Anda di halaman 1dari 4

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 3 NOMOR 3, AGUSTUS 2016

LAPORAN KASUS

HIPERTENSI BERAT DISERTAI EDEMA PULMO PADA


PASIEN TRAUMA MATA ANAK-ANAK YANG DIBERIKAN
FENLYEFRINE TETES MATA

Mahmud, Yusmein Uyun, Bayu Satria Gutama*


Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
*Peserta PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRACT
Anesthesia has been performed on a 13-year-old boy with a diagnosis of bulbar rupture performed bulbi
repair. Patients physical status ASA 2 with asthma history. Anesthesia performed using general anesthesia
intubation technique, semi closed, endotracheal tube no 6.5, and breath control. Monitoring is done with NIBP,
EKG, SpO2. The prosedured at least 2 hours, hemodynamic: systolic 90-220mmHg, diastolic 50-130mmHg,
heart rate 50-160x / min, SpO2 : 70-99%. After two drops of phenylephrine 10% on eye, obtained rhonki in
all lung and frutty sputum from the ETT with the possibility of acute pulmonary edema. Conscious extubation
is done after prossedured. Patients were discharged from the post-anesthesia treatment unit 4 hours after
surgery with spontaneous breathing, 99% spo2 in air space, normal blood pressure and clear pulmonary.

ABSTRAK
Telah dilakukan tindakan anestesi pada seorang anak laki-laki 13 tahun dengan diagnosa ruptur bulbi
dilakukan repair bulbi. Pasien dengan status fisik asa 2 asma. Dilakukan anestesi dengan teknik anestesi
umum intubasi semi clossed ET no 6,5 level di bibir 20 nafas kendali. Monitoring dilakukan dengan NIBP, EKG,
SpO2. Operasi berlangsung 2 jam durante operasi hemodinamik TDS 90-220mmHg, TDD 50-130mmHg, HR
50-160x/menit, saturasi 70-99%, Beberapa menit setelah pemberian dua tetes phenylephrine 10% didapatkan
rhonki di seluruh paru dan didapatkan cairan berbusa kemerahan yang kami suction dari trakea dengan
kemungkinan adanya edema paru akut berlangsung selama 15 menit. Pasca operasi dilakukan ekstubasi
sadar. Pasien dipulangkan dari unit perawatan pasca anestesi 4 jam setelah operasi dengan pernapasan
spontan, SpO2 99% pada ruang udara, tekanan darah normal dan auskultasi paru yang bersih.

PENDAHULUAN terjadinya oculo-cardiac reflex (OCR), bagaimana


Trauma mata merupakan masalah diseluruh penatalaksanaan terjadinya reflek tersebut, kontrol
dunia yang dapat mengenai segala usia. Kurang terhadap penyebaran gas didalam bola mata dan efek
lebih terdapat 2 juta kasus trauma mata terjadi tiap sistemik dari penggunaan obat-obat pada mata (2).
tahunnya di Amerika Serikat. Penyebab terbanyak Hal yang harus diperhatikan antara lain seleksi
dari kasus-kasus trauma mata adalah benda asing, pasien, evaluasi preoperatif, preparasi, monitoring,
pukulan benda keras, perkelahian, kecelakaan lalu sedasi dan teknik anestesi lokal. Pemahaman tentang
lintas, dan benda tajam (1). anatomi mata, efek agen anestesi terhadap tekanan
Operasi pada mata memerlukan beberapa intraocular (TIO) dan fisiologi mata adalah penting
perhatian bagi anestesiologis termasuk didalamnya dalam pengambilan keputusan penatalaksanaan
adalah pengaturan tekanan intraocular, pencegahan trauma bola mata (3).

41
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016

LAPORAN KASUS dilakukan oksigenasi dengan oksigen selama kira-


Anak umur 13 tahun dengan berat badan 30 kg, kira 3-5 menit, intubasi dilakukan apnoe, ET No.
tinggi badan 145 cm. Pasien tertusuk bolpoint pada 6 cuff. Setelah ET terpasang, hubungkan dengan
mata kanannya 3 jam sebelum masuk rumah sakit, sirkuit semi close, cek paru kanan-kiri (sama), fiksasi
demam (-), batuk (-), pilek (-) makan minum terakhir ET. Pemeliharaan anestesi dengan sevoflurane, O2,
8 jam yang lalu. Riwayat penyakit asebelumnya N2O. Dilakukan nafas kontrol.
sma(+) terakhir kambuh 6 bulan yang lalu. Pada Durante operasi dokter mata memberikan tetes
pemeriksaan fisik di IGD pasien datang dengan mata fenilefrin pada mata kanan tidak beberapa
keluhan nyeri dan pandangan kabur pada mata lama tensi darah naik menjadi 220/120mmHg, nadi
kanannya. Keadaan Umum: Composmentis, . Tanda mejadi 140x/menit, saturasi turun menjadi 70%
Vital: Tekanan darah 100/70mmHg Nadi: 80x/menit disertai nafas yang berat, pada pemeriksaan durante
Respirasi: 16x/menit Suhu: 37°C. Kepala: conjungtiva operasi ditemukan rhonki pada seluruh lapang paru
tidak anemis, sclera tidak ikterik.. Leher: Limfonodi di putuskan untuk mensuction pada trakea dan
tidak teraba membesar. Dada: simetris, tidak ada didapatkan cairan berbusa kemerahan dan kami
ketinggalan gerak. Paru: suara dasar vesikuler, tidak putuskan untuk pemberian furosemide 20mg dan
ada rhonki ataupun wheezing. Jantung: S1 dan S2 mendalamkan agen anestesi inhalasi, pemberian
reguler, bising tidak ada. Perut: supel. Ekstremitas propofol 30mg serta pemberian oksigen 100%
: capilary refil time < 2 detik, edema tidak ada. Kurang lebih sekitar 20 menit saturasi mulai
Laboratorium : Hb: 12,9 Hct: 37 AL: 9,3 AT: 319, naik, tensi dan nadi mulai stabil, pada pemeriksaan
PPT : 15,6 INR 1,17 APTT 37,3. Ro Thorax : Cor pulmo masih didapatkan rhonki di seluruh lapang paru yang
dalam batas normal. Di IGD pasien di Diagnosis : sudah mulai membaik dari sebelumnya. Setelah
OD laserasi palpebra inferior full thickness dengan operasi selesai diputuskan untuk ekstubasi sadar.
avulse canalis lakrimalis. Status fisik ASA II asma, Operasi berlangsung kurang lebih 2 jam, cairan
disetujui untuk tindakan operasi dengan general masuk kristaloid 1000cc, perdarahan 10cc, urin 100cc
anestesi dalam 2jam, urin output 1,6cc/kgBB/jam

ANESTESI DAN TINDAKAN OPERASI PEMBAHASAN


Persiapan Laporan kasus ini menggambarkan seorang
- Keluarga diberi penjelasan tentang rencana pasien anak yang mengalami edema paru akut yang
yang akan dilakukan, prosedur tindakan berhubungan dengan hipertensi berat dan takikardi,
anestesi dan operasi, kemungkinan hal-hal sebagian besar terkait dengan efek sistemik, setelah
yang bisa terjadi selama tindakan. aplikasi topikal phenylephrine 10%. Meskipun
- Pemberian minum distop setelah diagnosis morbiditas serius yang berhubungan dengan
ditegakkan. hipertensi mungkin jarang pada anak-anak setelah
- Pemasangan infus Asering penyerapan sistemik fenilefrin mata, kejadian krisis
- Persiapan obat dan alat hipertensi iatrogenik, gagal ventrikel kiri akut dan
edema paru berikut fenilefrin topikal diberikan
Pelaksanaan intraoperatif pada anak-anak telah dilaporkan (8)
Pasien masuk kamar operasi sudah terpasang iv Phenylephrine adalah simpatomimetik lang-
line no 22 G dengan cairan Asering dan NGT. Di kamar sung α-agonis dan memiliki arteri yang kuat dan
operasi dipasang penghangat badan monitor EKG, efek vasokonstriktor vena (4) Induced hipertensi.
pulse oxymetri dan NIBP Tercatat frekuensi jantung 80 oleh stimulasi α-adrenergik dapat meningkatkan
x/mnt, tensi 100/70mmHg, SaO2 99%. Premedikasi resistensi pembuluh darah perifer (peningkatan
diberikan dengan midazolam 2mg fentanyl 80 mcg. afterload) dan dengan demikian meningkatkan
Induksi dengan propofol 60 mg setelah jalan nafas tekanan pengisian ventrikel kiri. Resistensi vaskuler
terkuasai diberikan rocuronium 30mg kemudian sistemik yang meningkat meningkatkan ventrikel

42
Hipertensi Berat Disertai Edema Pulmo pada Pasien ...

kiri impedansi ejeksi dan volume akhir diastolik dan kecukupan midriasis sebelum induksi anestesi
tekanan. Atau, curah jantung mungkin akan lebih umum untuk menghindari administrasi fenilefrin
berkurang, menyebabkan gagal jantung sisi kiri dan topikal tak lama setelah induksi (4)
edema paru. (6) Beberapa strategi telah diusulkan untuk me-
Manajemen komplikasi seperti ini sangat pen- ngurangi penyerapan sistemik dan efek hemo-
ting. Titik kunci adalah bahwa kemampuan untuk dinamik terkait fenilefrin tetes mata. Ini termasuk
meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas tekanan digital pada bagian naso-lakrimal segera
merupakan mekanisme kompensasi penting untuk selama 60 s setelah pemberian topikal tetes mata,
melestarikan curah jantung. Sebuah laporan sebe- (9) penggunaan konsentrasi% 2.5 dari fenilefrin
lumnya direkomendasikan bahwa jika peningkatan topikal daripada 10% solusi karena kedua kekuatan
tekanan berat, persisten atau berhubungan de-ngan fenilefrin adalah mydriatrics equipotent dalam se-
komplikasi seperti edema paru atau peruba-han bagian besar pasien, (4) menghindari pengulangan
EKG, ini harus segera diobati tanpa mengurangi yang tidak perlu dosis dan memungkinkan waktu
kemampuan dari miokardium menekankan untuk yang cukup untuk efek farmakologis terjadi, (11)
meningkatkan kontraktilitas dan denyut jantung. blotting cepat pergi dari kelebihan tetes setelah
Dengan demikian, vasodilator langsung dan an- pemberian obat (9) dan penggunaan tetes mikro
tagonis α-adrenergik dianjurkan untuk me-ngobati pada bayi jika memungkinkan. (4)
hipertensi disebabkan oleh penyerapan sistemik Anestesiologis dan ophtalmologis harus me-
fenilefrin topikal. (6) nyadari efek sistemik yang ditimbulkan oleh obat
Kita menghindari antagonis beta-adrenergik mata. Obat mata yang diberikan secara topikal
karena hal ini dapat mengganggu mekanisme akan diabsorbsi oleh pembuluh darah pada sakus
kompensasi hemodinamik. (6) Laporan sebelumnya lakrimalis dan mukosa duktus nasosakrimalis.
menunjukkan bahwa serangan jantung lebih sering Satu tetes (biasanya 1/20 ml) 10% mengandung 5
terjadi pada pasien yang mengalami edema paru mg obat. Pemberian secara topikal akan diserap
akut dan telah menerima labetalol, bukan esmolol. dengan kecepatan antara pemberian inravena
(6) pasien kami menunjukkan takikardia dalam dengan subkutan (dosis subkutan toksik 10 mg).
menanggapi hipertensi berat, menunjukkan bahwa Anak dan pasien tua berisiko tinggi terhadap efek
penggunaan glikopirolat lebih lanjut dapat mencegah toksik fenilefrin dan hanya boleh menerima 2,5 %
bradikardia baroreseptor-dimediasi. Furosemide fenilefrin.
digunakan untuk mengontrol edema paru dengan Echothiophate adalah kolinesterase inhibitor
menurunkan tekanan diastolik ventrikel. Praktek yang yang irreversible yang digunakan pada terapi glau-
umum dalam menanggapi hipertensi intraoperatif coma. Pemberian topikal menyebabkan absorbsi
adalah pendalaman anestesi dengan meningkatkan sistemik yang berakibat penurunan aktivitas koli-
konsentrasi terinspirasi dari anestesi inhalasi untuk nesterase. Karena suksinilkolin dimetabolisme
mengurangi resistensi pembuluh darah perifer, oleh enzim ini, pemakaian echothiophate akan
namun, tidak mungkin, juga dapat mengganggu memperpanjang durasi suksinilkolin (3).
kinerja jantung yang mungkin sudah dikompromikan Paralisis biasanya tidak melebihi 20-30 menit,
oleh tinggi setelah beban. (6) apneu postoperatif jarang terjadi. Inhibisi aktifitas
Kebanyakan efek sistemik obat mata topikal kolinesterase berakhir selama 3-7 minggu setelah
dosis terkait. (9,10) solusi Phenylephrine untuk penghentian obat. Efek samping muskarinik
pemberian okular tersedia dalam 2,5% dan 10% seperti bradikardi selama induksi dapat dicegah
solusi. Bahkan dengan menggunakan konsentrasi dengan pemberian obat antikolinergik IV (atropine,
yang lebih rendah dari tetes mata fenilefrin mata, glikopirolat).
hati-hati diperlukan saat penerapannya karena Obat tetes epinefrin dapat menyebabkan
masih berbahaya dengan respon hipertensi tak hipertensi, takikardi dan disritmia ventrikuler,
terduga. (4) Ini mungkin lebih baik untuk menilai dimana efek disritmogenik akan dipotensiasi

43
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 3 Nomor 3, Agustus 2016

halothan. Pemberian epinefrin secara langsung pada hati-hati dengan pemantauan intraoperatif sesu-
kamera okuli anterior tidak berhubungan dengan ai variabel hemodinamik. Selain itu, strategi
toksisitas kardiovaskuler. pencegahan untuk meminimalkan penyerapan
Timolol, suatu β-adrenergik antagonis menu- sistemik obat harus diambil.
runkan TIO dengan cara menurunkan produksi
humor aqueous. Pemberian timolol tetes mata DAFTAR PUSTAKA
biasanya digunakan pada glaucoma, dalam kasus 1. Kohli, R, Ramsingh,H, Makkad, B. 2006. The
yang jarang berhubungan dengan bradikardi yang Anestetic Management of Ocular Trauma. Ohio
resisten atropine, hipotensi dan bronchospasme USA.
selama anestesi umum. 2. Morgan, GE, Mikhail, ME, 2013, Clinical
Fenilefrin merupakan agonis adrenergik non Anesthesiology, 3rd ed, Lange Medical Book, p
ketekolamin dengan dominan aktifitas terhadap 826-835.
reseptor α1 (pada dosis tinggi menstimulasi rese- 3. Miller, 2010 Miller’s Anesthesia. Churchill
ptor α2 dan reseptor β). Efek utama dari fenilefrin Livingstone. California USA
adalah vasokonstriksi pembuluh darah perifer 4. Ashraf AA, Mohamed M, Ahmed A, and Essam
dengan peningkatan resistensi vaskular sistemik AO. Severe hypertension and pulmonary edema
dan tekenan darah arterial.(2) associated with systemic absorption of topical
Fenilefrin didominasi selektif α-1-adrenergik phenylephrine in a child during retinal surgery.
agonis reseptor langsung; pada dosis yang sangat 2012
tinggi, β-aktivasi tidak terjadi. Fenilefrin topikal 5. Kademani D, Voiner JL, Quinn PD. Acute
banyak digunakan sebagai tetes mata untuk hypertensive crisis resulting in pulmonary edema
melebarkan pupil mata dalam prosedur untuk and myocardial ischemia during orthognathic
memfasilitasi pemeriksaan fundus.(4) surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2004;62:240–3.
Terdapat laporan yang menyatakan bahwa 6. Groudine SB, Hollinger I, Jones J, DeBouno
penyerapan sistemik yang signifikan dapat terjadi BA. New York State guideline on the topical
setelah pemberian topikal fenilefrin mata pada use of phenylephrine in the operation room.
populasi orang dewasa, dan dapat menyebabkan Anesthesiology. 2000;92:859–64.
efek samping seperti krisis hipertensi, (4) takikar- 7. Baldwin FJ, Morley AP. Intraoperative pulmonary
dia, refleks bradikardia, aritmia ventrikel, (4) oedema in a child following systemic absorption
iskemia miokard (5) dan beberapa berkembang of phenylephrine eyedrops. Br J Anaesth.
sampai mati.(6) Namun, komplikasi serius yang 2002;88:440–2.
berhubungan dengan hipertensi dilaporkan pada 8. Venkatakrishnan J, Jagadeesh V, Kannan R.
pasien anak setelah penyerapan sistemik fenilefrin Pulmonary edema following instillation of topical
topikal.(8) Kami melaporkan kasus hipertensi phenylephrine eyedrops in a child under general
berat intraoperatif dan edema paru akut yang anesthesia. Eur J Ophthalmol. 2011;21:115–7.
terjadi di anak pada operasi trauma mata setelah 9. Medicines for Children. 2nd ed. London: RCPCH
kemungkinan penyerapan sistemik tetes mata Publications Limited; 2003. Royal College of
fenilefrin topikal. Paediatrics and Child Health.
10. Levy Y, Zadok D. Systemic side effects of
KESIMPULAN ophthalmic drops. Clin Pediatr. 2004;43:99–101.
Anestesi dan dokter mata harus menyadari 11. Gray C. Systemic toxicity with topical ophthalmic
kemungkinan efek samping kardiovaskular dari medications in children. Paediatric and Perinatal
fenilefrin topikal, dan harus digunakan dengan Drug Therapy. 2006;7:23–9.

44

Anda mungkin juga menyukai