Disusun oleh :
Tujuan
1. Untuk mengetehui defenisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis
dan tatalaksana pada kasus polip nasi.
Pemeriksan penunjang
Naso-endoskopi
Pemeriksaan Radiologi
Secara umum penatalaksanaan dari
polip hidung yaitu melalui
penatalksanaan medis dan operatif.
Tatalaksana medis
Antibiotik
Kortikosteroid
Topikal kortikosteroid
Sistemik kortikosteroid
Terapi lainnya
Terapi pembedahan
Umumnya setelah penatalaksanaan
yang dipilih prognosis polip hidung ini baik
(dubia et bonam) dan gejala-gejala nasal
dapat teratasi. Akan tetapi kekambuhan
pasca operasi atau pasca pemberian
kortikosteroid masih sering terjadi. Untuk itu
sangat penting dilakukan pemeriksaan
endoskopi post operatif. Penatalaksanaan
lanjutan dengan intra nasal kortikosteroid
diduga dapat mengurangi angka
kekambuhan polip hidung.
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak,
tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"),
secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Kata anestesi diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes
pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak
sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat
dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran pasien.
Anestesi yang sempurna harus memenuhi 3 syarat
(Trias Anestesi), yaitu :11
Hipnotik, hilang kesadaran
Analgetik, hilang perasaan sakit
Relaksan, relaksasi otot-otot
Anestesi umum atau general anesthesia merupakan suatu keadaan
dimana hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di
seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat
reversible.Anestesi umum dapat diberikan secara intravena, inhalasi dan
intramuskular11.
Kunjungan pre-anestesi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Klasifikasi status fisik
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi
anestesi. Tujuan premedikasi:12
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Mengurangi refleks yang tidak diharapkan
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi rasa sakit
Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan
selama anestesi
Menurunkan basal metabolisme tubuh
Analgetik opium :
- Morfin 0,15 mg/kgbb, intramuskuler
- Petidin 1,0 mg/kgbb, intramuskuler
Sedatif :
- Diazepam 0,15 mg/kgbb, oral/intramuskuler
- Pentobarbital 3 mg/kgbb per oral atau, 1,5 mg/kgbb
intramuskuler
- Prometazin 0,5 mg/kgbb per oral
- Kloral hidrat sirup 30 mg/kgbb
Vagolitik antisialogog :
- Atropin 0,02 mg/kgbb, intramuskuler atau intravena pada saat
induksi maksimal 0,5 mg
Antasida :
Ranitidine 150 mg per oral setiap 12 jam dan 2 jam sebelum
operasi
Omeprazole 40 mg, 3-4 jam sebelum operasi
Metoclopramide 10 mg per oral sebelum operasi
Sebelum memulai, periksalah jadwal pasien dengan teliti.
Tanggung jawab untuk pemeriksaan ulang ini berada pada
ahli bedah dan ahli anatesi.
Periksalah apakah pasien sudah dipersiapkan untuk operasi
dan tidak makan/minum sekurang-kurangnya 6 jam
sebelumnya, meskipun bayi yang masih menyusui hanya
dipuasakan 3 jam (untuk induksi anastesi pada operasi
darurat, lambung mungkin penuh).
Ukurlah nadi dan tekanan darah dan buatlah pasien relaks
sebisa mungkin.Asisten yang membantu induksi harus terlatih
dan berpengalaman.
Jangan menginduksi pasien sendirian saja tanpa asisten.
Pertama yakinlah bahwa alat yang akan dipergunakan
bekerja dengan baik.
Jika kita menggunakan gas kompresi, periksalah tekanan
pada silinder yang digunakan dan silinder cadangan.
Periksalah apakah vaporizer sudah disambung dengan
tepat tanpa ada yang bocor, hilang atau terlepas, sistem
pernapasan dan aliran gas ke pasien berjalan dengan
baik dan aman.
Jika kita tidak yakin dengan sistem pernapasan, cobalah
pada diri kita (gas anastesi dimatikan).
Periksalah fungsi alat resusitasi (harus selalu ada untuk
persiapan bila terjadi kesalahan aliran gas), laringoskop,
pipa dan alat penghisap.
Kita juga harus yakin bahwa pasien berbaring
pada meja atau kereta dorong yang dapat diatur
dengan cepat ke dalam posisi kepala dibawah,
bila terjadi hipotensi mendadak atau muntah.
Persiapkan obat yang akan digunakan dalam
spuit yang diberi label, dan yakinkan bahwa obat
itu masih baik kondisinya.
Sebelum melakukan induksi anastesi, yakinkan
aliran infus adekuat dengan memasukkan jarum
indwelling atau kanula dalam vena besar, untuk
operasi besar infus dengan cairan yang tepat
harus segera dimulai.
Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat
pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga
memungkinkan dimulainya anestesi dan
pembedahan.Sebelum memulai induksi anestesi,
selayaknya disiapkan peralatan dan obat-obatan
yang diperlukan, sehingga seandainya terjadi
keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih cepat
dan lebih baik.
Induksi intravena
Induksi Intamuskular
Induksi inhalasi
S = Scope
Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung.Laringo-Scope, pilih bilah
atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia< 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan
balon (cuffed)
A = Airway
Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway).Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan nafas
T = Tape
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan
untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan
C = Connector
Penyambung antara pipa dan peralatan anestesi
S = Suction
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya
Indikasi intubasi Pada banyak operasi
abdominal, untuk
endotrakeal :12 menjamin pernafasan
yang tenang dan tak ada
Menjaga jalan nafas ketegangan
yang bebas oleh
sebab apapun Pada operasi intrathorakal,
supaya jalan nafas selalu
terkontrol
Mempermudah
ventilasi positif dan Untuk mencegah
oksigenasi kontaminasi trakea
Penilaian Mallampati
Grade I : Pilar faring, uvula dan
palatum mole terlihat jelas
Grade II :Uvula dan palatum mole
terlihat sedangkan pilar faring tidak
terlihat
Grade III : Hanya palatum mole
yang terlihat
Grade IV : Pilar faring, uvula dan
palatum mole tidak terlihat.
Gas Anestesi
N2O
Halotan
Isofluran
Desfluran
Sevofluran
Telaah :
Seorang pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan hidung tersumbat
yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan hidung tersumbat ini dirasakan pada hidung
sebelah kiri, Pasien juga mengeluhkan pusing dan penciumannya berkurang. Pasien juga
mengatakan sering batuk dan pilek, dan jika pilek mengeluarkan ingus yang kental berwarna
putih. Selain itu pasien juga mengatakan adanya benjolan pada rongga hidung sebelah kiri,
yang menyebabkan keluhan hidung tersumbat. Benjolan tidak terasa nyeri. Riwayat mimisan
(-) .
RPT : (-)
RPO : (-)
RPK : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present Thorax
Keadaan Umum : Tampak sakit Jantung
Inspeksi : Tidak ditemukan kelainan
Vital Sign Palpasi : Iktus (tidak teraba)
Sensorium : Compos Mentis Perkusi : - Batas Jantung
Tekanan Darah : 120/70 mmHg Atas: ICS II parasternalis sinistra
Nadi : 82x/menit Kanan: ICS II linea parasternalis dextra
RR : 24 x/menit Kiri: ICS V linea midklavikula sinistra
Suhu : 36,5oC Auskultasi : Dalam batas normal
Tinggi Badan : 169 cm
Berat Badan : 75 kg Paru
Inspeksi : Pergerakan nafas simetris, tipe
pernafasan abdominotorakal, retraksi
Pemeriksaan Umum costae (-/-)
Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
(kembali cepat)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Kepala : Normocepali
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-),
Edema palpebra (-/-)
Abdomen
Hidung : Hidung luar: Bentuk (Normal),
Hiperemis (-), Nyeri tekan (-), Inspeksi : Datar, Simetris
Deformitas (-). Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak
Mulut : Hiperemis pharing (-), teraba
Pembesaran tonsil (-) Perkusi : Nyeri Ketok (-)
Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-) Auskultasi : Peristaltik (5x/ menit)
Ekstremitas : Edema (-/-)
RENCANA TINDAKAN
Tindakan : Polipektomi nasal sinistra
Anesthesi : GA-ETT
PS-ASA :1
Posisi : Supinasi
Pernapasan : Terkontrol dengan ventilator mekanik
KEADAAN PRA BEDAH
Pre operatif
Pupil : Isokor, ka=ki
B1 (Breath) 3mm/3mm
Airway : Clear RC : (+)/(+)
RR : 24x/menit
SP : Vesikuler ka=ki B4 (Bladder)
ST : Ronchi (-), Urine Output : -
Wheezing (-/-) Kateter : Tidak terpasang
B2 (Blood)
Akral : H/M/Lembab B5 (Bowel)
TD : 120/70 mmHg Abdomen : Soepel
HR : 82x/menit Peristaltik : Normal (+)
Mual/Muntah : (-)/(-)
B3 (Brain)
Sensorium :Compos Mentis, B6 (Bone)
GCS= 15 Oedem : (-)
Premedikasi
Midazolam 3 mg
Fentanyl 100 mcg Jumlah Cairan
Medikasi PO : RL 200 cc
Propofol : 150 mg DO : RL 500 cc
Atracurium : 40 mg Perdarahan
Sebelum tindakan ekstubasi Kasa Basah : 10 x 10 = 100 cc
Prostigmin + Atropine (3:3) Kasa 1/2 basah :5x5 = 25 cc
15 menit setelah operasi selesai Suction : 50 cc
Ketorolac 30 mg Jumlah : 175 cc
Ranitidin 50 mg EBV : 70 x 75 = 5250 cc
EBL 10 % = 525 cc
Pernapasan 20 % = 1050 cc
O2 : 4 L/menit 30 % = 1575 cc
N2O :-
Sevoflurane : Pemberian awal 1,5%
dan dilanjutkan dengan
dosis 1%
Durasi Operatif
Lama Anestesi = 09.35 selesai
Lama Operasi = 09.25 12.45 WIB