Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ
genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami
gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ
genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan
akibatnya.
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan
tumbuh secara otonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal
sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya.
Tumor ganas pada alat reproduksi wanita dijumpai pada semua
umur (18 80 tahun) dengan rat-rata puncaknya pada usia 50 tahun.
Kejadian paling sering pada kelompok umur 30 40 tahun.
Faktor pemicu munculnya tumor banyak sekali, antara lain
pencemaran lingkungan hidup, termasuk udara akibat debu dan asap
pembakaran kendaraan atau pabrik. Asap kendaraan, misalnya,
mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan tubuh,
termasuk daya tahan seluruh selnya.
Selain itu ikut juga berperan faktor makanan yang berlemak tinggi,
dalam hal ini adalah zat hormon atau mirip-hormon abnormal yang
terkandung di dalammya, khususnya steroid seks (misalnya estrogen). Itu
terjadi karena adanya zat-zat lemak dalam makanan tersebut yang tidak
dipecah dalam proses metabolisme tubuh sehingga menaikkan produksi
hormon testosteron. Normalnya, wanita memiliki hormon estrogen dan
progesteron, serta sedikit testosteron.
Bilamana kadar hormon testosteron meningkat akibat adanya
ketidakseimbangan asupan lemak, maka hormon ini akan dipecah menjadi
sumber hormon yang tidak normal bagi hormon estrogen asing.

Tumor jinak yang berasal dari sel otot polos dari myometrium dikenal
leiomioma. Tetapi karena tumor ini berbatas tegas maka sering juga dikenal
sebagai fibroid (Kumar, Abbas, Fausto dan Mitchell, 2007). Neoplasma jinak
ini mempunyai banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
fibromioma, leiomioma, fibroid atau pun mioma uteri (Prawirohardjo, 2007).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Sistem reproduksi wanita terdiri atas struktur eksternal dan internal
a. Genetalia eksternal
Genetalia eksternal (vulva) mencakup dua lipatan jaringan tebal yang
disebut labia mayora dan dua bibir y ang lebih kecil,terrsusun atas jaringan
yang sangat halus yang disebut labia minora,yang terletak antara labia
mayora,bagian atas dari labia minora bersatu, membentuk penutup parsial
dari klitoris,organ yang sangat sensitif yang terdiri atas jaringan erektil.
Antara labia minora dibawah dan sebelah posterior klitoris, terdapat
meatus urinarius, yang merupakan ostium eksternal uretra wanita dengan
panjang sekitar 3 cm.
Di bawah orifisium ini terdapat ostium yang lebih besar: yaitu
orifisium vagina atau introitus. Pada setiap sisi orifisium vagina terdapat
kelenjar vestibular (Bartholins), suatu struktursebesar biji kacang yang
mengalirkan sekresi mukusnya melalui duktus kecil.
Ostium duktus terletak di dalam labia minora, di sebelah eksternal
hymen. Jaringan antara genetalia eksternal dan anus adalah forest, dan
semua jaringan yang membentuk genetalia eksternal wanita disebut
perineum.
b. Genetalia internal
Struktur internal terdiri atas :
Vagina
Merupakan suatu kanal yang dilapisi oleh membran mukosa dan
terbentang dari depan kebelakang, dari vulva ke serviks sepanjang 7,5
sampai10 cm. Disebelah anterior vagina adalah kandung kemih dan
uretra, dan di sebelah posterior vagina terletak rektum.
Dinding anterior dan posterior vagina normalnya bersentuhan satu
sama lain. Bagian atas vagina , forniks, mengelilingi serviks (leher
sempit edari uterus).

