Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Tn. Z masuk ke ICU pada tanggal 30 Oktober 2019 di RSUD Ungaran karena
impending gagal nafas, dan pasien mengalami penurunan kesadaran. Pasien masuk IGD
dengan keluhan sesak nafas sejak 2 jam SMRS, pasien mengalami penurunan kesadaran.
Pengkajian awal suara nafas gurgling, terdengar ronchi pada seluruh lapang paru, GCS
E2M4V2, KU sedang, besar pupil 2/2 mm, reflek cahaya +/+, Suhu= 38.7°C TD= 130/80
mmHg, HR= 123 x/menit, RR = 27 x/menit, SpO2 sebelum terapi 18%. Keluarga
menyangkal pasien memiliki riwayat hipertensi dan tidak tahu adakah obat yang diminum
secara rutin oleh pasien. Sebelum transfer ke ICU, di IGD pasien dipasang ETT No. 7,
Besar Mulut 20 cm, dan pernapasan pasien dibantu melalui ambubag. Pada pukul 02.10
WIB pasien tiba di ICU dengan GCS E3M5VET, pola napas dypsneu. Pasien secepatnya
dipasang Ventilator Mode P SIMV, FiO2 80%, PEEP +3, PC (Pressure Control) 15, RR =
10 dengan PS (Pressure Support) 12, RR= 27 x/menit. Pasien mendapatkan terapi di IGD;
infus RL 8 tpm, oksigen nasal canul 10 lpm, injeksi omeprazole 40mg, injeksi furosemide
20mg, injeksi ceftriaxone 2gr, nebul ventolin 2.5mg & flixotide 0.5mg, terpasang DC dan
NGT.
Pengkajian yang perlu dilakukan untuk menunjang mengenai diagnosa ini
adalah pemeriksaan laboratorium, foto toraks, dan EKG. Oedem paru ini merupakan salah
satu penyakit kegawatan medis yang segera dibutuhkan penanganan secepat mungkin.
Penatalaksanaan utama dalam penyakit ini yaitu dengan pengobatan yang suportif untuk
mempertahankan fungsi paru, sedangkan untuk penyebab utama harus diselidikan dan
diobati sesegera mungkin. Prinsip penatalaksanaan pada penyakit ini yaitu pemberian
oksigen yang adekuat, restriksi cairan dan mempertahankan fungsi kardiovaskuler. Dari
hasil pengkajian didapatkan Tn.Z retraksi dada +, auskultasi pada paru didapatkan
ronchi, pola napas klien dypsneu, SpO2 88%, RR 27x/menit, Terpasang ETT dan terdapat
sekret diselang ET serta terdengar suara gurgling, terpasang NGT, terpasang DC kateter.
Hasil Laboratorium darah rutin Lekosit (high) 19,60 103/uL gambaran foto toraks yaitu
edema pulmo alveolar, analisa gas darah pH (low) 7,365 mmHg, pCO2 (high) 47,5
mmHg, P/F ratio <300, AaDO2 (high) 209,9 mmHg. Sehingga untuk menegakkan
diagnosa utama pada kasus ini yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas, gangguan
pertukaran gas dan hipertermi.
Gangguan pertukaran gas karena terdapat bunyi tambahan di paru yaitu
ronkhi, gambaran foto toraks yaitu edema pulmo alveolar. Hasil interpertasi AGD
disebutkan asidosis respiratorik terkompensasi sebagian dengan P/F ratio <300 yaitu 247
yang menandakan pasien mengalami acute lung infarction (ALI) dan AaDO2 tinggi yaitu
209,9 yang menandakan ketidakmampuan pertukaran oksigen dan karbondioksida pada
alveoli sehingga terjadi penimpukan oksigen pada pembuluh arteri. Tindakan yang
dilakukan memberian oksigenasi melalui ventilator mode Pressure Sim V dengan FiO2
80%, PEEP +3, PC 15, PS 12, dan RR 10. Memonitor kesadaran pasien, memonitor status
pernafasan, monitor ttv, memonitor suara paru dan kolaborasi terapi farmakologi dengan
pemberian injeksi terapi furosemid 20mg/12jam. Pemberian FiO2 terus diturunkan
sebanyak 10% setiap 3 jam saat dinilai pasien mampu bernapas dengan lebih baik dan
nilai RR serta SPO2 semakin membaik. Penurunan pemberian FiO2 dimaksudkan sebagai
proses wheening sebelum ekstubasi. Evaluasi setelah dilakuakan intervensi di dapatkan
hasil Tn. Z dapat bernapas secara spontan sehingga pada pukul 18.00 dilakukan ekstubasi
yang kemudian diganti dengan pemberian oksigen melalui nasal canul 3Lpm. Status
pernapasan pasien sudah paten namun masalah keperawatan gangguan pertukaran gas
belum teratasi sehingga dilakuan intervensi lebih lanjut.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas ditegakkan karena pada pengkajian
terdengar suara gurgling pada selang ETT dan pada jalan napas pasien. Produksi sekret
yang berlebih pada jalan napas dapat menyebabkan penyumbatan pada lumen selang
ETT sehingga menyebabkan pasien kritis mengalami masalah pada respirasinya. Pasien
mengalami penurunan kesadaran sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
pembuangan sekret dengan cara suction untuk membersihkan jalan napas. Setelah
dilakukan suction terdapat secret 100cc dan berwarna merah gelap. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan berupa suction suara gurgling berkurang namun belum hilang.
Masalah keperawatan bersihan jalan nafas belum teratasi, pada tanggal 31 klien di pindah
ke ruang rawat inap.
Masalah keperawatan hipertermi muncul dari hasil pengkajian didapatkan
hasil suhu 38,7⁰C, hasil lekosit didapatkan High 19,60 103/uL. Akral teraba hangat.
Hipertermi ditegakkan berhubungan dengan proses infeksi oedem pada paru dan
pemasangan selang ETT. Intervensi keperawatan hipertemi yang dilakukan pada Tn. Z
adalah memberikan kompres air hanga. Selain itu dilakukan intervensi kolaborasi
farmakologi pemberian paracetamol 100ml untuk menurunkan suhu tubuh, injeksi
cefriaxon 2gr/24jam sebagai antibiotik untuk meminimalkan risiko infeksi, serta
melakuakan pemeriksaan penunjang yaitu darah rutin sebagai monitoring infeksi dari
nilai leukosit. Dari jurnal “Efektifitas Kompres Hangat untuk Menurunkan Suhu Tubuh
pada Anak dengan Hipertemi” menyembutkan bahwa kompres air hangat mampu
menurunkan suhu tubuh. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah keperawatan
hipertermi pada Tn. Z belum teratasi karena suhu tubuh belum normal dan stabil, pada
tanggal 31 klien di pindah ke ruang rawat inap. Perlu dilakukan intervensi lanjutan di
ruang rawat inap.

Anda mungkin juga menyukai