FARMAKOLOGI BLOK
NEUROPSIKIATRI
Oleh :
Nurul Istiqamah
70600122032
Kelompok 1
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan praktikum farmakologi dengan baik tanpa
ada halangan.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan praktikum ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan praktikum farmakologi ini. Oleh karena itu,
saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki laporan praktikum farmakologi ini.
Kami berharap semoga laporan praktikum farmakologi yang saya susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca
Nurul Istiqamah
BAB I
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Jawab : Tidak semua stadium terlihat pada percobaan ini. Hanya stadium I, II,
dan III(tingkat 2).
3. Pada saat apakah operasi besar dan operasi kecil dapat dilaksanakan?
Jawab : Operasi besar atau dalam dunia medis disebut dengan operasi mayor
merupakan tindakan yang menggunakan anestesi general atau pembiusan secara
umum. Operasi mayor ini umumnya meliputi pembedahan di bagian tubuh seperti
kepala, leher, dada, dan perut.
Operasi kecil adalah suatu tindakan operasi ringan dengan menggunakan anestesi
yang bersifat local dan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana.
Seperti hecting luka terbuka, insisi, eksisi, ekstraksi, kauterisasi dan lain
sebagainya.
5. Apakah fungsi dari pramedikasi dan obat-obat apa saja yang digunakan untuk itu?
Jawab : Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anesthesia dengan
tujuan untuk melancarkan induksi, pemeliharaan dan pemulihan anestesia.
Pramedikasi memakai dua kelompok obat utama obat. Pertama adalah obat opiate
seperti fentanil yang secara kimiawi terkait dengan morfin. Obat ini bekerja pada
sistem saraf pusat, menekan kesadaran akan rasa sakit dan membuat penderita
merasa senang dan santai. Kelompok kedua mencakup senyawa seperti atropin
dan skopolamin. Ini serupa dengan substansi yang ada dalam tanaman mematikan,
nightshade. Obat ini bekerja pada perifer tubuh di ujung saraf tertentu, dan
menyebabkan penurunan aktivitas kelenjar kecil yang melapisi mulut dan saluran
udara, dan kelenjar ludah.
7. Menurut metode apakah cara pemberian anastesia itu? Sebutkan pula metode
lainnya!
Jawab : Metode pemberian di praktikum yaitu metode anestesi inhalasi
Teknik General Anestesi General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat
dilakukan dengan 3 teknik, yaitu:
1) General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
2) General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi
obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap
melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
3) Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan
baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi
teknik general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesi secara optimal dan berimbang, yaitu: a) Efek hipnosis, diperoleh
dengan mempergunakan obat hipnotikum atau obat anestesi umum yang lain.
b) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik opiat atau
obat general anestesi atau dengan cara analgesia regional. c) Efek relaksasi,
diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot atau general anestesi,
atau dengan cara analgesia regional
9. Jenis anestesia apakah yang sebaiknya digunakan pada penderita koci pul oknum
dupleks yang aktif?
Jawab : Anasthesi yang baik/dapat digunakan pada penderita Koch Pulmonum dupleks
yang aktif adalah anasthesi yang tidak mengiritasi saluran napas dan tidak merangsang
sekresi kelenjar bronkus, yaitu Ketamin, karena hanya menganasthesia area spesifik saja
di otak dan tidak menyebabkan depresi pernafasan, sehingga nafas tetap normal.
Kelinci sehat
Larutan eter
Sungkup bayi
Kapas
Pipet tetes
Penlight
3. Cara kerja
Catatlah dahulu keadaan – keadaan dari kelinci yang diberikan obat anastesi
umum dengan lengkap sebagai data perbandingan, berulah percobaan
dapat dimulai
Capailah stadium operasi stage of anestesi dan perhatikan stadium ini kurang
lebih 15 menit. Perhatikan dan periksalah keadaan keadaan refleks tersebut
diatas tanpa menambah eter lagi
Setelah itu, bukalah sungkup dan biarkan binatang percobaan sadar kembali
Hitung dan catat jumlah eter yang digunakan.
4. Hasil
Mulai Stadium
No Pengamatan Penetesan III
I II
Eter 1 2 3 4
I Pernapasan
Meni Meni Meni
1. Frekuensi 56x/ menit ↓ + +
ngkat ngkat ngkat
Torakoa
Torakoabdo Abdomi Abdo Abdo Abdo Abdo
2. Jenis bdomina
minal nal minal minal minal minal
l
Dala Dala Dala Dala
3. Dalam Dangkal Dangkal Dangkal
m m m m
Tidak Tidak Terat Terat Terat Terat
4. Teratur Teratur
teratur teratur ur ur ur ur
II Mata - -
Miosi Midri Midri Midri
1. Lebar Pupil Normal Miosis Miosis
s asis asis asis
Refleks Tidak
2. Normal Ada Ada Ada Ada Ada
Cahaya ada
Refleks Mele Tidak
3. Normal Ada Ada Ada Ada
Kornea mah ada
Luar
Gerakan Bola Tidak Tidak Tidak
4. Normal Normal Normal Kehe
Mata ada ada ada
ndak
III Otot - -
Mele Tidak Tidak
1. Tonus Ada Ada Ada Ada
mah ada ada
Lema Tidak Tidak Tidak
2. Gerakan Normal Normal Normal
h ada ada ada
IV Rasa Nyeri
1. Kuping Tidak ada Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ada ada ada ada ada ada
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2. Kaki Tidak ada
ada ada ada ada ada ada
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
V Saliva Tidak ada
ada ada ada ada ada ada
Auscultasi Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
VI. Tidak ada
ronkhi ada ada ada ada ada ada
5. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan pada kelinci yang kemudian
akan diberikan anestesi. Sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu dilakukan
pengamatan pada kelinci yang akan menjadi control. Pernapasan normal dengan
frekuensi 56x/menit, Gerakan bola mata aktif, refleks normal, tonus otot normal.
Kemudian akan dilakukan anestesi dengan menggunakan eter dengan metode
anestesi inhalasi dengan cara melakukan penetesan.
a. Stadium I (Analgesia)
Stadium analgesia dimulai sejak pemberian anestesi sampai hilangnya
kesadaran. Pada kelinci coba praktikum, masih terdapat reflek fisiologis dari
kelinci, tetapi sudah melemah.
b. Stadium II (Delirium/Eksitasi)
Stadium ini dimulai sejak hilangnya kesadaran sampai munculnya pernapasan
teratur. Pada kelinci coba praktikum, kelinci gelisah dan agitasi, masih terdapat
tonus otot.
c. Stadium III (Pembedahan)
Stadium III dimulai sejak timbulnya kembali pernapasan teratur dan
berlangsung sampai pernapasan spontan hilang. Pada kelinci coba praktikum,
kelinci sudah tidak gelisah dan penafasannya sudah mulai kembali teratur.
a) Tingkat 1
Pada kelinci coba praktikum, terjadi pengecilan pupil, dan refleks mata
berkurang akibat hambatan impuls saraf
b) Tingkat 2
Pada kelinci coba praktikum, tonus otot masih ada tapi sudah mulai
berkurang, refleks kornea menurun, pupil midriasis.
c) Tingkat 3
Pada kelinci coba praktikum, otot-ototnya sudah mulai melemas, pupil
melebar, dan tidak ada pergerakan bola mata
d) Tingkat 4
Pada kelinci percobaan, pupilnya semakin melebar, refleks cahaya tidak ada
Pada praktikum ini, tidak dilakukan pengamatan terkait nyeri, saliva, dan
ronkhi dikarenakan sulitnya untuk mengamati point tersebut akibat control yang
digunakan berupa hewan.
a) Binatang Percobaan
Binatang percobaan yang dipakai adalah mencit yang ditimbang dahulu
berat badannya untuk pemberian dosis yang tepat, sebaiknya memakai
mencit yang berat badannya hampir sama.
b) Obat-obatan
Convulsan :
a. Strychine 2,5 mg/kgBB
b. Caffeine 200 mg/kgBB
c. Picrotoxin 50 mg/kbBB
d. Penthemethylen Tetrazole 100 mg/kgBB
Anti-Convulsan :
a. Luminal 30 mg/kgBB
b. Valium 5 mg/kgBB
c. Mephemesin 50 mg/kgBB
d. Dilantin 100 mg/kgBB
e. Spoit injeksi 1 ml
3. Cara Kerja
4. Hasil
5. Pembahasan
Pada mencit 1, setelah diberikan obat anti-convulsan dan diamati selama 15 menit,
gerakan dari mencit semakin bergerak, namun 10 detik setelahnya mencit terlihat
lunglai dan gerakannya mulai melambat. Tidak ada efek sedatio yang dilihat pada
mencit pada 10 detik awal, namun setelahnya mencit mulai terdiam dan tidak
bergerak berpindah tempat. Pada 10 detik awal pernapasan semakin cepat tapi
mulai melambat pada menit ke 3. Pergerakannya sudah mulai melemah pada
menit ke 3 dan tertidur pada menit ke 7. Hasil akhir didapatkan mencit hidup
Pada mencit 2, setelah diberikan obat anti-convulsan dan diamati selama 15 menit,
gerakan dari mencit semakin bergerak, namun 10 detik setelahnya mencit terlihat
lunglai dan gerakannya mulai melambat. Tidak ada efek sedatio yang dilihat pada
mencit pada 10 detik awal, namun setelahnya mencit mulai terdiam dan tidak
bergerak berpindah tempat. Pada 10 detik awal pernapasan semakin cepat tapi
mulai melambat pada menit ke 2. Pergerakannya sudah mulai melemah pada
menit ke 2 dan tertidur pada menit ke 5. Hasil akhir didapatkan mencit hidup.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anastesi umum berkerja dalam beberapa tahap atau yang disebut stadium. Perubahan
stadium dapat diketahui dengan pengamatan perubahan pada frekuensi pernafasan,
irama pernafasan, lebar pupil, reflek cahaya, reflek kornea, tonus otot, pergerakan. Pada
stadium I efek yang terjadi adalah analgesia. Pada saat memasuki stadium II, tanda yang
khas adalah eksitasi. Pada kelinci dapat teramati kelinci bergerak - gerak berusaha
melepaskan diri. Midriasis teramati serta terjadinya peningkatan nadi. Saat terjadi
miosis, penurunan tonus otot, dan mulai hilangnya reflek bola mata maka menandakan
kerja eter telah memasuki stadium III/1. Pada stadium III/2 reflek kelinci tidak ada dan
pupil mengalami midriasis.PADA stadium III/4 pupil mengalami midriasis maksimal,
nadi meningkat dan tonus otot rendah. Eter sebagai anastesi umum memiliki efek
dengan pemulihan lama dan menyebabkan hipersalivasi. Pada percobaan obat
konvulsan dan anti-konvulsan dilakukan kepada binatang percobaan yaitu mencit.
Dimana pada hasil percobaan mencit mengalami efek sedatio di menit ke 5 dan menit
ke 7.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan pengamatan secara teliti pada saat percobaan sehingga dapat
dengan benar diketahui perubahan apa saja yang terjadi pada kelinci dan mencit
percobaan serta dapat pula diketahui interval waktu saat hewan coba mengalami gejala-
gejala tertentu. Melakukan pengamatan dengan tenang, tertib dan tidak berisik.
DOKUMENTASI
Pemberian Eter
Secara Anastetik
inhalasi
Efek Sedatio
Setelah pemberian
Anasthesia Eter
Timbang
Berat Bedan
Pemberian
Diazepam
secara
intraperitonea
l
Efek Sedatio
Setelah
pemberian
diazepam
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraeni, M. D., Agustina, R., & Indriyanti, N. (2019, October). Pola Penggunaan
Obat Antikonvulsan pada Pasien Gangguan Kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Atma Husada Mahakam Samarinda. In Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals
Conferences (Vol. 10, pp. 48-51).
2. Jasmadi, R. N. (2021). Dexmedetomidine Intranasal sebagai Premedikasi pada
Pediatri. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 4(2), 22-28.
3. Aziz, M. A. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mual Dan Muntah Pasca Bedah
Pada Pasien Anestesi Umum Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soedirman
Kebumen (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
4. Wulandari, S. C. (2022). HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN
WAKTU PULIH SADAR POST ANESTESI UMUM PADA PASIEN BEDAH UMUM
DENGAN KASUS TUMOR DI RS ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
5. Mulyandari, R. (2020). Hubungan Lama Bedah Abdomen Dengan Kejadian Shivering
Pasca General Anestesi di IBS RSUD Wates Kulonprogo (Doctoral dissertation,
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA).