CHOLESISTEKTOMI PERLARARASCOPY.
Sri sulami S kep, MM/ pert ke 11.
Metodologikeperawatananestesi
2. Anamnesa.
Anamnesa dilakukan dengan pasien sendiri atau dengan keluarga/pengantarnya, yang
meliputi:
1. Identitas pasien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomer medical
record, diagnose medis, pekerjaan, agama dan sebagainya.
2. Anamnesa khusus yang berkaitan dengan cholesystektomi.
3. Riwayat penyakit yang sedang atau pernah diderita yang memungkinkan menjadi
penyulit selama tindakan anestesi pada system endokrin diabetes melitus, yaitu
apakah diabetes mellitus stabil atau tidak, serta sudah berapa lama menderita
penyakit diabetes mellitus.
4. Pasien diabetes tanpa memandang terapi yang akan diberikan, harus dimonitor
kadar gula darahnya secara berkala sebelum operasi, karena hipoglikemi dapat
menyebabkan kerusakan otak yang bersifat irreversible.
5. Tanyakan pada pasien apakah urine yang keluar banyak, karena itu merupakan
komplikasi dari hiperglikemia.
6. Riwayat kebiasaan buruk sehari-hari yang dapat mempengarui tindakan anestesi
seperti merokok, meminum alcohol dan mengunakan obat-obatan “ tertentu “
harus di berhentikan minimal dua minggu sebelum operasi.
7. Menanyakan kepada pasien apakah memakai gigi palsu, jika ya gigi palsu harus
dilepas untuk menghindari patah/lepas pada saat tindakan laringoskopi yang dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas.
8. Riwayat obat antidiabetik yang meliputi riwayat allergi obat, intoleransi obat dan
obat yang sedang digunakan karena dapat menimbulkan interaksi dengan obat
anestesi.
9. Pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan terapi oral harus menghentikan
penggunaan obatnya 12 – 24 jam sebelum operasi.
10. Informed consen, (SIA dan SIO) dijelaskan terhadap pasien dan keluarga, bahwa
pasien akan dilakukan tindakan anestesi umum (Pembiusan total) dengan berbagai
resiko. Resiko dari tindakan pembedahan laparoskopi cholesystektomi yaitu
hipotensi, caediac arrest, pneumothoraks, emboli gas, hiperglikemia, hipoglikemia,
trauma pembuluh darah retroperitoneal, trauma pembuluh darah pada dinding
abdomen, trauma usus, trauma urologi.
6. Persiapan Obat-Obatan
Persiapan obat-obatan anestesi pada pasien diabetes melitus yang akan
menjalani cholesistektomi per laparascopy terdapat :
1. Premedikasi
Pertimbangan pemberian obat premedikasi untuk pasien cholelithiasis dapat
diberikan:
a. Pemberian obat anti emetic berupa Ondansentrone 4 mg untuk
Mencegah terjadinya mual - muntah.
b. Golongan benzodiazepin (diazepam / midazolam) efektif untuk mengatasi
kecemasan.
2. Obat Trias Anestesi
a. Golongan Hipnotik Sedative
1) Ketamin/IV, dosis : 1-3 mg/kg BB
2) Propofol / IV, dosis : 2-2,5 mg/kg BB
b. Golongan Opioid
1) Fentanyl / IV, dosis : 1-3 mcg/kgBB
2) Petihdin / IV, dosis : 0,6-1 mg/kgBB
c. Golongan Muscle Relaxant
1) Atracurium / IV, dosis : 0,5 mg/kgBB
2) Rocuronium/ IV, dosis : 0,6-1 mg/kgBB
3. Obat-Obat Inhalasi
a. Halothane : 0,72 vol%
b. Isoflrane : 1,12 vol%
c. Sevoflurane : 2,05 vol%
4. Obat-obat emergency yang harus ada dalam kotak emergency
a. Sulfas Atropin
b. Epedrin
c. Aminofilin
d. Asam tranexamat, Adrenalin dan Lidokain
- Muscle Relaxant
Pertimbangan pemilihan pelumpuh otot adalah disesuaikan dengan
kebutuhan relaksasi dan lamanya operasi. Dapat digunakan atrakurium.
Atrakurium memiliki sifat histamine release, sehingga pemberiannya
secara lambat dan minimal. Dosis yang tinggi (0,5 mg/kgBB) dapat
menimbulkan pelepasan histamine sedang, penurunan tekanan arteri
dan peningkatan nadi. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam
penggunaan muscle relaxant adalah perlu tidaknya melakukan reverse.
3. Intubasi
Setelah dilakukan induksi dan onset dari obat telah tercapai dan pasien
sudah apnea dan rileks kemudian dilakukan tindakan intubasi secara smooth
agar tidak terjadi reflek vagal, pegang laringoskop dengan tangan kiri dan
masukan laringoskop ke kanan geser lidah kekiri saat ujung blade sudah di
pangkal lidah kemudian angkat sampai epiglottis terlihat dan masukan ETT
diberi udara perlahan-lahan setelah ETT masuk kemudian balon menggunakan
spuit 5 cc, sambungkan dengan curigated dengan ETT, seksaura
nafas/auskultasi pada paru-paru kanan, paru kiri kemudian ke epigastrium,
jika suara lebih besar di paru kanan, tarik ETT sedikit karena ETT terlalu
masuk ke kanan dan jika suara kiri dan kanan sama ETT difiksasi, setelah
terintubasi control pernafasan pasien menggunakan ventilator dengan tidal
volume disesuaikan dengan BB pasien 6-8/kgBB. Setelah di intubasi
dilakukan pemasangan NGT dan kateter urine untuk dekompresi.
4. Posisi
Posisi pasien supine. Perhatikan pada titik tekanan dan mata ditutup pakai
plester agar mata tidak iritasi akibat lampu operasi, pada operasi laparaskopi
pada saat insensi Veress needle dan kanula pasien di posisikan trendelenburg,
posisi pasien selanjutnya disesuaikan dengan prosedur operasi yang akan di
jalani.
5. Pemeliharaan Anestesi
Pemeliharaan anestesi dapat dikerjakan dengan secara intravena atau dengan
inhalasi. Pemeliharaan anestesi biasanya mengacu pada trias anestesi yaitu
tidur ringan (hipnotik) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar
pasien selama pembedahan tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik
yang cukup. Bedah lama biasanya menggunakan opioid, pelumpuh otot dan
pola nafas kendali (ventilator). Untuk mengembangkan paru digunakan
inhalasi N20 dan 02 dengan perbandingan 50:50 di tambah sevoflurane
dengan MAC 2,05 Vol%.
6. Monitoring Anestesi
Selama pembedahan dilakukan pemantauan bagi setiap pemberian anestesi
dan analgesi untuk meningkatkan kualitas penatalaksanaan pasien,
diantaranya :
- Jalan Nafas
Keutuhan jalan nafas dengan intubasi ETT dipantau secara ketat dan
kontinyu, pada pola nafas spontan, pemantauan dilakukan melalui
auskultasi terdengar suara patologis, gerakan kantong reservoir terhenti
atau menurun, tampak gerakan dada paradoksial, pada nafas kendali
adanya tekanan inflasi terasa berat, tekanan positif inspirasi meningkat.
- Oksigenasi
Memastikan kadar udara atau gas inspirasi didalam darah, dilakukan
dengan cara memeriksa kadar oksigen gas inspirasi menggunakan pulse
oxymetry yang mempunyai alarm batas minimum dan maksimum.
Oksigen darah diperiksa secara klinis dengan melihat warna darah luka
operasi dan permukaan mukosa secara kualitatif dengan alat oksimeter
denyut serta pemeriksaan analisa gas darah bila diperlukan.
- Ventilasi
Memantau kekuatan ventilasi secara diagnostic fisik yang dilakukan
secara kualitatif dengan mengawasi gerak naik turunnya dada, kembang
kempisnya kantong reservoir atau auskultasi suara nafas. Analisa gas
darah untuk menilai tekanan parsial CO2 (karbondioksida).
- Sirkulasi
Memastikan fungsi sirkulasi pasien adekuat dilakukan dengan
menghitung denyut nadi secara teratur, kemudian mengukur tekanan
darah secara non invasive menggunakan tensimeter, diukur secara sering
dan teratur. Selain itu secara invasif, EKG, disertai dengan oksimeter
denyut. Produksi urin ditampung dan diukur volumenya setiap jam
menggunakan kateter urine.
Monitoring anestesi pada teknik laparascopy yang harus diperhatikan :
DAFTAR PUSTAKA
1. Robertshaw, H.J., Hall, G.M. Anaesthetic Management of Patients with diabetes
Mellitus, Dalam : Terjemahan British Journal of Anaesthesia : 2010
2. Smeltzer, susan c. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12.
EGC : Jakarta. 2014. 186-214.
3. Rehatta, N. Margarita et al. Anestesiologi dan Terapi Intensif Buku Teks KATI-
PERDATIN. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. 2019. 258-263. 525-532.
4. Soegondo, Sidartawan et al, Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 2018, 273.
5. Tanto, Chris et al. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4 Jilid II. Media
Aesculapius : Jakarta. 2014.
6. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta. 2018.
7. Sinardja, Cynthia D et al. Penatalaksanaan Anestesi pada Operasi Laparaskopi.
Fk Unud/ Rsup Sanglah; Bali. 2016.
8. Zollinger, Robert M. Zollinger's Atlas of surgical Operation 8th edition,
international edition : USA. 2003.
9. Cole, DJ et al. Adult Peruoperative Anesthesia : The Requesites in Anesthesiology
: Mosby. 2004.
10. Hadibroto, Budi R. Laparaskopi Operatif. FK Universitas Sumatera Utara :
Medan. 2007
11. Latief, Said A. Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua. FK Universitas
Indonesia : Jakarta. 2001.
12. Wargahadibrata, A.Himendra.Anestesiologi untuk Mahasiswa Kedokteran, SAGA
Olahcitra : Bandung. 2007.
13. Mangku, Gde et al. Buku Ajar IlmuAnestesia dan Reanimasi. PT.Macanan Jaya
Cemerlang : Jakarta Barat. 2010.
14. Pramo, Ardi. Buku Kuliah Anestesi. EGC : Jakarta. 2017.
15. Soerasdi, Erasmus. Obat-obatan Anesthesia Sehari-hari. Bandung 2016.
16. Medical. Anesthesia dan Intensive Care. 2019.
17. Keat, Sally et al. Anaesthesia on the move. PT.Indeks : Jakarta. 2013.