PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem
reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya ter
jadi bersamaan. Tumor adneksa merupakan tumor ganas primer di tuba fallopi
yang lebih sekunder berasal dari tumor ganas ovarium atau uterus. Tumor adneksa
adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi yaitu pada tuba
fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan.1
Anestesi adalah suatu keadaan depresi dari pusat-pusat saraf tertentu
yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran hilang. Anestesi
terbagi atas tiga teknik, yaitu anestesi umum, anestesi regional, dan anestesi
lokal.Untuk mencapai ketiga kondisi trias anestesi dapatdilakukan dengan
menggunakan obat anestesi tunggal seperti eter, atau denganmengkombinasikan
beberapa jenis obat anestesi. Kombinasi obat-obat yangdipakai juga dapat
bervariasi dari obat-obat anestesi inhalasi sampai penggunaanobat-obat anestesi
intravena.4,5
Anestesia umum endotrakeal merupakan teknik anestesia dengan
mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun
obat anestesia inhalasi dan memasukkan pipa pernafasan yang terbuat dari portex
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.Kata anestesia diperkenalkan oleh Oliver
Wendell Holmes pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Anestesi yang sempurna harus memenuhi 3
syarat (Trias Anestesi) yaitu :4,5,6,7,8
a.
b.
c.
2.2
hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat
pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat
diberikan secara intravena, inhalasi dan intramuskular.4,5
Indikasi Anestesi umum :6
Sebelum dilakukan tindakan anestesia, sebaiknya dilakukan persiapan preanestesia. Kunjungan pre-anestesi dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum
pasien menjalani suatu tindakan operasi. Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:6,7,8
a.
Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya
sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat
perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau
b.
sesak nafas.4,5
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar
sangat penting untuk mengetahui apakah akan menyulitkan tindakan
laringoskopi intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang
keadaan umum tentu tidak boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi
c.
d.
setiap saat
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
Penilaian Mallampati
Dalam anestesi, skor Mallampati, digunakan untuk memprediksi kemudahan
intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut, khusus, itu
didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar faucial.Klasifikasi tampakan
faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal
menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade :5,6,7,8
Grade I
jelas
Grade II
2.
3.
dan muntah
Stadium III (Stadium Surgical Anestesia)
Dimulai dari pernafasan yang teratur sampai henti nafas (respiratory
arrest). Stadium ini terdiri atas :
Plane 1 : dari permulaan nafas teratur hingga berhentinya gerakan bola
mata
Plane 2 : dari berhentinya gerakan bola mata hingga permulaan dari
interkostal
Plane 4 : dari paralise otot interkostal yang komplit hingga paralise
diafragma
Stadium IV (Stadium Overdosis)
Dimulai dari permulaan paralise diafragma hingga henti jantung
4.
(cardiac arrest)
Stadium ini sangat berbahaya apabila terjadi. Ini terjadi karena
overdosis obat-obatan anestesi
2.3.Premedikasi Anestesia
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi. Tujuan
premedikasi:4,5
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Sulfas atropin
Dosis dewasa 0,025-0,5 mg, dosis anak < 3 tahun : 1/8 mg
Merupakan golongan parasimpatolitik dengan cara kerja berkompetisi
dengan asetilkolin pada ujung-ujung saraf yang mempersyarafi organ
2.
Valium
Dosis 0,2-0,6 mg/kgBB
Memberikan efek sedativa, amnesia, tranquilizer, relaksasi otot,
hipnotik kuat, analgesi kurang
Pethidine
Dosis i.v 0,2-0,5 mg/kgBB, dosis i.m 1-2 mg/kgBB
Efek farmakologi yakni sebagai analgetik, bersifat
3.
sedativa,
S = Scope
terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5
Gas Anestesi
Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek
klinik iala N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Desfluran, dan Sevofluran. Mekanisme
kerja obat anestetik inhalasi sangat rumit, sehingga masih mnjadi misteri dalam
farmakologi modern. 7
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya:
1. Ambilan oleh paru
2. Difusi gas dari paru ke darah
3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
Berikut adalah jenis gas anestetik inhalasi, diantaranya:
N2O
N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak iritasi,
tak terbakar, dan pemberian anestesia dengan N2O harus disertai oksigen minimal
25%. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada akhir anestesia
setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi
pengenceran oksigen dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya
hipoksia difusi, berikan oksigen 100% selama 5-10 menit.
Halotan
Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas, maka
sering digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan
merupakan anestetik kuat dengan efek analgesia lemah, dimana induksi dan tahapan
anestesia dilalui dengan mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah anestetik
dihentikan. Pada napas spontan rumatan anestesia sekitar 1-2 vol% dan pada napas
kendali sekitar 0,5-1 vol% yang tentunya disesuaikan dengan klinis pasien.
Isofluran
9
Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi
menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai
dalam kurang dari 10 menit, di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk
mempercepat induksi.Tanda untuk mengamati kedalaman anestesia adalah penurunan
tekanan darah, volume dan frekuensi napas, serta peningkatan frekuensi denyut
jantung. Menurunkan laju metabolisme pada otak terhadap oksigen, tetapi
meningkatkan aliran darah otak dan tekanan intrakranial.
Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat
absorben dan tidak korosif untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser
khusus untuk desfluran.Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau
bedah rawat jalan.Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme
laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat kali
lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding
N2O.
Sevofluran
Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin.
Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk
induksi inhalasi yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi
inhalasi 4-8% sevofluran dalam 50% kombinasi N 2O dan oksigen dapat dicapai
dalam 1-3 menit. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas,
sehingga digemari untuk induksi anestesia inhalasi disamping halotan. Setelah
pemberian dihentikan, sevofluran cepat dieliminasi dari tubuh.
Yang dimaksud dengan intravenous anestesia adalah anestesi yang diberikan dengan
cara suntikan zat (obat) anestesia melalui vena.
1. hipnosis
10
lebar,
dan
hati. Benzodiazepin
tidak
telah
menginduksi
banyak
enzim
digunakan
mikrosom
sebagai
di
pengganti
meningkatkan
kepekaan
reseptor
11
segera pulih setelah 10-15 menit, analgesia bertahan sampai 40 menit, sedangkan
amnesia berlangsung sampai 1-2 jam.
2. Analgetik
Morfin
Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni
tidak begitu mempengaharui unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar
(vibrasi), penglihatan dan pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak
selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.
Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin
meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui
emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri
pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3)
morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri
meningkat.
Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah
0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan
dapat diulang sesuai yamg diperlukan.
Fentanil
Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik
dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor . Fentanyl
banyak digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak
analgesia lebih singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang
diberikan secara bolus, dan relatif kurang mempengaruhi kardiovaskular.
Meridipin
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa
keadaan klinis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih
pendek daripada morfin. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan
analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik, untuk menimbulkan
12
Long acting
1.
D-tubokurarin
2.
Pankuronium
3.
Metakurin
4.
Pipekuronium
5.
Doksakurium
6.
Alkurium
Intermediate acting
1.
Gallamin
2.
Atrakurium
3.
Vekuronium
4.
Rokuronium
5.
Cistacuronium
Dosis (mg/kgBB)
Durasi (menit)
0,4-0,6
0,08-0,12
0,2-0,4
0,05-0,12
0,02-0,08
0,15-0,3
30-60
30-60
40-60
40-60
45-60
40-60
4-6
0,5-0,6
0,1-0,2
0,6-1,2
0,15-0,2
30-60
20-45
25-45
30-60
30-45
13
Short acting
1.
Mivakurium
2.
Ropacuronium
2.6.
0,2-0,25
1,5-2
10-15
15-30
Intubasi Endotrakeal
Yang dimaksud dengan intubasi endotrakeal ialah memasukkan pipa
pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan
penderita atau waktu memberikan anestesi secara inhalasi.4,5,6,7
6.
7.
14
8.
9.
10.
Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang
cukup
Posisi kepala dan leher yang tepat
Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut
Pipa endotrakea
Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya
dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa
trakea dalam milimeter. Karena penampang trakea bayi, anak kecil dan
dewasa berbeda, penampang melintang trakea bayi dan anak kecil di bawah
usia 5 tahun hampir bulat sedangkan dewasa seperti huruf D, maka untuk bayi
dan anak kecil digunakan tanpa cuff dan untuk anak besar dan dewasa dengan
cuff supaya tidak bocor. Pipa endotrakea dapat dimasukkan melalui mulut
atau melalui hidung.
Cara memilih pipa endotrakea untuk bayi dan anak kecil :
Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + umur (thn)
Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + umur (thn)
Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + umur (thn)
15
b.
Laringoskop
Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah alat
yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat
memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal
dua macam laringoskop :
Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)
Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)
16
17
atau
non-kanker
(jinak).
Ada
puluhan
jenis
tumor.
18
Nama mereka biasanya mencerminkan jenis jaringan mereka muncul. Amerika Akred
itasi HealthCare Komisi ( www.urac.org )
a. Bentuk dari tumor :
1.
3.
Warna inti sel menjadi lebih gelap (hiperchromasi) dan bermacammacam (polichromasi)
4.
5.
pertumbuhan
yang
autonom,
tidak
mengenal
koordinasi
pertumbuhan
menjalankan
fungsi
normalnya,
bahkan
kadang-kadang
19
2. Radang : pembesaran / tumor akibat proses radang yaang disebabkan oleh infiltrasi
sel-sel radang - oedema - vasodilatasi.
3. Hipertrofi : pembesaran suatu organ akibat bertambah besarnya sel - sel jaringan
penyusunnya.
4. Hiperplasia : pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya sel - sel
jaringan penyusunnya.
5. Displasia : pembesaran suatu organ, akibat bertambah banyaknya dan bertambah
besarnya sel - sel jaringan yang berbeda.
menyebabkan
tumor.
Beberapa virus dapat memainkan peran dalam perkembangan tumor, seperti
kanker serviks (human papillomavirus) dan karsinoma hepatoseluler (virus hepatitis
B). Beberapa tumor lebih umum dalam satu gender daripada yang lain. Beberapa
lebih umum di antara anak-anak atau orang tua. Lainnya bervariasi dengan pola
makan ,lingkungan. Gejala tergantung pada jenis dan lokasi dari tumor misalnya
tumor paru-paru dapat menyebabkan batuk, sesak napas, atau nyeri dada, sedangkan
20
tumor usus besar dapat menyebabkan penurunan berat badan, diare, sembelit, anemia
kekurangan zat besi ,dan darah dalam tinja. Beberapa tumor tidak menghasilkan
gejala, tetapi gejala yang mungkin terjadi dengan tumor meliputi: Panas dingin,
Kelelahan, Demam, Kehilangan nafsu makan, Rasa tidak enak, Keringat malam,
Berat badan.
Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem
reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi
bersamaan. (Sarwono prawirohardjo,2007)
Tumor adneksa merupakan tumor ganas primer di tuba fallopi yang lebih
sekunder
berasal
dari
tumor
ganas
ovarium
atau
uterus (Sarwono
prawirohardjo,2007)
Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi
yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan
(Hanifa, 1997 hal 396).
2.9 Anatomi
Tuba
Fallopi atau
Tabung
Fallopi
adalah
dua
buah
saluran
yang sangat halus yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Saluran/tuba ini din
amakan berdasarkan penemunya, ahli anatomi Italia, GabrieleFalloppio. Tuba Fallopi
memiliki panjangnya sekitar 12 cm dan diameternya 3 - 8 mm dan di ujung bagian de
kat uterus menyempit. Makin jauh dari rahim makin membesar dan membentukampu
la, dan akhirnya membelok ke bawah untuk berakhir menjadi tepi berfimbria. Salah s
atu umbai (fimbria) menempel ke ovarium.Perdarahan disuplai oleh arteri ovarica dan
arteriuterina. Kedua pembuluh ini saling beranastomosis. Tuba uterine ditutupi oleh
21
peritoneum di bawah peritoneum ini terdapat lapisan berotot yang terdiri atasserabut l
ongitudinal dan melingkar. Lapisan dalam ini terdiri atasepithelium yang bersilia. Lu
bang ujung tuba uterine menghadap ke peritoneum, maka dengan demikian terbentuk
jalan dari vagina, melalui uterus dan tuba masuk rongga peritoneum, sehingga pada p
erempuan peritoneum upa kantong terbuka, bukan tertutup. Pada tuba ini dibedakan
menjadi 4 yaitu:
a)
Pars
Interstitialis
(intramuralis),
yaitu
berada
di
dinding
uerus,
Pars isthmica, bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus (3 6 cm) bentuk nya
lurus dan sempit, berdiameter 2 3mm.
c)
2infundibulum
22
pelviks
selama
hubungan
seksual,
persalinan
aborsi,
infeksi
dapat
disebabkan
streptokokus,stapilokokus,klostridium
welehi
oleh
dan
kuman
seperti
lain-lain(Sarwono
prakwirohardjo,2007)
2.11 Patofisiologi
Tumor adneksa kebanyakan diakibatkan oleh infeksi yang menjalarsampai ke
tuba fallopi sehingga menyebabkan perlengketan dan penyempitan yang menyebabkn
berbagai macam gangguan dan terjadi pertumbuhanyang ganas. Jenis tumor yang pali
ng sering adalah adenokarsinoma mungkin juga ditemukan endotelioma atau limposar
koma. secara histopatologik adenokarsinoma dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan :
a.
Jenis tumor dengan pertumbuhan papiler : tumor belum mencapai otot tuba.
b.
Jenis tumor dengan pertumbuhan papillo alvioler : tumor telah memasuki jaringan
otot.
23
c.
Jenis
tumor
dengan
pertumbuhan
alveo
meduller
:terlihat
mitosis
yang atopic dan infasi sel ganas ke saluran limpa. (Sarwono prawirohardjo, 2007)
2.12 Gambaran Klinik
Pada awalnya penyakit tidak menimbulkan gejala. Mula-mula keluhan samarsamar seperti : perasaan lelah, makan sedikit, terasa cepat kenyang dan sering
kembung, kemudian timbul demam dan rasa nyeri pada uterus bagian kiri dan kanan.
Diikuti dengan gejala perdarahan pervagina mungkin juga disertai pengeluaran getah
vagina yang bercampur dengan darah.
2.13 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan pelvic
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perubahan pada vulva, vagina dan
serviks dengan palpasi organ dalam khususnya ovarium dan permukaan uterus.
b. Test papanicolau
Merupakan pemeriksaan sistologis yang memungkinkan untuk mendeteksi adanya
sel yang abnormal dan mendeteksi keganasan tumor pada tahap awal.
c. Ultra sound / USG
Digunakan untuk menentukan lokasi massa tumor
d. Endoskopi
a)
1)
Colposcopy : visualisasi vagina dan serviks dibawah kekuatan magnet yang rendah.
2)
24
3)
4)
5)
2.15 Pencegahan
Sebelum seseorang terkena penyakit yang cukup ganas ini lebih baik
melaksanakan
a.Hindari
tindakan
pasangan
pencegahan
koitus
yang
dengan
sering
cara
berganti.
BAB 3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan
aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
25
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesia umum endotrakeal merupakan
teknik anestesia dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesia
intravena maupun obat anestesia inhalasi dan memasukkan pipa pernafasan yang
terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan penderita atau waktu
memberikan anestesi secara inhalasi.
Tumor
adneksa
adalah
tumbuhnya
jaringan
abnormal
pada
sistem
reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi
bersamaan. Tumor adneksa merupakan tumor ganas primer di tuba fallopi yang lebih
sekunder berasal dari tumor ganas ovarium atau uterus. Tumor adneksa adalah
tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi yaitu pada tuba fallopi
kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan
RUJUKAN
26
3. Latief said, et al. Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi ke dua, Jakarta; 2009.
p. 29-54
4. Lunn John, Catatan Kuliah Anestesi, edisi 4. Jakarta: EGC; 2004.
5. Boulton B, et al. Anesthesiologi, edisi 10, Jakarta: EGC; 1994. p. 108-133
6. Wrobel Marco, Pokok Pokok Anestesi. Jakarta: EGC; 2010.
7. Department of Health, Guidelines for Anaesthetic coding, Government of
Western Australia, 2012.
8. Jurnal Anestesiologi Indonesia, volume V; nomor 3 November 2013.
9. Divatia. J, Bhowmick, Complications of Endotracheal Intubation and Other
Airway Management Procedures, Indian J. Anaesth. 2005.
10. Sinantyanta H, Jujana Ida. Manajemen Anestesi pada Pasien dengan Kistoma
Ovarii Permagna
p.534-537.
LAPORAN KASUS
A. ANAMNESA PRIBADI
Nama
Umur
: 22 tahun
Jeniskelamin :Perempuan
27
Alamat
Agama
: Islam
Suku
:Batak
BB
: 48kg
No RM
:01.00.00.94
B. ANAMNESA PENYAKIT
Keluhanutama
:Benjolan diperut
Telaah
: Hal ini disadari os sejak 1bulan ini. Os
merasakan adanya benjolan diperut hanya pada pagi hari saja,
kemudian hilang. Ketika os pegang perut terasa keras dan nyeri
riwayat keluar darah diluar siklus haid tidak dijumpai, riwayat haid
memanjang tidak dijumpai, riwayat keputihan tidak dijumpai,
riwayat perut dikusuk tidak dijumpai, riwayat minum jamu-jamuan
tidak dijumpai. Riwayat trauma pada perut dijumpai 1 tahun yang
lalu. BAB sulit dijumpai selama 1 minggu ini.
RPT
: Tidak jelas
RPO
: Tidakjelas
: Compos mentis
KU/KP/KG
:Sedang/sedang/ sedang
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
28
Frekuensi nadi
: 80 x/i
Frekuensi nafas
: 18 x/i
Temperatur
: 36,8oC
Anemis
: (-)
Ikterik
: (-)
Sianosis
: (-)
Dipsnoe
: (-)
Oedem
: (-)
b) Status Lokalisata
Kepala
Mata
RC
(+/+),pupil
isokor,konjungtiva
palpebra
inferior
anemis(-/-)
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Inspeksi
: Simetris fusiformis
Palpasi
Perkusi
29
Auskultasi
: SP = vesikuker ST = (-)
Abdomen
Inspeksi
:Membesar Simetris
Palpasi
tekan (-), pole atas setentang pusat, pole bawah setentang simfisis.
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Peristaltik (+)
Genitalia eksterna
Anus
PemeriksaanPenunjang
Darah rutin :
Hb/Ht/L/Tr
KGD adr
: 97, 53 mg/dl
Na/K/Cl
: 148/ 5,4/114
RFT
: Ur/Cr =8,89/0,64
: 0,6/ 0,23
SGOT/SGPT/ALP
Alb
: 3,9
30
HST
PT/INR/APTT
Foto thorax
EKG
: Sinus Ritme
USG
disamping uterus (melekat dengan uterus) tampak massa hipoechoic berukuran 13x
8cm. Kesan tumar adnexa padat dd myoma uteri.
BNO-IVP
: Clear
Frekuensi pernafasan
: 18 x/i
Suara pernafasan
: Vesikuler
Suara tambahan
: (-)
Riw.asma/sesak/batuk/alergi : -/-/ -/ -
B2 (Blood)
Akral
: Hangat
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
31
Frekuensi nadi
: 80 x/i
T/V
: Cukup
Temperatur
: 36,5oC
: Compos mentis
RC
: +/+
Pupil
: Isokor
Reflek fisiologis
:+
Reflek patologis
:-
:+
Volume
: Cukup
Warna
: Kuning
Kateter
:-
B5 (Bowel)
Abdomen
:MembesarSimetris
Peristaltic
: (+)
32
Mual/muntah
: -/-
BAB/flatus
: -/-
NGT
:-
MMT
: 00.00
B6 (Bone)
Fraktur
:-
Luka
:-
Oedem
:-
Diagnose
Status fisik
: ASA I
Rencana tindakan
: Salphyngooforektomi Dextra
Rencana anastesi
: GA-ETT
Anastesi
A. Persiapan pasien
Pasien puasa sejak pukul 00.00
Pemasangan infus pada dorsum manus dekstra dengan cairan RL
B. Persiapan alat
Stetoskop
Tensi meter
Meja operasi dan perangkat operasi
ETT no 7
33
Laringoskop
Suction set
Abocath no 20
Infus set
Spuit 3 cc,5 cc,10 cc
C. Obat obat yang dipakai
Premedikasi : Midazolam 3 mg, Fentanyl 100 mcg
Medikasi :
Propofol 100 mg
Rocuronium 50 mg
Fentanyl 50 mcg
Sulfas atropin 0,5 mg
Prostigmin 1 mg
Ketorolac 30 mg
Ondansentron 10 mg
Transamin 500ml
34
pre
oksigenase 5-10
sleep non
apnoe
SP ka =ki
Injeksi Rocuronium 15 mg
fiksasi.
D. DURANTE OPERASI
Mempertahankan dan monitor cairan infuse
Memonitor saturasi O2, tekanan darah,nadi,dan nafas setiap 15
menit
Jam
TD (mmHg)
RR
(x/menit)
16
SpO2
(%)
99
Medikasi
110/70
Nadi
(x/menit)
90
09.25
09.40
120/80
100
16
99
09.55
120/80
100
16
100
10.10
100/70
100
16
100
10.25
120/90
100
16
100
Fentanyl 50mcg,
10.40
100/70
90
16
100
Rocuronium 10mg
Ketorolac 30mg
10.55
100/70
80
16
100
11.10
110/70
80
16
100
Monitoring perdarahan
Perdarahan
:
Kassa basah
:12 x 10 =120 cc
Kassa basah
:17 x 5 = 85 cc
Suction
:250cc
Handuk
:50
Total
:505cc
35
36