Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KEBERHASILAN TINDAKAN INTUBASI


ENDOTRACHEAL TUBE SELAMA
INTRA ANESTESI PADA PASIEN
GENERAL ANESTESI
LITERATURE REVIEW

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

FARTIA APRISKA PUTRI


1811604002

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KEBERHASILAN TINDAKAN INTUBASI
ENDOTRACHEAL TUBE SELAMA
INTRA ANESTESI PADA PASIEN
GENERAL ANESTESI
LITERATURE REVIEW

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Terapan


Keperawatan Anestesiologi Program Studi Keperawatan Anestesiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:

FARTIA APRISKA PUTRI


1811604002

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022

ii
iii
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEBERHASILAN
TINDAKAN INTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE SELAMA
INTRA ANESTESI PADA PASIEN GENERAL
ANESTESI : LITERATURE REVIEW 1

Fartia Apriska Putri 2, Heri Puspito 3


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Jalan Siliwangi No. 63, Nogotirto, Gamping, Sleman,
Yogyakarta
fartiaapriskaputri@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Intubasi endotrakeal merupakan tindakan definitif terhadap manajemen
jalan napas yang memerlukan keterampilan yang harus dikuasai setiap tenaga anestesi.
Kegagalan mengelola saluran napas adalah penyebab morbiditas maupun mortalitas yang
dapat dicegah pada pasien yang menjalani anestesi umum. Enam puluh empat persen dari
henti jantung selama anestesia umum disebabkan oleh kesulitan intubasi endotrakeal yang
menyebabkan oksigenasi dan atau ventilasi tidak adekuat dan sekitar 55–93%
menyebabkan kematian atau kerusakan otak.
Tujuan Penelitian : Berdasarkan literature review penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Tindakan Intubasi
Endotracheal Tube Selama Intra Anestesi Pada Pasien General Anestesi.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode Literature Review atau
kepustakaan dari dua database yaitu Pubmed dan Science Direct. Terdapat sebanyak 340
artikel dari Pubmed dan 25.801 artikel dari Sciencedirect. Setelah dilakukan seleksi dengan
menggunakan kriteria inklusi dan JBI critical appraisal didapatkan sebanyak 6 artikel yang
terdiri dari 4 artikel dengan studi Cross Sectional, 1 artikel Randomized Controlled Trial
(RCT), dan 1 artikel Quassy Experimen untuk dianalisis oleh peneliti.
Simpulan : Terdapat 6 jurnal yang saling berhubungan. Dari hasil literature review yang
dilakukan pada 6 jurnal terkait, peneliti mendapatkan hasil bahwa prediktor kesulitan
intubasi adalah Uji Mallampati Cormack-Lehane, Uji Mallampati Modifikasi, Uji
Mallampati Ekstensi, Upper Lip Biting Test(ULBT) , Uji Jarak Tiromental, Acromio Axillo
Siprasternal Notch Index (AASI), Videolaringoskop dan Laringoskop direk,
Kata Kunci : Kesulitan Intubasi, Intubasi, Anestesi Umum, Intra anestesi
Daftar Pustaka : ( 2017-2022)
Halaman : 97 hal
1
Judul
2
Mahasiswa Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
3
Dosen Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

iv
v
1

PENDAHULUAN Kegagalan dalam mempertahankan


Anestesi umum atau general jalan napas yang adekuat dapat
anestesi adalah menghilangkan menjadi masalah besar timbulnya
kesadaran dengan pemberian obat- komplikasi yang cukup serius.
obat tertentu, tidak merasakan sakit American Society of
untuk mempertahankan fungsi Anaesthesiologists 'Closed Claims
ventilasi hilang, depresi fungsi Analysis, menyebutkan bahwa
neuromuscular dan juga gangguan terdapat 37% kasus kegagalan dalam
kardiovaskular (ASA, 2019). mempertahankan jalan nafas dari
Terdapat beberapa macam teknik kasus yang berhubungan dengan
anestesi umum, yaitu anestesi inhalasi anestesi. Sekitar 85% Kematian atau
dan anestesi intravena. Metode kerusakan otak terjadi dan 72%
inhalasi adalah pemberian obat kejadian dapat dicegah. Keterampilan
anestesi yang berbentuk gas yang yang baik dalam manajemen jalan
masuk ke paru-paru dibantu dengan napas tidak hanya mencakup
alat anestesi inhalasi. Beberapa alat kemampuan teknis dengan peralatan
yang digunakan yaitu dengan face yang semakin kompleks dan beragam,
mask, intubasi Endotracheal Tube tetapi juga penilaian dan pengalaman
(ETT), dan Laryngeal Mask Airway untuk menggunakannya dengan tepat
(LMA). Sedangkan anestesi intravena (Stringer et al., 2002).
adalah metode pemerian obat anestesi Insiden sulitnya intubasi jalan
yang dimasukkan melalui injeksi nafas telah dilaporkan antara 5 sampai
intravena. Jalan napas pasien tetap 30% pada penelitian yang berbeda.
perlu diamankan pada saat Mengidentifikasi kondisi pasien agar
memberikan obat-obatan anestesi terhindar dari risiko masalah
intravena (Semedi, 2021). manajemen jalan napas adalah
Permasalahan utama pada kuncinya perawatan optimal dan telah
kasus pasien dengan anestesi umum menjadi fokus banyak orang.
atau general anestesi (GA) adalah Beberapa ulasan telah melaporkan
bagaimana kita dapat menjaga intubasi endotrakeal lebih sulit pada
kepatenan jalan nafas pasien dan penderita obesitas daripada pada
memastikan jalan nafas tetap terbuka, pasien normal. Akan tetapi,
hal ini tentu saja memerlukan pernyataan ini tetap kontroversial
penatalaksanaan jalan nafas yang karena penelitian lain tidak
tepat dan efektif. Manajemen dalam menemukan bukti bahwa intubasi
mempertahankan jalan nafas pasien trakea lebih sulit pada pasien obesitas
menjadi hal penting dalam daripada pada pasien normal. Salah
menyelamatkan jiwa seseorang satu alasan untuk perbedaan ini adalah
khususnya mereka yang menjalani kurangnya konsensus tentang definisi
operasi dengan anestesi umum istilah "Intubasi yang sulit," yang
(Butterworth IV, 2018). bervariasi di antara penulis (Johnston
Manajemen jalan napas & Rai, 2013).
merupakan hal utama yang perlu di Kegagalan mengelola saluran
perhatikan dalam praktik anestesi napas adalah penyebab kematian yang
selama Pra-Intra-Pasca Anestesi. dapat dicegah pada pasien yang
2

