Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran
kemih manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan
menyimpan urinserta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu Ginjal,
Ureter, Kandung Kemih, dan Uretra. Data penelitian epidemiologi klinik
melaporkan hampir 25-35% semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK.1
Pada masa kehamilan terjadi perunbahan anatomi maupun fisiologi saluran
kemih yang disebabkan oleh peningkatan kadar Progesterone dan obstruksi akibat
pembesaran uterus. Peristaltik Ureter menurun dan terjadi dilatasi Ureter, terutama
pada sisi kanan yang terjadi pada kehamilan tua. Wanita hamil lebih mudah
mengalami Pielonefritis akut dari pada wanita tidak hamil, meskipun
kemungkinan untuk menderita bakteriuria kedua kelompok sama, yaitu lebih
kurang 3-7%. Wanita hamil yang pada saat pemeriksaan urine menunjukkan
bakteriuria, sebanyak 13,5-65% akan mengalami episode Pielonefritis. Pemberian
terapi terhadap wanita hamil dengan bakteriuria menurunkan episode Pielonefritis
menjadi 0,5-3%.2
Pielonefritis yang tidak diobati menyebabkan terjadinya kelahiran
premature dan kematian bayi. Dikatakan bahwa angka kematian bayi meningkat
dua kali lipat jika saat kehamilan disertai dengan Pielonefritis. Oleh karena itu
beberapa penulis menganjurkan untuk mengadakan screening guna memberi
kemunginan bakteriuria terhadap wanita hamil, kemudian mengadakan terapi
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.2
Kultur urine diambil pada saat kunjungan pertama dan diulang pada
minggu ke-16. Jika terdapat bakteriuria harus segera diterapi. Antibitotik yang
dipilih sangat terbatas mengingat toksisitas yang bias terjadi pada janin. Yang
paling aman saat ini adalah Penisilin dan Sefalosporin, diberikan selama 3 hari.
Komtrol terhadap kultur urine dilakukan secara berkala untuk mengetahui

1
2

efektifitas terapi. Jika terjadi Pielonefritis pasien harus menjalani rawat inap untuk
pemberian terapi antibiotik parenteral.2

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di rumuskan masalah
penelitian : Bagaimana gambaran perilaku ibu hamil tentang Infeksi Saluran
Kemih di Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2016?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran perilaku ibu hamil tentang Infeksi Saluran
Kemih di Puskesmas Simpang Limun Medan

1.3.2. Tujuan Khusus


a) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Infeksi Saluran
Kemih di Puskesmas Simpang Limun Medan
b) Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu hamil tentang Infeksi Saluran
Kemih di Puskesmas Simpang Limun Medan
c) Untuk mengetahui bagaimana tindakan ibu hamil tentang Infeksi Saluran
Kemih di Puskesmas Simpang Limun Medan

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan sumber
data untuk penelitian selanjutnya serta promotif dan meningkatkan pelayanan
preventif.

1.4.2. Bagi Puskesmas simpang limun


Memberi bahan masukan tentang gambaran perilaku ibu hamil tentang
Infeksi Saluran Kemih.

1.4.3. Bagi Ibu Hamil di kelurahan


3

Secara tidak langsung memberikan pengetahuan ibu hamil tentang Infeksi


Saluran Kemih

1.4.4. Bagi Peneliti


Peneliti mampu menerapkan secara langsung ilmu yang diperoleh selama
pendidikan dan melakukan penelitian yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas
akademis.

BAB II
4

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori


2.1.1. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia
itu sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik
dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Dan hal ini berarti bahwa
perilaku terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi
yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan
menghasilkan reaksi perilaku tertentu.

2.1.1.1. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan
sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
5

c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang
tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
a. Umur
Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-
penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin
bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan
seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang
diperoleh dari orang lain.
b. Pendidikan
6

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh


kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam
pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan
hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-
ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan
kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan
semakin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan
pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.
c. Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka
berbagai ini berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi
yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.
d. Sosial ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun skunder keluarga, status
ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding orang dengan status
ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin
mudah dalam mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih
berkualitas.
e. Hubungan sosial
Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila
hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan yang
dimiliki juga akan bertambah.
f. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai
7

hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan


misalnya sering mengikuti organisasi.

2.1.1.2. Sikap
Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan,
mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu
terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu,
bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap. Fenomena sikap
yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi
juga dengan kaitannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di
saat sekarang, dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang. Sikap
manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai
versi oleh para ahli.

2.1.1.3. Tindakan
Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul
dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu:
a. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan
dilakukan.
b. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar.
c. Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan
dilakukan dengan baik.

2.1.2. Infeksi Saluran Kemih (ISK)


2.1.2.1 Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan adanya
pertumbuhan mikroorganisme di mana-mana daerah di dalam saluran kemih. ISK
juga dikenali sebagai infeksi bakteri yang tersering pada tubuh manusia.
Bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisma (MO) murni
lebih daripada 105 colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin yang bisa
8

menginfeksi pada bagian atas atau bawah saluran kemih, maupun kedua-duanya.
Bakteriuria tanpa disertai manifestasi klinis disebut sebagai bakteriuria
asimptomatik (covert bakteriuria) dimana bakteriuria bermakna disertai dengan
manifestasi klinis disebut sebagai bakteriuria simptomatik. Pada beberapa
keadaan, pasien juga dapat menunjukkan gejala klinis tanpa adanya bakteriuria
bermakna.

2.1.2.2 Faktor Resiko


Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
Infeksi Saluran Kemih (ISK) diantaranya adalah :
Obstruksi pada saluran kemih
Infeksi yang diakibatkan oleh bakteri pemecah urea
Diabetes mellitus
Nekrosis papilari renal
Kehamilan
Anomalitas kongenital saluran kemih
Wanita menopause
Lanjut usia dengan disertai bacteria prostatitis akut bagi lelaki
Riwayat pemakaian kontrasepsi
Immunosupeesi setelah melakukan transplantasi ginjal

2.1.2.3 Etiologi
Menurut National kidney and Urologic Diseases Information
Clearinghouse (NKUDIC), normalnya, urin manusia adalah dalam keadaan steril
dan bebas dari bakteri, virus dan jamur, hanya mengandung cairan, garam dan
juga bahan buangan seperti toksik. Infeksi Saluran Kemih (ISK) biasanya bermula
apabila terdapat mikroorganisme, biasanya adalah bakteri dari salur pencernaan
yang memasuki uretra dan kemudian bermultiplikasi. Kebanyakan
mikroorganisme yang sering mengakibatkan ISK adalah Escherhia coli (E. coli)
yang secara normalnya menetap di kolon.
9

Mikroorganisme lain seperti Chlamydia dan Mycoplasma juga bisa


menyebabkan ISK pada wanita juga laki-laki. Infeksi kedua-dua mikroorganisme
ini hanya terbatas di daerah uretra dan sistem reproduksi. Berbeda dengan E. Coli,
Chlamydia, dan Mycoplasma bisa ditransmisi secara seksual, dan infeksi ini harus
mendapatkan penanganan pada kedua-dua pasangan.

2.1.2.4 Klasifikasi
Menurut lokasi infeksi :
- ISK Bawah : infeksi pada uretra dan kandung kemih
- ISK Atas : infeksi pada ginjal
Menurut gejala:
- Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )
- Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )
Menurut komplikasi:
- ISK sederhana ( tanpa faktor predisposisi )
- ISK berkomplikasi ( disertai faktor perdisposisi ).

2.1.2.5 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis


Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar, kultur
urin, serta jumlah kuman/ml urin merupakan protokol standar untuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi
sampel urin harus sesuai dengan protokol yang dianjurkan. Investigasi lanjutan
terutama prosedur renal imaging tidak boleh rutin, harus berdasarkan indikasi
klinis yang kuat. prosedur renal imaging juga dilakukan untuk menginvestigasi
faktor predisposisi ISK.

2.1.2.6 Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam Kehamilan


2.1.2.6.1 Epidemiologi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) tetap menjadi penyebab utama morbiditas
pada semua usia. 10% dari ibu hamil yang berkonsultasi antenatal ke praktek
dokter didapatkan mengalami episode ISK. Insidensi ISK di antara ibu hamil
10

adalah 8%. (Klemmer & Mattern, 2009). Secara umum, kebanyakan ISK dalam
kehamilan dapat disebabkan oleh infeksi secara ascending.

2.1.2.6.2 Perubahan fisiologis dalam kehamilan dan kaitannya dengan Infeksi


Saluran Kemih (ISK).
Kehamilan dapat meningkatkan resiko terkena Infeksi Saluran Kemih
(ISK). Pada kehamilan usia 6 minggu, oleh karena adanya perubahan fisiologis
dalam kehamilan, ureter ibu hamil menjadi dilatasi. Ini juga disebut sebagai
hidronefrosis kehamilan dimana memuncak pada kehamilan minggu ke-22 hingga
ke-26 dan kemudian berlanjut sampai saatnya kelahiran. Peningkatan progesteron
dan estrogen saat hamil juga menyebabkan penurunan tonus ureter dan kandung
kemih. Peningkatan volum plasma semasa hamil menyebabkan penurunan
konsentrasi urin dan peningkatan volum urin dalam ginjal. Kombinasi dari seluruh
faktor ini mengakibatkan terjadinya stasis urinari dan uretero-vesikel refluks.
Glikosuria dalam kehamilan juga salah satu faktor terpenting yang menyebabkan
ibu hamil mudah untuk terkena ISK.

2.1.2.6.3 Jenis-jenis Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam kehamilan.


Terdapat tiga jenis Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang sering terjadi
dalam kehamilan yaitu bakteriuria asimptomatik, sistisis akut dan pielonefritis
akut. Manifestasi klinis dari setiap jenis ISK yang terjadi berbeda- beda.
Bakteriuria asimptomatik terjadi apabila dijumpai 105 colony-forming
units per/ml di dalam urin dan tidak memberikan gejala pada pasien yang
mengalami ISK. Kondisi ini juga bisa didapatkan sebelum ibu hamil memasuki
masa kehamilan. Diperkirakan sebanyak 1,2 5% dari anak-anak perempuan
mengalami bakteriuria asimptomatik saat belum mengalami pubertas. Prevalensi
bakteri asimptomatik di dalam kehamilan adalah sebanyak 10%. Nilai serum
interleukin-6 dan serum antibodi yang rendah meningkatkan insidens terjadinya
bakteriuria asimptomatik dalam kehamilan.
Sistisis akut berkaitan dengan infeksi pada kandung kemih, juga pada
daerah uretra. Manifestasi klinis yang dapat membedakan antara asimptomatik
11

bakteruria dan sistisis akut adalah disuria, tidak dapat menahan untuk berkemih
dan sering berkemih setiap hari. Kebanyakkan ibu hamil tidak mengetahui bahwa
mereka terkena ISK jika dilihat dari manifestasi klinisnya yaitu sering buang air
kecil dan rasa tidak tertahan untuk berkemih karena gejala-gejala ini dilihat
seolah-olah normal dalam kehamilan.

2.1.2.6.4 Agen penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam kehamilan


Penyebab tersering terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam
kehamilan adalah dari golongan bakteri Escherichia coli (E. coli) yaitu sebanyak
90 % kasus dicatatkan. Proteus mirabilis dan Klebsiella pneumonia adalah
golongan bakteri kurang dominan sebagai penyebab ISK dalam kehamilan.
Enterococci seperti Garnerella Vaginalis dan Ureaplasma ureolyticum serta
Bakteri Gram Positif seperti Group B streptococcus, Staphylococcus aprophyticus
dan Staphylococcus haemolyticus juga dikenali sebagai penyebab ISK dalam
kehamilan.

2.1.2.6.5 Pengobatan Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam kehamilan


Asimptomatik bakteriuria harus diobati dengan menggunakan
antimikroba walaupun ibu hamil tersebut tidak mengalami apa-apa gejala.
Berbagai studi telah membuktikan bahwa pengobatan awal untuk bakteriuria
asimtomatik dalam kehamilan bisa mengurangkan insidensi untuk terjadinya
pielonefritis akut, kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Tatalaksana awal bagi bakteriuria asimptomatik bisa mengurangkan hampir 70%
dari ISK akut yang simptomatik.
Antibiotik yang menjadi pilihan haruslah yang aman digunakan bagi ibu
hamil juga bayi dalam kandungan. Amoxycillin, merupakan pilihan yang aman
bagi ibu hamil namun, bakteri Escherichia coli (E. coli) semakin meningkat
resistensinya terhadap antibiotik itu. Cephalosporins dan Nitrofurantoin juga
aman digunakan oleh ibu hamil dimana kedua-dua obat ini mempunyai
konsentrasi urin yang tinggi maka ia efektif untuk melawan bakteri E. coli. Tidak
ada sumber yang merekomendasikan regimen yang spesifik untuk pengobatan
12

ISK dalam kehamilan. Antibiotik biasa seperti Nitrofurantoin dan Cefurotaxime


biasanya efektif dan jarang menimbulkan komplikasi. Nitrofurantoin sebaiknya
dielakkan sewaktu trimester ketiga karena berpotensi untuk terjadinya hemolisis
pada fetus jika fetus itu menghidap kelainan Glucose-6-phosphate Dehydrogenase
Deficiency atau G6PD.
Hospitalisasi atau rawat inap sering diindikasi pada ibu hamil dengan
pielonefritis akut bagi memudahkan dokter untuk mengamati komplikasi yang
mungkin terjadi termasuklah dehidrasi berat, toleransi makanan, dan sebagainya.
Kultur urin dan sensitivitas adalah penting sebagai langkah manajemen kasus
pielonefritis akut dan harus dilakukan sebelum pemberian antibiotik. Pemilihan
antibiotik harus bersesuaian dengan penyebab pielonefritis akut dan tingkat
resistensinya. E. coli merupakan agen penyebab utama pielonefritis akut. Dengan
pengobatan antibiotik dan hidrasi yang baik, kebanyakan pasien memberikan
respon yang membaik dalam masa 24-48 jam. Jika simptom pasien masih lagi
tidak membaik dan menerus setelah pemberian antiobiotik yang bersesuaian,
investigasi yang selanjutnya harus dilakukan bagi mengevaluasi kemungkinan
adanya faktor predisposisi seperti adanya abnormalitas saluran kemih dan
sebagainya yang kemudiannya memerlukan drainase operasi.
Kolonisasi Group B Steptococcal (GBS) pada vagina dibuktikan
mempunyai kaitannya dengan ruptur prematur membran, sepsis neonatal, dan
pneumonia kongenital. Organisme ini juga menjadi penyebab kepada 5% kasus
Infeksi Saluran Kemih (ISK). Studi menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima
pengobatan penicillin untuk bakteriuria akibat GBS menunjukkan insidensi
kelahiran prematur dan ruptur membran prematur yang rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa, ibu hamil dengan bakteriuria GBS harus ditangani dengan
pemberian antibiotik yang adekuat.
Infeksi Saluran Kemih bisa rekuren kembali apabila infeksi pertama kali
pada ibu hamil tidak ditangani secara adekuat. Ibu hamil dengan kelainan batu
saluran kemih, diabetes mellitus dan pernah mengalami episode Infeksi Saluran
Kemih (ISK) sebelumnya lebih cenderung untuk terkena Infeksi Saluran Kemih
13

(ISK) kembali. Antibiotik profilaksis dengan pemberian cephalexin dan


nitrofurantoin adalah pengobatan yang efektif.