Uterus
Organ muscular berbentuk buah pir, mempunyai panjang 7,5 cm
dan lebar 5 cm pada bagian atasnya.Dindingnya mempunyai tebal
sekitar 1,25 cm.
Uterus mempunyai dua bagian yaitu: serviks ,yang menonjol ke
dalam vagina, dan bagian atas yang lebih besar yaitu fundus atau
korpus, yang ditutupi secara posterior dan anterior (sebagian)oleh
peritoneum.Uterus terletak di sebelah posterior kandung kemih dan
dipertahankan posisinya dalam rongga pelvis oleh beberapa ligament
yaitu:
Ligamentum teres

Terbentang secara anterior dan lateral disepanjang cincin internal


inguinal dan turun disepanjang kanalis inguinalis, tempat bergabung
dengan jaringan labia mayora.

Ligamentum Latum

Lipatan perineum yang memanjang dari dinding pelvis lateral dan


membungkus tuba fallopi

Ligamentum uterosakral
Memanjang secara posterior sampai kesakrum. Bagian dalam
fundus yang berbentuk, segitiga menyempit kedalam kanal kecil serviks
yang mengecil pada setiap ujungnya, disebut sebagai os eksternal dan
os internal. Bagian lateral atas uterus disebut kornua. Dari tempat ini
oviduk atau tuba fallopi (atau uterus) memanjang ke arah luar,
luminanya diteruskan secara internaloleh rongga uterus.
Ovarium
Terletak di belakang ligamentum latum,di belakang dan di bawah
tuba fallopi. Ovarium adalah badan oval yang mempunyai panjang 3
cm. Pada saat lahir ovrium mengandung ratusan sel-sel telur yang
sangat kecil atau ova. Ovarium dan tuba fallopi disebut adneksa
2.2 Tumor Jinak
Tumor adalah pembengkakan satu dari tanda cardinal peradangan,
pembesaran yang morbid.
Tumor adalah Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel
yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. (sumber:
Dorland 2002, kamus kedokteran,Jakarta:EGC)
Tumor adalah pembengkakan atau daging tumbuh (sumber: gayatri, arum
1990. kamus kesehat6an. Jakarta: Arcan)
2.2.1 Ciri-ciri Tumor Jinak
1. Timbulnya ekspansif yaitu mendesak jaringan sehat di sekitar dan
jaringan sehat yang terdesak. Ini membentuk simpai atau kapsel dari
tumor, maka disebut tumor jinak bersimpai atau berkopset, karena
tidak ada pertumbuhan infiltratif maka biasanya tumor jinak mudah
digerakkan dari dasarnya.
2. Tumor jinak tidak menimbulkan residif, karena tumor jinak bersimpai
maka mudah dikeluarkan seluruhnya.
3. Tumor jinak tidak menyeebar.
4. Tumor jinak tumbuhnya lambat, sehingga tidak cepat membesar dan
pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan gambaran metosisi
yang abnormal.
5. Intrisel tumor jinak masih menyerupai intisel jaringan asalnya,
bentuknya teratur dan aniform.
6. Pada tumor jinak tidak ditemukan " loss of polarity "
7. Tumor jinak biasanya tidak menyebabkan kematian bila letaknya pada
alat tubuh
yang vital.

KLASIFIKASI

TUMOR JINAK VULVA

Tebagi menjadi 2 : Tumor yang berasal dari epitel dan berasal dari masencym

1. Tumor yang berasal dari epitel :


Kondiloma akuminata
Hidradenoma
Kista polisebasea
2. Tumor yang berasal dari jaringan mashencym :
Leiomioma
Lipoma
Fibroma
Neurofibroma
Granular cell tumor
Endometriosis
TUMOR JINAK VAGINA

1. Tumor Kistik
Kista gartner
Kista inklusi
2. Tumor solid
Granuloma
Adenosis vagina

1. TUMOR VULVA

1.1 TUMOR YANG BERASAL DARI EPITEL :

1.1.1 KONDILOMA AKUMINATA

Definisi
Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV tipe 6 dan 2. Akhir-akhir ini juga
dimasukkan dalam golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Gambaran histologik adalah suatu papiloma yang sekali-sekali setelah lama dapat
menjadi ganas. Gambaran makroskopis adalah seperti jengger ayam. Kondiloma
akuminatum dapat tumbuh pada vulva dan sekitar anus sampai vagina dan serviks.
GEJALA

Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan
lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan
dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva,
dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis
juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria
homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.

Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai
sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink.
Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai.
Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya
yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol).

Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau
pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang
kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Kutil


yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah
mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu
keganasan.Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani
pemeriksaan Pap-smear secara rutin.

Pengobatan

Kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi
(pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal. Pengobatan kimiawi, seperti
podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa
dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa
minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering
gagal.

Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau
florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan
endoskopik. Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang.
Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani
penyunatan.

Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV type 6 dan II, dan akhir-akhir ini juga
dimasukan kedalam golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Terapi :

Podophyllin 25% dalam tincture benzoin

Sulfonamide,sistemik dan local

Operatif

Albothyl

1.1.2 HIDRADENOMA

Definisi

Kulit didaerah mons pubis dan labia mayora banyak mengandung kelenjar
keringat. Kelenjar apokrin ini akan mulai berfungsi secara normal setelah masa
pubertas. Sebagian besar hidradenoma merupakan kista soliter dan dengan
siameter kurang dari 1 cm. Hidradenoma pada vulva mirip dengan gangguan
serupa yang terjadi pada daerah aksila dan akan semakin bermasalah jika disertai
dengan iritasi lokal yang kronis.

Gejala

Terjadinya penyumbatan pada duktus sekretorius kelenjar keringat dapat


menimbulkan kista-kista kecil (microcyst) yang disertai rasa gatal dan hal ini
dikenal sebagai penyakit Fox-Fordyce. Penyebab utama infeksi kelenjar apokrin
di daerah ini adalah streptokokus dan stafilokokus. Infeksi berulang dan berat
dapat menimbulkan abses dan sinus-sinus eksudatif di bawah kulit dimana kondisi
ini dikenal sebagai hidradenitis supurativa, dapat terjadi destruksi jaringan,
eksudasi, dan limfedema sehingga menyerupai limfopatia. Tahapan akhir dari
hidradenoma, menyebabkan bintik-bintik atau penonjolan halus papilomatosa
pada kulit vulva sehingga menyerupai infeksi difus pada kelenjar sebasea.

Terapi

Untuk lesi ringan yang disertai pembentukan pustulasi berulang,


perjalanan penyakitnya dapat dimodifikasi dengan penggunaan pil kontrasepsi
hormonal karena sekresi kelenjar apokrin fungsional pada area lesi dapat
dikurangi. Pil kontrasepsi hormonal tersebut dapat pula digunakan untuk
mengurangi pruritus kronis pada sindroma Fox-Fordyce pada penderita
hidradenoma. Eksisi hanya dapat dilakukan pada didradenoma soliter dengan
keluhan utama pruritus vulva. Pada gangguan yang bersifat supuratif dan
ekstensif, biasanya dilakukan tindakan debridement untuk menghentikan proses
destruktif terhadap struktur normal jaringan epidermal vulva.

1.1.3 KISTA PILOSEBASEA

Definisi

Merupakan kista yang paling sering ditemukan di vulva. Kista ini terbentuk
akibat adanya penyumbatan yang disebabkan oleh infeksi atau akumulasi
material sebum pada saluran tersebut pada duktus sekretorius kelenjar minyak
(blockage of sebaceous duct). Kista yang berasal dari lapisan epidermal biasanya
dilapisi oleh epitel skuamosa dan berisi material seperti minyak atau lemak dan
epitel yang terlepas dari dinding dalam kista. Kista inklusi epidermal dapat
terjadi dari trauma (benturan) atau prosedur klinik (penjahitan) mukosa vulva
yang membawa material atau fragmen epidermal.

Gejala
Sebagian besar kista epidermoid terbentuk dari oklusi duktus pilosebasea.
Kista jenis ini, umumnya berdiameter kecil, soliter dan asimptomatik. Pada
kondisi tertentu, kista ini dapat terjadi di beberapa tempat pada labia mayora.
Pembetukan kista pilosebasea jenis inklusif, tidak terkait dengan trauma dan
fragmen epidermal dilapisan bawah kulit. Kista jenis ini berasal dari jaringan
embrionik yang pada akhirnya membentuk susunan epitel kelenjar pada lapisan
dermis. Umumnya, kista pilosebasea tidak besar dan asimptomatik apabila
dianggap mengganggu estetika atau mengalami infeksi sekunder maka perlu
dilakukan eksisi dan terapi antibiotika.
Terapi

Walaupun dapat berjumlah lebih dari satu, kista polisebasea tidak banyak
menimbulkan keluhan kecuali apabila terjadi indeksi sehingga menimbulkan
rasa nyeri lokal dan memerlukan tindakan insisi dan drainase.

1.2 TUMOR YANG BERASAL DARI JARINGAN MASHENCYM :

Fibroma: berasal dari jaringan di sekitar labium majus, dapat tumbuh besar
dengan konsistensi lunak dan berwarna putih keabu-abuan.
Lipoma: berasal dari jaringan lemak di sekitar labium majus dengan
konsistensi lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar.
Leiomioma: berasal dari otot polos ligamentum rotundum dekat pada
labium mayus tersusun seperti pusaran air/konde.
Neurofibroma: berasal dari sarung serabut saraf, biasanya kecil saja, lunak,
berbentuk polipoid dan berwarna seperti daging.
Hemangioma: yang berasala dari congenital biasanya akan menghilang
sendiri pada pertumbuhan anak. Pada wanita pascamenopause biasanya
terjadi karena adanya varises yang kecil-kecil dan dapat menyebabkan
perdarahan pascamenopause. Angiokeratoma adalah jenis hemangioma
dengan kapiler membesar pada korium dan dengan hyperkeratosis pada
epidermis. Hemangioma kavernosum mempunyai ruangan yang luas
dengan permukaan yang tidak rata, berisi darah dengan dinding sel
endotel, tumor ini kadang-kadang masuk ke jaringan di bawahnya.
Limfangioma: berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang sekali
dijumpai. Mikroskopik tampak seperti limfangiom namun tidak berwarna.
Pembedahan definitive dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil lagi
atau memiliki beberapa gejala jenis pembedahannya yaitu histrektomi total,
salpingo-ooferektomi bilateral, dan eksisi tempat endometriosis. Pada pasien
ini perlu di berikan terapi hormonal.
2.TUMOR JINAK VAGINA

1.3 TUMOR KISTIK

1.3.1 Kista Gartner

Definisi

Kista ini berasal dari sisa kanalis wolfii (disebut juga duktus gartner) yang
berjalan disepanjang permukaan anterior dan bagian atas vagina. Diameter
kista sangat tergantung dari ukuran duktus dan kapasitas tampung cairan di
dalamnya sehingga bisa dalam ukuran yang relatif kecil hingga cukup besar
untuk mendorong dinding vagina ke arah tengah lumen atau malahan dapat
memenuhi lumen dan mencapai introitus vagina.
Gejala klinis

Lokasi utama kista gartner adalah bagian anterolateral puncak vagina.


Pada perabaan, kista ini bersifat kistik, dilapisi oleh dinding translusen tipis
yang tersusun dari epitel kuboiid atau kolumner, baik dengan atau tanpa silia
dan kadang-kadang tersusun dalam beberapa lapis. Ruang gerak agak terbatas
terkait dengan topografi duktus gartner disepanjang alurnya pada puncak
vagina.

Terapi

Insisi dinding anterolateral vagina dan eksisi untuk mengeluarkan kista dari
sisa kanalis wolfii ini.

1.3.2 Kista Inklusi

Definis

Kista inklusi merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada
vagina. Lokasi tumor umumnya pada 1/3 bawah vagina dan posterior atau
lateral. Tumor ini tumbuh dari jaringan epidermal yang berasa dibawah lapisan
mukosa vagina. Jaringan tersebut terperangkap dan tumbuh dibagian tersebut
akibat penjahitan robekan atau laserasi perineum yang kurang sempurna.
Komponen kelenjar pada jaringan epidermal yang terperangkap tersebut
menghasilkan cairan dan membentuk kista. Walaupun kista tidak dapat
mencapai ukuran hingga beberapa sentimeter, tetapi seringkali menimbulkan
keluhan pada saat-saat tertentu. Kista inklusi juga pernah ditemukan pada
bagian anterior dan puncak vagina, terkait dengan prosedur histerektomi
sebelumnya.
Kista inklusi (kista epidermis)

Gejala
Kista inklusi merupakan tumor kistik dengan batas yang tegas dengan
gerakan yang terbatas dan berisi massa berupa cairan musin yang kental.
Permukaan dinding kista dilapisi oleh epitel skuamosa yang terstratifikasi, pada
ukuran dan kondisi tertentu (dispareunia).

Penatalaksanaan
Terapi
Eksisi

1.3.3 Kista Endometriosis

Definisi

Tidak jarang endometriosis di vagina dikelirukan dengan adenosis vagina


karena tersebar secara difus di vagina. Lokasi yang paling sering adalam
forniks posterior dan bermanifestasi sebagai nodul subepitel atau lesi yang
selalu mengalami perdarahan ireguler. Diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan memeriksa spesimen biopsi dari tempat lesi.
Gejala

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah:


1) nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama
haid (dismenore);
2) disparenunia;
3) nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu defekasi;
4) poli- dan hipermenore;
5) infertilitas.
Dismenore pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid
yang semakin lama semakin menghebat. Sebab dari dismenore ini tidak diketahui,
tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam
sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu
didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas, sebaiknya kelainan
ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang keras. Dispareunia yang merupakan
gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karena adanya endometriosis di
kavum Douglasi. Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid,
disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut. Endometriosis
kandung kencing jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan
hematuria pada waktu haid. Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada
endometriosis apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi
ovarium terganggu. Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas.
30-40 persen wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Menurut Rubin,
kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah kurang lebih
separoh dari wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada
endometriosis ialah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan
perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaan ginekologik, khususnya pada
pemeriksaan vagino-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan
benda-benda padat sebesar butir beras sampai butir jagung di kavum Douglasi dan
pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam retrofleksi dan terfiksasi.
Ovarium mula-mula dapat diraba sebagai tumor kecil, akan tetapi bisa membesar
sampai sebesar tinju. Tumor ovarium seringkali terdapat bilateral dan sukar
digerakkan.

Penatalaksanaan

Bila diagnosis endometriosis sudah ditegakkan, pilihan terapi diambil


berdasarkan luasnya endometriosis dan kebutuhan pasien. Regimen pengobatan
oral dan pembedahan ditentukan berdasarkan usia, status fertilitas, beratnya
penyakit, pengobatan sebelumnya, biaya, risiko pengobatan, dan lama
pengobatan.
Terapi konservatif:
Implantasi endometriosis memiliki sifat dan reaksi yang sama dengan
endometrium terutama dalam produksi estrogen. Terapi konservatif bertujuan
menekan stimulasi estrogen ovarium dengan memotong jalur hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Inhibisi ovulasi dengan gonadotropin melalui siklus seks
steroid dapat menghalangi pembentukan endometriosis.4,,6
a. Inhibisi aromatase
Anastrozole 1 mg atau Letrozole 2,5 md setiap hari merupakan generasi
ketiga inhibitor aromatase yang berperan menghambat perubahan
androgen menjadi estrogen sebanyak 50%. Efek samping obat ini adalah
penurunan densitas tulang, namun hal ini dapat dicegah dengan konsumsi
vitamin D dan kalsium.
b. Kontrol nyeri
Obat anti inflamasi non steroid (NSAID) menghambat prostaglandin yang
dikeluarkan oleh endometriosis. NSAID merupakan obat lini pertama yang
digunakan ketika diagnosa endometriosis belum ditegakkan.
1. Terapi bedah
Terapi konservatif merupakan modalitas untuk pasien yang hanya ingin
meredakan nyeri atau meredakan nyeri dengan kondisi fertil. Bagi pasien yang
infertil, atau pasien yang tidak berespon dengan terapi konservatif, terapi
bedah merupakan pilihan. Pembedahan terbagi atas terapi bedah definitif dan
koservatif.
1. Terapi bedah definitif meliputi histerektomi total dengan salfingo-
ooferektomi bilateral. Setelah pembedahan definitive dilakukan, pasien
diberikan terapi sulih hormone (Hormone Replacement Theraphy).
2. Terapi bedah konservatif bertujuan untuk mengembalikan posisi anatomi
panggul dan mengangkat semua lesi endometriosis yang terlihat.

1.4 Kista Solid Vagina

Granuloma

Kista granulosa merupakan pembesaran non neoplastik ovarium. Setelah


ovulasi, dinsing sel granulosa mengalami luteinisasi. Pada tahap terbentuknya
vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah rongga membentuk korpus
hemoragikum.

Resorbsi darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum.


Kits lutein yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding
perut yang juga disertai dengan amenorea atau menstruasi terlambat yang
menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein juga dapat menyebabkan
torsi ovarium sehingga menimbulkan nyeri hebat atau perdarahan intraperitoneal
yang membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk menyelamatkan penderita.

Tumor Adenosis vagina


Beberapa dekade yang lalu sandberg melaporjan banyaknya jenis tumor
ini pada perempuan dewasa dan mengaitkannya dengan pemberian
estrogen selama kehamilan. Akan tetapi, dengan masih adanya temuan
baru adenosis vagina dan tidak digunakannya DES selama beberapa
dekade ini , maka patofisiologi penyakit ini telah mengalami banyak
perubahan. Efek serupa estrogen diduga masih berperan didalam
pengembangan kanalis urogenitalis dan proses fusi urogenital dan sistem
mesonefron serta perubahan degeneratif zona transformasi kanalis
vaginalis bagian bawah. Penelitian herbs juga menegaskan adanya
trasformasi yang lebih lambat dan anomali penempatan jarigan
paramesonefros menjadi lebih ke bawah.

Gejala
Umumnya berupa area yang mengalami penebalan mukosa dengan
oermukaan yang kasar serta ditutupi oleh eksudat mukus dari epitel
kelenjar yang melapisi permukaan tumor ini. Bila tidak mencapai ukuran
yang besar, lesi ini tidak menimbulkan gejala atau gangguan fungsi organ
genitalia.

Terapi
Eksisi dengan teknik bedah konvensional. Bila batas lesi tidak jelas, dapat
dilakukan teknik eksisi secara ablatif karena dikhawatirkan terjadi
komplikasi terhadap organ sekitar (kandung kemih dan rektum)
BAB III
KESIMPULAN

Berbagai macam penyakit yang dapat menyerang alat reproduksi wanita,


yang salah satunya adalah tumor jinak alat genetalia, dimana kebanyakan wanita
tidak mengeluhkan gejala-gejala yang ditimbulkan mereka menganggap hal
tersebut biasa pada saat menstruasi tiba.
Sejalan dengan makin tingginya tingkat pendidikan wanita dan mereka harus
menghadapi perubahan penting dalam peran, gaya hidup, dan pola keluarga serta
menghadapi bahaya lingkungan dan stress yang mengharuskan mereka harus
berfokus pada kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Fakultas kedokteran III Kapita Selekta Kedokteran

http://www.cancerhelps.com/kista.htm

http://belibis-a17.com/2008/10/04/mioma-uteri/

http://mojokertokab.go.id/mjk/sub/dinkes/?page=articles_&no=55&sub=NYERI
%20MENSTRUASI%20BERLEBIHAN,%20WASPADAI%20ENDOMETRIOS
IS

Anda mungkin juga menyukai