Anda di halaman 1dari 61

ANESTESI SPINAL DAN EPIDURAL

PADA PASIEN TN. C DENGAN


CLOSE FRACTURE COLLUM FEMUR
Pembimbing :
dr. Ardana Tri Arianto, M.Si.Med, Sp.An, KNA

Adhe Marlin Sanyoto


G99161009
KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
Periode 5 Desember 18 Desember 2016
PENDAHULUAN
Dokter berkewajiban mempertahankan hidup dan
mengurangi penderitaan pasiennya.
Anestesiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang
mendasari berbagai tindakan kedokteran meliputi
pemberian anestesi, penjagaan keselamatan pasien
yang mengalami pembedahan, pemberian bantuan
hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat
darurat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri
menahun.
Anestesi spinal dan epidural termasuk salah satu macam
teknik anestesi lokal. Salah satu indikasi adalah
tindakan bedah pada ekstremitas bawah
TINJAUAN PUSTAKA
PERSIAPAN PRAANESTESI
ASA 1 : Pasien dalam keadaan sehat, kelainan
bedah terlokalisir (2%)
ASA 2 : Pasien dengan kelainan sistemik ringan
sampai sedang (16 %)
ASA 3 : Pasien dengan gangguan atau penyakit
sistemik berat (36 %.)
ASA 4 : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang
secara langsung mengancam kehidupannya (68%)
ASA 5 : Pasien dengan kemungkinan hidup kecil.
Tindakan operasi hampir tidak ada harapan dalam
24 jam (98%)
PREMEDIKASI ANESTESI
Memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal : diazepam.
Menghilangkan rasa khawatir, misal : diazepam
Membuat amnesia, misal : diazepam, midazolam
Memberikan analgesia, misal pethidin
Mencegah mual dan muntah, misal : droperidol,
metoklopropamid
Memperlancar induksi, misal : pethidin
Mengurangi jumlah obat-obat anesthesia, misal pethidin
Menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal : sulfas
atropin.
Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal : sulfas
atropin dan hiosin
Anestesi Spinal
Definisi :
Anestesi spinal atau disebut juga analgesi/blok spinal
intradural atau blok intratekal adalah anestesi regional
dengan tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam
ruang subaraknoid (cairan serebrospinal).

Fungsi motorik dan autonom dapat terpengaruh sebagian


atau seluruhnya.
Pasien tetap sadar sehingga patensi jalan nafas dapat
terjaga.
Saraf simpatis-parasimpatis saraf untuk rasa dingin,
panas, raba, dan tekan dalam. serabut motoris rasa
getar (vibratory sense) proprioseptif.
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Kontra indikasi absolut:
1. Pasien menolak
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Hipovolemia berat, syok / renjatan
2. Bedah panggul sepsis
3. Tindakan sekitar rektum 3. Koagulopati atau mendapat terapi
anti-koagulan atau trombositopenia
perineum
4. Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi Kontra indikasi relatif:
5. Sepsis
6. Bedah abdomen bawah
6. Infeksi sekitar daerah pungsi
7. Pada bedah abdomen atas 7. Riwayat gangguan neurologis
dan bawah pediatrik 8. Kelainan anatomi vertebra (Skoliosis)
biasanya dikombinasikan 9. Kondisi jantung yang tergantung pada
dengan anesthesia umum preload (Stenosis aorta, kardiomiopati
hipertrofi obstruktif)
ringan
TEKNIK ANESTESI SPINAL
Pasien perlu diingatkan bahwa selama obat anestesi bekerja,
kekuatan motoriknya akan hilang dan bersifat sementara
Pasang infus, minimal 500 ml cairan sudah masuk, saat
menginjeksi obat anestesi lokal
Posisi lateral dekubitus adalah posisi yang rutin untuk
mengambil lumbal pungsi, tetapi bila kesulitan, posisi duduk
akan lebih mudah untuk pungsi. Asisten harus membantu
memfleksikan posisi pasien.
Inspeksi : garis yang menghubungkan 2 titik tertinggi krista
iliaka kanan kiri akan memotong garis tengah punggung
setinggi L4-L5.
Palpasi : untuk mengenal ruangan antara 2 vertebra lumbalis.
Pungsi lumbal hanya antara L2-L3, L3-L4, L4-L5, L5-S1.
TEKNIK ANESTESI SPINAL
Setelah tindakan antiseptik daerah punggung pasien dan
memakai sarung tangan steril, pungsi lumbal dilakukan
dengan penyuntikan jarum lumbal no. 22 pada bidang median
dengan arah 10-30 derajat terhadap bidang horisontal ke arah
kranial pada ruang antar vertebra lumbalis yang sudah dipilih.
Setelah stilet dicabut, cairan LCS akan menetes keluar.
Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal ke dalam
ruang subarachnoid. Cabut jarum, tutup luka dengan kasa
steril.
Monitor tekanan darah setiap 5 menit pada 20 menit pertama,
jika terjadi hipotensi diberikan oksigen nasal dan ephedrin IV 5
mg, infus 500-1000 ml NaCl atau hemacel cukup untuk
memperbaiki tekanan darah.
Penilaian Blokade
Dilakukan 5 menit setelah anestesi spinal
Tes motorik, minta pasien untuk mengangkat kedua
kakinya
Tes sensori, menguji sensasi dengan jarum yang tumpul
Faktor Yang Mempengaruhi Ketinggian Blokade

Faktor Penting : Faktor lain :


Barisitas dari cairan Usia
anestesi CSF
Posisi pasien Kurva tulang belakang
- Saat injeksi Volume obat
- Segera setelah Tekanan intraabdomen
injeksi
Arah jarum injeksi
Dosis Obat
Tinggi badan
Lokasi injeksi
Kehamilan
Kecepatan Injeksi
Faktor Yang Mempengaruhi Ketinggian Blokade
Barisitas Cairan Anestesi
1. Memegang peranan penting
2. CSF memiliki berat jenis spesifik 1.003-1.008 pada
suhu 37 derajat celcius
3. Berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSF
(hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat ke
dasar akibat gravitasi
. Kecepatan Injeksi
1. Injeksi yang lambat menghasilkan penyebaran yang
lebih dapat diprediksikan dibandingkan injeksi cepat
Berat Jenis Obat Anestesi Spinal
TINGKAT ANESTESI SPINAL
Sadle back anestesi: daerah lumbal bawah dan segmen
sakrum.
Spinal rendah: daerah umbilikus / Th X di sini termasuk
daerah thoraks bawah, lumbal dan sakral.
Spinal tengah: mulai dari perbatasan kosta (Th VI) di sini
termasuk thoraks bawah, lumbal dan sakral.
Spinal tinggi: mulai garis sejajar papilla mammae, disini
termasuk daerah thoraks segmen Th4-Th12, lumbal dan
sakral.
Spinal tertinggi: akan memblok pusat motor dan
vasomotor yang lebih tinggi.
ANESTESI EPIDURAL
blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang
epidural (peridural, ekstradural). Ruang ini berada antara
ligamentum flavum dan duramater
Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung
pada akar saraf spinal yang terletak di bagian lateral.
Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibandingkan
anestesi spinal.
INDIKASI
Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah
Tatalaksana nyeri saat pembedahan
Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak
perdarahan
Tambahan pada anestesi umum ringan karena penyakit tertentu
pasien
Teknik Anestesi Epidural
Pasien posisi duduk / posisi tidur lateral dekubitus
dengan tusukan pada garis tengah sebagai posisi yang
paling sering dikerjakan dan hanya diperlukan sedikit
perubahan posisi pasien.
Tusukan jarum epidural : ketinggian L3 - L4,
karena jarak antara ligamentum flavum dan duramater
pada ketinggian ini adalah yang terlebar.
Jarum epidural yang digunakan ada dua macam
Jarum ujung tajam (Crawford) : Untuk dosis tunggal
Jarum ujung khusus (Tuohy) : Untuk pemandu memasukkan
kateter ke ruang epidural. Jarum ini biasanya ditandai setiap cm.
Teknik mengetahui ruang epidural
Loss of resistance
Setelah diberikan anestesi lokal pada tempat suntikan, jarum
epidural ditusukkan sedalam 1-2 cm, kemudian udara atau
NaCl disuntikkan perlahan secara intermiten sambil
mendorong jarum epidural sampai terasa menembus jaringan
keras yang disusul oleh hilangnya resistensi.
Hanging drop
Menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat
ada tetes NaCl yang menggantung. Dengan mendorong jarum
epidural perlahan secara lembut hingga terasa menembus
jaringan keras yang disusul oleh tersedotnya tetes NaCl ke
ruang epidural. Setelah yakin ujung jarum berada di ruang
epidural, dilakukan test dose.
Test dose
Uji dosis anestesi lokal untuk epidural dosis tunggal
dilakukan setelah ujung jarum diyakini berada dalam
ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinyu)
melalui kateter. Masukkan anestesi lokal 3 ml yang sudah
bercampur adrenalin 1:200.000.
Akan terdapat tiga kemungkinan :
Bila tak ada efek setelah beberapa menit kemungkinan besar letak
jarum atau kateter benar
Bila terjadi blokade spinal menunjukkan obat masuk ke ruang
subaraknoid karena terlalu dalam
Bila terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30 % kemungkinan obat
masuk vena epidural
Cara penyuntikan
Setelah diyakini posisi jarum atau kateter benar, suntikkan
anestetik lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sebanyak
3-5 ml sampai tercapai dosis total.
Suntikan terlalu cepat menyebabkan tekanan dalam
ruang epidural mendadak tinggi, tekanan intracranial
>>, nyeri kepala, gangguan sirkulasi pembuluh darah
epidural.
Perbedaan Anestesi Spinal dan Epidural
TERAPI CAIRAN
Pra operasi
Dapat terjadi defisit cairan karena kurang makan, puasa, muntah,
penghisapan isi lambung, penumpukan cairan pada ruang ketiga seperti
pada ileus obstruktif, perdarahan, luka bakar dan lain-lain. Kebutuhan
cairan untuk dewasa dalam 24 jam adalah 2 ml / kg BB / jam. Setiap
kenaikan suhu 10 Celcius kebutuhan cairan bertambah 10-15 %.
Setelah operasi
Pemberian cairan pasca operasi ditentukan berdasarkan defisit cairan
selama operasi ditambah kebutuhan sehari-hari pasien.
Kebutuhan cairan dan elektrolit pada dewasa:
Air : 30 40 ml/kg BB/hari
Na : 1 2 mEq/kgBB/hari
K : 1 mEq/kgBB/hari.
Kebutuhan kalori rata rata/ kgBB orang dewasa, dipengaruhi oleh faktor
trauma atau stress
Selama operasi
Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi.
Kebutuhan cairan pada dewasa untuk operasi :
Ringan = 4 ml / kgBB/jam
Sedang = 6 ml / kgBB/jam
Berat = 8 ml / kgBB/jam
Perdarahan <10 % EBV maka cukup digantikan dengan
cairan kristaloid sebanyak 3 kali volume darah yang
hilang.
Perdarahan >10 % plasma / koloid / dekstran dengan
dosis 1-2 kali darah yang hilang.
Perdarahan >20% dilakukannya transfusi.
PEMULIHAN
Recovery room monitor jalan nafas, ventilasi, sirkulasi, kesadaran

