengenai perkembangan
selanjutnya adalah antara tahun 1922-1929 didapat dari buku peringatan 50
Tahun Kota Besar Tjirbon, yang mengutarakan perkembangan jumlah hari
perawatan dari 4 macam kelas perawatan dari tahun 1922 sampai 1929.
Kemudian antara tahun 1930 sampai dengan 1940 tidak banyak diketahui
karena tidak ada data atau informasi.

Pada tanggal 1 Maret 1942 seluruh Rumah Sakit Oranye beserta


sarananya dievakuasikan ke Rumah Sakit Sidawangi selama lebih kurang 2
minggu dan setelah kembali ke Kota Cirebon pada tanggal 15 Maret 1942
nama Rumah Sakit berubah menjadi Rumah Sakit Kesambi. Pada tanggal 8
November 1975 nama Rumah Sakit dirubah menjadi Rumah Sakit Gunung
Jati Kelas D dengan Surat Keputusan DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II
Cirebon Nomor : 30/DPRD/XI/75.

Selanjutnya pada tanggal 22 Februari 1979 rumah sakit ditingkatkan


kelasnya menjadi Rumah Sakit Gunung Jati Kelas C dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 41/MENKES/SK/II/79. Pada
tanggal 21 Januari 1987 ditingkatkan lagi menjadi Rumah Sakit Gunung Jati

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


Kelas B dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 41/MENKES /SK/I/87.

Tanggal 30 Januari 1989 Rumah Sakit ditetapkan menjadi Rumah


Sakit Umum Gunung Jati Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon Kelas B,
dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 061/350/SJ. Dalam
pengelolaan keuangan sejak tanggal 1 April 1996 dengan Peraturan Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon Nomor 15 Tahun 1995 ditetapkan
sebagai Unit Swadana Daerah.

Dalam upaya peningkatan pelayanan, maka pada tahun 1997 dengan


Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: YM 02.03.3.5.5237. RSUD
Gunung Jati Kota Cirebon ditetapkan dengan status Akreditasi Penuh 5
Kelompok Pelayanan. Pada tanggal 15 Februari 1998 berdasarkan rekomendasi
dari Departemen Kesehatan melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 153/MENKES/SK/II/1998 Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati
Kota Cirebon ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas B Pendidikan yang
peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat tanggal 21 April 1999
berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor: 445.03-1023 tanggal 12
Nopember 1998.

Seiring dengan perubahan paradigma penyelenggaraan otonomi daerah


maka berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor : 5 Tahun 2002
maka Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon ditetapkan
sebagai Lembaga Teknis Daerah Kota Cirebon, berbentuk badan dibawah dan
bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekotda. Di dalam PP No. 41
tentang : Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun
2008 Nomor 09) (Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741) termasuk RSUD,
disebutkan bahwa organisasi Rumah Sakit Daerah akan diatur tersendiri
dengan keputusan Presiden. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Badan layanan Umum (BLU) dan dengan Keputusan
Walikota Nomor 445/Kep 359-DPPKD/2009 pada tanggal 14 Desember 2009
Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon ditetapkan sebagai
Rumah Sakit dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD).

Pada tanggal 2 Agustus 2011, Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati
Kota Cirebon dinyatakan LULUS 16 Pelayanan oleh Team Akreditasi Rumah
Sakit dengan mendapatkan Sertfikat KARS/SERF/40/VIII/2011 yang berlaku
sampai dengan 2 Agustus 2014. Pada Tanggal 10 Agustus 2011 Rumah Sakit
Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon mendapatkan Penghargaan Rumah

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


Sakit Berprestasi Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) Tingkat
Provinsi Jawa Barat Tahun 2011.

Kemudian pada bulan Oktober 2012 Rumah Sakit Umum Daerah


Gunung Jati Kota Cirebon mendapatkan penghargaan sebagai Rumah Sakit
Kelas B Pendidikan Utama Klasifikasi Utama A.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


BAB III

VISI, MISI, DAN TUJUAN RS

A. VISI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

“TERWUJUDNYA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG JATI


KOTA CIREBON MENJADI RUMAH SAKIT KELAS A TAHUN 2018”

B. MISI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON


a. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
b. Meningkatkan mutu Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota
Cirebon sebagai Rumah Sakit Pendidikan.
C. TUJUAN RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON
a. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Lanjutan.
b. Mingkatkan Pelayanan Administrasi dan Manajemen.
c. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Sebagai Rumah Sakit Pendidikan
Utama.