menjalani anestesi umum. Enam divisualisasikan. Dasar anatomi yang


puluh empat persen dari henti jantung diajukan untuk pemeriksaan ini
selama anestesia umum disebabkan adalah hubungan lidah terhadap
oleh kesulitan intubasi endotrakeal rongga mulut, bila dasar lidah besar
yang menyebabkan oksigenasi dan maka glotis tidak terlihat pada saat
atau ventilasi tidak adekuat dan laringoskopi.
sekitar 55–93% menyebabkan Pemeriksaan Mallampati
kematian atau kerusakan otak Modifikasi dilakukan dengan posisi
(Zuercher & Ummenhofer, 2008). pasien duduk tegak, posisi kepala
Kesulitan intubasi sering netral, lidah dijulurkan maksimal, dan
terjadi dengan komplikasi, terutama tanpa fonasi. Mallampati Modifikasi
bila tenaga medis yang bertugas gagal kelas 1 menunjukkan bahwa struktur
dalam melakukan intubasi. Pada yang terlihat, yaitu palatum lunak,
pasien dengan kesulitan jalan nafas palatum keras, fauces, uvula, dan pilar
dengan situasi ketika ventilasi pada tonsil. Kelas 2 menunjukkan palatum
pasien sulit dilakukan dapat berakibat lunak, palatum keras, fauces, dan
fatal hingga menyebabkan kematian uvula. Kelas 3 menunjukkan palatum
atau kerusakan otak secara permanen. lunak, dan palatum keras. Kelas 4
Risiko yang dapat dialami pasien menunjukkan palatum keras.
apabila terdapat faktor penyulit Mallampati Modifikasi kelas 1 dan 2
intubasi yaitu, cidera pada saluran merupakan prediksi intubasi mudah,
pernafasan pasien, seperti perdarahan, sedangkan kelas 3 dan 4 sulit
aspirasi, penumpukan sekret, yang (Adamus, et al., 2010) .
dapat berujung pada kematian karena Penilaian grade Cormack
gagal nafas atau karena hipoksia Lehane yang dilakukan sesaat
(Bargesio, 2016). sebelum intubasi sangat penting untuk
Semua pasien membutuhkan mempersiapkan tata laksana intubasi
evaluasi yang berhubungan dengan sulit dengan lebih baik. Penelitian
kesulitan intubasi dan komplikasi. yang dilakukan di Inggris pada tahun
Terdapat beberapa teknik yang dapat 1984 membuat skala berdasar atas
digunakan dalam menilai kesulitan visualisasi laringeal yang terlihat
intubasi, diantaranya ElGanzouri Risk dengan laringoskop dan
Index (EGRI), LEMON, Wilson Risk diklasifikasikan menjadi 4 grade
Sumlemon dan Naguib Model Cormack Lehane. Grade 1
(Fleisher, 2013). menunjukkan bahwa seluruh atau
Evaluasi intubasi sulit yang bagian besar glotis yang terlihat (pita
dilakukan saat kunjungan preoperatif suara terlihat). Grade 2 menunjukkan
menjadi pemeriksaan yang sangat hanya sebagian glotis atau aritenoid
penting. Metode standar untuk atau bagian posterior pita suara yang
menilai potensial intubasi sulit adalah terlihat (komisura anterior tidak
metode Mallampati. Metode terlihat, sedikit tekanan pada laring
Mallampati dikembangkan menjadi hampir selalu dapat membuat
metode Mallampati Modifikasi pada aritenoid atau pita suara terlihat).
tahun 1987 dengan menambahkan Grade 3 menunjukkan tidak ada
struktur saluran napas kelas 4, yaitu bagian glotis yang dapat dilihat,
palatum mole yang tidak dapat hanya epiglotis, dan pita suara tidak
3

terlihat. Grade 4 menunjukkan hanya Study, Time) yang akan digunakan


palatum lunak yang terlihat, glotis sebagai strategi pencarian literature
dan epiglotis tidak dapat terlihat. atau studi kepustakaan tersebut yaitu;
Klasifikasi Cormack Lehane untuk a. Population, populasi atau masalah
paparan glotis adekuat pada grade 1 yang akan dianalisis
dan 2, namun tidak adekuat pada b. Intervention, suatu tindakan
grade 3 dan 4. penatalaksanaan terhadap kasus
Berdasarkan penelitian perorangan serta pemaparan
terdahulu dapat disimpulkan bahwa tentang penatalaksanaan tindakan
terdapat banyak penilian untuk c. Comparation, penatalaksanaan
menilai faktor penyulit intubasi, lain yang digunakan sebagai
namun terdapat beberapa penilaian pembanding
yang umum di gunakan yaitu d. Outcome, hasil atau luaran yang
penilaian LEMON, Cormack and diperoleh pada penelitian
Lehane, Modified Mallampaty Test e. Study, rencana penelitian yang
(MMT), Thyromental Distance akan digunakan untuk mereview
(TMD), Upper Lip Bite Test (ULBT), jurnal
Mallampati ekstensi, dan Acromio f. Time, kontrak waktu yang akan
Axillo Siprasternal Notch Index digunakan selama penelitian.
(AASI) yang masing masing Pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa
memiliki kriteria penilaian. Setelah menganalisis masalah dalam
mengetahui faktor-faktor yang penelitian ini menggunakan PICOST.
mempengaruhi kesulitan intubasi
diharapkan dapat memberitahu Tabel 3.1 Analisis Masalah menggunakan PICOST

