Persiapan preoperatif
Infus RL 20 tetes/menit
• Jenis anestesi : General Anesthesia
• Premedikasi :
• Ondancentron 1 amp
• Ketorolac 1 amp
Induksi :
• Fentanyl
• Propofol
Atracurium
• Monitoring : Tanda vital selama anestesi setiap 5 menit, cairan, perdarahan, ketenangan pasien, dan tanda-tanda
komplikasi anestesi.
• Perawatan pasca anestesi di Ruang Recovery
KRONOLOGI
ANESTESI
09.15 WIB Anestesi dimulai dengan pemberian Fentanil sebagai Analgetik secara intravena
sebanyak 1-2 ug/KgBB
09.17 WIB Pasien diberikan Propofol secara perlahan sebagai Sedatif melalui intravena sebanyak
1-2 mg/KgBB
09.20 WIB Pasien diberikan Atracurium Besylate 0,5-1 mg/KgBB sebagai pelemas otot untuk
merelaksasikan pernapasan, dokter anestesi memilih untuk melakukan pemasangan
Endotracheal Tube agar pasien dapat dianestesi sekaligus bernapas dengan adekuat.
09.22 WIB Pasien disungkup dengan sungkup muka yang telah terpasang pada mesin anestesi
yang menghantarkan gas (Sevofluran) dengan ukuran 6-8 vol% bersamaan dengan O2
6 liter/menit dari mesin ke jalan napas pasien dengan melakukan bagging selama
kurang lebih 3 menit untuk menekan pengembangan paru dan juga menunggu kerja
dari pelemas otot sehingga mempermudah dilakukan pemasangan Endotracheal Tube.
09.25 WIB Setelah pasien diintubasi dengan menggunakan Endotracheal Tube, maka
dialirkan Sevofluran 1-2 vol% bersamaan dengan O2 2 liter/ menit serta N2O 2
liter / menit. Ventilasi dilakukan dengan kendali mesin dengan frekuensi 12
x/menit. Setelah beberapa saat setelah induksi, tekanan darah pasien mulai turun
oleh karena obat-obat induksi ini menandakan anestesi yang dijalankan sudah
dalam.
09.25 WIB Operasi dimulai
10.30 WIB Operasi selesai dengan tekanan darah 120/80mmHg, nadi 110 dan saturasi
oksigen 100%. Kondisi terkontrol.
10.32 WIB Pemeliharaan inhalasi pasien. Pernafasan pasien mulai spontan, sistem ventilasi
kendali diubah menjadi sistem ventilasi spontan. Ventilasi spontan sudah
adekuat, aliran sevoflurane dimatikan, dilakukan oksigenasi dengan O 2 3
liter/menit. Kemudian dilakukan suction untuk mengeluarkan saliva, setelah itu
ekstubasi Endotracheal Tube dan digantikan dengan sungkup muka.
10.35 WIB Pasien sadar dipindahkan ke ruang pemulihan dan dipasang kanul oksigen serta
pulse oximetry.
Tinjauan Pustaka
Anestesi Umum
Contoh obat yang digunakan pada anestesi inhalasi adalah: N2O , Halotan, Ether, Enfluran, Isofluran
Induksi inhalasi hanya dikerjakan dengan halotan (fluotan) atau sevofluran. Cara induksi ini dikerjakan
pada bayi atau anak yang belum terpasang jalur vena atau dewasa yang takut disuntik.
Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi dimulai dengan
aliran O2 > 4 liter/menit atau campuran N20 : O2 = 3 : 1 aliran > 4 liter/menit, dimulai dengan halotan
0,5 vol % sampai konsentrasi yang dibutuhkan. Kalau pasien batuk konsentrasi halotan diturunkan
untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikkan lagi sampai konsentrasi yang diperlukan.
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk. Walaupun langsung diberikan
dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol %. Seperti dengan halotan konsentrasi dipertahankan sesuai
kebutuhan.
Induksi dengan enfluran (etran), isofluran (foran, aeran) atau desfluran jarang dilakukan, karena pasien
sering batuk dan waktu induksi menjadi lama.
Induksi Intravena
Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan secara intramuscular
dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
Induksi perektal
Cara ini hanya untuk anak atau bayi, menggunakan thiopental atau
midazolam.
Stadium Anestesi
Kombinasi agen anestestik yang digunakan pada anestesi umum memiliki beberapa
tujuan, diantaranya:
Analgesia (respon terhadap nyeri hilang)
Amnesia (kehilangan memori atau tidak mengingat apa yang terjadi)
Immobilitas (hilangnya refleks motorik)
Kehilangan kesadaran
Relaksasi otot skeletal
Faktor yang mempengaruhi anestesi antara lain :
Pemeliharaan
• Menggunakan pengukuran orofacial untuk memprediksi intubasi sulit. Yang
paling banyak digunakan adalah skor Mallampati.
Grade I : Pilar faring, uvula, dan palatum mole
terlihat jelas, seluruh tonsil terlihat
jelas
Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat
sedangkan pilar faring tidak terlihat,
setengah keatas dari fossa tonsil terlihat
Grade III : Palatum mole dan durum masih dapat
terlihat jelas
Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole
tidak terlihat, tanya palatum durum
yang terlihat.
Cara Pemberian Anestesi
Deviasi septum kondisi dimana terjadi peralihan posisi septum nasi terhadap
posisinya normalnya. Termasuk bentuk septum yang tidak lurus di tengah cavum
nasi
Penyebab yang paling sering adalah trauma,
dimana dapat merupakan trauma sesudah lahir, saat proses persalinan ataupun
pada masa intrauterin. Penyebab lainnya ialah ketidakseimbangan pertumbuhan.
Tulang rawan septum nasi terus tumbuh meskipun batas superior dan inferior
telah menentap. Dengan demikian terjadilah deviasi septum nasi
Keluhan yang paling sering :
Keluhan lain :
Reseksi submukosa
• Pada operasi ini mukoperikondrium dan mukoperiosteum kedua sisi dilepaskan
dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau tulang rawan dari
septum kemudian diangkat sehingga mukoperikondrium dan mukoperiosteum
sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis tengah.
Septoplasti
• Tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja
yang dikeluarkan.
Pembahasan
Pasien, Tn. S, 37 tahun datang ke ruang operasi untuk menjalani operasi Septoplasty
dan Konkotomi Parsial pada tanggal 12 Juli 2018 dengan diagnosis pre operatif
Deviasi Septum Nasi & Hipertropi Konka Nasales.
Persiapan operasi dilakukan pada tanggal 11 Juli 2018. Dari anamnesis terdapat
keluhan hidung selalu tersumbat, rhinorea dan sefalgia. Pasien sering kontrol ke Poli
THT dengan keluhan yang sama berulang kali.
Dari Pemeriksaan Fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg; nadi 80x/menit;
respirasi 20x/menit; suhu 37OC. Dari pemeriksaan laboratorium hematologi
didapatkan hasil: Hb 16 g/dl; AL 7.600 mm3, status gizi baik (IMT:19,55). Dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang disimpulkan bahwa
pasien masuk dalam ASA II.
Pasien sudah tidak makan dan minum ± 8 jam, namun sudah di pelihara kekurangan
cairannya dengan memberikan cairan infus selama di bangsal. Untuk kebutuhan selama
operasi berlangsung :
BB = 50 kg
Maintenance 2 cc/kgBB/jam = 2 x 50 = 100 cc/jam
Stress operasi (ringan) 4cc/kgBB/jam = 4 x 50 = 200 cc/jam
Pengganti puasa = 8 x 115 = 920 cc/jam
Perdarahan <20 % EBV tidak perlu transfusi, cukup diganti dengan kristaloid
Pemberian Cairan :
Kebutuhan cairan selama operasi ringan 60 menit
= maintenance + stress operasi
= 100 + 200
= 300 cc/ jam