Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

KOMBINASI SPINAL DAN EPIDURAL


ANESTESI PADA KOLESISTEKTOMI

MUHAMMAD ISA AHSANI


DM ANESTESI RSML
Kolesistektomi
O Kolesistektomi adalah prosedur bedah untuk
mengambil kantung empedu
O Organ yang berbentuk seperti buah pir di bawah
hati, bertempat di kuadran kanan atas dari
abdomen. Kantung empedu menyimpan dan
menyalurkan empedu, sebuah cairan digestif yang
diproduksi di hati.
O Kolesistektomi diperlukan jika penderita
mengalami sakit batu empedu yang
menghambat aliran empedu, disebut
kolesistitis. Kolesistektomi merupakan
operasi umum dan memiliki resiko kecil
terjadinya komplikasi.
Pemilihan teknik anestesi
 Penggunaan regional anestesi pada
kolesistektomi merupakan metode yang
mudah dikerjakan dan aman.
 Keunggulan dari teknik ini:
O Recovery cepat
O berkurangnya respon metabolic terhadap
stress pembedahan
O relaksasi otot
O menghindari intubasi trakhea dan
ketidaknyamanan yang lain
O keuntungan yang signifikan menggunakan
metode ini adalah mengurangi nyeri pasca
operasi, penggunaan analgesik yang lebih
sedikit, fungsi pulmonal tetap terjaga, dan
berkurangnya rawat inap di rumah sakit
O Sehingga, teknik ini dapat dijadikan pilihan
pada Negara berkembang dimana faktor
biaya menjadi masalah.
Medikasi pre-anestetik
O Fentanyl 50 mg IV,
O Ranitidine 50 mg IV
O Ondansetrone 4 mg IV

Yang perlu dipantau:


O Nadi
O RR
O MAP
O Saturasi oksigen
Spinal Anestesi

O Pada spinal anestesi, pasien dalam


keadaan duduk atau left lateral decubitus
senyaman mungkin.
O Subarachnoid space puncture dilakukan di
antara L3-L4 apofisis dan 2,5-3,5 ml
bupivacaine 0,5% hiperbarik diinjeksikan.
O Setelah itu pasien diletakkan posisi supinasi
dengan posisi head-down.
O Jika MAP turun dibawah 60 mmHg, 3 μg
mefenataramine diberikan.
O Selama prosedur dilakukan, kecemasan
ditatalaksana dengan 2 mg midazolam dan
nyeri dengan fentanyl 50 μg pada IV bolus.
Epidural anestesi
O Pada epidural anestesi, posisi pasien
seperti pada spinal anestesi.
O Epidural kateter dimasukkan hingga T4-T6
pada preoperative holding area.
O Tuohy needle dimasukkan pada thoracal
space parallel yang sesuai ke prosesus
spinosus.
O Hilangnya resistensi pada teknik udara
menggunakan glass syringe digunakan
untuk menentukan letak epidural space.
O Syringe dilepaskan dan kateter dimasukkan
bersama dengan jarum kemudian
dimajukan kurang lebih 8 cm pada epidural
space.
O Kemudian jarum ditarik sedangkan kateter
tetap berada di dalam.
O Dose test menggunakan solusi lokal
anestesi (3 ml lidocaine 1,5% dengan
epinefrin 1:200.000) diberikan untuk
mengekslusi intravaskuler atau injeksi
intratekal.
O Kateter diperban pada punggung pasien
menggunakan dressing steril.
O Regimen epidural anestesi termasuk 20-25
ml lidocaine 2% dimulai dengan 5 ml bolus
dan kemudian dititrasi 5 ml bolus untuk
menghasilkan T2/T4 blokade sensoris.
O Level anestesi dibawah T4, distribusi
dermatom dipastikan dengan pemeriksaan
sensorik sebelum operasi dimulai.
Manajamen post-operatif
O epidural kateter dilepas, kemudian pasien
ditransfer ke post-anesthesia care unit.
O Vital sign (Nadi, RR, dan tekanan darah)
dipantau pada fase ini.
O Pemberian cairan maintenance IV diberikan
selama 4 jam post-operatif.
O Untuk meredakan nyeri diberikan tramadol
tablet 50 mg setiap 8 jam.
O Selain vital sign, mual, muntah, kesadaran,
nyeri bahu, retensi urin, nyeri kepala dan
gejala neurologis lain juga dipantau.

Anda mungkin juga menyukai