Anda di halaman 1dari 6

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 4 NOMOR 1, NOVEMBER 2016

LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN KEJADIAN OCULOCARDIAC REFLEX


PADA TRAUMA TEMBUS MATA YANG DILAKUKAN GA
INTUBASI ENDOTRACHEAL

Akhmad Yun Jufan, Pandit Sarosa, Andhika Marthsyal Pratama*


Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
*Peserta PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM / RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Operasi pada mata memerlukan beberapa perhatian yang unik bagi anesthesiologist termasuk didalamnya
pengaturan tekanan intraokuler, pencegahan terjadinya reflek okulokardiak, bagaimana penatalaksanaan
terjadinya reflek tersebut, kontrol terhadap penyebaran gas didalam bola mata dan efek sistemik dari
penggunaan obat-obat pada mata. Laporan kasus berikut membahas tatalaksana anestesi pada trauma
mata dimana pasien sempat mengalami reflek okulokardiak pada saat operasi.

Kata Kunci : Anestesi, Mata, Okulokardiak, reflek

ABSTRACT
Eye surgery requires attention from anesthesiologist including intraocular pressure regulation, prevention of
oculocardiac reflexes, how to manage of the occurrence of reflexes, control of gas spreading in the eyeballs
and the systemic effects of eye drug. The following case reports discussed the management of anesthesia in
eye trauma in which the patient had an oculocardiac reflex during surgery.

Keywords : Anesthesia, Eye, Oculocardiac, reflex

A. PENDAHULUAN akhir dari semua kasus. Seleksi pasien, evaluasi


Operasi pada mata memerlukan beberapa preoperatif, preparasi, monitoring, sedasi dan teknik
perhatian yang unik bagi anesthesiologist termasuk anestesi lokal adalah penting. Pemahaman tentang
didalamnya pengaturan tekanan intraokuler, anatomi mata, efek agen anestesi terhadap tekanan
pencegahan terjadinya reflek okulokardiak, intra okuler (TIO) dan fisiologi mata adalah penting
bagaimana penatalaksanaan terjadinya reflek dalam pengambilan keputusan tatalaksana seperti
tersebut, kontrol terhadap penyebaran gas didalam pada trauma bola mata2 .
bola mata dan efek sistemik dari penggunaan obat- Dengan semakin berkembangnya teknik
obat pada mata 1. anestesi dan tersedianya obat-obat anestesi yang
Manajemen anestesi dapat mempengaruhi relatif lebih aman, maka seorang ahli anestesi dapat
berhasil tidaknya operasi pada mata. Suatu melakukan tindakan atau prosedur anestesi yang
penelitian analisis tertutup oleh Gild et al, tepat dan aman sehingga kondisi pasien optimal
mendapatkan bahwa 30% trauma pada mata untuk dilakukan pembedahan tertentu, dan
dikatakan ada hubungannya dengan anestesi yang pasca operasi akan tercapai kondisi seperti yang
kurang dalam, dimana kebutaan merupakan hasil diharapkan3.

57
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 1, November 2016

B. LAPORAN KASUS modified RSI dengan Fentanyl 150 mcg, Propofol 100
Seorang laki-laki usia 37 tahun,berat badan 50 mg dan Rocuronium 50 mg. Setelah onset tercapai
kg, datang ke IGD RSM Dr. YAP, dengan diagnosis dilakukan laringoskopi dengan blade macintosh no.
trauma tembus okuli dextra ec patahan serpihan 3 disertai tekanan luar laring. Kemudian dipasang
besi gerinda. Dilakukan tindakan operasi evakuasi ETT no. 7,5 cuffed dengan kedalaman 20 cm. Fiksasi
corpus alienum. Penderita masuk rumah sakit dengan dipinggir bibir. Kemudian dinyalakan agen inhalasi
kondisi mata kanan mengalami perdarahan aktif sevoflurane disertai O2 dan N2O untuk maintenance
dengan ditutup perban. Pasien menyangkal adanya durante operasi. Selama proses berlangsung, tanda
riwayat penyakit terdahulu, seperti asthma, alergi, vital tetap di monitor. Tidak ada gejolak hemodinamik
kencing manis, maupun tekanan darah tinggi. Tidak saat intubasi.
ada riwayat perawatan ataupun operasi sebelumnya. Setelah operasi berjalan 40 menit mulai terlihat
Aktifitas sebagai kuli bangunan dan tidak ada keluhan tanda OCR. Kejadian diawali dengan dilakukannya
sakit selama ini. Dari hasil pemeriksanaan fisik pasien manipulasi ke intra okuli untuk mengambil serpihan
tampak sadar penuh, tekanan darah 130/70 mmHg, besi dengan menggunakan magnet. Terlihat tarikan
Nadi 88 x/menit , laju napas 16x/menit dan pasien pada bola mata, hal ini diakibatkan serpihan besi yg
tidak demam. Pemeriksaan lainnya dalam batas terletak cukup dalam dan ada beberapa potong. Saat
normal. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam terjadi bradikardi segera diminta kepada operator
batas normal. Dan hasil pemeriksaan radiologis untuk menghentikan manipulasi. Sambil melihat
menunjukkan cor dan pulmo dalam batas normal. apakah bradikardi sudah mulai berkurang, kita tetap
Perlakuan teknik general anestesia (GA) menjaga kedalaman anestesi dan mempertahankan
intubasi dengan modified RSI pada pasien ini telah ventilasi yg adekuat. Lalu disiapkan atropine dosis
dipertimbangkan keuntungannya terutama pada 0,01 mg/kg BB dengan total dosis pasien ini 0,5 mg
pasien trauma dengan status lambung penuh. Teknik (2 ampul). Saat bradikardi masih terjadi diberikan
ini relatif mudah dilakukan dan memang merupakan atropin dosis 0,5 mg. Nadi mulai naik dan operator
indikasi pada pasien operasi mata dengan manipulasi pun dipersilahkan melanjutkan tindakan. Kejadian
yang cukup kuat pada bola mata. yang sama berulang pada menit ke 70 saat potongan
Pada laporan kasus diatas, telah dilakukan tehnik terbesar agak tertahan didalam sehingga dilakukan
GA intubasi dengan modified RSI menggunakan bantuan dengan penekanan bagian luar bola mata,
Fentanyl 150 mcg, Propofol 100 mg dan Rocuronium dengan perdarahan yg cukup banyak. Kemudian
50 mg dengan O2 100% melalui face mask, tanpa operator diminta menghentikan manipulasi dan
tekanan positif mengingat pasien dalam kondisi dilakukan tindakan serupa pada kejadian sebelumnya.
lambung penuh. Diluar kejadian diatas, durante operasi
hemodinamik cenderung stabil dengan tensi
Tehnik Anestesi berkisar Sistolik 120-140 mmHg/ Diastolik 70-90
Setelah penderita di bawa ke ruang induksi, mmHg dengan laju nadi berkisar 84x/ menit dan
dilakukan pemasangan kateter intravena dengan paska operasi perdarahan yang didapat berkisar 200
menggunakan jarum No. 18 G dengan menggunakan ml, produksi urin 100 ml. Cairan yang masuk peri
cairan kristaloid maintenance RL. Dilakukan operatif adalah 1500 ml kristaloid.
pengecekan tanda vital, kemudian, di ruang operasi
dilakukan prosedur GA intubasi. Pasien diposisikan Post Operasi
supine, kepala berada diujung meja operasi Pasien dirawat selama 3 hari di bangsal
diposisikan senyaman mungkin. Preoksigenasi perawatan. Tidak ditemukan keluhan yg menetap.
dengan O2 100% dengan face mask ditempelkan Keluhan nyeri pada daerah operasi sudah jauh
diwajah pasien. Dilakukan induksi dengan teknik berkurang dengan pemberian analgesik Ketorolac.

58
Penatalaksanaan Kejadian Oculocardiac Reflex pada ...

C. PEMBAHASAN ofthalmik dari nervus trigeminus (n V), menuju nuclei


Seleksi pasien, preop visit, evaluasi perioperatif, medbrain (1,2,3), lintasan afferen ini akan berakhir
persiapan operasi, monitoring durasi operasi yang pada inti sensoris n. trigeminus di dasar ventrikel
ketat sangat penting. Ada dua hal penting yang IV. Kemudian impuls berjalan melalui jalur kecil
perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembiusan sinapsis didalam jaringan retikuler menuju nukleus
oleh ahli anestesi pada operasi daerah mata motor visceral n. vagus. Impuls efferen berasal dari
yaitu tekanan intra okuler (TIO) dan reflek okulo nukleus n. Vagus (N X) dan berjalan melalui n. vagus
kardiak (OCR). Keberhasilan operasi intra okuler mencapai jantung melalui n vagus cardiac depressor
tergantung dari kestabilan TIO. Pada anestesi yang dan nodus sinoaurikuler jantung yang menyebabkan
tidak adekuat dapat menimbulkan reflek-reflek inotropik negatif dan berefek konduksi2,5.
yang dapat membahayakan pasien bedah mata. Bradikardi merupakan manifestasi yang paling
Gejala peningkatan reflek ini dapat memberikan sering terjadi dari OCR, dan akan normal umumnya
perubahan fungsi organ jantung, sistem respirasi dalam 20 detik setelah manipulasi dihentikan. Pada
dan gastrointestinal4. OCR aritmia yang terjadi biasanya junctional rhytm
Reflek okulokardiak merupakan reflek dan henti sinus dengan nodal escape yang diikuti
trigeminovagal dengan manifestasi arritmia oleh denyut ventrikuler ektopik. Dilaporkan kejadian
jantung yang dapat berupa bradikardia, denyut cardiac arrest pada OCR terjadi 1 cardiac arrest dalam
ektopik, ventrikuler takhikardia atau asistole yang 2200 operasi strabismus dengan general anestesi4,6..
dapat menjadi berbahaya bila tidak diantisipasi Pada operasi-operasi mata maupun non mata
dan ditangani dengan segera. Insidensi OCR paling harus hati-hati memanipulasi bola mata karena
sering terjadi pada operasi strabismus pada anak- dapat timbul reflek yang dinamakan reflek okulo
anak juga pada operasi retina dan operasi non mata kardiak (OCR). Reflek ini dapat timbul akibat
yang mengakibatkan penekanan atau tarikan pada penekanan pada bola mata, tarikan pada otot
bola mata5. ekstra okuler terutama m. rektus medialis, hematom
Pada laporan kasus ini akan membahas secara orbita, tarikan bulu mata, trauma okuli atau nyeri
singkat tentang anatomi mata, patofisiologi pada mata bisa juga terjadi pada orbita yang sudah
okulo kardiak reflek (OCR), faktor-faktor yang dienukleasi4,6.
mempengaruhi, cara untuk mencegah serta Kekuatan dan tipe stimulus menentukan insiden
penatalaksanaan bila terjadi OCR . OCR, makin akut onset dan kuat serta bertahannya
traksi, OCR lebih mungkin muncul. M rectus medialis
Okulokardiak reflek (OCR) dianggap paling sensitif terhadap kejadian OCR,
Reflek okulo kardiak (OCR) pertama dilaporkan karena letaknya yang kurang dapat diakses sehingga
oleh Aschner dan Dagnini pada tahun 1908. sehingga membutuhkan manipulasi lebih banyak2.
sering juga disebut dengan istilah reflek Aschner. Reflek okulo kardiak paling sering terjadi pada
Disebut juga reflek trigeminovagal. Manifestasi khas operasi strabismus, tetapi dapat juga terjadi pada
reflek ini berupa bradikardia, denyut ektopik, ritme operasi retina pada waktu penyuntikan untuk
nodal, AV blok, asistole bahkan sampai cardiac arrest4. blok retrobulber dan operasi non mata bila ada
Reflek okulo kardiak (OCR) atau reflek Aschner manipulasi atau penekanan bola mata. Insiden
merupakan reflek trigeminovagal. Lintasan reflek okolukardiak yang dilaporkan bervariasi
aferen dari reflek okulokardiak melalui nervus sekitar 32 – 90% . Walaupun berbagai rangsangan
siliaris pendek dan nervus siliaris panjang, yang pada mata dapat menimbulkan reflek okulokardiak
berjalan menuju ganglion siliaris dibelakang orbita, tetapi tarikan pada otot ekstraokuler merupakan
kemudian menuju ganglion gasseri sepanjang divisi penyebab yang paling sering7.

59
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 1, November 2016

Gambar 4. Reflek okulo kardiak (OCR)

Pada sebuah penelitian yang dilakukan dengan judul “serangan jantung yang fatal terjadi
Grover et al dengan membandingkan pasien yang setelah manipulasi awal dari dua otot ekstraokular.”
dilakukan operasi retina yang dilakukan dengan Kematian lainnya dilaporkan oleh Bietti, pada tahun
general anesthesia dan peribulber blok, didapatkan 1966, dengan “kasus serangan jantung ireversibel
kejadian OCR pada general anestesi lebih tinggi dalam anestesi umum pada anak laki-laki delapan
63,3 % sedang dengan peribulber blok 14,4%. Pada tahun (dioperasi untuk reseksi musculus rektus
penelitian dilakukan tarikan pada otot-otot ekstra medial)”8.
okuler dan diteliti perubahan denyut nadi yang Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
terjadi hasilnya perubahan denyut nadi paling besar terjadinya reflek okulo kardiak adalah :
terjadi pada tarikan otot rectus inferior7. 1. Kecemasan preoperatif,
Seperti yang dilaporkan oleh Arndt dan Burs 2. Hiperkarbi,
menggambarkan bradikardia yang terjadi selama 3. Hipoksia,
irigasi mata dingin di bawah anestesi umum, 4. Manipulasi bola mata,
dengan laporan kasus yang berjudul “kematian 5. Anestesia yang kurang dalam.
akibat refleks okulo kardiak”. Lang mampu 6. Peningkatan tonus vagal. Pada pasien tua
mengutip referensi dari satu kematian dikaitkan dimana terjadi penurunan tonus dilaporkan
dengan refleks okulo kardiak oleh Sorenson dan insidensi terjadinya OCR berkurang
Gilmore. Didapatkan juga tambahan referensi dibanding pasien muda.
dari dua kematian lebih disebabkan refleks ini. 7. Kekuatan dan tipe stimulus. Stimulus yang
Pada tahun 1957 Kirsch et al. melaporkan kematian lebih cepat, lebih kuat dan berlangsung terus
pasien selama operasi ablasi retina, di antaranya menerus meningkatkan insidensi OCR9,6.

60
Penatalaksanaan Kejadian Oculocardiac Reflex pada ...

Pencegahan Reflek Okulokardiak dosis 7,5 mcg/kg BB intravena sama efektif dapat
Penggunaan premedikasi dengan aropin mencegah OCR jika diberikan 5 menit sebelum
subkutan atau intramuskuler tidak direkomendasikan induksi. Obat pelumpuh otot yang dapat digunakan
dan dikatakan tidak bermanfaat dalam menurunkan yaitu yang mempunyai aksi vagolitik seperti
kejadian OCR. Pada dosis konvensional dari atropin, pankuronium atau galamin sehingga turut mencegah
reflek okulo kardiak masih sering terjadi, bahkan timbulnya OCR. Atracurium atau vecuronium dapat
insidensinya mencapai 90% pada penderita juga digunakan karena obat ini mempunyai sedikit
yang tidak mendapatkan antikolinergik sebagai efek pada sistim kardiovaskuler.
premedikasi dan 70% pada penderita yang Pada pasien yang menderita penyakit jantung
mendapatkan atropin atau glikopirolat secara koroner tidak direkomendasikan pemberian
intramuskuler. Dosis besar dari atropin (1 – 2 mcg) profilaksis antikholinergik, pengawasan yang ketat
dapat mencegah timbulnya sinus arrest selama hemodinamik, jangan sampai terjadi hiperkarbi,
anestesi pada operasi strabismus10. (Joshua, 2009). hipoxia dan anesthesi harus dalam dan mendeteksi
Penggunaan atropin secara intravena masih terjadinya reflek okulokardiak secara awal sehingga
kontroversi. Atropin dapat menimbulkan irama dapat dengan segera operator menghentikan
bigemini dan meningkatkan denyut ektopik, manipulasi pada bola mata. Glikopirolat intravena
terutama bila digunakan halothan sebagai zat lebih dianjurkan untuk digunakan. Pada pasien
anestesi utama6. muda propilaksis dengan atropin untuk mencegah
Hipoventilasi dan peningkatan PaCO2 secara terjadinya OCR lebih efektif dan aman11.
bermakna akan meningkatkan insidensi bradikardi Penatalaksanaan Reflek Okulokardiak
selama operasi strabismus. Dengan melakukan Penatalaksanaan OCR dilakukan segera setelah
ventilasi kontrol untuk memelihara keadaan diketahui timbul tanda-tanda terjadinya reflek
normokarbi akan mengurangi insiden dan beratnya okulokardiak adalah:
reflek okulo kardiak6. 1. Penghentian manipulasi oleh operator
Faktor yang harus dikendalikan pada waktu pada mata sampai denyut nadi kembali
operasi adalah yang kemungkinan dapat m e n i n g k a t .O p e r a t o r s e c e p a t n y a
merangsang timbulnya reflek okulo kardiak (OCR) melepaskan tarikan pada jaringan yang
seperti kecemasan preoperatif, hipoxia, hipercarbia mencetuskan reflek.
dan anestesi yang kurang dalam. Blok retrobulber, 2. Pastikan ventilasi yang adekuat, oksigenasi
peribulber atau pemberian lidokain atau bupivacain dan kedalaman anestesi.
di sekitar otot ekstraokuler serta manipulasi otot – 3. Pemberian atropin 10 mcg/kg BB intravena
otot mata secara hati-hati akan mengurangi impuls atau glikopirolat dengan dosis 7,5 mcg/kg
efferen reflek okulokardiak9,10. BB intravena , jika denyut nadi masih belum
Premedikasi dengan antikholinergik sering meningkat setelah manipulasi dihentikan.
menolong dalam mencegah OCR. Atropin 4. Blok retrobulber dengan lidokain jika
dan glikopirolat intravena segera sebelum disritmia menetap.
pembedahan lebih efektif daripada pemberian 5. Obat anti aritmia jantung seperti lidokain
secara intramuskuler. Glikopirolat lebih sedikit untuk ventricular ektopik yang menetap1.
menimbulkan takhikardia daripada atropin.
Pemberian antikholinergik dapat membahayakan Segera setelah terjadinya OCR adalah
pada pasien tua yang sering mempunyai menghentikan stimulasi atau manipulasi yang
penyakit arteri koroner. Anesthesia yang dalam dilakukan operator sebelum aritmia berkembang
dan retrobulber blok lebih berguna, tetapi blok secara progesif menjadi sinus arrest. Bila aritmia
retrobulber sendiri dapat menyebabkan OCR1. menetap atau berkembang lebih lanjut berikan
Selain atropin dengan dosis 15 mcg/kg BB atropin 10 - 15 mcg/kg BB intravena dapat diulang
intravena dapat juga diberikan glikopirolat dengan bila diperlukan dan infiltrasi lidokain 2% pada otot

61
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 4 Nomor 1, November 2016

ekstraokuler. Bila disritmia masih menetap dapat 2. Donlon, JV, 2000, Anesthesia for Eye, Ear, Nose
dilakukan infiltrasi pada otot ekstraokuler dengan and Throat SurgeryMiller. Anesthesia, 5th, Vol.
cara blok retrobulber dan peribulber6. 2, p: 2527-2550.
3. Goldrich KE, 2006, Eye, Ear, Nose and Throat
D. KESIMPULAN Disease. Anesthesia and Uncommon Disease.
1. Anestesi pada pembedahan mata merupakan 5th ed., Saunders Elsevier; Philadelphia, p: 1-27.
tantangan ahli anestesi karena berperan pada 4. James C. Tsai, MD, James W. Heitz, MD, Edward
berhasilnya operasi mata, ada dua hal yang H. Bedrossian Jr., MD FACS. Oculocardiac Reflex
perlu diperhatikan pada operasi mata yaitu Elicited During Debridement of an Empty Orbit.
tekanan intra okuler (TIO) dan reflek okulo Thomas Jefferson University. 2010.
kardiak (OCR). 5. Charles J. Coté, Jerrold Lerman, I. David Todres.
2. Pemahaman mengenai anatomi bola mata, A Practice of Anesthesia for Infants and Children.
patofisiologi dan tanda-tanda OCR sangat 4th Edition. Saunders. 2009. p: 323-325
diperlukan sebelum melakukan anestesi pada 6. Miller,R, M.D. Anesthesia for Eye Surgery.
operasi mata. Miller’s Anesthesia, 6th ed. Churchill
3. Pemahaman mengenai pencegahan, pengenalan Livingstone. Elsevier. 2005.
dini terjadi OCR dan pengobatan OCR sangat 7. Syed MG, Muhammad J, Farhat A, Roomana
diperlukan untuk mencegah terjadinya OCR J. Oculocardiac Reflex. Department of
yang dapat berakibat terjadinya cardiac arrest. Anaesthesiology, Ayub Medical College,
4. Ventilasi kendali, anestesi yang dalam, Abbottabad . J Ayub Med Coll Abbottabad
pemberian antikolinergik, mencegah hipoksia, 2005;17(4)
hiperkapnea, hiperkarbi dan kecemasan adalah 8. Brian S. Department of Anesthesiology. The
cara-cara preventif untuk mencegah OCR. University of Texas Health Science Center at
5. Penatalaksanaan OCR dapat dilakukan dengan San Antonio. Canadian Journal of Anesthesia.
beberapa cara, antara lain : penghentian 2000. P:760.
manipulasi pada bola mata, ventilasi yang 9. Ezekiel. MR. Handbook of Anesthesiology.
adekuat, anestesi yang dalam, pemberian Clinical Strategy Publishing. 2002. p: 171 – 172
antikolinergik, infiltrasi analgesik otot ekstra 10. Joshua HA. Anesthesia for Otorhynolaryngology
okuler, dan pemberian obat anti-aritmia and Ophtalmology. Pocket Anesthesia 4th ed.
Lippinco tt WiIliam s &Wilkins. Philadelphia.
Daftar Pustaka 2009. p: 235
1. Morgan, GE, Mikhail, ME. Anesthesia for 11. Barash PG, et all. Anesthesia for Ophthalmologic
Ophtalmic Surgery. Clinical Anesthesiology, Surgery. Clinical Anesthesia, 6th Edition. 2009.
4th ed, Lange Medical Book, 2007. p: 826-835. Lippincott Williams & Wilkins.

62

Anda mungkin juga menyukai