D. MOTTO RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

1. CERIA (Cepat, Ramah, Ilmiah)

2. MELAYANI DENGAN HATI (Melayani dengan ikhlas, tanpa pamrih dan


tidak diskriminasi)

E. NILAI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

1. Jujur

Merupakan kekuatan moral seluruh pegawai RSUD Gunung Jati Kota


Cirebon sebagai individu yang unggul berkualitas dalam melaksanakan
tugasnya melayani masyarakat dan memajukan RSUD Gunung Jati
Kota Cirebon.

2. Profesional

Berkinerja dengan berbasis kompetensi dan dengan penuh rasa


tanggung jawab sesuai dengan sistem dan panduan yang berlaku.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


3. Berani

Berani melangkah, berani mengambil keputusan, berani beresiko dalam


melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan aturan yang
berlaku.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

DIREKTUR DEWAN
PENGAWASAN DAN

KOMITE
PROFESI SATUAN PENGAWAS
INTERN

KOMITE KOMITE
MEDIS KEPERAWATA

WAKIL DIREKTUR WAKIL DIREKTUR WAKIL DIREKTUR


PELAYANAN MEDIS DAN PENUNJANG MEDIS DAN
KEPERAWATAN PENDIDIKAN UMUM DAN KEUANGAN

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BAGIAN BAGIAN BAGIAN


PELAYANAN MEDIS KEPERAWATAN PENUNJANG MEDIS PENDIDIKAN DAN U M U M PERENCANAAN DAN KEUANGAN
PENGEMBANGAN REKAM MEDIS

KELOMPOK SEKSI SEKSI ASUHAN DAN SEKSI SEKSI SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
JABATAN PELAYANAN MEDIS PELAYANAN PENUNJANG DIAGNOSTIK PENDIDIKAN DAN TATA USAHA PROGRAM DAN ANGGARAN
FUNGSIONAL KEPERAWATAN PENELITIAN EVALUASI
PELAPORAN

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
SARANA DAN SARANA DAN PENUNJANG NON PENGEMBANGAN MUTU KEPEGAWAIAN REKAM MEDIS DAN PERBENDAHARAA
PRASARANA MEDIS PRASARANA DIAGNOSTIK DAN DAN PEMASARAN HUKUM N
KEPERAWATAN KEFARMASIAN

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


RUMAH TANGGA DAN SISTEM INFORMASI AKUTANSI DAN
PERLENGKAPAN MANAJEMEN DAN VERIFIKASI

INSTALAS INSTALAS INSTALAS

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon
B. STRUKTUR ORGANISASI RUANG ANESTESI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GUNUNG JATI

KOTA CIREBON

STRUKTUR ORGANISASI

RUANG ANESTESI

KA BIDANG PERAWATAN

Hj.Suherlin SKP

KA. RUANGAN

Tatang Koswara

INVENTARIS PELAYANAN DOKUMENTASI/ K3


REKAM MEDIS

Teguh P Ipat S Abdul Hadi Prasetyo H


Oding S Duding A Firmansyah Khasanudin
Octaviani Suwarni SP Novien Arifa Dudi M
Ucu S

PENATA PELAKSANA
ANESTESI

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


BAB VI

URAIAN JABATAN

A. KEPALA RUANGAN

NAMA JABATAN : Kepala Ruangan Anestesi

TUGAS POKOK : Mengkoordinasi kegiatan dan kebutuhan dalam


rangka pelayanan anestesi.

HASIL KERJA : a. Dokumen daftar dinas dan pembagian kamar


operasi tiap penata anestesi.
b. Dokumen rancangan kebutuhan alat anestesi.
c. Dokumen rapat koordinasi dengan staf.
d. Dokumen SPO pelayanan anestesi.
e. Dokumen penilaian kinerja penata anestesi.
f. Dokumen perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan anestesi.

WEWENANG : a. Meminta informasi dan pengarahan dari atasan.


b. Memberikan petunjuk dan bimbingan
pelaksanaan tugas penata anestesi.
c. Mengawasi, mengendalikan dan menilai
pendayagunaan tenaga penata anestesi,
peralatan dan mutu pelayanan anestesi.
d. Menandatangani surat dan dokumen yang
ditetapkan menjadi wewenang kepala ruangan.
e. Menghadiri rapat berkala dengan Kepala
Instalasi / Kepala Seksi / Kepala Bidang /
Direktur untuk kelancaran pelaksanaan
pelayanan.
f. Mengusahakan dan memelihara hubungan kerja

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


yang harmonis dan berdaya guna antara penata
anestesi dengan perawat bedah, dokter anestesi
dan dokter bedah.
g. Mengenal jenis dan penggunaan barang, serta
mengusahakan pengadaan sesuai kebutuhan di
unit pelayanan agar tercapai pelayanan yang
optimal.

URAIAN TUGAS : 1. Mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan


pelayanan anestesi
2. Mengawasidan mengevaluasi pengisian catatan
rekam medik anestesi yang dilakukan oleh
penata pelaksana anestesi.
3. Membimbing dan membina penata anestesi
untuk melakukan pelayanan anestesi dengan
baik.
4. Melakukan edukasi dan bimbingan pada pasien
yang akan dilakukan operasi untuk mengurangi
rasa cemas.
5. Melakukan penilaian kinerja penata anestesi
dan melaporkannya kepada kepala bidang
perawatan secara periodik.
6. Mengawasi keselamatan pasien padasaat pra
anestesi, intra anestesi dan pasca anestesi.
7. Menyusun daftar dinas dan menentukan penata
penanggung jawab anestesi.
8. Menjaga ketersediaannya dan berfungsinya alat
anestesi supaya siap pakai.
9. Menjaga kebersihan dan keindahan ruangan
serta lingkungan pelayanan anestesi.
10. Mengadakan rapat berkala dengan penata
anestesi.
11. Mengusahakan kesejahteraan dan
keselamatan penata anestesi.
12. Memberikan orientasi kepada tenaga penata
anestesi baru.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


13. Membuat laporan kegiatan pelayanan
anestesi kepada Kepala Ruang anestesi Sentral.
14. Mengawasi dan membimbing mahasiswa
anestesi untuk mendapat pengalaman belajar di
unit anestesi.

PERSYARATAN : 1. Pendididkan minimal DIII keperawatan anestesi


JABATAN 2. Pengalaman kerja sebagai penata pelaksana
anestesi minimal 10 tahun
3. Memiliki minat dan bakat
4. Berdedikasi tinggi
5. Dapat bekerjasama dengan anggota tim
6. Berkepribadian mantap

7. Berbadan sehat

TANGGUNG JAWAB : 1. Kebenaran dan ketepatan dalam program


pengembangan pelayanan anestesi.
2. Keobjektifan dan kebenaran Kebenaran dan
ketepatan dalam rencana kebutuhan tenaga
penata anestesi.penilaian kinerja penata
anestesi.
3. Kebenaran dan ketepatan SPO pelayanan
anestesi.
4. Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan
penggunaan alat.
5. Kelancaran kegiatan orientasi karyawan baru.
6. Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan
program bimbingan mahasiswa anestesi.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


B. Penata Pelaksana Anestesi

NAMA JABATAN : Penata Pelaksana Anestesi

Melakukan pelayanan/asuhan keperawatan


anestesi pada pra, intra dan pasca anestesi serta
TUGAS POKOK :
kegawatdaruratan.

g. Dokumen pembagian tugas dan tanggungjawab


tiap hari yang diberikan oleh kepala ruangan.
HASIL KERJA :
h. Dokumen rekam medik anestesi yang meliputi
persiapan pra anestesi, monitoring intra
operasi dan monitoring pasca operasi.
i. Dokumen kegiatan pelayanan anestesi.
j. Dokumen absensi kegiatan rapat koordinasi.
a. Meminta petunjuk dan informasi dari
penanggung jawab pelayanan anestesi.
WEWENANG :
b. Melakukan pelayanan/asuhan keperawatan
anestesi pada pasien yang menjadi
tanggungjawabnya.
URAIAN TUGAS : 1. Melakukan tindakan asuhan keperawatan pra
anestesi:
a. Pengkajian keperawatan pra anestesi.
b. Pemeriksaan dan penilaian status fisik
pasien.
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
d. Persiapan administrasi pasien.
e. Analisa hasil pengkajian dan meruuskan
masalah pasien.
f. Evaluasi tindakan keperawatan pra anestesi,
mgevaluasi secara mandiri maupun
kolaborasi.
g. Mendokumentasikan hasil
anamnesa/pengkajian.
h. Persiapan mesin anestesi secara menyeluruh
setiap kali akan digunakan dan memastikan
bahwa mesin dan monitor dalam keadaan

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


baik dan siap pakai.
i. Mengontrol persiapan obat-obatan dan
cairan setiap hari untuk memastikan bahwa
obat-obatan baik obat anestesi maupun obat
emergensi teresdia sesuai standar
rumahsakit.
j. Memastikan tersedianya sarana dan
prasarana anestesi berdasarkan jadwal,
waktu, dan jenis operasi.
2. Melakukan tindakan keperawatan intra anestesi
yang dilakukan dengan kolaborasi/supervise
oleh dokter spesialis anestesi yang meliputi:
a. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan yang
sesuai degan perencanaan teknik anestesi.
b. Membantu pelaksanaan anestesi sesuai
dengan intruksi dokter spesialis anestesi.
c. Membantu pemasangan alat monitoring non
invasif.
d. Membantu dokter melakukan pemasangan
monitoring invasif.
e. Memberikan obat anestesi.
f. Mengatasi penyulit yang timbul.
g. Memelihara jalan nafas.
h. Memesang alat ventilasi mekanik.
i. Memasang alat nebulisasi.
j. Pengakhiran tindakan anestesi.
k. Mendokumentasikan semua tindakan yang
dilakukan agar seluruh tindakan tercatat
dengan baik dan benar.
3. Melakukan tindakan asuhan keperawatan pasca
anestesi :
a. Merencanakan tindakan keperawatan pasca
tindakan anestesi.
b. Melaksanakan tindakan dalam manajemen
nyeri.
c. Memantau kondisi pasien pasca
pemasangan kateter epidural dan pemberian