pembaca untuk meminimalkan


kejadian kegagalan intubasi
berdasarkan analisis penelitian.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Proses pengumpulan data dalam
metode studi kepustakaan atau penelitian ini sebagai berikut:
literature review, penelitian ini a. Penyusunan literature review ini
mengumpulkan jurnal dari berbagai sesuai dengan topik penelitian
sumber referensi yang sesuai dengan yaitu “Faktor Yang
topic penelitian yaitu Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Keberhasilan Tindakan Intubasi
Tindakan Intubasi Endotrakeal Tube Endotrakeal Tube Selama Intra
Selama Intra Anestesi Pada Pasien Anestesi Pada Pasien General
General Anestesi (Literatur Review). Anestesi (Literatur Review).”
Penelitian ini menggunakan sumber b. Menentukan kata kunci dan
data yang berasal dari jurnal-jurnal kriteria literature yang digunakan
yang telah ada di Pubmed, dan menggunakan PICOST. Kata
Sciencedirect. Penelitian ini kunci pada penelitian ini adalah
menggunakan analisis masalah bahasa Indonesia “Kesulitan
berupa PICOST (Population, Intubasi” DAN “Anestesi Umum”
Intervention, Comparation, Output, pada database Pubmed dan Science
4

Direct selain itu juga memasukkan memasukkan kata kunci bahasa


kata kunci bahasa Inggris Indonesia “Kesulitan Intubasi” DAN
“Difficult Intubation” AND “Anestesi Umum” pada database
“General Anesthesia”. Pubmed dan ScienceDirect selain itu
c. Pada penelitian ini menggunakan juga memasukkan kata kunci bahasa
data base Pubmed, dan Science Inggris “Difficult Intubation” AND
Direct. “General Anesthesia”. Hasil
d. Setelah dilakukan penyisiran penelitian ini dikumpulkan dan
literature menggunakan guideline diringkas dengan format berdasarkan
PRISMA dan penilaian kelayakan judul, penulis, tahun terbit, negara,
menggunakan JBI Appraisal bahasa, tujuan penelitian, jenis
Analytical Cross Sectional Studies, penelitian, metode pengumpulan data,
Randomized Controlled Trial populasi, jumlah sampel, dan hasil.
(RCT), dan Quassy Experimen. Berdasarkan hasil pencarian
Didapatkan 6 jurnal yang diterima artikel, penelitian yang dilakukan
berdasarkan uji JBI critical dengan kata kunci bahasa Indonesia
appraisal. “Kesulitan Intubasi” DAN “Anestesi
e. Kemudian keenam jurnal yang Umum” pada database Pubmed dan
telah diuji kualitas dan ScienceDirect selain itu juga
kelayakannya dilakukan analisis memasukkan kata kunci bahasa
literature dan pelaporan hasil Inggris “Difficult Intubation” AND
literature review. “General Anesthesia” peneliti
menemukan 26.141 jurnal sesuai kata
HASIL DAN PEMBAHASAN kunci, selanjutnya peneliti mencoba
mengeliminasi jurnal sesuai kriteria
Hasil
inklusi dan ekslusi dan menemukan
Berdasarkan hasil penelurusan
468 jurnal namun belum tentu layak.
literature review pada database
Kemudian peneliti mencoba
Pubmed dan ScienceDirect
mengeliminasi jurnal sesuai kriteria
menggunakan guideline PRISMA
inklusi dan ekslusi dan menemukan 8
dan penilaian uji kelayakan
jurnal namun belum tentu layak.
menggunakan JBI Appraisal
Terakhir, semua jurnal diuji
Analytical Cross Sectional Studies,
kelayakan menggunakan Joanna
Randomized Controlled Trial (RCT),
Briggs Institute (JBI) Critical
dan Quassy Experimen, didapatkan
Appraisal: cross-sectional, 1 jurnal
rangkuman hasil sebagai berikut:
dengan studi RCT, dan 1 jurnal studi
Penelurusan yang telah dilakukan
quassy experimental, didapatkan 6
mendapatkan hasil sejumlah 6 artikel
jurnal yang memenuhi uji kelayakan
dan telah dilakukan skrining
JBI.
berdasarkan kriteria inklusi yang
Tujuan dari keenam jurnal ini
sudah ditetapkan oleh peneliti serta
memiliki persamaan dengan tujuan
telah dilakukan uji kelayakan
literature review yaitu untuk
menggunakan JBI Appraisal
mengetahui Faktor Yang
Analytical Cross Sectional Studies,
Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan
Randomized Controlled Trial (RCT),
Tindakan Intubasi Endotracheal Tube
dan Quassy Experimen. Artikel
Selama Intra Anestesi Pada Pasien
tersebut didapatkan dengan
5

General Anestesi. Analisis dari instrument penelitian Acromio Axillo


keenam jurnal didapatkan bahwa Suprasternal Notch Index (AASI)
Subjek yang digunakan oleh peneliti yang dibandingkan dengan tes
adalah pasien yang akan dilakukan mallampati untuk memprediksi sulit
tindakan pembedahan dengan intubasi.
anestesi umum teknik intubasi Penelitian yang dilakukan
endotrakea dengan beberapa oleh Siddiqui et al., 2022 menjelaskan
instrumen penilaian kesulitan intubasi bahwa penelitian ini merupakan
yaitu : Cormack and Lehane, penelitian deskriptif dengan
Modified Mallampaty Test (MMT), pendekatan cross sectional yang
Thyromental Distance(TMD), Upper dilakukan kepada 300 pasien obesitas
Lip Bite Test (ULBT), Mallampati dengan BMI> 29,9 kg/m2 yang
ekstensi, dan Acromio Axillo berusia diantara 18 sampai 70 tahun
Siprasternal Notch Index (AASI). dengan jumlah laki laki 156 (52%)
Berdasarkan hasil keseluruhan artikel dan perempuan 144 (48%). Penelitian
penelitian yang telah direview, ini menggunakan gabungan Uji
didapatkan penjelasan sebagai Mallampati dan Wilson skor untuk
berikut: mencari akurasi penilaian kesulitan
Pada pembahasan jurnal yang intubasi.
dilakukan oleh (Dawood et al., 2021)
menjelaskan bahwa penelitian ini Penelitian yang dilakukan
merupakan studi prospektif dengan oleh Swasono et al., 2017
pendekatan cross sectional dengan menjelaskan bahwa penelitian ini
subjek sebanyak 151 pasien berusia adalah penelitian observasional
diantara 18-60 tahun dan termasuk ke analitik dengan metode cross
kategori penilaian status fisik ASA I- sectional dan uji diagnostik untuk
II. Penelitian ini menggunakan 3 prediksi kesulitan intubasi. Penelitian
instrument yaitu Upper Lip Bite Test dilakukan terhadap 382 pasien yang
(ULBT), Thyromental Distance menjalani operasi dengan anestesi
(TMD), dan Modified Mallampati umum di Central Operating Theatre
Test (MMT) yang dibandingkan (COT) RSUP Dr. Hasan Sadikin
dengan klasifikasi Cormack dan Bandung. Pada penelitian ini subjek
Lehane. sebagian besar adalah perempuan
Pada pembahasan jurnal (69,9%) dengan median umur 42
selanjutnya dilakukan oleh tahun dan median IMT 23,73.
Dalimunthe et al., 2018 menjelaskan Penelitian ini menggunakan
bahwa Penelitian ini menggunakan instrument Modified Mallampati Test
studi diagnostik cross-sectional. (MMT) dan Mallampati Ekstensi
Subjek yang terlibat dalam penelitian sebagai predictor kesulitan intubasi.
ini berjumlah 101 orang pasien yang Penelitian yang dilakukan
telah memenuhi kriteria inklusi dan oleh Lestari et al., 2021 menjelaskan
tidak termasuk kriteria eksklusi. Total bahwa penelitian ini menggunakan
subjek laki-laki 39 orang (38,6%) dan metode prospektif analitik komparatif
perempuan 62 orang (61,4%) dengan eksperimental, randomized single
body mass index (BMI) rata-rata 23,4. blind study dengan jumlah sampel
Penelitian ini menggunakan sebanyak 22 pasien. Subjek penelitian
6

ini memiliki karakteristik pasien yang Index (AASI). Sedangkan faktor


menjalansi operasi dengan anestesi eksternal yang menunjang
umum yang dilakukan intubasi keberhasilan intubasi adalah
endortrakeal , usia 18 tahun ke atas kemampuan operator yang melakukan
dengan status fisik menurut American tindakan intubasi.
Society of Anesthesiologist (ASA)
kelas I–III dan indeks massa tubuh Berdasarkan analisis dari 6
(IMT) ≥30 kg/m2 . Penelitian ini jurnal dalam literature review ini
membandingkan metode laringoskopi didapatkan hasil bahwa karakteristik
direk dengan videolaringoskopi pada yang digunakan untuk menentukan
pasien obesitas untuk menilai tingkat subjek penelitian dari keenam jurnal
keberhasilan dan lama intubasi. adalah jenis kelamin, pasien berusia
diantara 18-88 tahun, ASA I dan II
Penelitian yang dilakukan dan nilai BMI >22.. Berdasarkan
oleh Nafthalena et al., 2021 analisis dari 6 jurnal didapatkan hasil
menjelaskan bahwa penelitian ini bahwa frekuensi pasien dengan
merupakan penelitian prospective intubasi sulit pada artikel 3 lebih
randomized paralel trial dengan banyak dibandingkan dengan artikel
pendekatan quasy experiment dengan lainnya. Selain itu review pada 6
subjek penelitian sebanyak 44. Subjek artikel berdasarkan alat ukut untuk
penelitian ini memiliki karakteristik memprediksi kesulitan intubasi
pasien yang menjalani operasi dengan diketahui bahwa keenam artikel
anestesi umum yang dilakukan menggunakan Cormack dan Lehane
intubasi endotrakea dengan rentang (100%) sebagai pembanding dalam
usia antara 18-60 tahun, , status fisik penelitian, 3 artikel (50%)
American Society of Anesthesiologist menggunakan kategori penilaian
(ASA) kelas I– II, body mass index Modified Mallampati Test (MMT), 1
(BMI) 18,5–24,9, dan Mallampati I– artikel (17%) yang menggunakan
II. Penelitian ini menggunakan Uji kategori penilaian Thyromental
Mann Whitney, Uji statistik Distance (TMD), 1 artikel (17%)
McNemar, uji t berpasangan, dan Uji yang menggunakan kategori penilaian
Wilcoxon. Upper Lip Bite Test (ULBT), 1 artikel
(17%) yang menggunakan kategori
Hasil analisa dari keenam penilaian Acromio Axillo Siprasternal
jurnal tersebut menjelaskan bahwa Notch Index (AASI), 1 artikel (17%)
tingkat keberhasilan intubasi dapat yang menggunakan kategori penilaian
dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor Mallampati Ekstensi, dan 1 artikel
internal dan faktor eksternal. Faktor (17%) yang menggunakan kategori
internal penilaian keberhasilan penilaian Videolaringoskop dan
intubasi dapat dinilai dengan laringoskop direk dalam memprediksi
instrument berikut : Cormack and kesulitan intubasi.
Lehane, Modified Mallampaty Test
(MMT), Thyromental Pembahasan
Distance(TMD), Upper Lip Bite Test Penelurusan artikel yang
(ULBT), Mallampati ekstensi, dan dilakukan oleh peneliti dalam rentang
Acromio Axillo Siprasternal Notch waktu tahun 2017 sampai 2022
mendapatkan 6 artikel yang telah diuji
7

kelayakannya untuk digunakan dengan sensitivitas 77,78% dan


sebagai literatur review. Tujuan pada spesifisitas 93.18%.
literatur review ini adalah untuk Kemudian dilakukan
mengetahui Faktor Yang kombinasi dari 2 penilaian dan
Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan didapatkan hasil Pada tes
Tindakan Intubasi Endotracheal Tube Mallampati dan jarak tyromental
Selama Intra Anestesi Pada Pasien didapatkan hasil yang sama dengan
General Anestesi. Penilaian prediksi klasifikasi Cormack dan Lehane
kesulitan intubasi berdasarkan yaitu sebanyak 14 pasien
analisis artikel didapatkan beberapa mengalami kesulitan intubasi
hal sebagai berikut: dengn sensitivitas 77,78% dan
spesifisitas 92,42%. Sedangkan
1. Upper Lip Bite Test, Thyromental pada uji mallampati dan ULBT
Distance dan Modified didapatkan hasil sensitivitas 88,89
Mallampati Test yang % dan 93,18%. Lalu pada jarak
dibandingkan dengan tiromental dan ULBT didapatkan
Klasifikasi Cormack dan Lehane hasil sensitivitas 88,33 dan
Berdasarkan artikel yang telah spesifisitas 91,67%. Hal ini
dilakukan review didapatkan hasil diperkuat oleh penelitian
bahwa sebanyak 18 pasien (12%) sebelumnya yang dilakukan oleh
dari 150 pasien yangh diteliti Badheka et al., 2016 menjelaskan
mengalami kesulitan intubasi. Dari bahwa ULBT memiliki sensitivitas
18 pasien tersebut 17 pasien 66,7% dan spesifisitas 99,1%.
(83,33%) masuk kedalam kategori Sedangkan TMD memiliki
grade III penilaian Cormack sensitivitas 63,3% dan spesifisitas
Lehane dan sisanya termasuk ke 89,6% .
kategori grade IV. Sedangkan Modified Mallampati Test
sebanyak 132 pasien lainnya (MMT) adalah peniliain yang
dilakukan penilaian kesulitan dilakukan dengan cara pasien
intubasi yang lain sebagai harus tetap duduk, dengan leher
pembanding dan didapatkan hasil dalam posisi netral untuk akses
sebagai berikut : Pada penilaian yang tepat. Mulut harus dibuka
Mallampati modifikasi didapatkan maksimal dan lidah di julurkan
hasil sebanyak 12 pasien dari 132 tanpa fonasi.
pasien mengalami kesulitan Upper Lip Bite Test (ULBT)
intubasi dengan nilai sensitivitas adalah salah satu penilaian
66,67% dan spesifisitas 96,97%. kesulitan intubasi yang
Pada penilaian Jarak Tyromental memungkinkan gigi seri bawah
didapatkan hasil 10 pasien dari 132 untuk menggigit dan menutupi
pasien mengalami kesulitas mukosa bibir bagian atas untuk
intubasi dengan nilai sesitivitas mengevaluasi gerakan mandibular.
55,56% dan sesifisitas 94,97%. Thyromental Distance (TMD)
Pada penilaian Upper Lip Bitting adalah metode umum untuk
Test (ULBT) didapatkan hasil memprediksi kesulitan intubasi.
sebanyak 14 pasien dan 4 pasien Semakin kecil TMD, semakin
tidak setuju dilakukan tes ULBT besar kemungkinan jalan napas
8

sulit. TMD diukur sepanjang garis (57,7% Grade III dan 32,7% Grade
lurus dari penonjolan kartilago IV). Sedangkan nilai
tiroid ke batas bawah mentum sensitivitas,spesifisitas, nilai
mandibular dengan ekstensi kepala positif, nilai prediksi negative dan
penuh dan mulut tertutup. akurasi keseluruhan untuk AASI
2. Acromio Axillo Suprasternal adalah 84,6%, 77,7%, 78,5%,
Notch Index dibandingkan 84%, dan 81,13 %. Dapat
dengan Modified Mallampati disimpulkan bahwa prediksi
Test kesulitan intubasi oleh AASI lebih
Berdasarkan artikel yang telah akurat dari penilaian Cormack dan
dilakukan review didapatkan hasil Lehane.
bahwa mayoritas subjek 96 orang Acromio axillo suprasternal
(95%) termasuk dalam Cormack- notch index (AASI) merupakan
Lehane 1–2 dan sisanya sebanyak metode baru yang diperkenalkan
5 orang (5%) termasuk Cormack- untuk pertama kalinya oleh
Lehane 3–4. Hasil penilaian Kamranmanesh dkk pada tahun
Mallampati sebanyak 97 orang 2013. Metode ini terbukti memiliki
(96%) termasuk dalam Mallampati sensitivitas dan spesifisitas yang
1–2 (mudah diintubasi), 4 orang tinggi dalam memprediksi intubasi
(4%) dengan Mallampati 3–4. yang sulit. Pengukuran dilakukan
Sistem penilaian AASI memiliki pada pasien dengan posisi
kemampuan yang sangat baik terlentang. Penilaian dilakukan
untuk memprediksi kesulitan menggunakan penggaris dengan
intubasi 80% dengan spesifisitas cara menarik garis vertical dari atas
99%. Sedangkan Sistem penilaian prosesus acromion ke batas
Mallampati pada penelitian ini superior aksila di otot pektoralis
memiliki kemampuan yang cukup mayor, garis kedua ditarik tegak
dalam memprediksi sulit intubasi lurus terhadap garis pertama dari
dengan sensitivitas sebesar 60% suprasternal takik dan tiktik potong
dan spesifisitas 97,9%. Dari hasil diantara garis B dengan garis A
penelitian ini diperoleh bahwa disebut garis C. AASI dihitung
sistem penilaian AASI memiliki dengan membagi panjang garis C
kemampuan yang sangat baik dengan garis A.
sebagai prediktor sulit intubasi 3. Mallampati skor dengan Wilson
dibanding dengan sistem skor untuk memprediksi
Mallampati (Dalimunthe et al., kesulitan intubasi
2018; Fidyan Nalali & Nia Berdasarkan artikel yang telah
Handayani, n.d.). dilakukan review didapatkan hasil
Hal ini diperkuat oleh bahwa sebanyak 42 pasien
penelitian sebelumnya yang mengalami kesulitan intubasi
dilakukan oleh Nasr-Esfahani et dengan insiden keseluruhan 14%.
al., 2020 menjelaskan bahwa Sensitivitas gabungan skor
berdasarkan Cormack dan Lehane Mallampati dan Wilson yang di
sebanyak 54 pasien termasuk modifikasi untuk memprediksi
intubasi mudah ( 33,3% Grade I kesulitan intubasi adalah 75%.
dan 66,6% Grade II) dan 52 pasien Namun spesifisitasnya berada
mengalami kesulitan intubasi
9

diatas 90 %. Dari hasil penelitian Cormack Lehane terdapat pada


ini dapat disimpulkan bahwa 318 subjek (83,5%) dengan jumlah
penilaian kesulitan intubasi dengan yang lebih besar secara signifikan
skor mallampati dan Wilson adalah daripada uji Mallampati
prediktor yang baik untuk pasien Modifikasi. kemampuan
dengan nilai BMI masuk kedalam Mallampati Modifikasi untuk
kategori obesitas karena dapat memprediksi intubasi sulit pada
mencegah potensi efek fatal dari grade 3 dan 4 adalah sebesar
intubasi. Selain itu dapat 96,87%, sedangkan pada grade 1
berkontribusi dalam dan 2 adalah 82,57%. Sedangkan
peningkatakan kwalitas pelayanan pada uji Mallampati Ekstensi
dan keselamatan pasien(Siddiqui et didapatkan hasil 96,87 % untuk
al., 2022). grade 3 dan 4, sedangkan untuk
Hal ini diperkuat oleh grade 1 dan 2 adalah 98,29%
penelitian sebelumnya yang (Swasono et al., 2017).
dilakukan oleh (Mina hartina, Pemeriksaan Mallampati
2011) modifikasi Wilson Risk Modifikasi dilakukan dengan
Sum mempunyai hasil sensitivitas posisi pasien duduk tegak, posisi
40% dan spesifisitas 98%, hasil ini kepala netral, lidah dijulurkan
lebih tinggi dibandingkan hasil maksimal, dan tanpa fonasi.
pada klasifikasi Mallampati yaitu Mallampati Modifikasi kelas 1 dan
sensitivitas 23% dan spesifisitas 2 merupakan prediksi intubasi
89,4%. PPV lebih tinggi 85,7% mudah, sedangkan kelas 3 dan 4
dibandingkan dengan klasifikasi sulit Metode penilaian Mallampati
Malammpati dengan PPV 33%. Modifikasi dikembangkan lagi
Dapat disimpulkan bahwa sehingga didapatkan bahwa nilai
Modifikasi Wilson Risk Sum prediksi Mallampati Modifikasi
mempunyai sensitivitas dan bergantung pada posisi tulang
spesifisitas yang lebih baik servikal dan merekomendasikan
dibandingkan dengan klasifikasi bahwa Mallampati Modifikasi
Malampati. dilakukan dengan ekstensi titik
4. Uji Mallampati Modifikasi dan (junction) kranioservikal.
Mallampati Ekstensi Hal ini diperkuat oleh
Berdasarkan artikel yang telah penelitian sebelumnya (Mashour
dilakukan review didapatkan hasil GA, 2006) menunjukkan bahwa
bahwa frekuensi nilai uji besar bukaan mulut juga
Mallampati Modifikasi dan bergantung pada posisi tulang
Mallampati Ekstensi ini servikal. Untuk memperoleh jarak
menunjukkan bahwa frekuensi interdental yang maksimal maka
nilai uji Mallampati Ekstensi lebih titik kranioservikal harus
banyak pada kelas yang lebih diekstensi. Penambahan posisi
rendah dan berbeda secara ekstensi kranioservikal pada
signifikan dibanding dengan uji Mallampati Modifikasi itu disebut
Mallampati Modifikasi (p<0,05). metode Mallampati Ekstensi.
Kesesuaian penilaian kelas antara Evaluasi kelas Mallampati
uji Mallampati Ekstensi dan Ekstensi menghasilkan kelas yang
10

lebih rendah daripada Mallampati Mallampati, ROM dan ASA tidak


Modifikasi standar dan berbeda ada perbedaan signifikan secara
bermakna dari penilaian statistik antara kelompok posisi
Mallampati Modifikasi dengan operator berdiri dan posisi duduk
pasien duduk posisi kepala netral. (p>0,05). Sedangkan hasil dari Uji
5. Laringoskopi Direk dan statistik McNemar menjelaskan
Videolaringoskopi bahwa Keberhasilan intubasi
Berdasarkan artikel yang telah endotrakea antara operator posisi
dilakukan review didapatkan hasil berdiri dan duduk pada kelompok
bahwa keberhasilan intubasi pada penelitian tidak terdapat perbedaan
metode videolaringoskopi lebih yang signifikan secara statistik
tinggi (100%) dibanding dengan (p>0,05).
metode laringoskopi direk Demikian pula hasil dari uji t
(54,55%) dan berdasar atas Uji berpasangan menjelaskan bahwa
Eksak Fisher didapatkan Lama waktu dilakukan intubasi
perbedaan yang bermakna endotrakea tidak terdapat
(p<0,05). Sedangkan lama intubasi perbedaan rerata yang signifikan
pada metode terhadap lama waktu intubasi
videolaringiskopi ternyata lebih endotrakea antara kelompok
lama (27,69±7,73 detik) dibanding operator posisi berdiri dan duduk
dengan metode laringoskopi direk (p>0,05). Kenyamanan intubasi
(26,73±4,53 detik), namun endotrakea dianalisis
berdasar atas hasil uji t perbedaan menggunakan Uji Wilcoxon. Skor
tersebut tidak bermakna (p>0,05). rerata kenyamanan intubasi
Manuver eksternal laring lebih endotrakea pada kelompok
banyak. dilakukan pada kelompok operator posisi berdiri lebih tinggi
VL (7 dari 11) dibanding dengan dibanding dengan kelompok
kelompok direk (1 dari 11) dengan operator posisi duduk dengan
perbedaan bermakna (p>0,05) perbedaan yang signifikan
(Lestari et al., 2021). Hal ini sesuai (p<0,01). Skor percentage of glotic
dengan penelitian lain yang opening (POGO) antara kedua
dilakukan sebelumnya oleh kelompok dianalisis dengan Uji
(Sakles JC, 2012) bahwa angka Mann Whitney. Persentase (%)
keberhasilan lebih tinggi pada nilai POGO pada saat intubasi
metode videolaringoskopi endotrakea antara kelompok
dibanding dengan metode operator posisi berdiri lebih rendah
laringoskopi direk. dibanding dengan kelompok
6. Operator posisi berdiri dan operator posisi duduk, tetapi tidak
operator posisi duduk pada berbeda signifikan (p>0,05).
pasien dengan posisi sniffing Hasil ini sesuai dengan
Berdasarkan artikel yang telah penelitian sebelumnya oleh (Parc
dilakukan review didapatkan hasil J, 2018) yang membandingkan
bahwa menurut Uji Mann Whitney antara intubasi endotrakea posisi
pada variabel usia, BMI, IG, NT, berdiri dan posisi duduk berlutut di
TMD, sternomental distance, dan lantai yang dilakukan di luar
hasil uji chi square pada variabel rumah sakit dengan simpulan tidak
11

ada perbedaan keberhasilan posisi melakukan intubasi dengan


intubasi endotrakea pada peserta berdiri lebih baik dibandingkan posisi
didik. Hasil ini disebabkan oleh duduk. Sedangkan untuk keberhasilan
operator intubasi adalah PPDS intubasi dengan menggunakan
yang telah terlatih untuk videolaringoskop lebih besar yaitu
melakukan intubasi pada berbagai 100% dibandingkan dengan intubasi
posisi sehingga telah familiar dengan laringoskop direk.
untuk melakukan intubasi dengan
posisi duduk maupun berdiri tanpa Saran
masalah. 1. Bagi Institusi
Berdasarkan hasil penelusuran
SIMPULAN DAN SARAN literature review ini peneliti
Simpulan menyarankan kepada institusi
Berdasarkan hasil analisa untuk menjadikan hasil penelitian
literature review dari keempat jurnal ini sebagai referensi guna
mengenai Faktor Yang mengembangkan penelitian terkait
Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Faktor Yang Mempengaruhi
Tindakan Intubasi Endotracheal Tube Tingkat Keberhasilan Tindakan
Selama Intra Anestesi Pada Pasien Intubasi Endotracheal Tube
General Anestesi. Maka dapat Selama Intra Anestesi Pada Pasien
disimpulkan bahwa penilaian General Anestesi.
kesulitan intubasi sebelum tindakan 2. Bagi Tenaga Kesehatan
pembedahan sangatlah penting Diharapkan penata anestesi
dilakukan karena dapat mencegah dapat menjadikan hasil penelitian
terjadinya kejadian yang fatal dan ini sebagai referensi pengetahuan
dapat meningkatkan angka mengenai Faktor Yang
keselamatan pasien. Uji Mallampati Mempengaruhi Tingkat
Cormack- Lehane adalah predictor Keberhasilan Tindakan Intubasi
kesulitan intubasi yang paling umum Endotracheal Tube Selama Intra
digunakan di Indonesia. Namun ada Anestesi Pada Pasien General
beberapa predictor kesulitan intubasi Anestesi sehingga dapat
lainnya yang dapat dilakukan untuk diaplikasikan dilapangan kerja
memprediksi kesulitan intubasi yaitu sesuai ketentuan yang berlaku.
Uji Mallampati Modifikasi, Uji 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Mallampati Ekstensi, Upper Lip Diharapkan kepada peneliti
Biting Test(ULBT) , Uji Jarak selanjutnya dapat meneliti faktor
Tiromental, dan Acromio Axillo lain yang nantinya dapat dijadikan
Siprasternal Notch Index (AASI), referensi bagi penata anestesi.
Videolaringoskop dan Laringoskop
direk. Berdasarkan analisis dari jurnal
diketahui bahwa Mallampati Ekstensi
menunjukkan korelasi yang sangat
kuat dengan Cormack Lehane sebagai
instrument untuk memprediksi
kesulitan intubasi dan lebih baik dari
Mallampati Modifikasi. Kenyamanan
12

