Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem
reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya ter
jadi bersamaan. Tumor adneksa merupakan tumor ganas primer di tuba fallopi
yang lebih sekunder berasal dari tumor ganas ovarium atau uterus. Tumor adneksa
adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi yaitu pada tuba
fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan.1
Anestesi adalah suatu keadaan depresi dari pusat-pusat saraf tertentu
yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran hilang. Anestesi
terbagi atas tiga teknik, yaitu anestesi umum, anestesi regional, dan anestesi
lokal.Untuk mencapai ketiga kondisi trias anestesi dapatdilakukan dengan
menggunakan obat anestesi tunggal seperti eter, atau denganmengkombinasikan
beberapa jenis obat anestesi. Kombinasi obat-obat yangdipakai juga dapat
bervariasi dari obat-obat anestesi inhalasi sampai penggunaanobat-obat anestesi
intravena.4,5
Anestesia umum endotrakeal merupakan teknik anestesia dengan
mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun
obat anestesia inhalasi dan memasukkan pipa pernafasan yang terbuat dari portex

ke dalam trakea guna membantu pernafasan penderita atau waktu memberikan


anestesi secara inhalasi.4,5,6,7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan

aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.Kata anestesia diperkenalkan oleh Oliver
Wendell Holmes pada tahun 1846 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Anestesi yang sempurna harus memenuhi 3
syarat (Trias Anestesi) yaitu :4,5,6,7,8
a.
b.
c.
2.2

Hipnotik, hilang kesadaran


Analgetik, hilang perasaan sakit
Relaksan, relaksasi otot-otot
Anestesi Umum
Anestesi umum atau general anestesi merupakan suatu keadaan dimana

hilangnya kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit di seluruh tubuh akibat
pemberian obat-obatan anestesi dan bersifat reversible. Anestesi umum dapat
diberikan secara intravena, inhalasi dan intramuskular.4,5
Indikasi Anestesi umum :6

Pada bayi dan anak-anak


Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi umum lebih disukai

oleh ahli bedah walaupun dapat dilakukan dengan anestesi lokal


Operasi besar
Pasien dengan gangguan mental
Pembedahan yang lama
Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak begitu praktis dan
memuaskan
3

Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal pernah mengalami alergi.

Sebelum dilakukan tindakan anestesia, sebaiknya dilakukan persiapan preanestesia. Kunjungan pre-anestesi dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum
pasien menjalani suatu tindakan operasi. Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:6,7,8
a.

Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya
sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat
perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau

b.

sesak nafas.4,5
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut, lidah yang relatif besar
sangat penting untuk mengetahui apakah akan menyulitkan tindakan
laringoskopi intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang
keadaan umum tentu tidak boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi

c.

dan auskultasi semua sistem organ tubuh pasien.4,5


Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan
dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Pemeriksaan laboratorium rutin yang
sebaiknya dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (Hb, leukosit, masa
perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada pasien yang berusia di

d.

atas 50 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan foto toraks dan EKG.4,5


Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang
ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA) :
ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga aktivitas
rutin terbatas

ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan


aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya

setiap saat
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa

pembedahan kehidupannya tidak akan lebih dari 24 jam.


Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE
atau IIE

Penilaian Mallampati
Dalam anestesi, skor Mallampati, digunakan untuk memprediksi kemudahan
intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi rongga mulut, khusus, itu
didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar faucial.Klasifikasi tampakan
faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan maksimal
menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade :5,6,7,8

Grade I

Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat

jelas
Grade II

Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan

pilar faring tidak terlihat


Grade III
:
Hanya palatum mole yang terlihat
Grade IV
:
Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak
terlihat

Tahapan dalam anestesi terdiri dari 4 stadium yaitu :4,5


1.

2.

Stadium I (Stadium Analgesia/ Stadium Disorientasi)


Dimulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran
Ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata
Stadium II (Stadium Excitement/ Stadium Delirium)
Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan bernafas teratur
Ditandai dengan hilangnya refleks kelopak mata
Pada stadium ini bisa terjadi batuk, nafas panjang, melawan/ berontak

3.

dan muntah
Stadium III (Stadium Surgical Anestesia)
Dimulai dari pernafasan yang teratur sampai henti nafas (respiratory
arrest). Stadium ini terdiri atas :
Plane 1 : dari permulaan nafas teratur hingga berhentinya gerakan bola

mata
Plane 2 : dari berhentinya gerakan bola mata hingga permulaan dari

paralise otot interkostal


Plane 3 : dari permulaan hingga komplit paralise dari otot-otot

interkostal
Plane 4 : dari paralise otot interkostal yang komplit hingga paralise

diafragma
Stadium IV (Stadium Overdosis)
Dimulai dari permulaan paralise diafragma hingga henti jantung

4.

(cardiac arrest)
Stadium ini sangat berbahaya apabila terjadi. Ini terjadi karena
overdosis obat-obatan anestesi

2.3.Premedikasi Anestesia
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi. Tujuan
premedikasi:4,5
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

Mengurangi refleks yang tidak diharapkan


Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi rasa sakit
Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan selama anestesi
Menurunkan basal metabolisme tubuh

Obat-obat premedikasi yang sering digunakan4,5,6,7 :


1.

Sulfas atropin
Dosis dewasa 0,025-0,5 mg, dosis anak < 3 tahun : 1/8 mg
Merupakan golongan parasimpatolitik dengan cara kerja berkompetisi
dengan asetilkolin pada ujung-ujung saraf yang mempersyarafi organ

organ post ganglion kolinergik


Keuntungan : mengurangi sekresi ludah dan menekan refleks vagal
Kerugian : menaikan temperatur, mengentalkan lendir dan
membesarkan pupil

2.

Valium
Dosis 0,2-0,6 mg/kgBB
Memberikan efek sedativa, amnesia, tranquilizer, relaksasi otot,
hipnotik kuat, analgesi kurang
Pethidine
Dosis i.v 0,2-0,5 mg/kgBB, dosis i.m 1-2 mg/kgBB
Efek farmakologi yakni sebagai analgetik, bersifat

3.

sedativa,

mendepresi pusat pernafasan, menaikkan tekanan CSF, menimbulkan


vasodilatasi, pupil mengecil dan mulut kering
2.4.Induksi Anestesia
Induksi anestesi ialah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi
tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Sebelum
memulai induksi anestesia, selayaknya disiapkan peralatan dan obat-obatan yang
diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih
cepat dan lebih baik. Untuk persiapan induksi anestesi sebaiknya kita ingat kata
STATICS4,5,6,7 :

S = Scope

Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih


bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup

terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5

tahun dengan balon (cuffed)


A = Airway
Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (nasotracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk

menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan nafas


T = Tape
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah
dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan
C = Connector
Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S = Suction
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya

Teknik anestesi umum ada 3, yaitu :4,5


1. Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik anestesia umum yang
dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung ke
dalam pembuluh darah vena.
2. Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik anestesia umum yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesia inhalasi yang
berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap dengan obat-obat pilihan
yaitu N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Sevofluran, Desfluran dengan
kategori menggunakan sungkup muka, Endotrakeal Tube nafas spontan,
Endotrakeal tube nafas terkontrol.
3. Anestesi imbang merupakan teknik anestesia dengan mempergunakan
kombinasi obat-obatan baik obat anestesia intravena maupun obat anestesia
inhalasi atau kombinasi teknik anestesia umum dengan analgesia regional
untuk mencapai trias anestesia secara optimal dan berimbang.

2.5. Obat-Obat Anestesi Umum


Obat-obat yang sering digunakan dalam anestesi umum adalah:4,5,6,7,8

Gas Anestesi
Dalam dunia modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk praktek

klinik iala N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Desfluran, dan Sevofluran. Mekanisme
kerja obat anestetik inhalasi sangat rumit, sehingga masih mnjadi misteri dalam
farmakologi modern. 7
Ambilan alveolus gas atau uap anestetik inhalasi ditentukan oleh sifat fisiknya:
1. Ambilan oleh paru
2. Difusi gas dari paru ke darah
3. Distribusi oleh darah ke otak dan organ lainnya.
Berikut adalah jenis gas anestetik inhalasi, diantaranya:
N2O
N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau manis, tak iritasi,
tak terbakar, dan pemberian anestesia dengan N2O harus disertai oksigen minimal
25%. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat. Pada akhir anestesia
setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi
pengenceran oksigen dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya
hipoksia difusi, berikan oksigen 100% selama 5-10 menit.
Halotan
Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang jalan napas, maka
sering digunakan sebagai induksi anestesi kombinasi dengan N2O. Halotan
merupakan anestetik kuat dengan efek analgesia lemah, dimana induksi dan tahapan
anestesia dilalui dengan mulus, bahkan pasien akan segera bangun setelah anestetik
dihentikan. Pada napas spontan rumatan anestesia sekitar 1-2 vol% dan pada napas
kendali sekitar 0,5-1 vol% yang tentunya disesuaikan dengan klinis pasien.
Isofluran
9

Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi
menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai
dalam kurang dari 10 menit, di mana umumnya digunakan barbiturat intravena untuk
mempercepat induksi.Tanda untuk mengamati kedalaman anestesia adalah penurunan
tekanan darah, volume dan frekuensi napas, serta peningkatan frekuensi denyut
jantung. Menurunkan laju metabolisme pada otak terhadap oksigen, tetapi
meningkatkan aliran darah otak dan tekanan intrakranial.
Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat
absorben dan tidak korosif untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser
khusus untuk desfluran.Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat atau
bedah rawat jalan.Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme
laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat kali
lebih poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding
N2O.
Sevofluran
Sama halnya dengan desfluran, sevofluran terhalogenisasi dengan fluorin.
Peningkatan kadar alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan yang tepat untuk
induksi inhalasi yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi
inhalasi 4-8% sevofluran dalam 50% kombinasi N 2O dan oksigen dapat dicapai
dalam 1-3 menit. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas,
sehingga digemari untuk induksi anestesia inhalasi disamping halotan. Setelah
pemberian dihentikan, sevofluran cepat dieliminasi dari tubuh.

Obat-obat Anestesia Intravena

Yang dimaksud dengan intravenous anestesia adalah anestesi yang diberikan dengan
cara suntikan zat (obat) anestesia melalui vena.
1. hipnosis

10

Golongan barbiturat (pentotal)


Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya
cepat (30-40 detik) dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat
kerjanya habis, seperti zat anestesi inhalasi, barbiturat ini menyebabkan
kehilangan kesadaran dengan jalan memblok kontrol brainstem
Cara pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian sebagai
induksi diteruskan dengan pemberian 150-300 mg selang waktu
pemberian 15-20 detik (untuk orang dewasa)
Benzodiazepin
Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat
toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman
yang

lebar,

dan

hati. Benzodiazepin

tidak
telah

menginduksi
banyak

enzim

digunakan

mikrosom

sebagai

di

pengganti

barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien


dalam monitorng anestesi. Efek farmakologi benzodiazepine merupakan
akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai neurotransmitter
penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor
GABA A melainkan

meningkatkan

kepekaan

reseptor

GABA A terhadap neurotransmitter penghambat. Dosis : Diazepam :


induksi 0,2 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi : 0,15 0,45 mg/kg IV.
Ketamin
Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestestik dan kataleptik dengan kerja singkat.
Efek anestesinya ditimbulkan oleh penghambatan efek membran dan neurotransmitter
eksitasi asam glutamat pada reseptor N-metil-D-aspartat. Sifat analgesiknya sangat
kuat untuk sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem viseral. Ketamin tidak
menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.
Dosis ketamin adalah 1-2 mg/kgBB IV atau 3-10 mg/kgBB IM.
Anestesia dengan ketamin diawali dengan terjadinya disosiasi mental pada 15 detik
pertama, kadang sampai halusinasi. Keadaan ini dikenal sebagai anestesia disosiatif.
Disosiasi ini sering disertai keadaan kataleptik berupa dilatasi pupil, salivasi,
lakrimasi, gerakan-gerakan tungkai spontan, peningkatan tonus otot. Kesadaran

11

segera pulih setelah 10-15 menit, analgesia bertahan sampai 40 menit, sedangkan
amnesia berlangsung sampai 1-2 jam.
2. Analgetik
Morfin
Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni
tidak begitu mempengaharui unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar
(vibrasi), penglihatan dan pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak
selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi.
Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin
meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui
emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri
pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3)
morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri
meningkat.
Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah
0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan
dapat diulang sesuai yamg diperlukan.
Fentanil
Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik
dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor . Fentanyl
banyak digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak
analgesia lebih singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang
diberikan secara bolus, dan relatif kurang mempengaruhi kardiovaskular.
Meridipin
Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia. Pada beberapa
keadaan klinis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerjanya yang lebih
pendek daripada morfin. Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan
analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik, untuk menimbulkan

12

analgesia obstetrik dibandingkan dengan morfin, meperidin kurang karena


menyebabkan depresi nafas pada janin.
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25
mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian
besar pasien tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan
anak ; 1-1,8 mg/kg BB.
3. Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)
Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang diberikan kepada
pasien secara intramuskular atau intravena yang bertujuan untuk mencapai
relaksasi dari otot-otot rangka dan memudahkan dilakukannya operasi.
a. Pelumpuh otot depolarisasi
Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di celah
saraf otot tidak dirusak oleh kolinesterase, sehingga cukup lama
berada di celah sipnatik, sehingga terjadilah depolarisasi ditandai oleh
fasikulasi yang disusul relaksasi otot lurik. Yang termasuk golongan
ini adalah suksinilkolin, dengan dosis 1-2 mg/kgBB IV.
b. Pelumpuh otot non-depolarisasi
Pelumpuh otot non-depolarisasi berikatan dengan reseptor nikotinikkolinergik, tetapi tak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi
asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tak dapat bekerja.

Long acting
1.
D-tubokurarin
2.
Pankuronium
3.
Metakurin
4.
Pipekuronium
5.
Doksakurium
6.
Alkurium
Intermediate acting
1.
Gallamin
2.
Atrakurium
3.
Vekuronium
4.
Rokuronium
5.
Cistacuronium

Dosis (mg/kgBB)

Durasi (menit)

0,4-0,6
0,08-0,12
0,2-0,4
0,05-0,12
0,02-0,08
0,15-0,3

30-60
30-60
40-60
40-60
45-60
40-60

4-6
0,5-0,6
0,1-0,2
0,6-1,2
0,15-0,2

30-60
20-45
25-45
30-60
30-45

13

Short acting
1.
Mivakurium
2.
Ropacuronium

2.6.

0,2-0,25
1,5-2

10-15
15-30

Intubasi Endotrakeal
Yang dimaksud dengan intubasi endotrakeal ialah memasukkan pipa

pernafasan yang terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan
penderita atau waktu memberikan anestesi secara inhalasi.4,5,6,7

Indikasi intubasi endotrakeal4,5,6 :


1.
2.
3.
4.
5.

Menjaga jalan nafas yang bebas oleh sebab apapun


Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
Operasi-operasi pada kepala, leher, mulutm hidung dan tenggorokan
Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan

6.
7.

tak ada ketegangan


Pada operasi intrathorakal, supaya jalan nafas selalu terkontrol
Untuk mencegah kontaminasi trakea

14

8.

Bila dipakai controlled ventilation maka tanpa pipa endotrakeal dengan


pengisian cuffnya dapat terjadi inflasi ke dalam gaster
Pada pasien-pasien yang mudah timbul laringospasme
Pada pasien-pasien dengan fiksasi vocal cord

9.
10.

Keberhasilan intubasi tergantung pada 3 hal penting yaitu3,4 :

Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot kepala, leher dan laring yang

cukup
Posisi kepala dan leher yang tepat
Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur tersebut

Alat-alat yang digunakan dalam intubasi endotrakeal 4,5,6,7 :


a.

Pipa endotrakea
Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea dan biasanya
dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. Ukuran diameter lubang pipa
trakea dalam milimeter. Karena penampang trakea bayi, anak kecil dan
dewasa berbeda, penampang melintang trakea bayi dan anak kecil di bawah
usia 5 tahun hampir bulat sedangkan dewasa seperti huruf D, maka untuk bayi
dan anak kecil digunakan tanpa cuff dan untuk anak besar dan dewasa dengan
cuff supaya tidak bocor. Pipa endotrakea dapat dimasukkan melalui mulut
atau melalui hidung.
Cara memilih pipa endotrakea untuk bayi dan anak kecil :
Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + umur (thn)
Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + umur (thn)
Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + umur (thn)

15

b.

Laringoskop
Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru. Laringoskop ialah alat
yang digunakan untuk melihat laring secara langsung supaya kita dapat
memasukkan pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar dikenal
dua macam laringoskop :
Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)
Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)

16

Kesulitan dalam teknik intubasi4,5:

Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap


Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi
Gigi incisivum atas yang menonjol (rabbit teeth)
Kesulitan membuka mulut
Uvula tidak terlihat (malapati 3 dan 4)
Abnormalitas pada daerah servikal
Kontraktur jaringan leher

Komplikasi pada intubasi endotrakeal4,5 :

Memar & oedem laring


Strech injury
Non specific granuloma larynx
Stenosis trakea
Trauma gigi geligi
Laserasi bibir, gusi dan laring
Aspirasi
Spasme bronkus

17

2.7. Pemulihan Pasca Anestesi


Sebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan operasi
terutama yang menggunakan general anestesi, maka perlu melakukan penilaian
terlebih dahulu untuk menentukan apakah pasien sudah dapat dipindahkan ke
ruangan atau masih perlu di observasi di ruang Recovery room (RR).4,7,8
Nilai Warna
Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis, 0
Pernapasan
Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
Apnoea atau obstruksi, 0
Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
Kesadaran
Sadar, siaga dan orientasi, 2
Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
Tidak berespons, 0
Aktivitas
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
Tidak bergerak, 0
Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan

2.8.DEFINISI TUMOR ADNEXA


A.TUMOR
Tumor adalah suatu pertumbuhan abnormal jaringan tubuh. Tumor dapat kanker
(ganas)

atau

non-kanker

(jinak).

Ada

puluhan

jenis

tumor.

18

Nama mereka biasanya mencerminkan jenis jaringan mereka muncul. Amerika Akred
itasi HealthCare Komisi ( www.urac.org )
a. Bentuk dari tumor :
1.

Mempunyai bentuk bermacam-macam, tidak homogen (pleiomorphic)


2.

Perbandingan antara inti dan sitoplasmik naik (ratio mendekati 1)

3.

Warna inti sel menjadi lebih gelap (hiperchromasi) dan bermacammacam (polichromasi)

4.

Kejadian mitosis sel meningkat dan terdapat mitosis abnormal

5.

Letak dan susunan sel tak teratur

b. Sifat dari tumor:


1.Sifat

pertumbuhan

yang

autonom,

tidak

mengenal

dan batas normal pertumbuhan, umumnya mempunyai sifat

koordinasi
pertumbuhan

yang lebih cepat dan tidak homogen.


2.Dapat bergerak amoeboid, yang berakibat mempunyai kemampuanuntuk me
ngadakan infiltrasi kejaringan sekitarnya dan metastase jauh.
3.Tidak

menjalankan

fungsi

normalnya,

bahkan

kadang-kadang

menjalankan fungsi yang sangat berbeda (sindrom paraneoplastik).


c. Macam-macam tumor:
1. Kista : suatu tumor yang berupa kantong dan didalamnya berisi cairan (encer atau
setengah padat). Sebagian besar kista adalah suatu non-neoplasma.

19

2. Radang : pembesaran / tumor akibat proses radang yaang disebabkan oleh infiltrasi
sel-sel radang - oedema - vasodilatasi.
3. Hipertrofi : pembesaran suatu organ akibat bertambah besarnya sel - sel jaringan
penyusunnya.
4. Hiperplasia : pembesaran suatu organ akibat bertambah banyaknya sel - sel
jaringan penyusunnya.
5. Displasia : pembesaran suatu organ, akibat bertambah banyaknya dan bertambah
besarnya sel - sel jaringan yang berbeda.

Secara umum tumor tampaknya terjadi ketika ada masalah dengan


membagi sel dalam tubuh. Biasanya, pembagian sel-sel dalam tubuh dikontrol secara
ketat. Sel-sel baru diciptakan untuk menggantikan yang lebih tua atau untuk
melakukan fungsi-fungsi baru. Sel yang rusak atau tidak diperlukan lagi mati untuk
membuat ruang untuk pengganti yang sehat.
Jika keseimbangan pembelahan sel dan kematian terganggu, tumor
dapat membentuk. Masalah dengan sistem kekebalan tubuh dapat

menyebabkan

tumor.
Beberapa virus dapat memainkan peran dalam perkembangan tumor, seperti
kanker serviks (human papillomavirus) dan karsinoma hepatoseluler (virus hepatitis
B). Beberapa tumor lebih umum dalam satu gender daripada yang lain. Beberapa
lebih umum di antara anak-anak atau orang tua. Lainnya bervariasi dengan pola
makan ,lingkungan. Gejala tergantung pada jenis dan lokasi dari tumor misalnya
tumor paru-paru dapat menyebabkan batuk, sesak napas, atau nyeri dada, sedangkan

20

tumor usus besar dapat menyebabkan penurunan berat badan, diare, sembelit, anemia
kekurangan zat besi ,dan darah dalam tinja. Beberapa tumor tidak menghasilkan
gejala, tetapi gejala yang mungkin terjadi dengan tumor meliputi: Panas dingin,
Kelelahan, Demam, Kehilangan nafsu makan, Rasa tidak enak, Keringat malam,
Berat badan.
Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem
reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi
bersamaan. (Sarwono prawirohardjo,2007)
Tumor adneksa merupakan tumor ganas primer di tuba fallopi yang lebih
sekunder

berasal

dari

tumor

ganas

ovarium

atau

uterus (Sarwono

prawirohardjo,2007)
Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi
yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan
(Hanifa, 1997 hal 396).
2.9 Anatomi
Tuba

Fallopi atau

Tabung

Fallopi

adalah

dua

buah

saluran

yang sangat halus yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Saluran/tuba ini din
amakan berdasarkan penemunya, ahli anatomi Italia, GabrieleFalloppio. Tuba Fallopi
memiliki panjangnya sekitar 12 cm dan diameternya 3 - 8 mm dan di ujung bagian de
kat uterus menyempit. Makin jauh dari rahim makin membesar dan membentukampu
la, dan akhirnya membelok ke bawah untuk berakhir menjadi tepi berfimbria. Salah s
atu umbai (fimbria) menempel ke ovarium.Perdarahan disuplai oleh arteri ovarica dan
arteriuterina. Kedua pembuluh ini saling beranastomosis. Tuba uterine ditutupi oleh

21

peritoneum di bawah peritoneum ini terdapat lapisan berotot yang terdiri atasserabut l
ongitudinal dan melingkar. Lapisan dalam ini terdiri atasepithelium yang bersilia. Lu
bang ujung tuba uterine menghadap ke peritoneum, maka dengan demikian terbentuk
jalan dari vagina, melalui uterus dan tuba masuk rongga peritoneum, sehingga pada p
erempuan peritoneum upa kantong terbuka, bukan tertutup. Pada tuba ini dibedakan
menjadi 4 yaitu:
a)

Pars

Interstitialis

(intramuralis),

yaitu

berada

di

dinding

uerus,

mulai pada ostium internum.


b)

Pars isthmica, bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus (3 6 cm) bentuk nya
lurus dan sempit, berdiameter 2 3mm.

c)

Pars Ampularis,bagian tuba ke arah pars isthmica dan

2infundibulum

merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S, berdiameter 4 10 mm


d)

Infundibulum , Ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbriae,


lubangnya disebut ostium abdominale tubae.
Fungsi normal Tuba Fallopi yaitu untuk mengantarkan ovum dari
ovarium ke uterus / tempat terjadinya konsepsi (pembuatan). Ketika sebuah
ovum berkembang dalam sebuah ovarium, ia diselubungi oleh sebuah lapisan
yang dikenal dengan nama follikel ovarium. Pada saat ovum mengalami
kematangan, follikel dan ovarium akan runtuh, membuat ovum dapat
berpindah dan memasuki Tuba Fallopi. Dari sana perjalanan di lanjutkan ke
dalam rahum, dengan bantuan pergerakan dari cilia pada bagian dalam tuba.
Perjalanan ini menghabiskan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Jika
ovum dibuahi ketika berada di dalam Tuba Fallopi, maka ia akan menempel

22

secara normal di dalam endotrium ketika mencapai rahim, yang merupakan


pertandanya kehamilan.
2.10 Etiologi
Penyebab tumor adneksa tidak diketahui secara pasti tetapi kebanyakan
diakibatkan karena infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, peradangan ini
menyebar ke ovarium dan tuba fallopi dimana kuman itu masuk ke dalam
organ

pelviks

selama

hubungan

seksual,

persalinan

aborsi,

sebagai akibat dari tindakan (kerokan, laparatomi,dan sebagainya).


Organ-organ tadi akan mengalami peradangan dan bersarang dituba fallopicair
an purulen dapat terkumpul dalam tubuh menyebabkan perlengketan
sehingga terjadi penyempitan akan menyebabkan berbagai gangguan.Pada
tuba

infeksi

dapat

disebabkan

streptokokus,stapilokokus,klostridium

welehi

oleh
dan

kuman

seperti

lain-lain(Sarwono

prakwirohardjo,2007)
2.11 Patofisiologi
Tumor adneksa kebanyakan diakibatkan oleh infeksi yang menjalarsampai ke
tuba fallopi sehingga menyebabkan perlengketan dan penyempitan yang menyebabkn
berbagai macam gangguan dan terjadi pertumbuhanyang ganas. Jenis tumor yang pali
ng sering adalah adenokarsinoma mungkin juga ditemukan endotelioma atau limposar
koma. secara histopatologik adenokarsinoma dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan :
a.

Jenis tumor dengan pertumbuhan papiler : tumor belum mencapai otot tuba.

b.

Jenis tumor dengan pertumbuhan papillo alvioler : tumor telah memasuki jaringan
otot.

23

c.

Jenis

tumor

dengan

pertumbuhan

alveo

meduller

:terlihat

mitosis

yang atopic dan infasi sel ganas ke saluran limpa. (Sarwono prawirohardjo, 2007)
2.12 Gambaran Klinik
Pada awalnya penyakit tidak menimbulkan gejala. Mula-mula keluhan samarsamar seperti : perasaan lelah, makan sedikit, terasa cepat kenyang dan sering
kembung, kemudian timbul demam dan rasa nyeri pada uterus bagian kiri dan kanan.
Diikuti dengan gejala perdarahan pervagina mungkin juga disertai pengeluaran getah
vagina yang bercampur dengan darah.
2.13 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan pelvic
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perubahan pada vulva, vagina dan
serviks dengan palpasi organ dalam khususnya ovarium dan permukaan uterus.
b. Test papanicolau
Merupakan pemeriksaan sistologis yang memungkinkan untuk mendeteksi adanya
sel yang abnormal dan mendeteksi keganasan tumor pada tahap awal.
c. Ultra sound / USG
Digunakan untuk menentukan lokasi massa tumor
d. Endoskopi
a)

Untuk melihat lapisan dan jaringan disekitarnya secara langsung :

1)

Colposcopy : visualisasi vagina dan serviks dibawah kekuatan magnet yang rendah.

2)

Culdoscopy : pemasukan culdoskop melalui vagina bagian belakang untuk melihat


tuba fallopi dan ovarium.

24

3)

Hysterescopy : pemasukan hyterescopy melalui servik untuk melihat bagian dalam


uterus.

4)

Biopsi : untuk mengetahui jenis dan keganasan sel.

5)

Laboratorium : urine lengkap dan darah lengkap.

2.14 Pengobatan Medik


Penangana utama yang dianjurkan adalah : TAH + BSO + OM + APP ( Total
Abdominal Hysterektomy + Bilateral Salfingo Oophorektimy + Omentektomy +
Appendektomi).
Terapi alternatif : instilasi phospor 32 Radioaktif atau kemoterapi profilaksis, tetapi
radioktif hanya dikerjakan pada tumor jenis histology keganasan tertentu.

2.15 Pencegahan
Sebelum seseorang terkena penyakit yang cukup ganas ini lebih baik
melaksanakan
a.Hindari

tindakan
pasangan

pencegahan
koitus

yang

dengan
sering

cara

berganti.

b.Pemeriksaan pap smear minimal sekali setahun

BAB 3
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa" dan

aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan

25

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesia umum endotrakeal merupakan
teknik anestesia dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesia
intravena maupun obat anestesia inhalasi dan memasukkan pipa pernafasan yang
terbuat dari portex ke dalam trakea guna membantu pernafasan penderita atau waktu
memberikan anestesi secara inhalasi.
Tumor

adneksa

adalah

tumbuhnya

jaringan

abnormal

pada

sistem

reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi
bersamaan. Tumor adneksa merupakan tumor ganas primer di tuba fallopi yang lebih
sekunder berasal dari tumor ganas ovarium atau uterus. Tumor adneksa adalah
tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi yaitu pada tuba fallopi
kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan

RUJUKAN

1. Dobson, B Michae. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta: EGC; 1994


2. Winkjosastro H, Ilmu Kandungan, Edisi Ke Tujuh. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2009.

26

3. Latief said, et al. Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi ke dua, Jakarta; 2009.
p. 29-54
4. Lunn John, Catatan Kuliah Anestesi, edisi 4. Jakarta: EGC; 2004.
5. Boulton B, et al. Anesthesiologi, edisi 10, Jakarta: EGC; 1994. p. 108-133
6. Wrobel Marco, Pokok Pokok Anestesi. Jakarta: EGC; 2010.
7. Department of Health, Guidelines for Anaesthetic coding, Government of
Western Australia, 2012.
8. Jurnal Anestesiologi Indonesia, volume V; nomor 3 November 2013.
9. Divatia. J, Bhowmick, Complications of Endotracheal Intubation and Other
Airway Management Procedures, Indian J. Anaesth. 2005.
10. Sinantyanta H, Jujana Ida. Manajemen Anestesi pada Pasien dengan Kistoma
Ovarii Permagna

: Laporan Kasus Jurnal Anestesiologi Indonesia 2012;

p.534-537.

LAPORAN KASUS
A. ANAMNESA PRIBADI

Nama

: Diana Yolanda Fitri Siregar

Umur

: 22 tahun

Jeniskelamin :Perempuan

27

Alamat

: Jl.Menteng 2 Gang Bayar Medan Denai

Agama

: Islam

Suku

:Batak

BB

: 48kg

No RM

:01.00.00.94

B. ANAMNESA PENYAKIT
Keluhanutama
:Benjolan diperut
Telaah
: Hal ini disadari os sejak 1bulan ini. Os
merasakan adanya benjolan diperut hanya pada pagi hari saja,
kemudian hilang. Ketika os pegang perut terasa keras dan nyeri
riwayat keluar darah diluar siklus haid tidak dijumpai, riwayat haid
memanjang tidak dijumpai, riwayat keputihan tidak dijumpai,
riwayat perut dikusuk tidak dijumpai, riwayat minum jamu-jamuan
tidak dijumpai. Riwayat trauma pada perut dijumpai 1 tahun yang
lalu. BAB sulit dijumpai selama 1 minggu ini.
RPT
: Tidak jelas
RPO
: Tidakjelas

C. KEAADAAN PRA BEDAH


a) Status Present
Sensorium

: Compos mentis

KU/KP/KG

:Sedang/sedang/ sedang

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

28

Frekuensi nadi

: 80 x/i

Frekuensi nafas

: 18 x/i

Temperatur

: 36,8oC

Anemis

: (-)

Ikterik

: (-)

Sianosis

: (-)

Dipsnoe

: (-)

Oedem

: (-)

b) Status Lokalisata
Kepala
Mata

RC

(+/+),pupil

isokor,konjungtiva

palpebra

inferior

anemis(-/-)
Hidung
Telinga

: Dalam batas normal


: Dalam batas normal

Mulut

: Dalam batas normal

Leher

: Dalam batas normal

Thorax
Inspeksi

: Simetris fusiformis

Palpasi

: Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

: Sonor di kedua lapangan paru

29

Auskultasi

: SP = vesikuker ST = (-)

Abdomen
Inspeksi

:Membesar Simetris

Palpasi

: Soepel, teraba massa padat, mobile, permukaan rata, nyeri

tekan (-), pole atas setentang pusat, pole bawah setentang simfisis.
Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Peristaltik (+)

Ekstremitas superior : Tidak terdapat kelainan


Ekstremitas inferior

: Tidak terdapat kelainan

Genitalia eksterna

: Tidak terdapat kelainan

Anus

: tidak terdapat kelainan

PemeriksaanPenunjang
Darah rutin :
Hb/Ht/L/Tr

: 14/ 41,9/ 7.360/338.000

KGD adr

: 97, 53 mg/dl

Na/K/Cl

: 148/ 5,4/114

RFT

: Ur/Cr =8,89/0,64

Bil tot/ Bil direct

: 0,6/ 0,23

SGOT/SGPT/ALP

: 14,82/13, 14/ 65,08

Alb

: 3,9
30

HST
PT/INR/APTT

: 12,9 (14,6)/1,03(1-1,3) /32,4(32,9)

Foto thorax

: Tidak tampak kelainan pada Cor dan Pulmo

EKG

: Sinus Ritme

USG

: Uterus tampak berukuran 5,6x 3,9 cm endometrium normal

disamping uterus (melekat dengan uterus) tampak massa hipoechoic berukuran 13x
8cm. Kesan tumar adnexa padat dd myoma uteri.
BNO-IVP

Fungsi ekskresi jkedua ginjal baik. Tidak tampak batu

ataupun tanda-tanda bendungan traktus urinarius.

D. KEADAAN PRA BEDAH (FOLLOW UP ANASTHESI)


B1 (Breath)
Airway

: Clear

Frekuensi pernafasan

: 18 x/i

Suara pernafasan

: Vesikuler

Suara tambahan

: (-)

Riw.asma/sesak/batuk/alergi : -/-/ -/ -

B2 (Blood)
Akral

: Hangat

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

31

Frekuensi nadi

: 80 x/i

T/V

: Cukup

Temperatur

: 36,5oC

Konj.palp inf pucat/hiperemis/ikterik:-/-/B3 (Brain)


Sensorium

: Compos mentis

RC

: +/+

Pupil

: Isokor

Reflek fisiologis

:+

Reflek patologis

:-

Riw.kejang/ muntah proyektil/ nyeri kepala/ pandangan kabur : -/ -/ -/ B4 (Bladder)


Urin

:+

Volume

: Cukup

Warna

: Kuning

Kateter

:-

B5 (Bowel)
Abdomen

:MembesarSimetris

Peristaltic

: (+)

32

Mual/muntah

: -/-

BAB/flatus

: -/-

NGT

:-

MMT

: 00.00

B6 (Bone)
Fraktur

:-

Luka

:-

Oedem

:-

Diagnose

: kista ovarium dextra

Status fisik

: ASA I

Rencana tindakan

: Salphyngooforektomi Dextra

Rencana anastesi

: GA-ETT

Anastesi
A. Persiapan pasien
Pasien puasa sejak pukul 00.00
Pemasangan infus pada dorsum manus dekstra dengan cairan RL
B. Persiapan alat
Stetoskop
Tensi meter
Meja operasi dan perangkat operasi
ETT no 7

33

Laringoskop
Suction set
Abocath no 20
Infus set
Spuit 3 cc,5 cc,10 cc
C. Obat obat yang dipakai
Premedikasi : Midazolam 3 mg, Fentanyl 100 mcg
Medikasi :
Propofol 100 mg
Rocuronium 50 mg
Fentanyl 50 mcg
Sulfas atropin 0,5 mg
Prostigmin 1 mg
Ketorolac 30 mg
Ondansentron 10 mg
Transamin 500ml

Urutan pelaksana ananastesi


Cairan pre operasi :RL 200 ml
Prosedur anastesi :
Pasien dibaringkan di meja operasi dalam posisi supine
Infuse RL terpasang di lengan kanan
Pemasangan tensimeter dilengan kiri
Pemasangan oksimetri di ibu jari kiri pasien

34

Pemasangan elektroda : pengukuran frekuensi nadi dan frekuensi


nafas
Teknik anastesi (09.10) :posisi kepala head up

pre

oksigenase 5-10

sleep non

apnoe
SP ka =ki

inj. Propofol 100 mg

Injeksi Rocuronium 15 mg

insersi ETT no 7,5

fiksasi.

D. DURANTE OPERASI
Mempertahankan dan monitor cairan infuse
Memonitor saturasi O2, tekanan darah,nadi,dan nafas setiap 15
menit
Jam

TD (mmHg)

RR
(x/menit)
16

SpO2
(%)
99

Medikasi

110/70

Nadi
(x/menit)
90

09.25
09.40

120/80

100

16

99

Fentanyl 50 mcg, Ondansetron


10 mg, Transamin 500 mg
Rocuronium 10mg

09.55

120/80

100

16

100

10.10

100/70

100

16

100

10.25

120/90

100

16

100

Fentanyl 50mcg,

10.40

100/70

90

16

100

Rocuronium 10mg
Ketorolac 30mg

10.55

100/70

80

16

100

11.10

110/70

80

16

100

Sulfas atropine 0,5 mg


Neostigmin 1 mg

Monitoring perdarahan
Perdarahan
:
Kassa basah
:12 x 10 =120 cc
Kassa basah
:17 x 5 = 85 cc
Suction
:250cc
Handuk
:50
Total
:505cc
35

Infuse RL o/t regio dorsum manus dextra


Pre operasi
: RL 200ml
Durante operasi : RL 1000 cc
Urine output durante operasi
: 50 cc
E. KETERANGAN TAMBAHAN
Diagnose pasca bedah : Post Salphyngooforektomi dextra a/i kista
ovarium dextra
Lama anastesi : 09.10-11.10
Lama operasi : 09.20-10.55
EBV :65 x 48 = 3.120
10% =312 cc, 20 % = 624 cc, 30% = 936 cc

F. INSTRUKSI POST OPERASI


RL 30 gtt/menit
Injeksi Ketorolac30 mg/ 8 jam
Injeksi Metoclopramid 10 mg/8 jam
Antibiotik dan terapi lain sesuai TS Obgyn
Oksigen 1-2l/i
Pantau Vital sign per 15 menit selama 2 jam di RR
Cek Hb, bila Hb < 7 lapor ke dokter jaga
TD < 90 mmHg atau > 160 mmHg, HR <60x/i atau HR>120 x/i,
RR<10 x/i atau >32x/i, T < 35 C, atau T > 38 C, lapor dokter jaga
Pantau urin output, bila <0,5 cc/kgBB/jam, lapor dokter jaga

36

Anda mungkin juga menyukai