Disusun Oleh :
1310.221.075
Pembimbing :
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
2
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Umur : 79 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Diagnosis Pre-Op : Polip Nasal Sinistra
Tindakan Op : Biopsy
Jenis anestesi : General Anastesi
3
Sistem Pencernaan : Bising usus 6x/mnt
Buang air besar lancar, NT(-)
Hepar dan lien tidak teraba
1. Persiapan
Persiapan Pasien
a. Identitas penderita, periksa persetujuan operasi, persetujuan keadaan
puasa preanestesi.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital :
T : 168/96 mmHg N : 86 x/menit
R : 24 X/menit S : 36,8 C
Persiapan obat
a. Anestesi Inhalasai dan Gas : Nitrous Oxide, Isoflurance, Sevoflurance,
Oksigen
b. Anestesi Intravena : Propofol, Ketamine, Midazolam, Diazepam
4
a. Golongan Opioid : Fenthanyl, Pethidin
b. muscle relaxant : vecuronium bromida, recuronium bromida
c. analgetik : tramadol, ketorolac
c. Antidotum intravena :
a. anticholinergic : Sulfas Atropin
b. antiopioid : Naloxon
c. pressor : ephedrin, adrenalin
d. lumagenic antidotum hipnotik : aminophilin
e. antidotum muscle relaxant : prostigmin
Persiapan Alat
a. Scope : Stetoscope
b. Tube : Endotrakeal tube
c. Airways : Guedel
d. Tape : plester
e. Introducer : Stilet
f. Connector : penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
g. Suction : penyedot lendir dan ludah
h. Mesin anestesi
i. Ambubag/ manual ventilator
2. Pelaksanaan Anestesi
5
g. Jam 09:58 ahli bedah memulai operasi, selama operasi tanda vital,
perdarahan dan saturasi O2 dimonitor tiap 5 menit.
h. Jam 10:20 operasi selesai
i. Jam 10:35 pasien sadar, ekstubasi, suction dan penderita dipindahkan
ke ruang pulih sadar.
09: 55 92/50 74 99
10:00 100/65 77 99
10:35 111/65 77
6
10:40 120/60 74
10:50 118/62 76
3. Di Ruang Pemulihan
- Jam 11:00 : pasien dipindahkan ke recovery room dalam keadaan
setengah sadar, posisi terlentang, kepala di ekstensikan, diberikan O 2 2
liter/menit, dan tanda-tanda vital dimonitoring tiap 10 menit.
- Jam 11: 15 : pasien stabil baik, dipindahkan ke Bangsal Seruni
Monitoring Pasca Anestesi
a. Rawat pasien posisi terlentang, kontrol vital sign. Bila tensi turun di
bawah 90/60 mmHg, infus dipercepat. Bila muntah, berikan
Ondansetron 4 mg. Bila kesakitan, berikan Ketorolac 1 ampul.
b. Lain-lain
- Kontrol balance cairan.
- Monitor vital sign.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendahuluan
Polip nasi didefinisikan sebagai kantong mukosa yang terdiri dari edema,
jaringan fibrous, pembuluh darah, selsel inflamasi dan kelenjar.
Menurut Mackay yang dikutip dari Hamadi, terdapat 4 stadium dari polip
nasi yaitu:5
Stadium 0: tidak ada polip
Stadium 1: polip terbatas dalam meatus media tidak keluar ke rongga
hidung tidak tampak dengan pemeriksaan rinoskopi anterior hanya terlihat dengan
nasoendoskopi.
Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus media dan tampak dirongga
hidung tetapi tidak memenuhi /menutupi rongga hidung.
Stadium 3: polip sudah memenuhi rongga hidung.
Menurut Hellquist yang dikutip oleh Zulka, terdapat sub- tipe histologis
yaitu tipe I polip alergik dengan eosinofil yang dominan, tipe II polip
fibroinflamatorik dengan neutrofil yang dominan, tipe III polip dengan hiperplasia
kelenjar seromusinosa dan tipe IV polip dengan stroma atipik. Chmielik membagi
polip berdasarkan histologi menjadi 3 jenis yaitu polip eosinofilik, polip
inflamatori, stroma atipik.
2. Insidens
Polip nasi ditemukan 1-4% dari total populasi, 36% penderita dengan
intoleransi aspirin, 7% pada penderita asma. Polip pada dewasa berkisar 1-4%
sedangkan 0,1% ditemukan pada anak-anak. Angka kejadian polip pada anak-anak
dengan kistik fibrosis 6-48%, sedangkan polip antrokoanal pada anak sekitar 33%
dari seluruh polip nasi pada anak.
Polip nasi terutama ditemukan pada laki-laki dibanding wanita dengan rasio
4:1. Biasanya terjadi setelah umur 20 tahun dan banyak pada umur 40 tahun ke
atas. Polip nasi biasanya timbul setelah anak berumur lebih dari 2 tahun. Jika
8
timbul sebelum 2 tahun maka dapat dipikirkan adanya ensefalokel atau
meningokel.
Polip nasi jarang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 10 tahun.
Penyebab pasti polip nasi belum diketahui. Diduga terdapat beberapa faktor risiko
polip nasi diantaranya inflamasi kronik, asma bronkial, kistik fibrosis, rhinitis
alergi, dan rinosinusitis kronik.
4. Diagnosis
Diagnosis polip nasi berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Melalui anamnesis didapatkan keluhan hidung tersumbat
yang menetap, infeksi sinus/sinusitis, sakit kepala, penciuman berkurang sampai
hilang, tidur ngorok, rinore yang mengalir ke belakang, bersin bersin dan
epistaksis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya masa polip warna bening soliter,
tidak nyeri bila disentuh dan tidak mengecil setelah diberikan vasokonstriktor
topikal dan pada rinoskopi posterior terdapat nasal drip
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah endoskopi kaku dan
fleksibel, foto sinus polos dan tomografi komputer sinus paranasal diperlukan
juga tes biopsi.
9
5. Penatalakasanaan
6. Prognosis
Polipnasiseringkambuhkembali,olehkarenaitupengobatannyajuga
perluditujukankepadapenyebabnya,misalnyaalergi.Tetapiyangpalingideal
padarinitisalergiadalahmenghindarikontakdenganalergenpenyebab
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
depresi miokard dan pelepasan histamin dan mungkin menyebabkan
depresi ventilasi dan bradikardi.
b. Induksi
Dengan menggunakan Propofol 100mg untuk induksi keuntungannya
memiliki efek analgesik, anti emetik, pemulihan yang lebih cepat
dibandingkan dengan obat lainnyadan memiliki rasa nyaman ketika
bangun. Efek sampingnya adalah depresi nafas.
c. Fasilitasi
Vecuronium Bromida 4 mg merupakan obat pelumpuh otot non
depolarisasi yang mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal
dari tanaman leontice leontopetaltum. Keunggulannya adalah
metabolisme terjadi di dalam darah, tidak tergantung pada fungsi hati dan
ginjal, tidak mempunyai efek akumulasi berulang, tidak menyebabkan
perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna.
d. Pemasangan ETT
Tindakan memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulu t
atau melalui hidung, dengan sasaran jalan napas bagian atas atau
trakea. Tujuan penggunaan ETT pada pasien ini :
Menjaga patensi jalan napas karena durasi pembedahan diperkirakan
lebih dari 30menit
Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
e. Maintenance
N2O dan O2 dengan perbandingan 2 : 2 serta sevofluran 2 vol%.
N2O adalah anestetik inhalasi digunakan sebagai pembawa anestetik
inhalasi lainnya. Pemberiannya tidak boleh terlalu lama karna akan
mengakibatkan hipoksia.
Sevofluran 2 vol% adalah anestetik inhalasi baru yang memberikan
induksi dan pemulihan yang lebih cepat.
f. Terapi cairan
Pasien sudah tidak makan dan minum 8 jam, namun sudah di pelihara
kekurangan cairannya dengan memberikan cairan infus selama di bangsal
12
Untuk kebutuhan selama operasi berlangsung:
BB = 42 kg
a. Maintenance = 4 x 10kg = 40
= 2 x 10kg = 20
= 1 x 22kg = 22 total 82cc/jam
b. Stress operasi (sedang)
= 6cc/kgBB/jam = 6 x 42 = 252 cc/jam
c. Perdarahan = 70cc (perkiraan berat kassa dan suction)
EBV = 75 x 42 = 3150ml
Perdarahan <20 % EBV tidak perlu transfusi, cukup diganti dengan
kristaloid
Pemberian Cairan :
Kebutuhan cairan selama operasi sedang 55 menit
= perdarahan + maintenance + stress operasi
= 70 + 82 + 252
= 404 cc
Cairan yang sudah diberikan saat operasi = 500 cc
Balance cairan : 500cc 404cc = + 196cc
13
Total 9
Apabila total Aldrete score >8 pasien sudah dapat dipindah ke bangsal.
Pada saat malam hari post operasi.
Sistem Pernapasan
Respiratory Rate : 20 x/mnt
Sistem Sirkulasi
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/mnt
Sistem Saraf Pusat
GCS : 15
Sistem Perkemihan
DBN
Sistem Pencernaan
Bising usus : 6x/mnt
Sistem Muskuloskeletal
Hidung kiri tertutup oleh kassa
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
14
kombinasi inhalasi dan intravena sehingga didapatkan anestesia umum (General
anastesi) dengan pemeliharaan mengunakan gas anestesi melewati endotrakea.
Kebutuhan cairan selama operasi yaitu jumlah dari perdarahan, maintanance
dan stress operasi (70 + 82 + 252 = 404cc), sedangkan cairan yang sudah
diberikan saat operasi adalah 500cc, sehingga balance cairannya adalah +196cc.
Selama proses operasi tidak terjadi masalah gejolak hemodinamik.
Di ruang pemulihan (recovery room), vital sign pasien dalam batas normal
dan nilai aldrette score mencapai 9 sehingga pasien selanjutnya bisa dipindahkan
ke bangsal
IV.II. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16