2.1.2.6.6 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam kehamilan


Pencegahan harus dilakukan oleh ibu hamil bagi mencegah terjadinya
Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang mempunyai resiko terjadinya komplikasi
dalam kehamilan. Maka, beberapa cara dapat dilakukan sebagai usaha untuk
mencegah dari terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu :
Ibu hamil harus segera berkonsultasi dengan dokter apabila didapati
adanya darah dalam urin atau nyeri pada bahgian bawah perut sewaktu
atau sebelum berkemih.
Mencuci tangan dengan menggunakan teknik yang benar sebelum dan
sesudah berkemih, kemudian mengelap di bagian perineum dan alat
kelamin mulai dari depan kebelakang. Jangan membiarkan bagian
perineum dan alat kelamin basah dan terus memakai kembali celana.
Sebaiknya, di lap terlebih dahulu dengan menggunakan tisu atau kain
handuk yang bersih dan lembut. Medium yang lembab, dan berair
merupakan medium yang baik bagi bakteri untuk hidup.
Elakkan dari menggunakan cairan atau pembersih alat kelamin wanita.
Penggunaan cairan atau pembersih ini dapat mengubah pH sekitar alat
kelamin sekaligus memberi medium untuk bakteri membiak.
Ibu hamil digalakkan untuk memakai celana yang lebih longgar diperbuat
dari fabrik kapas dan mengelakkan dari menggunakan fabrik satin.
Penggunaan celana jeans yang ketat akan meningkatkan haba di sekitar
alat kelamin sekaligus meningkatkan resiko untuk pertumbuhan bakteri di
sekitar alat kelamin ibu hamil.
Ibu hamil dinasihatkan untuk mengkonsumsi air lebih dari 2 litter per
hari untuk mendapatkan cairan lebih adekuat dan lebih sering untuk
berkemih sebagai mekanisme wash out, atau pembersihan sistem kemih
yang lebih baik dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
14

Apabila ibu hamil mendapati urinnya lebih gelap dari biasa, maka ibu
hamil harus mengkonsumsi air dengan lebih banyak.
Konsumsi susu lemak kental atau yourgurt dan susu biasa juga baik
untuk ibu hamil sebagai langkah mencegah terjadinya Infeksi Saluran
Kemih (ISK) dalam kehamilan.

2.1.2.6.7 Komplikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam kehamilan.


Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam kehamilan bisa memberikan
komplikasi kepada ibu juga bayi yang dikandungkan. 30% dari pasien dengan
bakteriuria asimptomatik yang tidak ditangani, berkembang menjadi sisitis
simptomatik dan lebih dari 50% pasien berkembang menjadi pielonefritis.
Retardasi atau hambatan pertumbuhan intrauterin dan kelahiran bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) merupakan komplikasi yang sering pada ibu hamil dengan
asimptomatik bakteriuria. Schieve, telah melakukan satu studi yang melibatkan
sebanyak 25.746 orang ibu hamil dengan kelainan ISK dan dari studi tersebut dia
mendapati bahwa kebanyakan dari ibu hamil tersebut mempunyai komplikasi
seperti kelahiran prematur, hipertensi kehamilan, anemi (kadar hematokrit darah
kurang dari 30%) dan amnionitis.
Komplikasi dari ISK dalam kehamilan yang memberi efek pada bayi
dalam kandungan adalah sepsis dan pneumonia. ISK dalam kehamilan juga
meningkatkan resiko terjadinya penurunan berat lahir bayi ( berat lahir bayi
kurang dari 2.500g), bayi prematur, dan sebagainya.
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep penelitian gambaran perilaku ibu hamil tentang Infeksi
Saluran Kemih di Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2016

3.2. Variabel Penelitian

Pengetahuan Infeksi Saluran Kemih (ISK)


HIV pada Ibu Hamil
Sikap

Tindakan
15

3.3. Defenisi Operasional


No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Pengetahuan Kemampuan Kuesioner Angket Diinterpretasika Ordinal
responden (ibu (8 soal) n dengan skala
hamil) yang bersifat
menganal, kualitatif yaitu:
mengetahui 1. Baik : Bila
hal-hal yang hasil
berhubungan presentase 76
dengan 100%
2. Sedang :
Infeksisaluran
Hasil
Kemih (ISK)
presentase 56
dalamkehamila
75 %
n (defenisi,
3. Kurang =
etiologi, faktor
Bila hasil
resiko,
presentase <
komplikasi dan
56%
pencegahan)
2 Sikap Segala Kuesioner Angket Diinterpretasika Ordinal
tanggapan (6 soal) n
responden (ibu dengan skala
hamil) yang bersifat
terhadap kualitatif
Infeksi Saluran yaitu:
Kemih (ISK) 1. Baik : Bila
dalam hasil
kehamilan presentase 76
100%
2. Sedang :
16

Hasil
presentase 56
75 %
3. Kurang =
Bila hasil
presentase <
56%

3 Tindakan Perbuatan Kuesioner Angket Diinterpretasika Ordinal


responden (ibu (4 soal) n dengan skala
hamil) yang yang bersifat
dilakukan kualitatif yaitu :
terhadap 1. Baik : Bila
Infeksi saluran hasil
Kemih (ISK) presentase 76
dalam 100%
2. Sedang :
kehamilan
Hasil
presentase 56
75 %
3. Kurang =
Bila hasil
presentase <
56%.16
17

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang
bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai gambaran perilaku ibu hamil tentang Infeksi Saluran Kemih
di Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2016. Pendekatan yang digunakan
pada desain penelitian ini adalah studi cross sectional dimana data dikumpulkan
pada satu waktu tertentu.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kelurahan Sudirejo II Simpang Limun
Medan Kota .
18

4.2.2. Waktu Penelitian


Waktu untuk dilaksanaan penelitian adalah bulan Desember 2016.

4.3. Populasi dan Besar Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti.
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Kelurahan Sudirejo II Simpang
Limun.

4.3.2. Besar Sampel Penelitian


Sampel adalah sebagian dari jumlah dari karateristik yang dimiliki oleh
populasi, atau dapat mewakili seluruh populasi, atau dapat memawakili seluruh
populasi yang diteliti. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sesuai dengan rumus besar Slovin :

n= N
1+Nd

90
1+ (90) 0,1

90
1+ 0,9

=47,3

N = besar populasi
n = jumlah sampel
d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan.
Dengan perkiraan tingkat ketepatan relatif 10%, maka jumlah sampel yang
diperoleh dari rumus diatas berjumlah sekitar 47,3 orang. Untuk menghindari
terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan maka peneliti
menambahkan 5% dari jumlah sampel minimal. Jadi total sampel dalam penelitian
ini adalah 50 orang.
19

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu


pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitiannya saja
yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel
yang diambil.

4.4 Instrumen Penelitian


4.4.1 Instrumen
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
di adopsi dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner disusun secara tertutup dan
berisikan pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
Pada pertanyaan apabila responden menjawab jawaban benar, maka
akan diberi nilai 1, dan untuk responden yang menjawab salah akan diberi nilai
0. Pengukuran kuesioner responden dilakukan dengan menggunakan sistem
skoring yakni dengan skala ordinal sebagai berikut :
a. Pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar > 76% dari nilai
tertinggi.
b. Pengetahuan cukup, Apabila jawaban responden benar antara 56% - 75%
dari nilai tertinggi.
c. Pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar < 55% dari nilai
tertinggi.

4.5 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data


4.5.1. Jenis Data
Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
primer dengan kuesioner dan wawancara dan sekunder jumlah ibu hamil di
puskesmas simpang limun.

4.5.2. Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian dilakukan berdasarkan prosedur dibawah ini:
20

1. Penelitian mengajukan surat permohonan izin dari FK UISU untuk


melakukan penelitian di Kelurahan Sudirejo II Simpang Limun Medan.
2. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak puskesmas untuk
melakukan penelitian kemudian peneliti membuat kontrak waktu
dengan pihak kelurahan untuk melakukan penelitian.
3. Metode pengumpulan data di lakukan dengan dua cara, yakni
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh langsung dari responden dimana pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada
responden untuk mendapatkan jawaban pertanyaan. Sedangkan data
sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak kelurahan yang
berhubungan dengan jumlah dan karakteristik ibu hamil di Kelurahan.
4. Peneliti melakukan penelitan kepada ibu hamil di dengan
menggunakan tekhnik purposive sampling.
5. Peneliti melakukan informed concent kepada ibu hamil di Kelurahan
Sudirejo II sebagai responden, memberi penjelasan mengenai pengisian
kuesioner.
6. Peneliti mengolah dan menganalisa kuesioner yang telah diisi oleh
responden.

4.5.3 Pengolahan Data


Dalam proses pengolahan data, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti :
1. Editing
Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan
data, dapat diperbaiki dengan memeriksa dan dilakukan pendataan ulang.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2. Coding
Coding adalah pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri
atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan
dan analisis data dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Biasanya
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (cide
21

book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3. Data Entry dan Processing
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program software
komputer. Software komputer ini bermacam-macam, masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Software statistik dalam proses ini di
tuntut ketelitian, apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya
memasukan data.

4. Pembersihan Data (cleaning)


Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi.

4.6 Metode Analisa Data


4.6.1 Analisa Data
Setelah dilakukan proses pengolahan data langkah selanjutnya adalah
melakukan proses analisis data. Analisis data dilakukan secara manual maupun
menggunakan komputer. Analisis data di lakukan untuk membuktikan hipotesis-
hipotesis penelitian yang telah di rumuskan. Adapun analisis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini yaitu :

1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya. Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui jumlah, mean atau
rata-rata, standard deviasi, dan presentase variabel penelitian. Analisis univariat
dalam penelitian ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan proporsi
responden berdasarkan karakteristik responden dalam data demografi, dan
gambaran perilaku ibu rumah hamil tentang ISK. Penelitian ini mendeskripsikan
22

pengetahuan responden tentang gambaran perilaku ibu hamil tentang ISK. Dengan
kisi-kisi pertanyaan sebagai berikut :

Variabel Indikator

Karateristik Tingkat pendidikan


2 soal
responden Sumber Informasi

Tingkat
Pengetahuan 8 soal
responden

Tingkat sikap
6 soal
responden
Tingkat
tindakan 4 soal
responden
Tabel 4.1. Kisi-kisi pertanyaan

2. Aspek Pengukuran
A. Tingkat Pengetahuan Responden
Pertanyaan Jawaban/Skor
B=1
1
A, C = 0
A=1
2
B, C = 0
C=1
3
A, B = 0
A=1
4
B, C = 0
B=1
5
A, C = 0
A=1
6
B, C = 0
C=1
7
A, B = 0
A=1
8
B, C = 0
23

Tabel 4.2. Nilai tingkat pengetahuan responden


Tingkat pengetahuan di ukur dengan metode skoring terhadap kuesioner
yang di beri bobot. Jumlah keseluruhan pertanyaan adalah 8 buah. Pada setiap
pertanyaan nilai tertinggi adalah 1 dan nilai terendah adalah 0. Nilai tertinggi
untuk keseluruhan pertanyaan adalah 8.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan
responden dapat di kategorikan sebagai berikut :
a. Baik, apabila responden memperoleh skor >76% dari nilai tertinggi atau
mendapatkan skor minimal 8
b. Sedang, apabila responden memperoleh skor antara 56 75% dari nilai
tertinggi atau mendapat skor 6-7
c. Kurang, apabila responden memperoleh skor <56 % dari nilai tertinggi
atau mendapat skor di bawah 6

B. Tingkat Sikap Respoden

Pertanyaan Jawaban/ Skor


Setuju = 0
1
Tidak Setuju = 1 Tabel 4.3.
Setuju = 1
Tingkat 2 Sikap
Tidak Setuju = 0
Setuju = 1
3
Tidak Setuju = 0
Setuju = 0
4
Tidak Setuju = 1
Setuju = 0
5
Tidak Setuju = 1
Setuju = 0
6
Tidak Setuju = 1
Responden
Sikap responden di ukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang
di beri bobot. Jumlah keseluruhan pertanyaan adalah 6 buah. Pada setiap
pertanyaan nilai tertinggi adalah 1 dan nilai terendah adalah 0. Nilai tertinggi
untuk keseluruhan pertanyaan adalah 6
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan
responden dapat di kategorikan sebagai berikut :
24

a. Baik, apabila responden memperoleh skor >76% dari nilai tertinggi atau
mendapatkan skor minimal 8
b. Sedang, apabila responden memperoleh skor antara 56 75% dari nilai
tertinggi atau mendapat skor 6-7
c. Kurang, apabila responden memperoleh skor <56 % dari nilai tertinggi
atau mendapat skor di bawah 6

C. Tingkat Tindakan Responden

Pertanyaan Jawaban / Skor


Ya = 0
1
Tidak = 1
Ya = 1
2
Tidak = 0
Ya = 1
3
Tidak = 0
Ya = 0
4
Tidak = 1
Tabel 4.4. Tingkat Tindakan Responden

Tindakan responden di ukur dengan metode skoring terhadap kuesioner


yang di beri bobot. Jumlah keseluruhan pertanyaan adalah 4 buah. Pada setiap
pertanyaan nilai tertinggi adalah 1 dan nilai terendah adalah 0. Nilai tertinggi
untuk keseluruhan pertanyaan adalah 4
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan
responden dapat di kategorikan sebagai berikut :
a. Baik, apabila responden memperoleh skor > 76% dari nilai tertinggi atau
mendapatkan skor minimal 8.
b. Sedang, apabila responden memperoleh skor antara 56 75% dari nilai
tertinggi atau mendapat skor 6-7.
c. Kurang, apabila responden memperoleh skor < 56 % dari nilai tertinggi
atau mendapat skor di bawah 6.
25

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Profil Kelurahan Sudirejo II


Sudirejo II adalah Kelurahan di Kecamatan Medan Kota, Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kelurahan Sudirejo II memiliki luas berkisar
3,32 km2 . Batas-Batas Wilayah Sudirejo II, yaitu:
Puskesmas Sudirejo II terletak di Daerah Kecamatan Medan Kota yang
mempunyai batas wilayah kerja :
Utara : Jalan Saudara
Selatan: Jalan M Nawi Harahap
Barat : Kelurahan Medan Amplas
Timur : Kelurahan Binjai-Denai
26

Penduduk Kelurahan Sudirejo II pada tahun 2016 adalah sebanyak 15.503


jiwa. Jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 8684 jiwa dan perempuan
sebanyak 8584 jiwa. Keadaan Kelurahan Sudirejo II cukup baik dapat diakses
dengan kendaraan roda 4 maupun roda 2 serta fasilitas yang cukup memadai.
Terdapat fasilitas pendidikan yang cukup memadai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Fasilitas kesehatan yang tersedia puskesmas di Kelurahan
Sudirejo II.

5.2 Deskripsi Karateristik Responden


Populasi penelitian terdiri dari 90 orang. Sampel pada penelitian ini adalah
ibu hamil di Kelurahan Sudirejo II. Responden yang terpilih sebanyak 50 ibu
hamil di Kelurahan Sudirejo II. Keseluruhan data responden ibu hamil di
Kelurahan Sudirejo II berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel
5.1.Tingkat pendidikan terbanyak responden pada SMA sebanyak 14 orang (28%),
pada Sekolah Menengah Pertama sebanyak 12 (24%), Sekolah Dasar sebanyak 10
orang (20%), pada Tidak Sekolah sebanyak 8 orang (16%) diikuti paling sedikit
pada Perguruan Tinggi sebanyak 6 orang (12%). Berdasarkan sumber informasi
responden di Kelurahan Sudirejo dapat dilihat pada tabel 5.2. sumber informasi
terbanyak responden pada saudara sebanyak 20 orang (40%), pada teman
sebanyak 12 (24%), penyuluhan sebanyak 10 orang (20%) diikuti paling sedikit
pada media massa (buku, internet) sebanyak 8 orang (16%).

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1. Tidak Sekolah 8 16

2. Sekolah Dasar 10 20

3. Sekolah Menengah Pertama 12 24

4. Sekolah Menengah Atas 14 18

5. Perguruan Tinggi 6 12

Jumlah 50 100
27

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Sumber Informasi Jumlah Presentase (%)

1. Saudara 20 40

2. Teman 12 24

3. Media Massa (Buku, Internet) 8 16

4. Penyuluhan 10 20

Jumlah 50 100

Tabel 5.2Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

5.3. Pengetahuan Responden Tentang Infeksi Saluran Kemih pada Ibu


Hamil di Kelurahan Sudirejo II Tahun 2016
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan mengenai terhadap Infeksi
Saluran Kemih pada ibu hamil dengan menggunakan angket dapat dilihat pada
tabel 5.3 terlihat bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai pinfeksi
kehamialn terhadap ISK paling banyak berada pada kategori kurang, yaitu
sebanyak 23 orang (46%), diikuti dengan kategori sedang sebanyak 16 orang
(32%), dan kategori baik sebanyak 11 orang (22%) .

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 11 22

Sedang 16 32

Kurang 23 46

Jumlah 50 100

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden


28

5.4. Sikap Responden Tentang Infeksi Saluran Kemih Pada Ibu Hamil di
Kelurahan Sudirejo II tahun 2016
Hasil uji sikap tentang ISK pada ibu hamil yang dilakukan dengan
menggunakan angket dapat dilihat pada tabel 5.4 terlihat bahwa sikap responden
terhadap ISK pada ibu hamil paling banyak berada dalam kategori sedang yaitu
sebanyak 25 orang (50%), kategori kurang yaitu sebanyak 17 orang (34%), diikuti
dengan sikap baik sebanyak 8 orang (16%).

Sikap Frekuensi Presentase (%)

Baik 8 16

Sedang 25 50

Kurang 17 34

Jumlah 50 100

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sikap Responden

5.5. Tindakan Responden Tentang Tentang Infeksi Saluran Kemih pada


Ibu Hamil di Kelurahan Sudirejo II tahun 2016
Hasil uji tindakan terhadap yang dilakukan dengat menggunakan angket
dapat dilihat pada tabel 5.5 terlihat bahwa tindakan responden tentang ISK pada
ibu hamil paling banyak berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 26 orang
(52%) kategori kurang yaitu sebanyak 15 orang (30%) diikuti dengan sikap baik
sebanyak 9 orang (18%).

Tindakan Frekuensi Persentase (%)

Baik 9 18

Sedang 26 52

Kurang 15 30
29

Jumlah 50 100

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden

BAB VI
PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang


karakteristik responden dan gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
responden tentang Infeksi saluran Kemih (ISK) pada ibu hamil di Kelurahan
Sudirejo II Simpang Limun Medan Kota.

6.1 Karakteristik Responden di Kelurahan Sudirejo II Simpang Limun


6.1.1 Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Sudirejo II Simpang
Limun
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh
kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam
pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan
hubungan dengan proses belajar.
Hasil penelitian pada tingkat pendidikan responden di Kelurahan Sudirejo
II Simpang Limun Medan menunjukkan bahwa secara umum tingkat pendidikan
responden tentang adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) . Hal ini dapat dilihat
dari persentase tingkat pendidikan terbanyak responden pada SMA sebanyak 14
orang.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan
meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi
30

pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan yang


tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang
berkualitas.

6.1.2. Sumber Informasi Responden di Kelurahan Sudirejo II Simpang


Limun
Hasil penelitian ini menunjukkan sumber informasi terbanyak responden
pada saudara sebanyak 20 orang, hal ini dikarenakan banyaknya saudara baik itu
abang adik ataupun orang tua yang terlebih dahulu pernah hamil kemudian
membagikan pengalamannya terhadap responden.
Pada teman sebanyak 12 orang, dalam hal pertemanan antar tetangga
disekeliling rumah yang sudah berpengalaman megenai hamil memberikan
pengalaman mereka kepada responden.
Penyuluhan sebanyak 10 orang diikuti paling sedikit pada media massa
(buku, internet) sebanyak 8 orang. Untuk media massa dan sekolah dengan
karakteristik tingkat pendidikan responden yang rendah tentunya kurang efektif
memberikan informasi ke responden

6.2 Gambaran Perilaku Responden Tentang Infeksi Kehamilan Terhadap


Infeksi Saluran Kemih di Kelurahan Sudirejo II Tahun 2016
6.2.1 Tingkat Pengetahuan Responden di Sudirejo II Tahun 2016
Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung dan sebagainya) dengan sendirinya pada waktu penginderaan
sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Hasil penelitian pada tingkat pengetahuan responden di Sudirejo II tahun
2016 menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan responden tentang
Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil tahun 2016 dalam kategori kurang. Hal ini
dapat dilihat dari persentase responden yang mempunyai pengetahuan dalam
31

kategori kurang, yaitu sebanyak 23 orang, diikuti dengan kategori sedang


sebanyak 16 orang, dan kategori baik sebanyak 11 orang.
Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia.
Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan
implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin
berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang
baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.
Pengetahuan remaja dipengaruhi oleh informasi yang diterimanya. Adapun
informasi yang diterima oleh responden antara lain berasal dari sekolah, media
massa, teman, dan orang tua. Pada umumnya responden lebih banyak memperoleh
informasi dari sekolah.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan responden
berada dalam kategori kurang. Dari karateristik responden diketahui bahwa
tingkat pendidikan responden pada umumnya Sekolah Menengah Atas dan
Sekolah Menengah Pertama yang tentunya berimplikasi terhadap pengetahuan
responden tentang ISK pada ibu hamil.

6.2.2 Tingkat Sikap Responden di Sudirejo II Tahun 2016


Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai
perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap
manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan
terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sikap responden tentang ISK
pada ibu hamil paling banyak berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 25
orang, kategori kurang yaitu sebanyak 17 orang, diikuti dengan sikap baik
sebanyak 8 orang. Hal ini dipengaruhi oleh banyak informasi cara kebersihan alat
kelamin setalah buang air kecil dari saudara maupun tetangga yang sudah
berpengalaman.
Pada umumnya responden setuju bahwa pentingnya membersihkan alat
kelamin setelah buang air kecil. Responden juga setuju bahwa ISK dalam
kehamilan juga dapat menyebabkan bayi premature.
32

6.2.3 Tingkat Tindakan Responden di Kelurahan Sudirejo II Tahun 2016


Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari
persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tindakan responden terhadap
infeksi kehamilan terhadap ISK paling banyak berada dalam kategori sedang
sebanyak 27 orang kategori kurang yaitu sebanyak 15 orang diikuti dengan sikap
baik sebanyak 9 orang.
Mereka membersihkan dan menjaga kesehatan diri pada saat hamil karena
itu sangat penting agar tidak terjadi ISK pada masa kehamilan. Mereka juga
membersihkan daerah kemaluan setelah buang air kecil agar daerah kemaluan
tetap selalu kering. Mereka juga langsung ke dokter atau pelayanan kesehatan
untuk menanyakan masalah ISK dalam kehamilan.
Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa responden sudah cukup
mengetahui pencegahan infeksi kehamilan terhadap ISK khusunya menjaga
kebersihan pada daerah kemaluan.
33

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penelitian gambaran ibu hamil terhadap Infeksi Saluran Kemih ini
merupakan penelitian deskriptif karena penelitian ini dilakukan hanya
untuk mengetahui seberapa besar tingkat perilaku ibu hamil tentang
penyakit dan pencegahan ISK pada kehamilan di Kelurahan Sudirejo II
Medan.
2. Berdasarkan karateristik responden, tingkat pendidikan terbanyak
responden pada SMA sebanyak 14 orang, pada Sekolah Menengah
Pertama sebanyak 12, Sekolah Dasar sebanyak 10 orang, pada Tidak
Sekolah sebanyak 8 orang, diikuti paling sedikit pada Perguruan Tinggi
sebanyak 6 orang.
3. Sumber informasi terbanyak responden pada saudara sebanyak 20 orang,
pada teman sebanyak 12, penyuluhan sebanyak 8 orang dan diikuti paling
sedikit pada media massa (buku, internet) sebanyak 8 orang.
4. Hasil penelitian pada tingkat pengetahuan responden di Kelurahan
Sudirejo II Medan menunjukkan, bahwa secara umum tingkat pengetahuan
responden tentang penyakit dan pencegahan ISK pada kehamilan berada
pada kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari persentase responden yang
mempunyai pengetahuan pengetahuan dalam kategori kurang, yaitu
sebanyak 23 orang, diikuti dengan kategori sedang sebanyak 16 orang dan
kategori baik sebanyak 11 orang.
34

5. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, bahwa sikap responden terhadap


penyakit dan pencegahan ISK pada kehamilan paling banyak berada dalam
kategori sedang yaitu sebanyak 25 orang, kategori kurang yaitu sebanyak
17 orang, diikuti dengan sikap baik sebanyak 8 orang.
6. Berdasarakan hasil penelitian diketahui, bahwa tindakan responden
terhadap penyakit dan pencegahan ISK pada kehamilan secara umum
berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 27 orang, kategori kurang
yaitu sebanyak 15 orang, diikuti dengan sikap baik sebanyak 9 orang.

7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang diberikan, yaitu :
1. Bagi Ibu hamil di Kelurahan Sudirejo II
Diharapkan ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit dan pencegahan ISK pada kehamilan dengan cara aktif
mencari informasi, serta meningkatkan sikap dan tindakan terhadap
penyakit dan pencegahan ISK pada kehamilan.
2. Bagi Kelurahan Sudirejo II
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan
dengan bekerjasama dengan instansi kesehatan seperti Puskesmas
Simpang Limun untuk pelaksanaan penyuluhan tentang penyakit dan
pencegahan ISK pada kehamilan, serta secara aktif mengajak
masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan lebih meningkatkan penelitian yang serupa dengan
menambahkan variabel lainnya sehingga akan didapatkan penelitian
yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
35

1. Sukandar E. Infeksi saluran Kemih Pasien Dewasa. In: sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, ads. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing, 2009; II : 1008-14.
2. Purnomo B.B. Dasar-Dasar Urologi. Malang: Sagung Seto. 2011; I :
74-5.
3. Notoadmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi pertama.
Jakarta: Rineka Cipta. 2007
4. Puskesmas Simpang Limun. 2016. Laporan Tahunan Puskesmas
Kelurahan Sudirejo 2 Tahun 2016. Medan.
5. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
6. Price SA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi
ke-6. Jakarta: EGC. 2012.
7. Shazwani, 2011. Perilaku Ibu Hamil di Poliklinik RSUP Haji Adam
Malik Terhadap Infeksi Saluran Kemih (ISK) Dalam Kehamilan Tahun
2011. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19422 [Accesed on 14
Desember 2016].
8. Dewi, D. R., 2009. Infeksi Saluran Kemih, Laboratorium Pramita.
Available from:
http://pramita.co.id/index.php/component/content/article/19-
bulletin/33-urinary-tract-infrction [Accesed on 17 Desember 2016].

Anda mungkin juga menyukai