Anda di halaman 1dari 10

OBAT OBAT LIFE SAVING DI IGD

RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh :

Dito Kusumo DP

1008020065

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2011

OBAT-OBAT LIFE SAVING DI INSTALASI GAWAT DARURAT


Tujuan
Mengetahui penggunaan obat-obat life saving yang terdapat di IGD RSMS.
I. Pendahuluan
Pertolongan pertama merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat sementara
waktu yang diberikan pada seorang yang menderita luka atau terserang penyakit
mendadak. Tujuan yang penting dari pertolongan pertama adalah memberikan perawatan
yang akan menguntungkan pada orang-orang tersebut sebagai persiapan terhadap
penanganan lanjut. Pelayanan keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional
yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat yang berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada klien/pasien
yang mempunyai masalah aktual atau resiko yang disertai kondisi lingkungan yang tidak
dapat dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian
rupa sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi.
Salah satu bentuk kegawatdaruratan medis adalah kegawatdaruratan neurologis
(neurologic emergencies). Menurut Carroll LS dan Lorenzo N (2007) ada sembilan jenis
yang termasuk kegawatdaruratan neurologis, yaitu:
1. Perubahan status mental dan koma (altered mental status and coma)
2. Sakit kepala (headache)
3. Kecelakaan serebrovaskuler (cerebrovascular accident), yang berupa: stroke dan TIA
(Transient Ischemic Attacks)
4. Vertigo
5. Serangan/bangkitan kejang (seizures), yang berupa: epilepsi dan status epileptikus.
6. Neuropati perifer (peripheral neuropathies)
7. Sklerosis multipel (multiple sclerosis)
8. Gangguan otot (muscle disorders)
9. Neuroleptics malignant syndrome (NMS)
Obat life saving merupakan obat yang mempunyai fungsi menyelamatkan hidup
pasien dan pemberiaannya harus segera karena bila terlambat sedikit saja maka dapat
menyebabkan kematian. Dengan kata lain obat- obat life saving digunakan untuk keadaan
gawat darurat. Pelayanan pada unit instalasi gawat darurat dilakukan dalam waktu kurang
lebih 5 menit.

Obat dan alkes live saving harus disediakan di setiap ruang tindakan emergency.
Tata laksana pengadaannya sebagai berikut :
a. Penanganan pasien emergency di IGD, petugas kesehatan mengambil obat dan
alkes yang dibutuhkan di Satelit Farmasi 24 jam dan mencatatnya dalam kartu
obat
b. Obat dan alat kesehatan ditempatkan di ruangan dengan susunan yang sudah
ditentukan
c. Petugas melakukan rekapitulasi pemakaian obat setiap penggunaan obat dan alat
kesehatan
d. Dokumentasi setiap pemakaian obat dicatat dalam buku permintaan.

II. ISI
Obat life saving merupakan obat yang harus ada di IGD karena fungsinya yang
sangat penting. Berikut ini merupakan obat-obat yang tergolong life saving yang ada di
IGD RSMS :

Berikut

Adrenalin / epinefrin inj


Sulfas Atropin inj
Aminophyllin inj
Catapres inj
Diphenhydramin inj
dexamethason inj
dopamin inj
stesolid inj
stesolid rectal
furosemid inj
meylon inj
metil prednisolon inj
MGSO4 inj
Prostigmin inj
NaCl 25 ml
Fargoxin inj
Penthanyl inj
Dextrose 40%
Crome ( carbamazo crome) inj
ini merupakan beberapa contoh kasus gawat darurat yang memerlukan

pertolongan segera dengan memberikan obat yang bersifat life saving.


1. Syok anafilaktik dan hipotensi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang
adekuat pada 3 faktor utama yaitu curah jantung, volume darah, tonus vasomotor
perifer. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat
melakukan kompensasi, maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri normal
sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut,
curah jantung menurun dan vasokonstriksi perifer menigkat. Jika hipotensi menetap
dan vasokonstriksi berlanjut, hipoperfusi mengakibatkan asidosis laktat, oliguria dan
ileus. Jika tekanan arteri cukup rendah, terjadi disfungsi otak dan otot jantung.
Salah satu contoh keadaan gawat darurat yang membutuhkan obat-obat life
saving yaitu syok anafilaktik. Syok anafilaktik adalah keadaan hipotensi yang
merupakan bagian dari sindrom klinis reaksi imunologis antibody-mediated bersifat
sistemik. Gejala klisnis timbul setelah kontak dengan antigen dari beberapa detik
sampai beberapa jam dengan manifestasi klinis yang berbeda-beda dalam berat

ringannya, lama serangan maupun perjalanan penyakitnya ( dapat mengenai satu


sistem atau lebih). Tingkat keparahan klinis tergantung pada rute masuknya dan dosis
antigen.
Efek klinis anafilaktik mengenai sistem pernafasan dan sistem sirkulasi. Terjadi
edem hipofaring dan laring, konstruksi bronkus dan bronkiolus, disertai hipersekresi
mukus, dimana semua keadaan ini menyebabkan spasme dan obstruksi jalan nafas
akut. Salah satu mediator terpenting syok anafilaksis adalah histamin, menyebabkan
vasodilatasi arteriol, dan peningkatan permiabilitas vaskuler sehingga terjadi hipotensi.
Hal ini diperberat dengan adanya angioedem yang terjadi di kulit (flushing, urtika,
eritema) dan organ visera. Turunnya perfusi koroner akibat hipotensi ataupun pacuan
reseptor H1 (histamin) pada arteri koroner juga akan menimbulkan spasme arteri dan
depresi myokard dengan gejala angina dan takikardi.
Pada instalasi gawat darurat di RSMS terdapat paketan box yang didalamnya
terdapat obat-obat yang termasuk dalam obat life saving. Paket box tersebut terdapat
pada ruang bedah minor, ruang observasi, dan ruang OK (operasi).
Terapi yang dibutuhkan :
- Pemberian adrenalin/ epinefrin inj 0,3 0,5 ml subkutan atau i.m. Bila efek dari
adrenalin kurang maka berikan difenhidramin hidroklorida, 1mg/kgBB samapai
maksimal 50 mg im atau iv perlahan-lahan. Bila terjadi hipotensi (tek.sistolik < 90
mm Hg), berikan cairan dopamin 400 g(2 ampul) dalam cairan infus glukosa 5%
atau RL Bila terjadi bronkospasme persisten berikan oksigen 4-6 liter/menit. Bila
tidak terjadi hipotensi maka berikan aminofilin dosis 0,5-0,9 mg/kgBB.
2. Preeklamsia/ Eklamsia
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklamsia
adalah preeklamsia yang disertai kejang dan / atau koma yang timbul bukan akibat
kelainan nerologi.
Terapi yang diberikan :
- Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO 4 dalam infus dekstrosa 5%
dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO 4 2 gr intravena dalam
10 menit selanjutnya 2 g/jam dalam drip infus sampai tekanan darah stabil. Syarat
pemberian MgSO4 reflek patela kuat, frekwensi pernafasan > 16 x per menit. Harus
tersedia antidot MgSO4 yaitu calsium glukonas 10% yang dapat diberikan secara
intravena dalam 3 menit. Bila masih tetap kejang berikan amobarbital 3-5mg/kgBB

intravena perlahan, atau fenobarbital 250 mg intramuskular atau diazepam 10 mg


intravena. Dan juga berikan nefidipin oral 3-4 x 10 mg untuk menurunkan tekanan
darah.
3. Pneumonia
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi
akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa
napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas
cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak
usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak
usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak
dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau
(juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah
bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5
tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala
batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi
pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat
pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Keluhan : badan lemas, sudah 4 hari badan gemetaran, keringat dingin keluar banyak,
nafas tidak plong, tidak nafsu makan dan minum
Terapi :
Infus DS
Ceftriaxon inj 2x1
ISDN 2x 5 mg
Aspilet 1x 100 mg
Plavix 1x 75 mg
4. Obs. Kejang post stroke hiperglikemia
Keluhan : sesak sore dan kejang 7x
Stroke adalah penurunan sistem syaraf utama secara tiba-tiba yang berlangsung
selama 24 jam dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah. Serangan iskemia
sementara atau transient ischemic attacks (TIAs) adalah iskemia sistem syarat utama
menurun selama kurang dari 24 jam dan biasanya kurang dari 30 menit.
Terapi :
NaCl 0,9 %
-

Ceftriaxon inj 2x1


Kutoin inj 2x100
Citicolin inj 2x1
Diazepam 10 mg bila kejang
5. CRF
Keluhan : pasien mengalami sesak bertambah , batuk riwayat CRF
Terapi :
- Infus D5%
- Inj furosemide
- Inj ranitidine
- Inj meylon 1 flas
- O2 3L
- Amlodipine 5 mg
6. Observasi Dyspnew
Keluhan : pasien mengalami sesak nafas, riwayat asma, batuk dan lendir sulit keluar,
-

perut kembung
Terapi:
- Infus D5% dan aminopillin 1 ampl
- Rantin inj 1 ampl
- Dexamethason inj 3x1 ampl
- Metyl prednisolon inj 3x 125 mg
7. Observasi ascites oedem poelmoe susp CRF
Sejak lebih dari 3 hari perut membesar, sesak
Terapi:
-

D 5%
Ampicillin 3x1 gr
Impugan 3x2 gr
Ranitidin 2x1

8. Kasus perdarahan hebat pada kecelakaan berat atau pada pasca operasi
Terapi :
- As. Tranexsamat inj
- Crome inj
- Vit K inj
- Vit c inj
9. Pada kasus pasca operasi pasien tidak sadarkan diri
Terapi :
- Atropin sulfas inj
- Prostigmin inj
- Nakoba inj ( bila pasien tidak bangun-bangun )
10. CRF (penurunan kesadaran dg recurent stroke konvulsi post HD)
Keluhan : pasien tidak sadar dan sesak di ruang IGD selesai cuci darah tiba-tiba kejang
dan tidak sadarkan diri, stroke, CRF, HD rutin
TD: 210/150, N=86, R= 30, S=35
Terapi :
O2
NaCl infus
-

Ceftriaxon inj 2x1


Rantin inj 2x1
Brainact (citicolin) inj 2x1
Catapres inj 1mg/NaCl 0,9%.100 cc

Berikut beberapa alasan mengapa obat-obat tersebut di atas dikatakan obat life
saving

Adrenalin / epinefrin inj


Injeksi adrenalin secara intramuskular, dimana zat yang digunakan adalah epinefrin.
Kegunaan dari epinefrin adalah untuk mengembalikan kondisi fisiologis dari gejala
darurat (seperti edema laryngeal, bronkospasme, dan hipotensi), dan dapat juga di
kaitkan dengan reaksi hipersensitivitas seperti anafilaksis dan angioedema. Tetapi
disini yang dibahas adalah efeknya sebagai obat yang dapat mengatasi syok
anafilaktik, yang mana memerlukan terapi sesegara mungkin dibanding kondisi
lainnya.

Diphenhidramin inj
Diphenhidramin HCl termasuk antihistamin golongan etanolamin yang mempunyai
khasiat antara lain dapat berefek sebagai antihistamin yaitu dapat mengatasi reaksi
alergi, berefek sedatif yang dapat menguntungkan bagi pasien yang dirawat di Rumah
Sakit ataupun pasien yang perlu banyak tidur, berefek sebagai antikolinergik dan juga
antiemetik. Disamping itu diphenhidramin HCl dapat mengatasi paralisis agitans,
mengurangi rigiditas dan memperbaiki kelainan pergerakan. Setelah pemberian oral
atau parenteral, diphenhidramin HCl diabsorpsi secara baik. Untuk mengatasi reaksi
alergi, maka diharapkan obat tersebut langsung dapat memberikan efek sehingga rasa
gatal, sakit, bercak merah, dan udem dapat langsung diatasi. Untuk dapat memberikan
efek yang cepat biasanya diphenhidramin HCl diberikan secara parenteral/injeksi.

Injeksi diphenhidramin HCl dapat diberikan secara intravena maupun intramuskular.


HEMOSTATIK (Vitamin K) inj
Hemostasis merupakan proses penghentian pendarahan pada pembuluh darah yang
cedera. Dalam proses ini pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi, trombosis
akan beragregasi membentuk sumbat trombosit. Selanjutnya sumbat trombosit oleh
fibrin yang terbentuk dari proses pembekuaan darah akan memperkuat sumber
trombosis yang telah terbentuk sebelumnya. Hemostatik adalah zat/obat yang
digunakan untuk menghentikan pendarahan.
Pendarahan dapat dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan
pembentukan faktor-faktor pembekuan darah misalnya vitamin K. pada penderita

defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan bisintesis beberapa


faktor pembekuan darah yaitu protombin. Vitamin K diabsorbsi dengan mudah estela
penyuntikan i.m. Bila terdapat gangguan absorbsi vitamin K akan terjadi
hipoprotrobinemia setelah beberapa minggu, sebab persediaan vitamin K dalam tubuh

hanya sedikit.
Dopamin inj
Digunakan untuk pasien yang mengalami ketidakseimbangan hemodinamik pada

sindrom syok karena infark jantung.


Metil Prednisolon inj
Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala
inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik dan alergen. Gejala ini umumnya
berupa : kemerahan, rasa sakit dan panas, serta pembengkakan di daerah radang.
Secara mikroskopik obat ini kecuali menghambat fenomena inflamasi dini udem,
deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktifitas fagositis
juga dapat mengambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut (proliferasi kapiler dan
fibriblast, pengumpulan kalogen dan pembentukan sikatriks).
Penggunaan klinik kortikosteroid sebagai antiinflamasi merupakan terapi paliatif,
dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada hanya gejalanya yang dihambat.
Sebenarnya hal inilah yang menyebabkan obat ini dapat digunakan untuk berbagai
penyakit, bahkan sering disebut life saving drug, tetapi juga mungkin menimbulkan
reaksi yang tidak diinginkan. Karena gejala antiinflamsi ini sering digunakan sebagai
dasar evaluasi terapi inflamasi, maka pada penggunaan glukokortikoid kadang-kadang
terjadi masking effect, dari luar nampaknya penyakit sudah sembuh tetapi infeksi

didalam masih terus menjalar.


Stesolid rectal dan injeksi
Diazepam merupakan obat golongan anastesi umum yang digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Diazepam dibuat dalam bentuk
sediaan injeksi yang ditujukan dalam keadaan darurat karena dapat mencapai efek

yang cepat.
MgSO4
Pengobatan dilakukan salah satunya dengan pemberian MgSO4 untuk mencegah atau
menghentikan kejang (seizure) yang terjadi pada preeklamsia dan eklamsia. Pada
kasus preeklampsia berat dan eklampsia, preparat magnesium sulfat yang diberikan
secara parenteral merupakan antikonvulsan yang paling berkhasiat. Magnesium sulfat

dapat diberikan intramuskuler secara intermiten atau intravena melalui infus.


Penyimpanan

Obat-obat life saving disimpan sesuai dengan stabilitasnya. Kebanyakan di simpan pada
suhu max 25 C. Namun ada beberapa obat live saving yang disimpan di suhu 8 C,
contohnya pospargin dan crome yang berfungsi mencegah atau menghentikan pendarahan
hebat.
Penyediaan Obat
Penyediaan obat-obat life saving menggunakan metode konsumsi dan epidemiologi,
sehingga diharapkan obat-obat tersebut akan selalu ada dan tidak kosong.
Untuk distribusi obat obat life saving menggunakan sistem floor stock dan juga semi
UDD. Dengan adanyasistem distribusi tersebut diharapkan distribusi obat ke pasien akan
lebih cepat dan optimal.
III. Kesimpulan
Obat life saving merupakan obat yang mempunyai fungsi menyelamatkan hidup pasien
dan pemberiaannya harus segera karena bila terlambat sedikit saja maka dapat
menyebabkan kematian sehingga harus selalu tersedia terutama di SF IGD

Anda mungkin juga menyukai