Anda di halaman 1dari 25

EPIDURAL ANESTHESIA FOR

BILATERAL HERNIORRHAPHY (> 3


HOURS)

CBD (PRESKAS) DISUSUN OLEH:


Kevin Lee - 01073190065

DIUJI OLEH:
dr. Monika Widiastuti, Sp.An
HERNIORRHAPHY
Adalah salah satu metode operasi perbaikan hernia yang terdiri dari gabungan prosedur
herniotomy dan rekonstruksi dinding abdominal yang melemah. Herniorrhaphy adalah
prosedur yang paling sering dilakukan untuk memperbaiki hernia inguinal.
Bilateral herniorrhaphy artinya dilakukan herniorrhaphy pada kedua sisi tubuh pasien.
Beberapa teknik inguinal herniorrhaphy:
• Mesh repair of posterior wall/hernioplasty (Tension free method): Teknik Lichtenstein
• Suturing co-joint tendon (Tension method):
• Teknik Bassini (3 layers)
• Teknik Shouldice (modifikasi Teknik Bassini)

•Laparoscopy herniorrhaphy
EPIDURAL ANESTHESIA
•Adalah salah satu dari teknik neuraxial block, dimana obat anestesi disuntikan pada
epidural space di spinal.
•Karena obat anestesi ditempatkan pada epidural space, obat memerlukan proses
difusi untuk mencapai spinal cord dan saraf-saraf disekitarnya.
•Berbeda dengan spinal block. Pada spinal block, obat anestesi disuntikan pada
subarachnoid space, sehingga spinal block dapat disebut sebagai subarachnoid
block.
Kemudian yang membedakan teknik epidural block
dengan subarachnoid block adalah adanya pemasangan
kateter pada epidural space. Anesthesiologist dapat
menambahkan obat anestesi melalui kateter jika efek
analgetik kurang sesuai atau memudar.

Oleh sebab itu epidural block sangat cocok untuk operasi


yang berdurasi panjang.

Epidural block pada dasarnya dapat dilakukan pada


semua level vertebra column, sedangkan subarachnoid
block harus dilakukan di bawah level L1-L2 untuk
mencegah terjadinya spinal cord injury.
KELEBIHAN
1. Titration (volume dependent, not gravity dependent), obat masuk secara
perlahan sehingga menurunkan resiko terjadinya hipotensi.
2. Dosis dapat ditingkatkan seiring berjalannya operasi (for longer duration
operation).
3. Epidural block sangat berguna pada kondisi seperti:
• Terjadi hal-hal yang tidak terduga saat operasi berlangsung yang memperpanjang durasi operasi
• Prolonged postoperative analgesia dengan menggunakan kateter yang digunakan saat operasi
• Obstetric analgesia and anesthesia
• Chronic pain control
KEKURANGAN
1. Dural Puncture: 1/200 – 1/500 probabilitas dapat terjadi pada anesthesiologist
ahli. Jika lapisan dural tidak sengaja tertusuk, 50– 85% pasien akan mengalami
Post Dural Puncture Headache (PDPH).
2. Karena obat anestesi memerlukan proses difusi untuk mencapai spinal cord untuk
bekerja, maka onset of action akan lebih lambat dari subarachnoid block.
3. Efek anti nyeri tidak sehebat subarachnoid block.
CASE REPORT
Seorang pasien laki-laki berumur 43
tahun akan direncanakan menjalankan
prosedur bilateral inguinal herniorrhaphy.

Pasien didiagnosa Eisenmenger’s


syndrome sejak umur 16 tahun. Pasien
memiliki VSD derajat berat. Pasien
memiliki riwayat penyakit polycythaemia
sekunder, pneumonia, dan gagal jantung
kanan.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan


clubbing finger dan peningkatan JVP,
peripheral edema (-). TD: 160/90 mmHg,
HR 84x/m, reguler dengan extrasystole.
Pada auskultasi jantung ditemukan
pulmonary ejection systolic murmur dan
early diastolic murmur pada tepi sternum
kiri. Pada EKG terdapat sinus rhythm
dengan RBBB. Pada X-Ray ditemukan
pembengkakkan jantung dengan
perbesaran arteri pulmonal proksimal dan
conus pulmonal.
1 jam sebelum operasi pasien diberikan
antibiotic profilaksis dan subcutaneous
heparin. Pasien juga diberikan
papaveretum 10 mg dengan hyoscine 0.2
mg IM.

Pada ruang anestesi, pasien diperiksa


tekanan darahnya setiap 3 menit,
dipasangkan monitor tekanan darah,
EKG, dan pulse oximeter. Hasil
pemeriksaan menunjukan pasien
memiliki TD 135/70 mmHg, HR 80x/m
reguler, SpO2 85% on room air. Setelah
diberikan suplemen oksigen sebanyak 6
LPM dengan medium concentration
mask, SpO2 meningkat menjadi 93%.
Kemudian pasien diberikan RL secara
perlahan dengan IV canulla ukuran besar
dan prosedur epidural block dilakukan
dengan posisi left lateral pada L2 - L3.

Kateter 18G ditempatkan 3 cm ke dalam


epidural space dan diberikan dosis uji 3
ml 1,5% lignocain polos diikuti 5 menit
kemudian dengan 14 ml plain
bupivacaine 0,5% sementara pasien tetap
dalam posisi left lateral. Hal ini dilakukan
karena hernia di kiri jauh lebih besar
dibandingkan yang kanan, dan itu
dimaksudkan untuk memperbaiki sisi
sebelah kanan hanya jika tidak terdapat
komplikasi.

15 menit setelah dosis uji, blok sensorik


ke T10 di kiri dan L3 di sisi kanan
dicatat; pasien ditempatkan terlentang
dan diberikan 0,5 ml bupivacaine 0,5%.
Pasien juga dibius dengan 10 mg
Diazemuls IV.
Di menit ke-30 blok sensorik bilateral
pada T8 tercatat dan pasien siap untuk Kesimpulan dari Peneliti
dioperasi. Tekanan darah dan SpO2 tetap
stabil sampai titik ini, tetapi kemudian “Epidural block dapat digunakan dengan
mulai menurun secara bertahap selama 10 sukses pada pasien penderita sindrom
menit menjadi 104/60 mmHg dan 89%. Eisenmenger untuk operasi perut bagian
Penanganan awal adalah menempatkan bawah, tetapi perlu diperhatikan untuk
pasien pada posisi Trendelenburg 10∘. menghindari blokade yang berlebihan,
TD kemudiang meningkat menjadi dehidrasi, dan hipoksemia. Memonitor
120/60 mmHg dan SpO2 menjadi 91% saturasi oksigen secara berkala sangat
dan bertahan sampai operasi selesai. dianjurkan pada pasien ini.”
Pembedahan berlangsung selama 45
menit dengan sedikit kehilangan darah,
dan hanya 500 ml larutan RL yang
ditransfusikan. Selama pasca operasi
pasien menjalani terapi oksigen selama 2
jam, didorong untuk bergerak lebih awal,
dan menunjukan pemulihan yang sangat
baik tanpa adanya komplikasi.
JURNAL MENGENAI
EPIDURAL BLOCK
Randomized, prospective, comparative
trial

Jumlah subjek = 100 orang laki-laki yang


akan menjalani inguinal repair

Spinal anaesthesia diberikan dengan


prosedur antiseptik, lalu diberikan 3 ml of
0.5% bupivacaine heavy dengan 25G
Quincke’s spinal needle ke L3-L4
intervertebral space dalam posisi duduk.

Epidural Anaesthesia diberikan dengan


prosedur antiseptik, kemudian 12 ml
0.5% Bupivacaine diberikan dengan
menggunakan 18 g Tuohy’s epidural
needle pada L3-L4 intervertebral space
pada posisi duduk dengan loss of
resistance technique.
Studi ini dilakukan secara retrospective. Subjek
penelitian berupa laki-laki berusia 18 s/d 89 tahun
sebanyak 144 pasien yang akan menjalani inguinal
herniorrhaphy.

Dari 144 pasien, 113 pasien diberikan subarachnoid


block dan 31 pasien diberikan epidural block.
Measurement (dalam hitungan menit):
1. Nyeri dinilai dari kapan diperlukannya
analgesic pasca operasi

2. Kemampuan subjek untuk bergerak/berjalan


tanpa bantuan pasca operasi dan kapan subjek
tersebut mencapainya

3. Kemampuan buang air kecil dinilai dari kapan


pasien dapat BAK atau kapan dibutuhkannya
kateter, dengan volume urin melebihi 400 ml.
OBAT ANALGESIK YANG
DIBERIKAN
Subjek dalam kelompok anestesi spinal tetap
berada di ruang operasi secara signifikan lebih
lama dibandingkan subjek dalam kelompok
anestesi epidural (masing-masing 71 ± 22 menit
vs 62 ± 19 menit).
KESIMPULAN YANG DAPAT
DIAMBIL
1. Epidural block adalah metode neuraxial block yang aman untuk usia dewasa dan usia tua
2. Resiko komplikasi neuroaxial block seperti hipotensi dan sakit kepala lebih kecil
dibandingkan dengan subarachnoid block
3. Pada durasi operasi yang panjang seperti bilateral herniorrhaphy > 3 jam, epidural block
semakin menunjukan keunggulannya karena penggunaan kateter memperbolehkan
anesthesiologist untuk mengatur dosis sepanjang operasi berlangsung.
4. Meskipun tidak memberikan efek analgesic intraoperative yang sebaik subarachnoid
block, pasien post op. inguinal repair yang diberikan epidural block menunjukkan waktu
pemulihan yang lebih cepat dibandingkan yang menggunakan subarachnoid block.
5. Baik subarachnoid block maupun epidural block, keduanya merupakan teknik neuraxial
block yang baik, dan memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
1. Avila-Hernandez, A. and Singh, P., 2020. Epidural Anesthesia. [online]
Ncbi.nlm.nih.gov. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542219/
[Accessed 7 May 2020].
2. SELSBY DS, SUGDEN JC. Epidural anaesthesia for bilateral inguinal herniorrhaphy
in Eisenmenger’s syndrome. Anaesthesia. 1989;44(2):130–2.
3. Faas CL, Acosta FJ, Campbell MDR, O’Hagan CE, Newton SE, Zagalaniczny K. The
effects of spinal anesthesia vs epidural anesthesia on 3 potential postoperative
complications: Pain, urinary retention, and mobility following inguinal herniorrhaphy. J
Am Assoc Nurse Anesth. 2002;70(6):441–7.
4. Mudassir SM, Waghmare DJR. A comparative study of spinal anaesthesia versus
epidural anaesthesia for inguinal hernioplasty. Int J Med Anesthesiol. 2020;3(1):219–
23.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai