Anda di halaman 1dari 42

PAPER DAN LAPORAN KASUS

GENERAL ANESTHESIA ENDOTRACHEAL TUBE (GA-ETT)


PADA POLIP NASI

Disusun oleh :

RIZKY DAMAYANTI TAMBUNAN


FIDIA FAMELIA
WAHYUNI INDRA NINGRUM
DEPARTEMEN ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2017
Anestesi umum atau general anesthesia merupakan suatu
keadaan dimana hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya
perasaan sakit di seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan
anestesi dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat diberikan
secara intravena, inhalasi dan intramuskular.

Polip nasi merupakan mukosa hidung yang


mengalami inflamasi dan menimbulkan prolaps mukosa di
dalam rongga hidung. Polip nasi ini dapat dilihat melalui
pemeriksaan rinoskopi dengan atau tanpa bantuan
endoskopi.

Tujuan
1. Untuk mengetehui defenisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis
dan tatalaksana pada kasus polip nasi.

2. Mempelajari dasar-dasar teknik anastesi yang digunakan


pada kasus polip nasi.
Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung
berupa massa lunak yang bertangkai,
berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
keabuan, dengan permukaan licin dan agak
bening karena mengandung banyak cairan.

Prevalensi polip nasi dilaporkan 1-2% pada


orang dewasa di Eropa dan 4,3% di Finlandia.
Dengan perbandingan pria dan wanita 2- 4:1.
Di Indonesia studi epidemiologi menunjukkan
bahwa perbandingan pria dan wanita 2-3 : 1
dengan prevalensi 0,2%-4,3%.
Etiologi yang pasti belum diketahui, tetapi
ada 3 faktor penting pada terjadinya polip,
yaitu:
1. Adanya peradangan kronik yang berulang
pada mukosa hidung dan sinus.
2. Adanya gangguan keseimbangan
vasomotor.
3. Adanya peningkatan tekanan cairan
interstitial dan edema mukosa hidung
Beberapa hipotesis dari keadaan
tersebut antara lain :
Alergi
Bernouli Fenomena
Nitric Oxide
Infeksi
Polip di kavum nasi terbentuk akibat
proses radang yang lama. Penyebab
tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis
alergi. Dalam jangka waktu yang lama,
vasodilatasi lama dari pembuluh darah
submukosa menyebabkan edema
mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler
dan terdorong ke sinus dan pada
akhirnya membentuk suatu struktur
bernama polip.
Polip hidung dapat menyebabkan:
Hidung tersumbat
Rasa penuh pada hidung
Hidung berair (rinorea)
Hiposmia
Anosmia
Post nasal drip serta rinorea purulen
Bernafas melalui mulut
Suara sengau
Halitosis
Gangguan tidur
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pembagian stadium polip menurut MacKay dan Lund :
a. Stadium 1 : polip masih terbatas pada meatus media,
b. Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus media, tampak
pada rongga hidung tertapi belum
memenuhi rongga hidung,
c. Stadium 3: polip masif

Pemeriksan penunjang
Naso-endoskopi
Pemeriksaan Radiologi
Secara umum penatalaksanaan dari
polip hidung yaitu melalui
penatalksanaan medis dan operatif.
Tatalaksana medis
Antibiotik
Kortikosteroid
Topikal kortikosteroid
Sistemik kortikosteroid
Terapi lainnya
Terapi pembedahan
Umumnya setelah penatalaksanaan
yang dipilih prognosis polip hidung ini baik
(dubia et bonam) dan gejala-gejala nasal
dapat teratasi. Akan tetapi kekambuhan
pasca operasi atau pasca pemberian
kortikosteroid masih sering terjadi. Untuk itu
sangat penting dilakukan pemeriksaan
endoskopi post operatif. Penatalaksanaan
lanjutan dengan intra nasal kortikosteroid
diduga dapat mengurangi angka
kekambuhan polip hidung.
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak,
tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"),
secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Kata anestesi diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes
pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak
sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat
dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran pasien.
Anestesi yang sempurna harus memenuhi 3 syarat
(Trias Anestesi), yaitu :11
Hipnotik, hilang kesadaran
Analgetik, hilang perasaan sakit
Relaksan, relaksasi otot-otot
Anestesi umum atau general anesthesia merupakan suatu keadaan
dimana hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di
seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat
reversible.Anestesi umum dapat diberikan secara intravena, inhalasi dan
intramuskular11.

Indikasi anestesi umum :11


Pada bayi dan anak-anak
Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi umum lebih
disukai oleh ahli bedah walaupun dapat dilakukan dengan anestesi
lokal
Operasi besar
Pasien dengan gangguan mental
Pembedahan yang lama
Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak begitu praktis dan
memuaskan
Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal pernah mengalami alergi.
Teknik anestesi umum ada 3, yaitu :12
Anestesi umum intravena.
Anestesi umum inhalasi
Anestesi berimbang

Kunjungan pre-anestesi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Klasifikasi status fisik
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi
anestesi. Tujuan premedikasi:12
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Mengurangi refleks yang tidak diharapkan
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi rasa sakit
Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan
selama anestesi
Menurunkan basal metabolisme tubuh
Analgetik opium :
- Morfin 0,15 mg/kgbb, intramuskuler
- Petidin 1,0 mg/kgbb, intramuskuler

Sedatif :
- Diazepam 0,15 mg/kgbb, oral/intramuskuler
- Pentobarbital 3 mg/kgbb per oral atau, 1,5 mg/kgbb
intramuskuler
- Prometazin 0,5 mg/kgbb per oral
- Kloral hidrat sirup 30 mg/kgbb

Vagolitik antisialogog :
- Atropin 0,02 mg/kgbb, intramuskuler atau intravena pada saat
induksi maksimal 0,5 mg

Antasida :
Ranitidine 150 mg per oral setiap 12 jam dan 2 jam sebelum
operasi
Omeprazole 40 mg, 3-4 jam sebelum operasi
Metoclopramide 10 mg per oral sebelum operasi
Sebelum memulai, periksalah jadwal pasien dengan teliti.
Tanggung jawab untuk pemeriksaan ulang ini berada pada
ahli bedah dan ahli anatesi.
Periksalah apakah pasien sudah dipersiapkan untuk operasi
dan tidak makan/minum sekurang-kurangnya 6 jam
sebelumnya, meskipun bayi yang masih menyusui hanya
dipuasakan 3 jam (untuk induksi anastesi pada operasi
darurat, lambung mungkin penuh).
Ukurlah nadi dan tekanan darah dan buatlah pasien relaks
sebisa mungkin.Asisten yang membantu induksi harus terlatih
dan berpengalaman.
Jangan menginduksi pasien sendirian saja tanpa asisten.
Pertama yakinlah bahwa alat yang akan dipergunakan
bekerja dengan baik.
Jika kita menggunakan gas kompresi, periksalah tekanan
pada silinder yang digunakan dan silinder cadangan.
Periksalah apakah vaporizer sudah disambung dengan
tepat tanpa ada yang bocor, hilang atau terlepas, sistem
pernapasan dan aliran gas ke pasien berjalan dengan
baik dan aman.
Jika kita tidak yakin dengan sistem pernapasan, cobalah
pada diri kita (gas anastesi dimatikan).
Periksalah fungsi alat resusitasi (harus selalu ada untuk
persiapan bila terjadi kesalahan aliran gas), laringoskop,
pipa dan alat penghisap.
Kita juga harus yakin bahwa pasien berbaring
pada meja atau kereta dorong yang dapat diatur
dengan cepat ke dalam posisi kepala dibawah,
bila terjadi hipotensi mendadak atau muntah.
Persiapkan obat yang akan digunakan dalam
spuit yang diberi label, dan yakinkan bahwa obat
itu masih baik kondisinya.
Sebelum melakukan induksi anastesi, yakinkan
aliran infus adekuat dengan memasukkan jarum
indwelling atau kanula dalam vena besar, untuk
operasi besar infus dengan cairan yang tepat
harus segera dimulai.
Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat
pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga
memungkinkan dimulainya anestesi dan
pembedahan.Sebelum memulai induksi anestesi,
selayaknya disiapkan peralatan dan obat-obatan
yang diperlukan, sehingga seandainya terjadi
keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih cepat
dan lebih baik.
Induksi intravena
Induksi Intamuskular
Induksi inhalasi
S = Scope
Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung.Laringo-Scope, pilih bilah
atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia< 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun dengan
balon (cuffed)
A = Airway
Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-tracheal
airway).Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan nafas
T = Tape
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan
untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan
C = Connector
Penyambung antara pipa dan peralatan anestesi
S = Suction
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya
Indikasi intubasi Pada banyak operasi
abdominal, untuk
endotrakeal :12 menjamin pernafasan
yang tenang dan tak ada
Menjaga jalan nafas ketegangan
yang bebas oleh
sebab apapun Pada operasi intrathorakal,
supaya jalan nafas selalu
terkontrol
Mempermudah
ventilasi positif dan Untuk mencegah
oksigenasi kontaminasi trakea

Bila dipakai controlled


Pencegahan terhadap ventilation maka tanpa
aspirasi dan regurgitasi pipa endotrakeal dengan
pengisian cuffnya dapat
terjadi inflasi ke dalam
Operasi-operasi pada gaster
kepala, leher, mulut,
Pada pasien-pasien yang
hidung dan mudah timbul
tenggorokan laringospasme
Pada pasien-pasien
dengan fiksasi vocal cord12
Alat-alat yang digunakan dalam intubasi
endotrakeal :12
Pipa endotrakea
Laringoskop

Penilaian Mallampati
Grade I : Pilar faring, uvula dan
palatum mole terlihat jelas
Grade II :Uvula dan palatum mole
terlihat sedangkan pilar faring tidak
terlihat
Grade III : Hanya palatum mole
yang terlihat
Grade IV : Pilar faring, uvula dan
palatum mole tidak terlihat.
Gas Anestesi
N2O
Halotan
Isofluran
Desfluran
Sevofluran

Obat-obat Anestesi Intravena


Hipnosis12
Golongan barbiturat (pentotal)
Benzodiazepin
Propofol
Ketamin
Analgetik12
Morfin
Fentanil
Meperidin
Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)12
Pelumpuh otot depolarisasi
Pelumpuh otot non-depolarisasi
Sebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan
operasi terutama yang menggunakan general anestesi, maka perlu
melakukan penilaian terlebih dahulu untuk menentukan apakah
pasien sudah dapat dipindahkan ke ruangan atau masih perlu di
observasi di ruang Recovery room (RR).12
Nilai Warna12 Kesadaran12
Merah muda, 2
Pucat, 1 Sadar, siaga dan orientasi, 2
Sianosis, 0 Bangun namun cepat kembali tertidur, 1

Pernapasan12 Tidak berespons, 0


Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
Dangkal namun pertukaran udara
adekuat, 1 Aktivitas12
Apnoea atau obstruksi, 0 Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2

Sirkulasi12 Dua ekstremitas dapat digerakkan,1


Tekanan darah menyimpang <20% dari Tidak bergerak, 0
normal, 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari Jika jumlahnya > 8, penderita dapat
normal, 1 dipindahkan ke ruangan
Tekanan darah menyimpang >50% dari
normal, 0
IDENTITAS
Nama : Zainal
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Siringo-ringo Gg Sepakat No.6
Pekerjaan : Pensiun PNS
Status Perkawinan : Menikah
No RM : 26 47 36
Keluhan Utama : Hidung tersumbat

Telaah :

Seorang pasien datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan hidung tersumbat

yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan hidung tersumbat ini dirasakan pada hidung

sebelah kiri, Pasien juga mengeluhkan pusing dan penciumannya berkurang. Pasien juga

mengatakan sering batuk dan pilek, dan jika pilek mengeluarkan ingus yang kental berwarna

putih. Selain itu pasien juga mengatakan adanya benjolan pada rongga hidung sebelah kiri,

yang menyebabkan keluhan hidung tersumbat. Benjolan tidak terasa nyeri. Riwayat mimisan

(-) .
RPT : (-)
RPO : (-)
RPK : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present Thorax
Keadaan Umum : Tampak sakit Jantung
Inspeksi : Tidak ditemukan kelainan
Vital Sign Palpasi : Iktus (tidak teraba)
Sensorium : Compos Mentis Perkusi : - Batas Jantung
Tekanan Darah : 120/70 mmHg Atas: ICS II parasternalis sinistra
Nadi : 82x/menit Kanan: ICS II linea parasternalis dextra
RR : 24 x/menit Kiri: ICS V linea midklavikula sinistra
Suhu : 36,5oC Auskultasi : Dalam batas normal
Tinggi Badan : 169 cm
Berat Badan : 75 kg Paru
Inspeksi : Pergerakan nafas simetris, tipe
pernafasan abdominotorakal, retraksi
Pemeriksaan Umum costae (-/-)
Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
(kembali cepat)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Kepala : Normocepali
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru
Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-),
Edema palpebra (-/-)
Abdomen
Hidung : Hidung luar: Bentuk (Normal),
Hiperemis (-), Nyeri tekan (-), Inspeksi : Datar, Simetris
Deformitas (-). Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak
Mulut : Hiperemis pharing (-), teraba
Pembesaran tonsil (-) Perkusi : Nyeri Ketok (-)
Leher : Massa (-), pembesaran KGB (-) Auskultasi : Peristaltik (5x/ menit)
Ekstremitas : Edema (-/-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium:
Darah Rutin
Hb : 14,0 g/dl
Ht : 44,2 %
Eritrosit : 4,8 x 106 /L
Leukosit : 7.000 / L
Trombosit : 225.000 /L
Faal Hati
SGOT : 23 U/I
SGPT : 10 U/I
Metabolik
KGDs : 85 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum : 25 mg/dl
Kreatinin : 1,53 mg/dl
Resume
Zainal 57 tahun, dengan keluhan hidung tersumbat yang dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu, Keluhan hidung tersumbat ini dirasakan pada
hidung sebelah kiri, Pasien juga mengeluhkan pusing dan penciumannya
berkurang. Pasien juga mengatakan sering batuk dan pilek, dan jika pilek
mengeluarkan ingus yang kental berwarna putih. Selain itu pasien juga
mengatakan adanya benjolan pada rongga hidung sebelah kiri, yang
menyebabkan keluhan hidung tersumbat. Benjolan tidak terasa nyeri.
Riwayat mimisan (-).

RENCANA TINDAKAN
Tindakan : Polipektomi nasal sinistra
Anesthesi : GA-ETT
PS-ASA :1
Posisi : Supinasi
Pernapasan : Terkontrol dengan ventilator mekanik
KEADAAN PRA BEDAH
Pre operatif
Pupil : Isokor, ka=ki
B1 (Breath) 3mm/3mm
Airway : Clear RC : (+)/(+)
RR : 24x/menit
SP : Vesikuler ka=ki B4 (Bladder)
ST : Ronchi (-), Urine Output : -
Wheezing (-/-) Kateter : Tidak terpasang
B2 (Blood)
Akral : H/M/Lembab B5 (Bowel)
TD : 120/70 mmHg Abdomen : Soepel
HR : 82x/menit Peristaltik : Normal (+)
Mual/Muntah : (-)/(-)
B3 (Brain)
Sensorium :Compos Mentis, B6 (Bone)
GCS= 15 Oedem : (-)
Premedikasi
Midazolam 3 mg
Fentanyl 100 mcg Jumlah Cairan
Medikasi PO : RL 200 cc
Propofol : 150 mg DO : RL 500 cc
Atracurium : 40 mg Perdarahan
Sebelum tindakan ekstubasi Kasa Basah : 10 x 10 = 100 cc
Prostigmin + Atropine (3:3) Kasa 1/2 basah :5x5 = 25 cc
15 menit setelah operasi selesai Suction : 50 cc
Ketorolac 30 mg Jumlah : 175 cc
Ranitidin 50 mg EBV : 70 x 75 = 5250 cc
EBL 10 % = 525 cc
Pernapasan 20 % = 1050 cc
O2 : 4 L/menit 30 % = 1575 cc
N2O :-
Sevoflurane : Pemberian awal 1,5%
dan dilanjutkan dengan
dosis 1%
Durasi Operatif
Lama Anestesi = 09.35 selesai
Lama Operasi = 09.25 12.45 WIB

Teknik Anastesi : GA-ETT


Premedikasi dengan Inj. Midazolam 3 mg dan Inj.
Fentanyl 100 mcg Induksi: Propofol 150 mg Sleep non
apnoe Inj. Atracurium 40 mg Sleep apnoe
Oksigenasi dengan O2 5-10 menit sampai saturasi 99%
Insersi ETT no. 7,5 cuff (+) SP kanan = kiri
fiksasi. Preoksigenasi pernafasan terkontrol dengan
Ventilator dan saturasi > 95%.
Operasi berakhir pukul : 12.45 WIB

Setelah operasi selesai pasien di observasi di


Recovery Room. Tekanan darah, nadi dan pernapasan
dipantau setiap 15 menit selama 2 jam.

Pasien boleh pindah ke ruangan apabila Alderette score


>9
Pergerakan :2
Pernapasan :2
Warna kulit :2
Tekanan darah :2
Kesadaran :2
Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke
ruang pemulihan setelah dipastikan pasien pulih
dari anestesi dan keadaan umum, kesadaran serta
vital sign stabil, pasien dipindahkan ke bangsal
dengan anjuran untuk istirahat selama 24 jam,
makan dan minum sedikit demi sedikit apabila
pasien sudah sadar penuh dan peristaltik normal.
Istirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang
IVFD RL 38 gtt/menit
Minum sedikit-sedikit bila sadar penuh dan
peristaltik (+) dan kembali dalam frekuensi yang
normal
Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12jam
Inj. Ondansetron 4 mg/10 jam
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai