Abstract
General anesthesia is the action losing of central pain with loss of
awareness that is reversible. Good general anesthesia is a combination between
anesthesia, analgesia, and muscle relaxation. Muscle relaxation is important to
facilitate surgery and intubation procedure.
There are several stages in the implementation of general anesthesia, among
premedication, anesthesia induction, and intubations. During premedication the
patient is given Ondansetron 4 mg iv as an anti emetic Fentanyl 50 g as an
analgetic and, Dexametason 4 mg iv combined with Difenhidramin 10 mg iv as an
anti allergic. Iinduction of anesthesia is given Propofol 150 mg iv and Atracurium
30 mg iv as a muscle relaxant. While at the7,5 sized
Abstrak
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Anestesi umum yang baik mencakup
tiga hal (Trias) yaitu hilangnya kesadaran (sedasi), hilangnya sensasi sakit
(analgesia), dan relaksasi otot. Relaksasi otot lurik penting dalam bidang anestesi
untuk mempermudah dilakukan pembedahan atau intubasi endotrakeal.
Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan anestesi umum, diantaranya
pramedikasi, induksi anestesi, dan intubasi. Pada tahap pramedikasi diberikan
Ondansetron 4 mg i.v sebagai antiemetik, Fentanyl 50 g i.v sebagai analgetik,
Dexametason 4 mg i.v dikombinasi dengan Difenhidramin 10 mg i.v sebagai
antialergi. Tahap induksi anestesi diberikan Propofol 150 mg i.v dan Atracurium 30
mg iv sebagai pelumpuh otot. Sedangkan pada tahap intubasi digunakan
endotrakeal tube (ET) No 7.
Patofisiologi muntah bisa berasal dari impuls merangsang korteks cerebri,
zona pemicu kemoreseptor atau sistem saraf parasimpatis yang meningkat. Dimana
diketahui pusat muntah ada di formatio retikularis medula oblongata yang terdiri
dari beragam kelompok neuron. Mual dan muntah sesudah operasi ( PONV ) adalah
efek samping yang paling sering setelah pengguanaan anestesi pada operasi.
Kata kunci: general anestesi, muntah, PONV.
PENDAHULUAN ( 1, 2, 4 )
General anestesi adalah tindakan menghilangkan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat pulih kembali atau reversible. Persiapan pra bedah yang kurang memadahi merupakan faktor terjadinya kecelakaan dalam
anesthesia. Sebelum pasien di bedah sebaiknya di lakukan kunjungan pasien
terlebih dahulu, sehingga pada waktu pasien di bedah pasien dalam keadaan yang
baik. Tujuan kunjungan pra anestesi adalah untuk mengurangi angka kesakitan
operasi,
mengurangi
biaya
operasi
dan
meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan.
Sebelum pasien dilakukan tindakan anestesi, sebaiknya dilakukan :
1. Pemeriksaan fisik.
Misalnya tindakan buka mulut, bentuk lidah, status mallampati untuk
menentukan kesulitan intubasi.
2. Pemeriksaan laboratorium.
Hb, Ht, leukosit, trombosit, waktu perdarahan, dan waktu pembekuan.
3. Klasifikasi status fisik menurut The American Society of Anesthesiologist
(ASA).
Kelas I
: pasien sehat organic, fisiologik, psikiatrik, biokimia
Kelas II : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
Kelas III : pasien dengan penyakit sistemuk berat, sehingga aktifitas rutin
terbatas.
Kelas IV : pasien dengan penyakit sistemik berat, tidak dapat melakukan
aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman kehidupan setiap saat.
Kelas V
: pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan< hidupnya tidak akan bertahan lebih dari 24 jam.
4. Masukan oral.
Pada pasien dewasa umumnya dipuasakan 6 jam. Sedangkan pada anak
dipuasakan 5 jam. Mengingat pada tindakan anetesi reflex laring akan
menurun dan dikhawatirkan terjadi aspirasi.
5. Premedikasi.
Ialah pemberian obat 1 - 2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan untuk
melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia diantaranya:
Meredakan kecemasan dan ketakutan.
Memperlancar induksi anesthesia.
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus.
Meminimalkan jmlah obat anestetik.
Mengurangi mual pasca bedah.
Menciptakan amnesia.
Mengurangi isi cairan lambung.
Mengurangi reflex yang membahayakan.
Setelah dilakukan premedikasi, dilanjutkan dengan induksi. Induksi anestesi
adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga
memungkinkan untuk dilakukan anesthesia dan pembedahan. Induksi dapat
dilakukan dengan cara intravena, inhalasi, intramuscular dan rectal.
Anestesi umum di indikasikan untuk :
Pembedahan
dengan
posisi
tertentu,
yang
memerlukan
pengendalian
pernapasan.
Pada tindakan anestesi umum biasanya dilakukan tindakan pembebasan jalan
nafas berupa pemasangan ET atau LMA. Anestesi umum menekan refleks
tenggorokan normal untuk mencegah aspirasi, seperti menelan, batuk, atau
muntah. Mual & muntah pasca anestesi sering terjadi setelah anestesi umum
terutama pada pasien penggunaan opioid, bedah intra abdomen, hipotensi dan
pada analgesia regional. Obat obat antimuntah yang sering digunakan pada
perianestesia adalah :
Dehydrobenzperidol ( droperidol ) 0,05 0,1 mg / kgBB ( ampul 5 mg / ml )
i.m atau i.v.
Metoclopramide ( primperan ) 0,1 mg / kgBB i.v, supp 20 mg.
Ondansetron (zofran, narfoz ) 0,05 0,1 mg / kgBB i.v.
Cyclizine 25 50 mg.
KASUS
Identitas Pasien :
Nama
: Tn. NR.
No. CM
: 162140.
Usia
: 41 Tahun.
Jenis kelamin
: laki laki.
Berat badan
: 50 kg
Alamat
: Sambung Harjo RT 03 / I.
Ruang
Tindakan operasi
: NAW.
Tanggal operasi
: 23 Juni 2010.
Anamnesa :
Sejak 1 bulan lalu pasien mengeluh sering nyeri pada daerah hidung dan
dahi, pusing bila sedang flue dan 1 minggu lalu pasien sangat merasa sakit dan
pusing walaupun sudah berobat ke dokter THT. Pasien datang berobat ke rumah
sakit dan di sarankan mondok untuk operasi. Pasien tidak pernah sakit sampai
dirawat di rumah sakit.
Riwayat Penyakit dan Operasi :
-
Pemeriksaan Preoperasi :
Keadaan umum
: Baik, CM.
: 110 / 80 mmHg.
Nadi
: 84 x / menit.
Laju nafas
: 20 x/ menit.
Mata
Hidung
: Sekret ( - ).
Mulut
: Bibir sianosis ( - ).
Ukuran dan pergerakan lidah normal.
Leher : Kelenjar tiroid tidak tampak membesar.
Kelenjar getah bening leher tidak teraba.
Trakea di tengah.
Faring
Paru - paru
paru ( - ).
Jantung
Abdomen
Punggung
Ekstremitas
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan darah rutin :
Hb
: 14, 7 g %
Ht
: 47, 3 %
(N: 35-47 %)
Leukosit
: 5.560 / mm3
Trombosit
: 295.000 /mm3
CT
8 menit 30 detik.
BT
1 menit 25 detik.
Status Anestesia :
22 juni 2009
Preoperasi
Status fisik
: ASA I
Tanda vital
Tekanan darah
: 110 / 80 mmHg.
Nadi
: 84 x / menit.
RR
: 20 x / menit.
Suhu
: 36,50 C
Premedikasi
: Narfoz 2 mg IV.
Dexametasone 10 mg IV.
Difenhidramine 10 mg IV.
Induksi
Teknik inhalasi
ventilator.
Maintenance
Anestesia dimulai
: pk. 08.20.
Posisi pasien
Teknik analgesia
100 mg.
Lakukan oksigenasi dengan sungkup.
mg.
Tunggu Notrixum bekerja sekitar 3 5 menit. Lihat apakah otot perut
sudah releks.
Bekali dengan oksigenasi O2 100% sebelum dilakukan intubasi.
Intubasi, respirasi control dengan ventilator.
Maintanace dengan O2 , N2O , Cevoflurane.
Durante Operasi
Operasi dimulai
: pk. 08.25
Keadaan umum
: Baik.
Nadi
: 80 - 110 x / menit.
Saturasi O2
: 98 % - 100 %.
Operasi selesai
: pk. 9.10
Lama operasi
: 45 menit.
Anestesi selesai
Lama anestesi
: pk. 09.20
: 60 menit.
Setelah operasi selesai diberikan obat reverse pelumpuh otot Neostigmin 1,5
mg + Sulfas Atropin 0,5 mg + Nokoba 0,8 mg. Masalah yang timbul selama
operasi ( - )
Postoperasi
-
Setelah operasi, pasien tetap harus tidur dengan posisi miring untuk
mencegah aspirasi.
Bila pasien sadar penuh, tidak mual dan muntah, serta telah terdengar
bising usus maka pasien boleh makan dan minum sedikit-sedikit.
Tensi, nadi, dan pernafasan harus tetap diawasi setiap setengah jam.
Bila pasien merasa mual dan atau muntah, dapat diberi antiemetik
Metoclopramide 5 mg IV.
PEMBAHASAN ( 2, 3, 4 )
1 minggu lalu pasien sangat merasa sakit dan pusing walaupun sudah
berobat ke dokter THT. Pasien datang berobat ke rumah sakit dan di sarankan
mondok untuk operasi. Setelah di foto Ro di dapatkan gambaran suram pada
sinus maxilaris kanan kiri dan eithmoid kanan - kiri. Kemudian pasien
disarankan oleh dokter untuk NAW. Penderita sebelumnya tidak mempunyai
riwayat asma, dan batuk lama, alergi, tekanan darah tinggi dan kencing
manis.
Pada premedikasi diberikan Narfoz 4mg i.v sebagai antiemetic ( untuk
mengurangi rasa mual sebelum dan sesudah operasi ), Sebagai analgetik
digunakan analgetik golongan
opioid
diakibatkan
pemberian
obat-obat
anestesi
(misal:
terjadinya
odema,
: 2 cc / kgBB / jam.
2 cc / kgBB / jam x 50 kg = 100 cc / jam.
- Defisit Puasa
- Stress operasi
Jam I
100 cc
600 cc
200
SO
cc
900
total
cc
Perdarahan ( BB 50 kg ).
EBV: 80 ml / kgBB = 80 x 50 = 4000 cc
Total perdarahan selama operasi : 200 cc
Maka kepada penderita boleh diberikan substitusi dengan penambahan
cairan kristaloid saja karena perdarahan hanya 5 %. Transfusi darah
belum perlu di lakukan karena jumlah perdarahan 25 % EBV.
Postoperasi
-
KESIMPULAN
Untuk operasi pada daerah leher teknik yang biasanya dipilih adalah cara GA. Dalam
general anestesi perlu memperhatikan efek obat terhadap organ-organ vital, seperti jantung, paru,
hepar dan ginjal.
Pemantauan/ monitoring anestesi bertujuan untuk :
a. Mendiagnosa ada permasalahan / tidak.
b. Mendiagnosa ada kegawatan/ tidak.
c. Evaluasi hasil dari suatu tindakan.
Tahapan dalam general anestesi meliputi :
Induksi anestesi.
Untuk mendapatkan balance anestesi / hasil yang optimal dalam general anestesi perlu
kombinasi beberapa jenis obat anestesi, seperti :
1. Hipnotik : midazolam HCL.
2. Analgetik : pethidin HCL, fentanyl, ketorolac, N2O.
Muscle relaxant : succinylcholine HCL, Atracurium Besylate.
DAFTAR PUSTAKA