KEPERAWATAN KRITIS
MIA TRIANA
NIM. 433131490120020
Seorang pria berusia 28 tahun, mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Pasien dalam
kondisi sehat saat mobilnya mengalami benturan di sisi pengemudi dan terguling masuk ke
dalam parit. Kantong udara terbuka. Tim bantuan medis darurat membutuhkan waktu 15
menit untuk mengeluarkan pasien dari mobilnya. Pemeriksaan pendahuluan di tempat
kejadian menunjukkan kehilangan kesadaran, nilai GCS 10, dan frekuensi pernapasan 8
kali/menit, dengan oksimetri nadi 89%. Traksi servikal dipasang. Pasien diintubasi dan
membutuhkan bantuan pernapasan penuh. Pasien dengan segera distabilisasi menggunakan
prinsip Bantuan Hidup Jantung Lanjutan (Advanced Cardiac Life Support, ACLS) dan
dipindahkan ke pusat trauma menggunakan helikopter. CT scan cepat pada kepala, dada, dan
abdomen pasien dilakukan. Spesimen laboratorium dan darah dikirim untuk pemeriksaan
golongan dan silang padan.
Pada hari ke-3, selama pemeriksaan neurologis rutin, perawat menemukan bahwa pupil
kiri pasien terfiksasi dan dilatasi; tidak ada gerakan motorik spontan dan tidak ada respons
terhadap stimulus yang membahayakan di Sentral atau perifer, Perawat dengan segera
menghubung petugas jaga dan mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan CT scan otak
segera. CT scan menunjukkan perdaranan temporal kiri dengan pergeseran garis tengah
otak sebesar 4 mm dan edema ringan. Konsultasi bedah saraf segera dilakukan. Alat
intraventrikel dimasukkan untuk memantau TIK dan pasien dibawa ke kamar operasi
untuk pembedahan dekompresif segera. TIK rerata awal adalah 43 mmHg. Selama
pembedahan, pasien mendapatkan beberapa dpntuk menurunkan TIK, termasuk infus
manitola hiperventilasi ringan. Di ruang pemulihan, perawat entitrasi manitol berdasarkan
pada osmolaritas serum serial (setiap 6 jam). TIK pasien pada saat kembali ke unit adalah
12 mmHg. Program pasca-bedah mencakup pemantauan MAP, CPP, dan TIK per jam,
peninggian kepala tempat tidur 30 derajat, dan pemantauan asupan dan haluaran (1/0)
secara ketat. Nitroprusid, yang mulai diberikan di kamar operasi untuk hipertensi yang
sulit diatasi, diteruskan dengan program mempertahankan tekanan darah sistolik kurang
dari 160 mmHg.
Pada hari ke-4, pasien terus mengalami episode peningkatan TIK sementara yang
berespons terhadap tindakan konservatif, yang mencakup :
Mempertahankan lehernya pada posisi netral
Memberikan pereda nyeri yang adekuat
Memberi jeda antar intervensi keperawatan untuk menghindari agitasi
Meminimalkan percakapan yang keras dan memberi tahu pasien sebelum melakukan
prosedur yang tidak nyaman
Meminimalkan batuk Tekanan darahnya tetap 140/70 mmHg dan infus nitroprusid
dihentikan. Pasien membutuhkan hidralazin IV sesuai kebutuhan untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik kurang dari 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik kurang dari 90 mm Hg.
Selama sif malam pada hari ke-4, pasien mengalami serangan aktivitas kejang tonik-
klonik selama 2 menit. ia berespons terhadap dosis diazepam urgen sebesar 5 mg. Dosis
ulang 5 mg dibutuhkan setelah 5 menit ketika pasien terus menunjukkan aktivitas kejang
generalisata. Setelah dosis diazepam kedua, aktivitas kejang berhenti. Pasien diberi dosis
muatan fenitoin dengan program tertulis untuk fenitoin 250 mg dua kali sehari.
Pemeriksaan EEG dilakukan, yang memperlihatkan tidak adanya aktivitas kejang
subklinis. Pasien tetap mengalami agitasi pada keadaan setelah kejang. CT scan kepala
ulang dilakukan, yang menunjukkan tidak adanya perdarahan atau pergeseran baru. TIK
adalah 35 mm Hg dan menetap, meski dilakukan penatalaksanaan agresif dengan manitol,
drai- nase, analgesik, dan sedasi. Infus propofol diberikan dan ventilasi mekanis
diteruskan. Infus manitol dititrasikan hingga mencapai osmolaritas serum setiap 8 jam.
TIK turun secara bertahap hingga 12 mmHg. Manitol secara bertahap disapih.
Pada hari ke-5, pasien terus mengalami peningkatan TIK sebesar 25 mmHg.
Pemeriksaan gas darah arteri (aterial blood gas, ABG) menunjukkan hipoksia dan
hiperkarbia berat yang menyebabkan cedera paru akut berat. Agens NMB nondepolarisasi
digunakan untuk membantu sinkronisasi ventilasi. Pasien mulai diberikan infus kontinu
kisatrakurium. Infus lorazepam dan fentanil diberikan berbarengan untuk sedasi dan
analgesia kontinu. Propofol dihentikan. Perawat memeriksa train-offour setiap 4 Jam dan
setiap perubahan dosis, menargetkan satu dari empat Sentakan sebagai indikasi kebutuhan
dosis kisatrakurium untuk mencegah komplikasi akibat pemberian NMB dalam waktu
lama.
Pada hari ke-6, TIK pasien terus berada di 10 mmHg dan di bawahnya. Manitol tidak
lagi diindikasikan. Cedera paru akut membaik, yang ditandai dengan pemeriksaan sinar-x
dada dan ABG. Agens NMB dititrasikan hingga dihentikan. Setelah dihentikan, tidak ada
tanda kelemahan atau polimiopati menyeluruh dalam waktu lama. Pasien masih
membutuhkan sedasi dan analgesia, tetapi berespons terhadap stimulus yang
membahayakan.
Pada hari ke-7, TIK pasien tetap di bawah 10 mmHg. Hasil CT Scan otaknya
memperlihatkan tidak ada perdarahan lebih lanjut atau efek massa. Alat IVC dicabut.
Pasien secara perlahan mendapatkan kesadaran dan fungsinya setelah trauma multisistem
dan cedera otak sekunder, yang mencakup perdarahan intrakranial dan hipoksia. Pasien
membutuhkan ventilasi lama akibat cedera paru, namun berhasil disapih dari ventilator.
Saat pasien pulih, kebutuhannya akan sedasi dan analgesia berkurang. Pasien tetap
mendapatkan terapi antikonvulsan selama fase rehabilitasi, ia membutuhkan rehabilitasi
akut dan jangka panjang, termasuk terapi bicara, okupasi, dan fisik. Pasien membutuhkan
pelatihan kembali keterampilan guna menentukan dan mengoptimalkan kemampuannya.
Tekanan intrakranial normal berkisar pada 8-10 mmHg untuk bayi, nilai kurang dari
15 mmHg untuk anak dan dewasa, sedangkan bila lebih dari 20 mmHg dan sudah
menetap dalam waktu lebih dari 20 menit dikatakan sebagai hipertensi intrakranial.
Efek peningkatan tekanan intrakranial sangatlah kompleks, oleh karena itu perlu
penanganan segera agar penderita tidak jatuh dalam keadaan yang lebih buruk. Tiga
puluh enam persen penderita dengan cedera otak yang disertai koma, datang dalam
keadaan hipoksia dan gagal nafas yang membutuhkan ventilator mekanik.
Nilai laboratorium : nilai laboratorium berikut dalam batas normal: panel metabolik
komprehensif mencakup pemeriksaan :
a. Panel elektrolit dan fungsi hati parameter koagulasi: masa protombin(PT), masa
tromboplastin parsial (PTT): Elektrolit perlu dimonitor, karena pasien mengalami
perdarahan maka elektrolit nya ikut hilang, fungsi elektrolit yaitu untuk menjaga
keseimbangan asam-bassa, dan mengatur kinerja saraf serta otot.
b. Rasio normalisasi internasional (INR); hitung sel darah putih (SDP) dan Trombosit.
Leukosit perlu diperhatikan karena untuk menunjukan adanya infeksi, trombosit
pada pasien SDH perlu di monitor karena apabila nilai trombosit nya rendah maka
perdarahan sulit untuk berhenti karena komponen pembekuan darahnya (trombosit)
sedikit.
c. Hitung darah lengkap (CBC) menunjukan hemoglobin 8,0 g/100 ml (normal 13-
18mg/100 ml), Hb rendah menandakan adanya perdarahan yang menyebabkan
volume darah menurun dan Hb menurun.
d. Hematrokit 28% (normal, 42%- 52%).
A. IDENTITAS PASIEN :
1. Nama Klien : Tn. X
2. Usia : 28 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Diagnosa Medis :-
5. No. Register :-
6. Tanggal Masuk :-
7. Tanggal Pengkajian : 21 Oktober 2020
8. Sumber data : Keluarga (Istri)
9. Rujukan : Tidak
10. Diagnosis rujukan :-
11. Pendidikan pasien :-
12. Pekerjaan pasien :-
B. PENGKAJIAN KRITIS
AIRWAY Adanya suara ronki kasar di seluruh paru dan pasien tidak mampu
(Jalan Nafas) batuk.
BREATHING HARI KE-1
(Pernafasan) Frekuensi pernapasan 8 kali/menit.
Frekuensi pernapasan dibantu oleh ventilasi mekanis pada 16
kali/menit.
HARI KE-2
la masih membutuhkan ventilasi mekanis karena sedasi berat;
pernapasan sinkron dengan ventilator.
CIRCULATION HARI KE-1
Tekanan darah 188/66 mmHg, frekuensi jantung 45 kali/menit,
oksimetri nadi 93%.
HARI KE-3
TIK rerata awal adalah 43 mmHg
TIK pasien pada saat kembali ke unit adalah 12 mmHg
Tekanan darah sistolik kurang dari 160 mmHg
HARI KE-4
Tekanan darah 140/70 mmHg
Mempertahankan tekanan darah sistolik kurang dari 160
mmHg, dan tekanan darah diastolik kurang dari 90 mmHg
TIK 35 mmHg
TIK turun secara bertahap hingga 12 mmHg
HARI KE-5
Peningkatan TIK 25 mmHg
HARI KE-6
TIK pasien terus berada 10 mmHg
HARI KE-7
TIK pasien tetap dibawah 10 mmHg
DISABILLITY Pasien menunjukan kehilangan kesadaran
Nilai GCS 10 (Delirium)
Pada hari ke-3, selama pemeriksaan neurologis rutin, perawat
menemukan bahwa pupil kiri pasien terfiksasi dan dilatasi.
EXPOSURE Diaphoresis
Ekimosis diseluruh tubuh
Laserasi muldpel
Fraktur femur kanan
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Sistem Pernapasan
Jalan Napas : Bersih
Pernapasan :
RR :
Frekuensi pernapasan 8 kali/menit.
Terpasang Ventilator
Pasein diintubasi dan membutuhkan bantuan pernapasan penuh.
Frekuensi pernapasan dibantu oleh ventilasi mekanis pada 16 kali/menit.