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


obat anestesi regional.
d. Evaluasi hasil pemasangan kateter epidural
dan pengobatan anestesi regional.
e. Melaksanakan tindakan dalam mengatasi
kondisi gawat.
f. Mendokumentasikan pemakaian obat-
obatan dan alat kesehatan yang dipakai.
g. Memelihara alat-alat agar siap dipakai pada
tindakan anestesi selanjutnya.
4. Melaksanakan tugas khusus lain sesuai
perintah atasan / direktur misalnya sebagai tim
“Code Blue”.
8. Pendididkan minimal DIII keperawatan anestesi
9. Memiliki minat dan bakat
PERSYARATAN :
10. Berdedikasi tinggi
JABATAN
11. Dapat bekerjasama dengan anggota tim
12. Berkepribadian mantap
13. Berbadan sehat
1. Kebenaran dan ketetapan dalam melkasanakan
asuhan keperawatan anestesi.
TANGGUNG JAWAB :
2. Kebenaran dan ketepatan dalam melaksanakan
koordinasi dan kolaborasi untuk pelaksanaan
kegiatan asuhan keperawatan anestesi.
3. Kebenaran dan ketepatan dalam dokumentasi
pelayanan.
4. Kebenaran dan ketepatan dalam menulis
pemakaian obat dan alat anestesi.
NAMA JABATAN : Perawat Pelaksana Ruang Pemulihan Anestesi

TUGAS POKOK Melakukan pelayanan/asuhan keperawatan


anestesi pada pasca anestesi serta
:
kegawatdaruratan.
HASIL KERJA k. Dokumen pembagian tugas dan tanggungjawab
tiap hari yang diberikan oleh kepala ruangan.
:
l. Dokumen rekam medik anestesi yang meliputi
monitoring pasca operasi.
m. Dokumen kegiatan pelayanan anestesi.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


n. Dokumen absensi kegiatan rapat koordinasi.

WEWENANG h. Meminta petunjuk dan informasi dari


penanggung jawab pelayanan anestesi.
:
i. Melakukan pelayanan/asuhan keperawatan
anestesi pada pasien yang menjadi
tanggungjawabnya.

URAIAN TUGAS : Melakukan tindakan asuhan keperawatan pasca


anestesi :
h. Merencanakan tindakan keperawatan pasca
tindakan anestesi.
i. Melaksanakan tindakan dalam manajemen
nyeri.
j. Memantau kondisi pasien pasca
pemasangan kateter epidural dan pemberian
obat anestesi regional.
k. Evaluasi hasil pemasangan kateter epidural
dan pengobatan anestesi regional.
l. Melaksanakan tindakan dalam mengatasi
kondisi gawat.
m. Mendokumentasikan pemakaian obat-
obatan dan alat kesehatan yang dipakai.
n. Memelihara alat-alat agar siap dipakai.

PERSYARATAN 14. Pendididkan minimal DIII keperawatan


JABATAN 15. Memiliki minat dan bakat
:
16. Berdedikasi tinggi
17. Dapat bekerjasama dengan anggota tim
18. Berkepribadian mantap
19. Berbadan sehat

TANGGUNG JAWAB 5. Kebenaran dan ketetapan dalam melkasanakan


asuhan keperawatan pasca anestesi.
:
6. Kebenaran dan ketepatan dalam melaksanakan
koordinasi dan kolaborasi untuk pelaksanaan
kegiatan asuhan keperawatan anestesi.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


7. Kebenaran dan ketepatan dalam dokumentasi
pelayanan.
8. Kebenaran dan ketepatan dalam menulis
pemakaian obat dan alat anestesi.

C. Perawat pemulihan anestesi

NAMA JABATAN : Perawat Pelaksana Ruang Pemulihan Anestesi

TUGAS POKOK Melakukan pelayanan/asuhan keperawatan


anestesi pada pasca anestesi serta
:
kegawatdaruratan.

HASIL KERJA o. Dokumen pembagian tugas dan tanggungjawab


tiap hari yang diberikan oleh kepala ruangan.
:
p. Dokumen rekam medik anestesi yang meliputi
monitoring pasca operasi.
q. Dokumen kegiatan pelayanan anestesi.
r. Dokumen absensi kegiatan rapat koordinasi.

WEWENANG j. Meminta petunjuk dan informasi dari


penanggung jawab pelayanan anestesi.
:
k. Melakukan pelayanan/asuhan keperawatan
anestesi pada pasien yang menjadi
tanggungjawabnya.

URAIAN TUGAS : Melakukan tindakan asuhan keperawatan pasca


anestesi :

o. Merencanakan tindakan keperawatan pasca


tindakan anestesi.
p. Melaksanakan tindakan dalam manajemen
nyeri.
q. Memantau kondisi pasien pasca
pemasangan kateter epidural dan pemberian
obat anestesi regional.
r. Evaluasi hasil pemasangan kateter epidural

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


dan pengobatan anestesi regional.
s. Melaksanakan tindakan dalam mengatasi
kondisi gawat.
t. Mendokumentasikan pemakaian obat-
obatan dan alat kesehatan yang dipakai.
u. Memelihara alat-alat agar siap dipakai.

PERSYARATAN 20. Pendididkan minimal DIII keperawatan


JABATAN 21. Memiliki minat dan bakat
:
22. Berdedikasi tinggi
23. Dapat bekerjasama dengan anggota tim
24. Berkepribadian mantap
25. Berbadan sehat

TANGGUNG JAWAB 9. Kebenaran dan ketetapan dalam melkasanakan


asuhan keperawatan pasca anestesi.
:
10. Kebenaran dan ketepatan dalam
melaksanakan koordinasi dan kolaborasi untuk
pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan
anestesi.
11. Kebenaran dan ketepatan dalam
dokumentasi pelayanan.
12. Kebenaran dan ketepatan dalam menulis
pemakaian obat dan alat anestesi.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


BAB VII

TATA HUBUNGAN KERJA

IPSRS
IRNA

Instalasi Farmasi
IGD

RUANG BEDAH
RUANG
BANK DARAH ANESTESI
IMP

IRNA IRJ
INTENSIF

Tata hubungan kerja unit kerja Anestesi dan unit kerja terkait di RSUD
Gunung Jati yaitu:

1. Setiap sarana dan prasarana ruang anestesi yang rusak di laporkan ke


IPSRS;
2. Setiap pasien dari IRNA yang akan direncanakan operasi maka perawat
IRNA mengkonsulkan terlebih dahulu ke dokter anestesi, setelah
persetujuan dokter anestesi maka di lakukan penjadwalan operasi;
3. Setiap pasien IGD yang akan dilakukan operasi cyto maka akan
dikonsulkan terlebih kepada dokter anestesi untuk dilakukan kamar
operasi di ruang operasi IGD;
4. Setiap pasien pembedahan dari IMP ( VK dan Melati) dikonsulkan terebih
dahulu kepada dokter anestesi dan pemberian anestesi di lakukan di
kamar;
5. Setiap pasien dari IRJ yang akan direncanakan operasi maka perawat IRJ
mengkonsulkan terlebih dahulu ke dokter anestesi, setelah persetujuan
dokter anestesi maka di lakukan penjadwalan operasi;

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


6. Setiap pasien dari IRNA INTENSIF yang akan direncanakan operasi maka
perawat IRNA INTENSIF mengkonsulkan terlebih dahulu ke dokter
anestesi, setelah persetujuan dokter anestesi maka di lakukan
penjadwalan operasi;
7. Setiap pasien operasi yang memerlukan transfusi darah maka di
mintakan atau disiapkan darah dari bank darah;
8. Setiap pasien yang akan dilakukan pembedahan maka kebutuhan
obatnya dimintakan kepada instalasi farmasi dan instalasi farmasi
memonitoring troli emergency yang terdapat di ruang operasi.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


BAB VIII

POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. Pola Ketenagaan Dan Kualifikasi SDM ruang anestesi


No Nama Kualifikasi
jumlah
. Jabatan Pendidikan Sertifikasi / Pelatihan
1. Kep D3 Keperawatan  PPGD 1 orang
Ruangan Anestesi
 Manajemen Bangsal

2. CI D3 Keperawatan  PPGD 1orang


Anestesi
3. Penata 1. D3  BTLCS 11 orang
Anestesi Keperawatan
Anestesi
2. D4 1 Orang
Keperawatan
Anestesi
4. Perawat S1 keperawatan BTCLS 2 orang
pelaksana profesi NERS
Pemulihan
anestesi