Kriteria Skor

Gerakan penuh dari tungkai 0

Tak mampu ekstensi tungkai 1

Tak mampu fleksi lutut 2

Tak mampu fleksi pergelangan kaki 3

Skoring keadaan pasien setelah anestesi dan pembedahan Regional


anestesi
FRAKTUR COLLUM FEMUR
Fraktur Femur : rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang/osteoporosis.
Fraktur kolum femur: fraktur intrakapsular yang terjadi
pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur
adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris
sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.
ETIOLOGI
Trauma Langsung:
pasien jatuh dengan posisi miring dimana daerah
trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan)
Trauma Tidak Langsung:
gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
KLASIFIKASI
GARDEN TYPE
Stadium I: Fraktur incomplete atau fraktur
impaksi valgus (valgus malalignment)
tanpa displaced tulang
Stadium II: Fraktur complete tanpa
displaced tulang
Stadium III: Fraktur complete dengan
displaced sebagian dari fragmen-fragmen
tulang yang mengalami fraktur
Stadium IV : Fraktur complete dengan
displaced total atau seluruh fragmen-
fragmen tulang yang mengalami fraktur
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
No RM : 01361410
Nama pasien : Tn. C
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 55 tahun
Alamat : Ngringo, Jaten, Karanganyar
Tanggal masuk RS : 21 September 2015
Tanggal operasi : 23 September 2015
Diagnosis pre operasi : Close Fracture Collum Femur
Dextra Garden Type I
Jenis Operasi : Hip Arthroplasty Bipolar
Jenis Anestesi : Spinal dan Epidural Anestesi
Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri di pangkal paha dan panggul
kanan
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien terjatuh saat
memperbaiki bak truk sekitar 2 jam SMRS dengan
ketinggian kurang lebih 2 meter. Setelah kejadian, pasien
mengeluhkan nyeri di pangkal paha dan panggul kanan,
nyeri kepala (-), pingsan (-). Nyeri dirasakan hilang timbul
dan panas setelah kejadian, dan bila kaki kanan diangkat
atau diluruskan, nyeri bertambah hebat.
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu :
R. Hipertensi disangkal
R. Diabetes Mellitus disangkal
R. Asma disangkal
R. Alergi obat dan makanan disangkal
R. Operasi sebelumnya disangkal
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda-tanda vital
Tekanan darah` : 130/80 mmHg*
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 37,3 oC
Antropometri
BB : 60 kg
TB : 155 cm
BMI : 24,97 (gizi normal)
Kepala : Normosefali, deformitas (-)
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva pucat (-)
Hidung : Patensi (+/+) normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Mulut : Buka mulut >3 jari, malampati 1, gigi ompong (+)
Pemeriksaan Fisik
Telinga : Pendengaran baik (+) secret (-)
Leher : JVP tidak meningkat, gerak leher
bebas
Tenggorok : hiperemis (-), detritus (-), uvula di
tengah
Pemeriksaan Fisik
Thorax :
Jantung
Inspeksi iktus cordis (-)
Palpasi iktus cordis tidak kuat angkat
Perkusi Batas jantung tidak melebar
Auskultasi S1 dan S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi Simetris saat inspirasi-ekspirasi
Palpasi Taktil fremitus kedua lapang paru simetris
Perkusi Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi Suara nafas vesikular, Rhonki: -/-, Wheezing:
-/-.
Pemeriksaan Fisik
Abdomen :
Inspeksi Datar
Auskultasi Bising usus (+) normal
Perkusi Timpani pada di seluruh regio abdomen
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,

Ekstremitas:
Oedem (-/-), sianosis (-/-), Akral hangat, capillary refill time < 2 detik

Status lokalis Extremitas inferior dextra


Look : tak tampak jejas, swelling (-), deformitas (-)
Feel : nyeri tekan (+) di regio SIAS (D)
Movement : ROM hip joint (D) terbatas karena nyeri
ROM genu (D) full
ROM ankle (D) full
Pemeriksaan Penunjang
Radiologis (3 Desember 2016)

Foto Pelvis AP/Lateral


Tampak fraktur inkomplet pada Shentons line kanan kiri simetris
collum femur kanan Tak tampak erosi/destruksi tulang
Alignment baik Tak tampak soft tissue swelling
Trabekulasi tulang normal Kesimpulan:
Sacroiliac joint dan hip joint kanan
Fraktur incomplete pada collum femur
kiri normal kanan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (3 Desember 2016)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,5 g/dL 13,5-17,5 g/dL
Hematokrit 34 % 33-45%
Eritrosit 4 juta/ L 4,5-5,90 juta/L
Leukosit 10,6 ribu/L 4,5-11,0 ribu/L
Trombosit 278 ribu/L 150-450 ribu/L
Golongan Darah A
PT 11,9 10-15 detik
APTT 29,9 detik 20-40 detik
INR 0,930

Glukosa Darah Sewaktu 107 mg/dL 60-140 mg/dL

Ureum 42 mg/dL <50 mg/dL


Kreatinin 1,5 mg/dL 0,9-1,3 mg/dL
Natrium 137 mmol/L 136-145 mmol/L
Kalium 3,3 mmol/L 3,3-5,1 mmol/L
Cl 103 mmol/L 98-106 mmol/L
HbsAg Nonreaktif Nonreaktif
Diagnosis
Diagnosis kerja:
Close Fracture Collum Femur Dextra Garden Type I
Pengolongan status fisik pasien menurut ASA:
ASA II
Rencana tindakan:
Hip Arthroplasty bipolar
Rencana anestesi:
Anestesi regional dengan teknik spinal dan epidural anestesi
Resume:
Pasien seorang laki-laki, usia 55 tahun datang dengan keluhan utama
nyeri pada pangkal paha dan panggul kanan setelah jatuh dari ketinggian 2
m, diagnosa Close Fracture Collum Femur Dextra Garden Type I. Tindakan
yang akan dilakukan adalah Hip Arthroplasty bipolar. Pasien dengan status
fisik: ASA II. Rencana anestesi regional dengan teknik spinal dan epidural
anestesi.
PERSIAPAN ANESTESI
Status Fisik Menurut ASA
ASA II dengan penyulit :
1. Kenaikan jumlah kreatinin
2. Penurunan jumlah hemoglobin dan eritrosit
Rencana Anestesi
Anestesi regional dengan teknik Anestesi Spinal dan
Anestesi epidural

Riwayat Konsul Antar Departemen


Konsul Kardiologi : cor compensated, acc operasi
toleransi tindakan risiko sedang

Rencana post-op pasien kembali ke ruangan.


Persiapan Pre-Anestesi
Sebelum Operasi di Ruang
Perawatan :
1.Persetujuan operasi tertulis
Kunjungan Pra-Anestesi
(+)
1. Anamnesis
2.Konsultasi departemen
2. Pemeriksaan Fisik
3.Pasang IV line
3. Edukasi
Puasa > 6 jam, terakhir
makan pukul 02.00
Pre-Operatif
RUANG OPERASI