Nilai laboratorium : nilai laboratorium berikut dalam batas normal : panel metabolik
komprehensif mencakup pemeriksaan panel elektrolit dan fungsi hatiparameter
koagulasi : masa protombin (PT), masa tromboplastin parsial (PTT), rasio normalisasi
internasional (INR); hitung sel darah putih (SDP) dan trombosit. Hitung darah lengkap
(CBC) menunjukan hemoglobin 8,0 g/100 ml (normal 13-18mg/100 ml) hematrokit
28% (normal, 42%- 52%).
D. ANALISA DATA
seluruh paru
Frekuensi pernapasan 8 Aliran darah ke serebral menurun
kali/menit
Frekuensi pernapasan dibantu Suplai O2 & nutrisi ke serebral
kali/menit
Hipoksia
Kesadaran menurun
Kesadaran menurun
Gangguan Metabolisme
penekanan pada Pusat pernapasan
akibat peningkatan TIK
Ketidakmampuan bernapas secara
mandiri
Terpasang ventilator mekanik
Gangguan Ventilasi Spontan
Senin, DS : (-) Gangguan Cedera Kepala
21-10- 2020 DO : Sirkulasi
Nilai TIK 43 mmHg pada Spontan Terputusnya kontinuitas jaringan,
Hari ke 3 (D.0007) vaskular
Nilai TIK 35 mmHg pada
Hari ke 4 Perdarahan
Frekuensi jantung 45
kali/menit Kekurangan volume caran
kali/menit
Aktivitas epineprin dan norepineprin
Pasien menunjukan
kehilangan kesadaran
Vasokontriksi
Nilai GCS 10 (Delirium)
Tekanan darah tidak stabil
Frekuensi jantung 45
kali/menit Aliran darah keotak menurun
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Sekresi yang Tertahan
(D.0001)
2. Gangguan Sirkulasi Spontan berhubungan dengan Penurunan Fungsi Ventrikel
(D.0007)
3. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial berhubungan dengan Edema Serebral (Mis.
Akibat Cedera Kepala [Hematoma Subdural] ) (D.0066)
4. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal berhubungan dengan Efek Agen Farmakologis
(D.0021)
F. PERENCANAAN
Observasi
Identifikasi penyebab peningkatan TIK
(mia. Lesi menempati ruang, gangguan
metabolisme, edema serebral,
peningkatan tekanan vena, obstruksi
aliran cairan serebrospinal, hipertensi
intracranial idiopatik)
Monitor peningkatan TD
Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih
TDS, dan TDD)
Monitor penurunan frekuensi jantung
Monitor ireguleritas irama nafas
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor perlambatan atau
ketidaksimestrisan respon pupil
Monitor kadar CO2 dan pertahankan
dalam rentang yang diindikasikan
Monitor tekanan perfusi serebral
Monitor jumlah, kecepatan, dan
karakteristik drainase cairan
serebrospinal
Monitor efek stimulus lingkungan
terhadap TIK
Terapeutik
Ambil sampel drainase cairan
serebrospinal
Kalibrasi transduser
Pertahankan sterilitas sistem
pemantauan
Pertahankan posisi kepala dan leher
netral
Bilas sistem pernapasan, jika perlu
Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
5 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
keperawatan selama 1 x 24 jam Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
diharapkan masalah keperawatan pemberian nutrisi tanpa melalui saluran
disfungsi motilitas gastrointestinal pencernaan namun melalui pembuluh darah.
teratasi dengan kriteria hasil : Observasi
Motilitas Gastrointestinal
Identifikasi indikasi pemberian nutrisi
(L.03023)
parenteral
Definisi : Aktifitas peristaltik
Identifikasi jenis akses parenteral yang
gastrointestinal.
diperlukan
Distensi abdomen membaik
Monitor reaksi alergi pemberian nutrisi
sampai dengan 1 (menurun)
parenteral
Suara peristaltik membaik
Monitor kepatenan akses intravena
sampai dengan 1 (meningkat)
Monitor asupan nutrisi
Monitor terjadinya komplikasi
Terapeutik
Observasi