B. Dasar Penghitungan Ketenagaan Rawat anestesi adalah sbb :


Rumus :

Jumlah kamar operasi x 1 penata + 20%

10 1 + 20%= 12 Penata Anestesi

C. Kondisi Saat ini

KUALIFIKASI PERINATOLOGI

No. JABATAN
KONDISI
KEBUTUHAN
SAAT INI

1. Kepala Ruangan 1 1

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


3. CI 1 1

4. Penata Pelaksana 16 11
Anestesi

5. Perawat Pemulihan 0 2
anestesi

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


BAB IX

KEGIATAN ORIENTASI

Kegiatan orientasi merupakan hal penting sebelum seseorang melakukan


suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi dari lingkungan tugasnya,
bertujuan agar cepat beradaptasi dalam melaksanakan tugas. Pengertian
orientasi adalah proses penyesuaian bagi pekerja baru dilingkungan
organisasi. Orientasi dapat diartikan sebagai usaha perusahaan agar pegawai
atau karyawan baru dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan/iklim
bisnis suatu organisasi/ perusahaan. Sebelum karyawan atau pegawai
ditempatkan pada pekerjaannya, maka terlebih dahulu dilaksanakan orientasi.
Kata orientasi berasal dari bahasa inggris “Orient” yang artinya mengatakan
penyesuaian diri atau menyesuaikan diri, bertujuan untuk:

A. Memperkenalkan karyawan baru untuk mengenal organisasi tujuan


organisasi, struktur organisasi dan para pemimpinnya.
B. Menanamkan dalam diri karyawan baru agar mempunyai kesadaran dalam
berperan dan terlibat dalam organisasi yang jauh lebih besar dari pada
kelompok kerjanya sendiri.
C. Membuka peluang bagi karyawan baru untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai perbagai pokok yang menyangkut dirinya.
D. Memberi kepada karyawan baru suatu pengarahan dasar yang
diperlukannya untuk berhasil dalam pekerjaannya.
E. Mengajarkan kepada karyawan baru bahan yang secukupnya dalam hal
kebijakan dan prosedur-prosedur organisasi agar terhindar dari berbagai
kesalahan yang tidak perlu terjadi pada awal masa kerjanya.
F. Mempekenalkan karyawan baru dengan berbagai fasilitas fisik dalam
perusahaannya.
Objek orientasi ini dikelompokan menjadi dua golongan yaitu:
A. Hal-hal umum, yaitu pengetahuan tentang Organisasi

1. sejarah perkembangan Organisasi

2. produk/ pelayanan yang dihasilkan


3. proses produksi dan keadaan Organisasi
b. Hal-hal khusus, berhubungan dengan pekerjaan

1. kondisi kerja

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


2. upah dan jaminan social
3. program kesehatan dan keselamatan
4. program pelayanan
5. deskripsi jabatan atau pekerjaanya
6. tempat dan peralatan kerjanya
7. teman atau bawahan dalam pekerjaan
8. lain-lain sesuai dengan kebutuhan penyesuaian diri.
Dalam pelaksanaannya, orientasi terbagi kepada dua bentuk orientasi yaitu:

1. Orientasi formal
Bentuk Orientasi formal yaitu dilakukan jika jumlah karyawan baru yang
diterima banyak. Dalam program orientasi formal, terdapat beberapa aspek
yang dikenakan dan diberikan antara lain: masalah organisasional, termasuk
pabrik (kalau ada pabrik), perkenalan dengan pihak-pihak yang mempunyai
hubungan kerja (baik atasan, bawahan, maupun rekan sekerja), kompensasi
maupun tugas dan jabatan.

2. Orientasi informal (Buddy System)

Bentuk Orientasi Informal yaitu dilakukan jika jumlah karyawan baru


yang diterima sedikit. Buddy yang artinya adalah teman baik, menunjukan
bahwa pada Buddy System, karyawan baru diperlakukan sebagai teman baik.
Sehingga dalam program orientasinya, karyawan baru tersebut diajak
berkeliling lokasi pekerjaan dan dikenalkan kepada karyawan senior.

A. Program Orientasi Formal


Ada beberapa aspek yang dibahas dalam Program Orientasi formal pada
organisasi yaitu masalah organisasional rumah sakit, perkenalan (baik
atasan, bawahan maupun rekan sekerja), kompensasi karyawan, dan tugas
jabatan.

Aspek-aspek yang Dibahas Dalam Program Orientasi

1. Organisasional
2. Perkenalan
3. Kompensasi Karyawan
4. Tugas dan Jabatan
a. Yang dibahas dalam aspek organisasional adalah:

a. Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


Masalah organisasional yang mutlak diberikan adalah sejarah dan
perkembangan perusahaan. Dalam sejarah perusahaan biasanya
dapat diketahui :

a) Latar belakang
b) Para pendiri
c) Kapan berdiri
d) Filosofi nama rumah sakit
e) Bidang usaha rumah sakit
f) Perkembangan rumah sakit
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang penting dijelaskan, karena akan
berhubungan dengan siapa yang mempunyai wewenang tertentu dan
siapa yang tidak. Melalui struktur organisasi dapat diketahui Unit
kerja /Instalasi dan divisi-divisi dan jenis pelayanan suatu
organisasi.

b. Pengenalan Fasilitas
Pengenalan fasilitas, agar pegawai baru mengetahui fasilitas yang
ada pada organisasi kerjanya yang mendorong dalam bekerja
nyaman, efisien dan efektif.
c. Masa Percobaan
Masa percobaan karyawan adalah masa dimana kedua belah pihak
yaitu karyawan dan organisasi dapat menggunakan haknya masing-
masing untuk melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa
keharusan membayar pesangon kepada karyawan. Masa percobaan
yang dilakukan adalah 3 bulan sejak karyawan mulai dipekerjakan
dan diberikan gaji sesuai yang telah disetujui oleh karyawan.

d. Kebijakan dan Aturan Organisasi


Kebijakan dan aturan yang diterapkan kepada karyawan tentang
pengangkatan karyawan, pemindahan karyawan, promosi karyawan,
demosi karyawan, serta kebijaksanaan dalam mengembangkan
karyawan. Pengangkatan dilakukan setelah seorang calon karyawan
dinyatakan lulus dalam masa percobaan dengan cara
memberihatukan dengan cara tertulis (surat pengangkatan).
Pengangkatan tersebut terhitung sejak calon karyawan bekerja pada
masa percobaan.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


Promosi dilakukan jika ada lowongan pekerjaan pada tingkat yang
lebih tinggi. Promosi diusulkan oleh atasan berdasarkan penilaian
bahwa karyawan karyawan yang bersangkutan dianggap telah cukup
berpengalaman, bertanggung jawab, memiliki kondite yang baik,
telah memiliki program dan pelatihan yang diperlukan dan
yangpaling penting adalah karyawan yang bersangkutan telah lulus
fit and poper test. Demosi (penurunan eselon / golongan jabatan),
berhak dilakukan perusahaan atas permintaan dan rekomendasi
pimpinan.Demosi karyawan tidak mengurangi hak atas jumlah gaji
dasar dan tunjangan prestasi serta masa kerja, meskipun fasilitas
lain dikurangi.

e. Peraturan Disiplin
Disiplin kerja yang diberlakukan di organisasi rumah sakit mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin
pegawai yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi diberikan
jika terjadi pelanggaran atas larangan tersebut.

f. Prosedur Keamanan
Prosedur keamanan kerja diberikan kepada karyawan agar dalam
bekerja, keselamatan kerja dapat terjamin.Keselamatan kerja dimulai
dari pelengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
meliputi pakaian kerja lapangan, pakaian dinas harian serta alat-alat
keselamatan kerja sesuai kondisi kerjanya yang yaitu Helm
pengaman, Sabuk pengaman/sefety belt, sarung tangan/karet/kain
katun, tangga untuk penaikan tiang, pelidung wajah/masker, sepatu
kerja dan alat pendukung lainnya, perlatan disesuaikan dengan
kondisi pekerjaanya.

g. Buku Pedoman Karyawan


Buku pedoman karyawan adalah buku yang berisi beberapa
pedoman yang dapat dipegang oleh karyawan dalam pekerjaanya.

h. Produ/Jasa yang dibuat


Produk dan jasa yang dibuat oleh organisasi perlu dikenakan pada
saat orientasi, sehingga karyawan atau produk-produk dan jasa-jasa
apa saja yang dihasilkan.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


1. Perkenalan

Dalam perkenalan biasanya yang dibahas adalah:

a. Penyelia (atasan)
Dalam acara orientasi penyelia mengenalkan siapa atasan (penyelia)
bagi pekerjaan yang bersangkutan. Hal ini jelas diperlukan demi
kelancaran pekerjaan dengan mengetahui siapa atasannya,
karyawan baru tersebut akan menemui orang yang tepat jika ada
masalah dalam pekerjaanya.

b. Para Pelatih
Di samping penyelia (atasan), dalam acara orientasi juga
mengenalkan siapa yang bertindak sebagai pelatih.Hal ini jelas di
perlukan sekali jika karyawan baru menemukan kesulitan dalam
pekerjaanya. Diharapkan dengan mengetahui siapa pelatihnya,
karyawan baru akan tidak sungkan dan malu bertanya tentang
beberapa hal dalam pekerjaanya.

c. Rekan sejati
Rekan sekerja dalam satu perusahaan juga perlu dikenalkan pada
karyawan baru.Teman sekerja jelas lebih dahulu masuk pekerjaan
itu.Sehingga kalau ada informasi-informasi yang belum diketahui,
dapat ditanyakan kepada teman/rekan sekerja.Rekan sekerja ini
nantinya berfungsi sebagai penolong dalam pekerjaan sehari-
hari.Oleh karena itu, selaku orang baru, perlu mengetahui dan
mempelajari lebih lanjut karakter teman satu pekerjaan tersebut.

d. Bimbingan karyawan
Bimbingan karyawan perlu dikenalkan (Direktur, Atasan langsung)
pada karyawan baru.Bimbingan ini biasanya akan memberikan
semacam nasehat-nasehat yang menyangkut masalah-masalah
mental dan pribadi karyawan.

2. Kompensasi
Kompensasi mengenalkan hal-hal:

a. Sistem pengupahan
Beberapa komponen tetap gaji pengupahan yang menjadi hak
pegawai terdiri dari :

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


1) Gaji Bruto
2) Tunjangan Fungsional
3) Tunjangan Beras
4) Tunjangan TPP
5) Jasa medis
6) Makanan Pegawai (Employees Meals)
7) Pakaian Dinas
b. Cuti & liburan

Kebijakan pemberian cuti dalam satu tahun sebanyak 12 hari kerja.

c. Jam istirahat

Jam istirahat karyawan di ruang anestesi Sentral tidak ada.

d. Asuransi

Pada saat orientasi juga, hendaknya menjelaskan asuransi tenaga


kerja yang bermanfaat menimbulkan rasa “aman” pada diri
karyawan. Sudah menjadi keharusan setiap organisasi untuk
mengikutsertakan tenaga kerja dalam program BPJS.

2. Tugas dan Jabatan

Pada saat orientasi perlu dijelasakan Lokasi pekerjaan, tugas dan


jabatan pekerjaan karyawan yang bersangkutan dan hubungan dengan
pekerja lainnya Hal ini akan bermanfaat pada persiapan, produktifitas,
kelancaran dan kecepatan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.

B. Program orientasi informal

Seperti telah diuraikan diatas, program orientasi informasi (Budyy System),


adalah program orientasi yanmg dilakukan jika jumlah karyawan yang baru
diterima sedikit/sangat sedikit. Biasanya Buddy System ini diberkukan bila
karyawan baru hanya 1 atau 2 orang.Artinya karyawan baru tersebut
dibimbing melalui program informal yaitu pertemanan.Melalui konsep “teman”,
karyawan baru diajak berkeliling perusahaan dan dikenalkan kepada
karyawan senior. Proses berikutnya adalah proses pembimbingan melalui
konsep temanbaik.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


BAB X

PERTEMUAN / RAPAT

Kegiatan rapat atau pertemuan yang dilakukan ruang anestesi adalah


pertemuan harian dan rapat bulanan. Pertemuan harin meliputi serah terima
shift yang membahas tentang rencana kerja harian ( operasi ), serah terima
pasien yang mencakup keadaan pasien, therapi, dan penatalaksanaan lebih
lanjut, serah terima peralatan.

Rapat bulanan membahas tentang masalah-masalah yang ditemukan


selama 1 bulan yang telah berjalan dan mencari penyelesaiannya.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


BAB XI

PELAPORAN

Laporan yang dilaksanakan di ruang anestesi adalah laporan harian, laporan


bulanan dan laporan tahunan.

1. Laporan harian

Laporan harian adalah serah terima dalam pertukaran shift yang


membahas antara lain : rencana pekerjaan / operasi selanjutnya, serah
terima keadaan pasien, dan penatalaksanaan selanjutnya. Serah terima alat
alat medis dan ketersediaan obat.

2. Laporan bulanan

Laporan bulanan mencakup tentang jumlah operasi dalam satu bulan


yang telah berjalan, sumber daya manusia beserta kualifikasinya, dan
angka kematian ibu atau bayi serta kejadian luar biasa yang diserahkan
kepada rekam medik rumah sakit.

3. Laporan tahunan

Laporan tahunan mencakup tentang akumulasi dari laporan bulanan


yang diserahkan kepada rekam medik sebagai dasar untuk laporan tahunan
rumah sakit.

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon


a.n. WALIKOTA CIREBON
DIREKTUR RSUD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON

Pedoman Pengorganisasian Ruang Anestesi RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

drg. H. HERU PURWANTO, MARS

Anda mungkin juga menyukai