Kasus 1
Identitas Pasien
Inisial : Ny. SM
Umur : 44 tahun
Diagnosis : Hiperplasia Endometrium
Operasi : Kuretase
DPJP Anestesi : Dr.dr. Zafrullah Khany Jasa Sp.An KNA
DPJP Obgyn : dr. Hasanuddin, Sp.OG
Tanggal Operasi : 15 Desember 2020
Anamnesis:
Pasien datang ke RSUDZA dengan keluhan nyeri perut saat datang bulan. Dirasakan
sejak bulan Juli, pasien juga mengeluhkan haid memanjang dan banyak. Pasien tidak
memiliki riwayat operasi sebelumnya, asma, alergi, dan DM, HT (+).
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan : 150 cm
Tekanan darah : 153/100 mmHg IMT : 36,68 kg/m2
Frekuensi nadi : 96 x/menit
Frekuensi napas: 20 x/menit Mata : Tidak anemis, tidak ikterik
Suhu : 36,8⁰C Airway : Clear, mallampati 2, buka
Saturasi O2 : 99% Room air mulut tiga jari, ekstensi
leher maksimal
Berat badan: 87 kg
Jantung : bunyi jantung I dan II Abdomen: Soepel, bising usus (+),
regular, tanpa murmur sesuai kehamilan
maupun gallop Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2
Paru : vesikuler di kedua paru, detik, Oedema Tidak ada
tanpa wheezing maupun
ronkhi
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium 06 Desember 2020
HB 12,6 g/dl Ht 39% Leukosit 10000
Thrombosit 365000
CT/BT 7/2
Na/K/Cl 146/4,6/109
SGOT/PT 50/65
Kesan :
ASA II
- Hipertensi stage I, TD 153/100mmhg, Klinis nyeri dada (-), gallop (-), METS
>6, Murmur (-), Gallop (-), EKG Sinus Ritme HR 84x/i Normoaksis, th/
Amlodipin 1x5mg, Toleransi op ringan dari div kardiologi
- Peningkatan fungsi hati, SGOT/PT 50/65, Klinis Ikterik (-)
- Obese cat II, BMI 36,68 kg/m2, STOPBANG Score 2 Low Risk of OSA
Rencana anestesi
Spinal Anestesi
Monitoring intraoperasi EKG, NIBP, SpO2, Perdarahan, Urin Output
Intra operatif
Pukul 08.30 wib pasien masuk kamar operasi. Terpasang kanul vena di tangan
kanan no 18 G yang disambungkan ke Ringer Laktat, dipasang alat monitor
tekanan darah, EKG dan pulse oxymetri
Hemodinamik pra anestesi. TD: 140/100 mmHg, frekuensi nadi 84 x/menit,
frekuensi napas 16 x/menit, suhu 36.8, saturasi O2 100% room air
Pasien dilakukan pembiusan dengan menggunakan Bupivacain 10 mg pada
pukul 08.40 wib
Dinilai ketinggian spinal sampai dengan dermatom Thorakal 10.
Hemodinamik setelah spinal anestesi TD 130/75 mmHg, frekuensi nadi
84x/menit, dan saturasi O2 99%.
Pukul 08.45 TD 116/67 mmHg, nadi 88 kali permenit, saturasi O2 100%.
Pasien diberikan Efedrin 10 mg, dilakukan pemberian loading cairan ringer
laktat 500cc. TDS di atas 100 mmHg
Pukul 09.00 dilakukan kuretase
Intra operatif tekanan darah berkisar di sistolik 110-120 mmHg, dengan
diastolik 67-89 mmHg, Frekuensi nadi berkisar antara 80-90 kali per menit.
Pukul 09.30 operasi selesai. Tekanan darah di akhir operasi TD 125/70
dengan frekuensi nadi 84x per menit, saturasi O2 100%.
Pemberian Ondansetron 4 mg
Analgetik post operasi diberikan paracetamol 1 gram intra vena dan tramadol
100mg
Pasien ditranspor ke ruang pulih
Pembahasan
Prosedur kuretase atau yang sering juga disebut Dilatasi dan Kuretase (D&C)
merupakan sebuah bentuk operasi kecil yang dipergunakan untuk tujuan diagnosis
dan perawatan pada kondisi tertentu dimana terjadi perdarahan yang tidak normal
(abnormal) dari uterus.
Untuk tujuan diagnosis, prosedur dilatasi dan kuretase dilakukan untuk mendiagnosa
penyebab perdarahan yang hebat dan tidak teratur pada rahim, mendiagnosa adanya
kemungkinan kanker rahim atau infeksi rahim, pemeriksaan kesuburan. Saat ini,
prosedur dilatasi dan kuretase “untuk tujuan diagnosis” sudah mulai ditinggalkan dan
diganti dengan prosedur lain seperti penggunaan USG (Ultrasonografi).
Disisi lain, prosedur dilatasi dan kuretase masih tetap dilakukan untuk beberapa
tujuan perawatan seperti, Kasus keguguran dimana prosedur kuret dilakukan untuk
membersihkan sisa jaringan janin dan jaringan plasenta di dalam rahim. Hal ini perlu
dilakukan untuk menghentikan pendarahan, mencegah terjadinya infeksi, serta
menyiapkan rahim perencanaan kehamilan selanjutnya. Menghilangkan polip rahim,
kondisi hamil anggur dan tidak adanya janin (blighted ovum), perawatan cervical
stenosis, berupa kondisi dimana jaringan yang menghubungkan uterus dengan vagina
tertutup atau mengecil.
Anestesi Umum
Prosedur kuret dapat dilakukan dengan anestesi umum. Dengan anestesi umum,
pasien akan kehilangan kesadaran seutuhnya dan tidak memiliki ingatan apapun
tentang prosedur yang ada.
Kelebihan dari penggunaan anestesi umum pada prosedur kuretase terletak pada
tingkat kenyamanan pasien yang tidak merasakan sakit sama sekali, serta proses yang
bisa berjalan dengan lebih baik karena pasien tidak akan bergerak.
Kekurangan dari anestesi umum ini adalah adanya potensi permasalahan saluran
udara serta kemungkinan munculnya efek samping berupa rasa mual dan muntah
setelah efek anestesi memudar.
PORTOFOLIO STASE ANESTESI OBSTETRI I DESEMBER 2020
Kasus 2
Identitas Pasien
Inisial : Ny. NAS
Umur : 39 tahun
Diagnosis : Mioma Uteri
Operasi : Miomectomy
DPJP Anestesi : dr. Riswandi Sp.An
DPJP Obgyn : dr. Hasanudin Sp.OG
Tanggal Operasi : 10 Desember 2020
Anamnesis:
Pasien datang ke RSUDZA rujukan dokter spesialis kandungan dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir sejak 2 minggu, teraba benjolan diperut, gejala ini
dirasakan pasien lebih kurang 1 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat asma,
alergi, DM, hipertensi. Pasien juga tidak mempunyai riwayat operasi sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran : Compos Mentis Airway : Clear, mallampati 2, buka
Tekanan darah : 130/80 mmHg mulut tiga jari, ekstensi
Frekuensi nadi : 84 x/menit leher maksimal
Frekuensi napas: 18 x/menit Jantung : bunyi jantung I dan II
Suhu : 36,8⁰C regular, tanpa murmur
Saturasi O2 : 99% Room air maupun gallop
Berat badan: 78 kg Paru : vesikuler di kedua paru,
Tinggi Badan : 150 cm tanpa wheezing maupun
IMT : 34,7 kg/m2 ronkhi
Abdomen: Soepel, bising usus (+),
sesuai kehamilan
Mata : Tidak anemis, tidak ikterik Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2
detik, Oedema Tidak ada
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium 1 Desember 2020
DPL 10,7/35/7700/381.000
GDS 105
CT/BT 7/2
Ur/Cr
Na/K/Cl 143/3,9/112
Kesan :
ASA II
- Obese grade II,,BMI 36,5 kg/m2, STOPBANG Score I, low risk of OSA
- Anemia Hb 10,7 g/dl
Rencana Anestesi
Spinal Anestesi
Monitoring intraoperasi EKG, NIBP, SpO2
Intra operatif
Pukul 08.00 pasien masuk kamar operasi. Terpasang kanul vena di tangan
kanan no 18 G yang disambungkan ke Ringer Laktat, dipasang alat monitor
tekanan darah, EKG dan pulse oxymetri
Hemodinamik pra anestesi. TD: 110/870 mmHg, frekuensi nadi 87 x/menit,
frekuensi napas 20x/menit, suhu 36.8, saturasi O2 99% room air
Pasien dilakukan pembiusan dengan menggunakan Bupivacain 15 mg dan
fentanyl 25 mcg pada pukul 08.30
Dinilai ketinggian spinal sampai dengan dermatom Thorakal 4. Hemodinamik
setelah spinal anestesi TD 119/83 mmHg, frekuensi nadi 84 x/menit, dan
saturasi O2 99%.
Pukul 08.40 TD 97/68 mmHg, nadi 88 kali permenit, saturasi O2 100%.
Pasien diberikan Efedrin 5 mg, dilakukan pemberian loading cairan ringer
laktat 500cc. TDS di atas 100 mmHg
Pukul 08.50 dilakukan insisi
Pemberian asam tranexamat 1000 mg untuk perdarahan intraoperatif
Intra operatif tekanan darah berkisar di sistolik 110-120 mmHg, dengan
diastolik 67-89 mmHg, Frekuensi nadi berkisar antara 80-90 kali per menit.
Pukul 10.30 operasi selesai. Tekanan darah di akhir operasi TD 120/80
dengan frekuensi nadi 88x per menit, saturasi O2 99%.
Pemberian Ondansetron 4 mg
Analgetik post operasi diberikan paracetamol 1 gram intra vena dan tramadol
100mg
Pasien ditranspor ke ruang pulih
Penekanan terutama didapat pada mioma yang besar. Putaran tangkai mioma
subserosum dapat menyebabkan nyeri hebat. Pada inspeksi dan palpasi perut, apalagi
pada pemeriksaan vaginoabdominal, uterus ditemukan membesar, mengeras dan
berbenjol-benjol.diagnosis ditentukan atas gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan
ultrasonografi sangat membantu dalam menentukkan diagnosis, dan pemeriksaan
histopatologis merupakan bukti terakhir. diagnosis banding ialah pembengkakan atau
massa diperut bagian bawah yang berasal dari dinding perut, organ rongga
perut,khususnya perut bagian bawah atau retropeitoneum. Umumnya pemeriksaan
vaginoabdominal akan memberikan gambaran diagnosis yang lebih pasti. Pengobatan
berupa laparotomy untuk mengeluarkan mioma yang menyebabkan keluhan atau
tanda yang mengganggu. Mioma yang nekrotik atau gangrene juga dikeluarkan. Pada
uterus yang besar sekali akibat mioma yang besar atau banyak, umumnya diusulkan
histerektomi.
Teknik anestesi
Teknik anestesi lain yang dapat digunakan adalah general anestesi, yaitu
meniadakan nyeri secara sentral dan menghilangkan kesadaran secara reversible.
Perhatian utama pada anestesi umum adalah keamanan dan keselamatan pasien yang
salah satunya ditentukan oleh kestabilan hemodinamik. Kuntungan teknik anestesi ini
adalah pasien tertidur selama pembedahan dan terbangun setelah di ruang recovery.
Resiko yang timbul akibat anestesi general dapat berupa kematian, cidera dental atau
jaringan lunak, aspirasi isi lambung, suara serak, mual muntah setelah operasi dan
kemungkinan penggunaan ventilator setelah operasi.
Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan
cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam sejumlah
cara yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan
waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam
ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan
disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
Thrombosis vena
Infeksi
Pembentukan flstula
Penatalaksanaan
Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan
sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter bedah tidak
menganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung kemih harus
dikosongkan sebelum pasien dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi
dan cidera yang tidak sengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal.
Postoperative
Premedikasi
Obat yang dapat digunakan antara lain diazepam per oral 10-15mg beberapa
jam sebelum induksi. Jika disertai nyeri karena penyakit dapat diberikan opioid
misalnya petidin 50 mg. cairan lambung 25 ml dengan pH 2.5 dapat menyebabkan
pneumonitis asam. Untuk meminimalkan kejadian diatas diberikan antagonis reseptor
H2 histamin misalnya Ranitidin 150 mg 1-2 jam sebelum operasi. Untuk mengurangi
mual-muntah pasca bedah sering ditambah ondansentron 2-4 mg.
PORTOFOLIO STASE ANESTESI OBSTETRI I DESEMBER 2020
Kasus 3
Identitas Pasien
Inisial : Ny. CM
Umur : 37 tahun
Diagnosis : G4P3 hamil 40-41 minggu + distosia PK II
Operasi : Sectio Sesarea
DPJP Anestesi : dr. Rahmi Sp.An
DPJP Bedah : dr. Sarah Ika Sp.OG
Tanggal Operasi : 15 September 2020
Anamnesis:
Pasien datang ke RSUDZA dengan keluhan mules-mules seperti ingin melahirkan.
Kehamilan cukup bulan. Pasien tidak ada riwayat operasi sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat asma, alergi, DM, maupun hipertensi. Pasien juga tidak pernah
memiliki Riwayat kemoterapi.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran : Compos Mentis Tekanan darah : 130/74 mmHg
Frekuensi nadi : 88 x/menit Airway : Clear, mallampati 2, buka
Frekuensi napas: 20 x/menit mulut tiga jari, ekstensi
Suhu : 36,8⁰C leher maksimal
Saturasi O2 : 98% Room air Jantung : bunyi jantung I dan II
Berat badan: 65 kg regular, tanpa murmur
Tinggi Badan : 160 cm maupun gallop
IMT : 27,3 kg/m2 Paru : vesikuler di kedua paru,
tanpa wheezing maupun
ronkhi
Mata : Tidak anemis, tidak ikterik Abdomen: Soepel, bising usus (+),
sesuai kehamilan
Ekstremitas: akral hangat, CRT <
2detik
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium 15 September 2020
HB 10,5 g/dl Ht 34 Leuko 10300
Thrombo 252000
CT BT 7/2
Kesan :
ASA II
- Kehamilan dengan Hb 10,5, leukosit 10300, trombosit 252000
Rencana anestesi
Spinal Anestesi
Monitoring intraoperasi EKG, NIBP, SpO2
Intra operatif
Pukul 08.00 pasien masuk kamar operasi. Terpasang kanul vena di tangan
kanan no 18 G yang disambungkan ke Ringer Laktat, dipasang alat monitor
tekanan darah, EKG dan pulse oxymetri
Hemodinamik pra anestesi. TD: 130/80 mmHg, frekuensi nadi 86 x/menit,
frekuensi napas 20x/menit, suhu 36.8, saturasi O2 99% room air
Pasien dilakukan pembiusan dengan menggunakan Bupivacain 15 mg dan
fentanyl 25 mcg pada pukul 08.15
Dinilai ketinggian spinal sampai dengan dermatom Thorakal 4. Hemodinamik
setelah spinal anestesi TD 119/83 mmHg, frekuensi nadi 84x/menit, dan
saturasi O2 99%.
Pukul 08.20 TD 107/78 mmHg, nadi 88 kali permenit, saturasi O2 100%.
Pasien diberikan Efedrin 5 mg, dilakukan pemberian loading cairan ringer
laktat 500cc. TDS di atas 100 mmHg
Pemberian Ondansetron 4 mg
Pemberian asam tranexamat 1000 mg untuk perdarahan intraoperatif
Pukul 08.30 dilakukan insisi
Intra operatif tekanan darah berkisar di sistolik 110-120 mmHg, dengan
diastolik 67-89 mmHg, Frekuensi nadi berkisar antara 80-90 kali per menit.
Lahir bayi pukul 08.45
Pemberian drip oxitocyn 20 IU dalam RL 500cc
Pukul 10.00 operasi selesai. Tekanan darah di akhir operasi TD 120/80
dengan frekuensi nadi 88x per menit, saturasi O2 99%.
Analgetik post operasi diberikan paracetamol 1 gram intra vena dan tramadol
100mg
Pasien ditranspor ke ruang pulih
Lama pembiusan : 1 jam 45 menit
Lama operasi : 1 jam 30 menit
Total cairan masuk : 1300 cc kristaloid
Perdarahan : 400 ml
Urin : 200 ml
Pembahasan
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskular
Peningkatan isi sekuncup/stroke volume sampai 30%, hingga peningkatan
frekuensi denyut jantung sampai 15%, peningkatan curah jantung sampai 40%.
Volume plasma meningkat sampai 45% sementara jumlah eritrosit meningkat hanya
sampai 25%, menyebabkan terjadinya dilutional anemia of pregnancy.
Meskipun terjadi peningkatan isi dan aktifitas sirkulasi, penekanan/kompresi vena
cava inferior dan aorta oleh massa uterus gravid dapat menyebabkan terjadinya
supine hypertension syndrome. Jika tidak segera dideteksi dan dikoreksi, dapat
terjadi penurunan vaskularisasi uterus sampai asfiksia janin. Pada sectio cesarea,
dapat terjadi perdarahan sampai 1000 cc. Meskipun demikian jarang diperlukan
transfusi. Hal itu karena selama kehamilan normal terjadi juga peningkatan faktor
pembekuan VII, VIII, X, XII dan fibrinogen sehingga darah berada dalam
hypercoagulable state.
Sistem gastrointestinal