DAFTAR PUSTAKA Mallampati Score In Comparison


To Cormack And Lehane
Adamus, M., Fritscherova, S., Classification System.
Hrabalek, L., Gabrhelik, T., Wiadomosci Lekarskie (Warsaw,
Zapletalova, J., & Janout, V. Poland : 1960), 74(9 cz 2), 2305–
(2010). Mallampati test as a 2314.
predictor of laryngoscopic view.
Mallampati test as a predictor of Duke, J. C. (2017). Duke’s Anesthesia
laryngoscopic view, 1-5. Secrets, 5th Edition. Philadelphia:
Elsevier, Sauders.
Badheka, J., Doshi, P., Vyas, A.,
Kacha, N., & Parmar, V. (2016). Febrienka, E. P. (2019). Pengaruh
Comparison of upper lip bite test Terapi Murottal Ayatul Syifa'
and ratio of height to thyromental Terhadap Waktu Pulih Sadar
distance with other airway Pasien Pasca General Anestesi.
assessment tests for predicting Jurnal Keperawatan 8(2), 104-
difficult endotracheal intubation. 112.
Indian Journal of Critical Care
Medicine, 20(1), 3–8. Fidyan Nalali, & Nia Handayani.
(n.d.). Diajukan untuk Syarat
Bargesio, L. R. (2016). Difficult Mencapai GelarHUBUNGAN
Airway Management in Patients TINGKAT KECEMASAN
Submitted to General Anesthesia. DENGAN KUALITAS TIDUR
Is it a Matter of Devices or PASIEN PRE OPERASI
Predictive Scores? International ANESTESI UMUM DI RS PKU
Journal of Anesthetics and MUHAMMADIYAH
Anesthesiology 3rd Edition. YOGYAKARTA Sarjana
Terapan.
Butterworth IV, J. F. (2018). Morgan
& Mikhail's Clinical Fleisher, L. (2013). Evidence-Based
Anesthesiology, 6th edition. United Practice of Anesthesiology 3rd
States of America: McGraw Hill Edition. Philadelphia: Elsevier.
Company, Inc.
Irefin S., K. T. (2015). Perioperative
Dalimunthe, A., Lubis, A., & Mursin, Airway Management. Basic
C. (2018). Perbandingan Acromio Clinical Anesthesia, 105.
Axillo Suprasternal Notch Index
dengan Tes Mallampati dalam Johnston, K. D., & Rai, M. R. (2013).
Prediksi Sulit Intubasi di RSUP Conscious sedation for awake
Haji Adam Malik Medan. Jurnal fibreoptic intubation: A review of
Anestesi Perioperatif, 6(1), 1–6. the literature. Canadian Journal of
Anesthesia, 60(6), 584–599.
Dawood, A. S., Talib, B. Z., & Sabri,
I. S. (2021). Prediction Of Difficult Lestari, R., Budipratama, D., &
Intubation By Using Upper Lip Oktaliansah, E. (2021).
Bite, Thyromental Distance And Perbandingan Angka Keberhasilan
dan Lama Intubasi antara Metode
Laringoskopi Direk dan
Videolaringoskopi pada Pasien
Obesitas. Jurnal Anestesi
Perioperatif, 4(4), 519.

Mashour GA, S. W. (2006).


13

Craniocervical extension
improves the specificity and
predictive value of the
mallampati airway evaluation.
Anesth Analg., 99.
14

Materko, W., Benchimol-barbosa, P. direct laryngoscope for intubation


R., Roncally, A., Carvalho, S., in the emergency departement.
Nadal, J., Santos, E. L., Ann Emerg Med, 60.
Physiology, R., & Chagas, C.
(2017). Accuracy of the WHO ’ s Semedi, B. P. (2021). Buku Ajar
body mass index cut-off points to Teknik Anestesi Umum. Airlangga
measure gender- and age-specific University Press.
obesity in middle-aged adults
living in the city of Rio de Janeiro Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar
, Brazil. 6. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Mina hartina, D. A. (2011). Siddiqui, K. M., Hameed, F., & Ali,


Perbandingan Antara Klasifikasi M. A. (2022). Diagnostic
Mallampati Dan Modifikasi Accuracy of Combined
Wilson Risk-Sum Sebagai Mallampati and Wilson Score to
Prediktor Kesulitan Intubasi Pada Predict Difficult Intubation in
Orang Dewasa Di Rs Dr. Sardjito Obese Patients: A Descriptive
Yogyakarta. Jurnal anestesi. Cross-Sectional Study.
Anesthesiology and Pain
Nafthalena, Oktaliansah, E., & Medicine, 11(6), 4–10.
Aditya, R. (2021). Perbandingan
Angka Keberhasilan, Waktu dan Simonnet, A., Chetboun, M., Poissy,
Kenyamanan Intubasi Endotrakea J., Raverdy, V., Noulette, J.,
antara Operator Posisi Berdiri dan Duhamel, A., Labreuche, J.,
Duduk pada Pasien Posisi Sniffing. Mathieu, D., Pattou, F., Jourdain,
Jurnal Perspektif, 4(4), 519. M., Caizzo, R., Caplan, M.,
Cousin, N., Duburcq, T., Durand,
Nasr-Esfahani, M., Honarmand, A., A., El kalioubie, A., Favory, R.,
Safavi, S., & Anvari Tafti, M. Garcia, B., Girardie, P., …
(2020). How to predict difficult Verkindt, H. (2020). High
tracheal intubation: The Prevalence of Obesity in Severe
application of acromio-axillo- Acute Respiratory Syndrome
suprasternal notch index. Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
Advanced Biomedical Research, Requiring Invasive Mechanical
9(1), 19. Ventilation. Obesity.

Parc J, B. J. (2018). A randomized Stringer, K. R., Bajenov, S., & Yentis,


comparison of in-hospital rescuer S. M. (2002). Training in airway
positions for endotracheal management. In Anaesthesia.
intubation in a difficult airway.
Western J Emerg Med, 50. Swasono, G. A., Suwarman, &
Kadarsah, R. K. (2017).
Sakles JC, M. J. (2012). A Perbandingan antara Uji
comparison of the C-MAC video Mallampati Modifikasi dan
laryngoscope to the macintosh Mallampati Ekstensi Sebagai
Prediktor Kesulitan Intubasi
15

Endotrakeal di Rumah Sakit Dr.


Hasan Sadikin Bandung. Jurnal
Anestesi Perioperatif, 5(3), 163–
170.

Wahlqvist, M. L., Krawetz, S. A.,


Rizzo, N. S., Dominguez-Bello,
M. G., Szymanski, L. M., Barkin,
S., Yatkine, A., Waterland, R. A.,
Mennella, J. A., Desai, M., Ross,
M. G., Krebs, N. F., Young, B. E.,
Wardle, J., Wrann, C. D., & Kral,
J. G. (2015). Early-life influences
on obesity: From preconception to
adolescence. Annals of the New
York Academy of Sciences,
1347(1), 1–28.

Wang B., P. H. (2018). Can


thyromental distance be measured
accurately? J Clin Monit Comput.,
915.

Zuercher, M., & Ummenhofer, W.


(2008). Cardiac arrest during
anesthesia. Lippincott Williams &
Wilkins, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai