Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS GENERAL ANASTESI

Os Sectio Cesarea

Oleh:

INNEKE FITRI DELVI


KRISNA DWI SAPUTRA
MIZWAR ZULMI
OPYANDA EKA MITRA

KKS BAGIAN ILMU ANASTESI RSUD. BANGKINANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
2013

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 21 tahun
Berat badan :-
Tinggi badan :-
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.Tanjung Barular, Kampar
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Tanggal masuk RS : 28 Oktober 2013
No. RM : 098246

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Rujukan panggul sempit di Norfa Husada pada tanggal 14 oktober 2013

b. Riwayat Penyakit Sekarang:


- HPHT: 2 Januari 2013
- Riwayat persalinan : hamil anak pertama anak
- Riwayat perkawinan : satu kali menikah
- Riwayat kontrasepsi : tidak pernah menggunakan kontrasepsi

c. Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
- Riwayat penyakit DM : disangkal
- Riwayat penyakit alergi : disangkal
- Riwayat penyakit asma : disangkal
- Riwayat operasi sebelumnya : operasi 28 mei 2013 atas indikasi tumor mamae
sinistra suspek FAM

2
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
- Riwayat penyakit DM : disangkal
- Riwayat penyakit alergi : disangkal
- Riwayat penyakit asma : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Respirasi : 20 kali/menit
- Nadi : 78 /menit, isi dan tekanan penuh
- Suhu : 36,6 C
Kepala : Mesochepal, simestris, tumor (-)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera tidak iktenk
Hidung : Discharge (-) epistaksis (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bibir kering (-), hiperemis (-), pembesaran tonsil (-),
Gigi : Gigi palsu (-)
Telinga : Discharge (-), deformitas (-)
Leher : Simestris, trakea ditengah, pembesaran tiroid dan limfe (-)
Thorax : Pulmo : Simetris kanan – kiri, retraksi dinding dada (-)
SD : vesikuler (+/+) normal
ST : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Cor : BJ I-II reguler, bising (-)
Abdomen : Status lokalis
Extremitas : edema (-/-), sianosis (-/-), edema (-/-), akral hangat
Vertebrae : Tidak ada kelainan

3
b. Status Lokalis
Regio Abdomen
Inpeksi : Buncit hamil, striae gravidarum (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal 8 x/menit, DJJ (+) 150 x/menit
Palpasi : TFU 3 jari di bawah procesus xipoideus
His : (+) 5 – 6 detik, 15 – 20 menit sekali
Leopold I : Teraba bagian besar, bulat, lunak 3 jari bawah proc.xypoideus
Leopold II : Teraba punggung di sebelah kiri, bagian kecil di kanan
Leopold III : Letak kepala
Leopold IV : Belum masuk PAP

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Tanggal 28 Oktobeter 2013
Pemeriksaan darah lengkap :
Hb : 11,4 g/dl (12 – 16 g/dl)
Leukosit : 9.800 ul (5000 – 10000 ul)
Ht : 32,2 % (W 37 – 43 %)
Eritrosit : - (W 4 – 5 jt)
Trombosit : 206000/ul (150000 – 400000/ul)
GDS : 71 mg/dl (<200mg/dl)

V. DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis pra operasi: G1P0A0H0 gravid 38 – 39 minggu atas indikasi panggul
sempit
Diagnosis post operasi: G1P1A0H1 post sectio cesarea atas indikasi panggul sempit

VI. STATUS ANASTESI


ASA II (Pasien dengan gangguan sistemik ringan, perubahan anatomi dan
fisiologi dalam masa kehamilan)

VII. TINDAKAN
Dilakukan : Sectio Cesarea
Tanggal : 29 Oktober 2013

4
VIII. LAPORAN ANESTESI
a. Persiapan Anestesi
- Informed concent
- Puasa
Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung
karena regurgitasi. Pasien puasa 10 jam
- Pemasangan IV line
Sudah terpasang jalur intravena menggunakan IV catheter ukuran 18 atau
menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal
bisa dipasang.
- Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2

b. Penatalaksanaan Anestesi
Jenis anestesi : Regional Anestesi (RA)
Premedikasi :
- Ondansetron IV 4 mg
- Midazolam IV 2 mg
Medikasi Intra Operatif:
- Bupivacain spinal IV 15 mg
- Oksitosin IV 2 ampul ( 20 IU)
- Asam Traneksamat IV 500 mg
Medikasi Post Operatif:
- Tramadol IV 100 mg
- Ketorolac 30 mg
Teknik anestesi :
Pasien dalam posisi duduk tegak dan kepala menunduk Dilakukan desinfeksi di
sekitar daerah tusukan yaitu di regio vertebra lumbal 4 – 5. Dilakukan Sub
Arakhnoid blok dengan jarum spinal no. 27 pada regio vertebra lumbal 4 – 5
dengan tusukan paramedian.
LCS keluar (+) jernih
Respirasi : Spontan
Posisi : Supine
Jumlah cairan yang masuk :

5
Kristaloid = 1500 cc
Perdarahan selama operasi : ± 500 cc
Pemantauan selama anestesi :
Mulai anestesi : 09.59
Mulai operasi : 10.05
Bayi lahir : 10.15
Selesai operasi : 10.35
Tekanan darah dan frekuensi nadi.
Pukul (WIB) Tekanan Darah (mmHg) Nadi (kali/menit)
09.59 121 / 79 89
10.04 92 / 70 87
10.09 92 / 65 87
10.14 92 / 65 71
10.19 99 / 69 79
10.23 110 / 70 98
10.28 110/70 98
10. 33 109 / 70 92
10.38 109 / 70 91

PROGNOSA
Dubia ad bonam

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea, antara lain :
1. Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi
melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007, hal .227).
2. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005, hal. 133).
3. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu
(laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih
(Dewi Y, 2007, hal. 1-2). Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio
caesarea adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi
dengan jalan pembukaan dinding perut.

2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea


Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
1. Sayatan melintang, Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim
(SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan
(simphysisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm.
keuntunganya adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko
menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa
nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka
operasi dapat sembuh lebih sempurna (Kasdu, 2003, hal. 45).
2. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik), Meliputi sebuah pengirisan
memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu ruang yang lebih besar
untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini
labil, rentan terhadap komplikasi (Dewi Y, 2007, hal .4).

7
3. Indikasi Sectio Caesarea
Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan sectio
caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin.
Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi:
1. Indikasi Medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :
a. Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan
lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang
mempengaruhi tenaga.
b. Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak “mahal” dengan kelainan letak lintang,
primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu
lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome
(denyut jantung janin kacau dan melemah).
c. Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan
lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular
ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota
(kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit
infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin
wanita), hepatitis B dan hepatitis C. (Dewi Y, 2007, hal. 11-12)

2. Indikasi Ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun
ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,
misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan
preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu
kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.
b. Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak

8
melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya
proses persalinan.
c. Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada
indikasi yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi
terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau
membuka, operasi bisa saja dilakukan.
d. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e. Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)
atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses
persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati
jalan lahir dengan lancar.
f. Ketuban Pecah Dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus
segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar
sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang
mengelilingi janin dalam rahim.
g. Rasa Takut Kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan
pangkal paha yang semakin kuat dan “menggigit”. Kondisi tersebut karena
keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan
cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan
melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat
proses persalinan alami yang berlangsung. (Kasdu, 2003, hal. 21-26)

9
3. Indikasi Janin
a. Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120-
160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah,
lakukan segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.
b. Bayi Besar (makrosemia) (Cendika, dkk. 2007, hal. 126).
c. Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah
jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong
pada posisi yang lain.
d. Faktor Plasenta
 Plasenta previa, Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi
sebagian atau selruh jalan lahir
 Plasenta lepas (Solution placenta), Kondisi ini merupakan keadaan
plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.
Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir
sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.
 Plasenta accreta, Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot
rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang
berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu
yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang
menyebabkan menempelnya plasenta.
e. Kelainan Tali Pusat
 prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan
ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah
berada di jalan lahir sebelum bayi.
 Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali
pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari
plasenta ke tubuh janin tetap aman.(Kasdu, 2003, hal. 13-18).

10
4. DISPROPORSI SEVALOPELVIK
Disproporsi sefalopelvik merupakan keadaan yang menggambarkan ketidak
seimbangan antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak bisa keluar melalui
vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar atau
keduanya. Cephalopelvic Disproportion (CPD) merupakan diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar agar muat melewati panggul ibu. Setiap
penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat mengakibatkan
distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas panggul,
midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari ketiganya. Karena
CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet, diagnosisnya bergantung
pada pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi ukuran kepala
janin.1 sempit disebut sebut sebagai salah satu kendala dalam melahirkan secara normal
karena menyebabkan obstructed labor yang insidensinya adalah 13% dari persalinan.
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum , linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis merupakan jarak dari
pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis bisa diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang ditempelkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang.
Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Konjugata
obstetrika ialah konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata
obstetrika.

5. Klasifikasi
Pembagian panggul sempit
1. Kesempitan pintu atas panggul ( pelvic outlet)
a. Pembagian tingkatan panggul sempit tingkat I: CV= 9-10 cm= borderline
b. Tingkat II: CV = 8-9 cm = relatif
c. Tingkat III : CV = 6-8 cm = ekstrim
d. Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)

11
6. PENANGANAN
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak
dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan
dalam prognosa persalinan.
Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan
persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cmdan
anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.
a. CV 8,5 - 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengansecio caesaria
sekunder atas indikasi obstetric lainnya
b. CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer
c. CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak

Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada :


1. his atau tenaga yang mendorong anak
2. Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
3. Bentuk panggul
4. Umur ibu
5. Penyakit ibu

12
BAB III
LAPORAN ANASTESI

A. PRE OPERATIF
Meskipun operasi sectio caesarea yang dilakukan merupakan tindakan operasi
elektif, tetapi persiapan anestesi dan pembedahan harus selengkap mungkin karena
dalam pemberian anastesi dan operasi selalu ada resiko. Persiapan yang dilakukan
meliputi persiapan alat, penilaian dan persiapan pasien, dan persiapan obat anestesi
yang diperlukan. Penilaian dan persiapan penderita diantaranya meliputi :7
- informasi penyakit
- anamnesis/heteroanamnesis kejadian penyakit
- riwayat alergi, hipertensi, diabetes mellitus, operasi sebelumnya, asma,
komplikasi transfusi darah (apabila pernah mendapatkan transfusi)
- riwayat keluarga (penyakit dan komplikasi anestesia)
- makan minum terakhir (mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi atau
muntah pada saat anestesi)
- Persiapan operasi yang tidak kalah penting yaitu informed consent, suatu
persetujuan medis untuk mendapatkan ijin dari pasien sendiri dan keluarga pasien
untuk melakukan tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien dan keluarga
pasien diberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi selama operasi
dan post operasi. Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien
termasuk dalam klasifikasi ASA II

B. INTRA OPERATIF
Pada pasien ini diberikan jenis anestesi spinal yang mulai dilakukan dengan
posisi pasien duduk tegak dan kepala menunduk hingga prossesus spinosus mudah
teraba, lalu ditentukan tempat tusukan pada garis tengah. Kemudian disterilkan tempat
tusukan dengan alkohol dan betadin. Jarum spinal nomor 27-gauge ditusukkan dengan
arah paramedian, barbutase positif dengan keluarnya LCS (jernih) kemudian dipasang
spuit yang berisi obat anestesi dan dimasukkan secara perlahan-lahan.5
Sesaat setelah bayi lahir dan plasenta diklem diberikan oksitosin 20 IU (2
ampul). Pemberian oksitosin bertujuan untuk mencegah perdarahan dengan

13
merangsang kontraksi uterus secara ritmik atau untuk mempertahankan tonus uterus
post partum, dengan waktu partus 3-5 menit.8
Pada pasien ini diberikan analgetik post operatif berupa tramadol 100mg dan
ketorolac 30mg yang dimasukkan ke dalam ringer laktat 500mL 25 tetes permenit.
Pada pasien ini berikan cairan infus RL. (ringer laktat) sebagai cairan
fisiologis untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Pasien sudah tidak
makan dan minum ± 10 jam, maka kebutuhan cairan pada pasien dengan BB = 64 kg:
- Pemeliharaan cairan per jam:
(4 X 10) + (2 X 10) + (1 X 48) = 108 mL/jam
- Pengganti defisit cairan puasa:
10 X 108 mL = 1080 mL
- Kebutuhan kehilangan cairan saat pembedahan:
6 X 64 = 384 mL
- 1 jam pertama = (50 % X defisit puasa ) + pemeliharaan + pendarahan operasi :
540 + 108 + 384 = 1032 mL
- 1 jam kedua = (25 % X defisit puasa ) + pemeliharaan:
270 + 108 = 378 mL
- Jumlah terapi cairan:
108 + 1080 + 384 = 1572 m + 3 kolf RL (kristaloid)

C. POST OPERATIF
Setelah operasi selesai, pasien bawa ke ruang rawat obsgyn. Pasien berbaring
dengan posisi kepala lebih tinggi untuk mencegah spinal headache, karena efek obat
anestesi masih ada. Observasi post operasi dilakukan selama 2 jam, dan bedrest
24jam, dilakukan pemantauan vital sign (tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory
rate) dan keadaan umum pasien setiap 30menit dan puasa post operasi selama 2 jam
kalau tidak mual dan muntah, dan memperhatikan adanya darah dari jalan lahir.
Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit. Setelah keadaan umum stabil, maka pasien
dibawa ke ruangan.

14
BAB IV
KESIMPULAN

G1P1A0H1 usia 21tahun, gravid 38 – 39 minggu atas indikasi disproporsi


kepala panggul, dengan keluhan nyeri ari-ari menjalar ke pinggang sejak 1 hari datang
ke rumah sakit, dilakukan tindakan sectio cesarea pada tanggal 29 Oktober 2013 di
ruangan operasi RSUD Bangkinang.
Teknik anestesi dengan spinal anestesi (subarachnoid blok) merupakan teknik
anestesi sederhana, cukup efektif. Anestesi dengan menggunakan Bupivacain spinal 15
mg untuk maintenance dengan oksigen 2-3 liter/menit. Untuk mengatasi nyeri
digunakan ketorolac sebanyak 30 mg dan Tramadol 100mg. Perawatan post operatif
dilakukan dibangsal dan dengan diawasi vital sign, keadaan umum dan tanda-tanda
perdarahan.

15

Anda mungkin juga menyukai