1.Posisi pasien
2.Pemasangan infus, manset, EKG, oksimeter, dan nasal
kanul
3.Pemeriksaan tanda-tanda vital pre operatif.
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 70x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 100%
Persiapan Alat dan Bahan
Alat Kanulasi Vena Alat Anestesi Spinal
Alas infus Spuit 1 cc, 3 cc, 5 cc
Infus set Jarum spinal jenis
Abocath no. 20 Quincke No. 27
Cairan Infus (RL) Kasa dan duk steril
Plester dan Gunting Betadine 10%
Sarung tangan Alkohol 70%
Alcohol swab Plester
Turniket Sarung tangan steril
Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan Obat Anestesi spinal : Untuk emergensi :
Levobupivacaine 0.5% berisi 20 Stetoskop, Laringoskop
Endotracheal Tube (ETT) 3 ukuran,
mg Bupivakain (Dosis 15-20 mg)
yaitu No. 6.5; 7; 7.5
dengan dosis maksimal 3
Sungkup muka dewasa
mg/kgBB
Pipa Y-piece
Fentanil dosis 20 25 mcg Oropharyngeal Airway
Plester / Tape
Mandrin / Stillete
Cairan :
Forsep Magill
Ringer Laktat 500 mL
Spuit 20 cc
HES 6% Suction
NaCL 0,9% 500 mL Sphygmomanometer
Mesin Anestesi
Monitor EKG dan SpO2
Darah: Pulse Oxymetry
1 PRC dan 1 WB Lumbrikan
Pelaksanaan Anestesi
Posisi
Dari posisi tidur terlentang, diposisikan duduk
tegak, dengan posisi leher flexi, posisi tangan
memeluk bantal atau dengan kata lain,
memposisikan tulang belakang seperti huruf C
apabila dilihat dari posisi samping.
Posisi tersebut membantu memperlebar jarak
antar ruas ruas vertebra lumbal.
Pelaksanaan Anestesi
Proyeksi
Pendekatan Midline digunakan, lokasi yang dituju
adalah L3-L4 garis imajiner yang
menghubungkan kedua krista iliaka kanan dan
kiri sebagai batas L4 atau L4-L5
Pelaksanaan Anestesi
Penusukan
Setelah menemukan posisi yang tepat, lakukan
pemberian tanda dengan penekanan kulit lokal dengan
kuku jari
Tindakan aseptik dengan betadine 10% dengan
metode sirkular dari tengah ke luar tindakan aseptik
dengan betadine 10% lagi dengan metoda yang sama
alkohol 70% untuk membersihkan dengan cara
sirkular
Gunakan jarum spinal no .27 pastikan CSF keluar
masukan obat dari spuit berisi obat anestesi pasien
dipersilahkan berbaring kembali
Penilaian blokade dengan nyeri atau dengan skor
Pelaksanaan Anestesi
Jam Tensi Nadi SaO2 Keterangan
08.20 120/80 70 100% Masuk ruang operasi, infuse RL 500cc
08.30 130/80 75 100% Injeksi levobupivakain 17,5 mg dan fentanyl 25
g (kombinasi epidural-spinal)

08.50 130/75 73 100% Infuse NaCl 0,9% 500 cc


09.00 120/70 68
09.15 115/68 67 100%
09.20 118/70 70 100% Infuse RL 500cc
09.30 115/70 69 100%
09.45 110/70 70 100%
10.00 110/70 70 100%
10.15 110/75 68 100% Infus HES
10.30 110/70 70 100% Analgetik post op via epidural
10.45 110/60 65 100% Operasi Selesai, pindah ke RR
PEMULIHAN
Jam Tensi Nadi RR Keterangan

10.50 110/60 65 20 O2 2 L/menit, monitoring tanda vital

10.55 120/70 70 20

11.00 120/70 75 20

11.05 120/80 80 20

11.10 120/80 85 20 Bromage score < 2

11.15 120/80 85 20 Pasien dipindah ke Bangsal


Instruksi Post-Operasi
Pasien posisi supine, diberikan oksigen 2 liter/menit
Pemeriksaan tanda tanda vital setiap 15 menit
Bila tensi turun dibawah 90/60mmHg, berikan loading
kristaloid 250 cc / efedrin 5-10 mg.
Infus RL dan NaCl 1500 cc/24 jam dengan tetesan 18
tetes per menit.
Injeksi paracetamol 1g tiap 8jam dan injeksi ranitidin tiap
12 jam.
Bila bromage skor < 2, pasien dapat dipindah ke bangsal.
Instruksi Post-Operasi
Lain-lain:
Kontrol balance cairan
Post op cek Hb, bila <10 g/dl transfusi sampai dengan
Hb> 10 g/dl.
Bila tidak ada mual, tidak ada muntah, bising usus (+),
boleh makan dan minum secara bertahap
Medikasi sesuai bagian Ortopedi
PEMBAHASAN
Pembahasan
Pemilihan anestesi regional dengan teknik spinal untuk dengan
pertimbangan:
1. Lokasi yang akan dilakukan operasi terletak pada daerah
abdominal-inguinal
2. Durasi operasi relatif singkat (sekitar 3 jam),
3. Pada pemeriksaan fisik, laboratorium dan penunjang lainnya tidak
ditemukan kelainan yang membuat tindakan anestesi spinal
kontraindikasi
4. Posisi pasien selama operasi adalah terlentang,
5. Operasi yang tidak memerlukan instrumen alat bantu nafas,
6. Pasien tetap sadar, komunikatif, relaksasi optimal, perawatan
pasca bedah minimal sehingga nyeri pasca bedah dapat dikelola
lebih mudah,
7. Tidak ada penolakan dari pasien untuk dilakukannya prosedur
anestesi spinal
Pembahasan
Persiapan pada prosedur anestesi spinal juga
membutuhkan persiapan selayaknya akan dilakukannya
prosedur anestesi umum antisipasi kegawatdaruratan
jalan nafas, perubahan durasi operasi
Tinggi blokade setinggi L3-L4.
Pendekatan yang digunakan median pasien dengan
kondisi gizi normal dan tidak ada penyulit lainya
PERMASALAHAN
SEGI BEDAH
Kemungkinan perdarahan durante dan post operasi.
Resiko kerusakan organ yang diakibatkan pembedahan
TERAPI CAIRAN
Defisit cairan karena puasa 6 jam.
Karena kehilangan
2 cc x 55 kg x 6 jam = 660 cc
Kebutuhan cairan selama operasi sedang 2 darah > 20 %
jam
= kebutuhan dasar selama
dilakukan transfuse
operasi + kebutuhan operasi darah dan
sedang ditambahkan cairan
= (2 cc x 55 kg x 1 jam) + (6 cc x
55 kg x 1 jam) = 110 cc + 330 cc
plasma untuk
= 440 cc menambah volume
Pendarahan yang terjadi = 900 cc intravaskuler (HES
EBV = 75 cc x 55 kg = 4125 cc
6%)
Jadi kehilangan darah =
900/4125 x 100% = 21,8 %
Daftar Pustaka
Baldini G, Butterworth JF, Carli F, et al. Spinal, Epidural, and Caudal Block. Dalam: Morgan GE,
Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology 5th Edition. United States of America: Lange
Medical Books/McGraw-Hill. 2013. Hal. 937-74.
Bab 4 & 5 Anestetik Lokal dan Analgesia Regional. Dalam: Latief Said A., Kartini A. Suryadi, M.
Ruswan Dachlan. Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Hal 119-97.
Brigs T, Miles J, Aston W. 2010. Operative orthopaedics the Stanmore guide. UK: Oxford University
Press.
Chapter 16 : Local Anesthetics. Dalam: Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical
Anesthesiology 5th Edition. United States of America: Lange Medical Books/McGraw-Hill. 2013. Hal.
276 263.
Cleland J, Koppenhaver S. 2010. Netters orthopaedic clinical examination. Philadelphia: Saunders
Elsevier.
Dillion DC, Gibbs MA. Chapter 40 Local and Regional Anesthesia. Dalam: J.E. Tintinalli, J.S.
Stapczynski, D.M. Cline, O.J. Ma, R.K. Cydulka, G.D. Meckler (Eds). Tintinalli's Emergency
Medicine: A Comprehensive Study Guide 7th edition [internet]. [cited 2016 Dec 12]. Available from:
http://ezproxy.library.uph.edu:2337/content.aspx?bookid=348&sectionid=40381503
Gardner MJ, Henley MB. 2010. Harborview Illustrated Tips and Tricks in Fracture Surgery.
Philadelphia : Lippincott Wlliams & Wilkins.
Gann N. 2010. Orthopaedics at a glance: a handbook of disorders, tests, and rehabilitation
strategies. UK: Slack Incorporated.
Sukmono RB. Anestesia Regional. Dalam: Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar Anestesiologi.
Jakarta: Departemen Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran Universitas
Kedokteran. 2012. Hal 451-67.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai