Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN OKSIGENASI DI RUANG


MELATI KLINIK ASY-SYIFA TAWANGMANGU

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Ayuni Risnawati SN211018
2. Candra Lia Pramudiana SN211022
3. Galih Prima Yudistira SN211058
4. Lutfi Nurjanah SN211081
5. Novia Rinaningtyas Muji Silvanus SN211099
6. Rosa Diah Ayu Saputri SN211124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan
keperawatan. Bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka
kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasarnya dan akan
terganggu. Sedangkan proses keperawatan merupakan pngetahuan dasar
perawat dalam melakuakan asuhan keperawatan, sehingga pemahaman
terhadap proses keperawatan menjadi keharusan bagi perawat yang akan
melakukan praktik keperawatan (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi
sistem pernafasan secara fungsional, bila ada gangguan pada salah satu
organ sistem respirasi maka kebutuhan oksigen akan mengalami
gangguan. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami
gangguan dalam pemenuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada
saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya
oksigen, hal itu akan mengakibatkan penyakit paru pada manusia
(Manurung, 2016).
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari Atmosfer
melalui proses bernafas. Di Atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat
karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon
dan helium (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Penyakit asma berasal dari kata “ashtma” yang diambil dari Bahasa
Yunani yang berarti “sukar bernafas”. Asma termasuk masalah kesehatan
utama di seluruh negara di dunia. Tercatat ada 300 juta orang penderita
asma di seluruh dunia dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 400
juta pada tahun 2025 (GINA, 2017). Penyakit asama, masih termasuk
dalam sepuluh besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 Prevalensi penderita
asma di Indonesia menginjak angka 2,4%. Prevalensi asma tertinggi
terdapat di provensi Yogyakarta 4,5%, provensi Kalimantan timur menjadi
provensi tertinggi ke dua 4,1%, dan Bali menjadi provinsi tertinggi ke tiga
4,0%, diikuti oleh provinsi Kalimantan tengah dan Kalimantan utara,
prevalensi terendah adalah provensi Sumatra utara (1,0%).(Riskesdas,
2018)
Buruknya kulitas udara akibat dari asap kendaraan, polusi dari
pabrik industri dan bahkan buruknya pola hidup manusia seperti merokok
merupakan salah satu faktor meningkatnya penderita asma. Asma dapat
bersifat menetap dan mengganggu aktivitas bahkan dapat menyebabkan
kehilangan hari-hari sekolah dan hari kerja produktif, yang berarti juga
berdampak pada menurunnya aktivitas sosial seseorang bahkan berpotensi
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan seseorang, pada beberapa
kasus asma juga dapat menyebabkan kematian (Wijaya & Putri, 2013).
Asma merupakan gangguan yang terjadi pada saluran bronchial
dengan ciri bronkospasme periodik (konstraksi spasme pada saluran
napas) terutama di percabangan trakeobronkial yang disebabkan olah
berbagai stimulus seperti faktor biochemikal, endokrin, infeksi, otonomik,
dan psikologi. penyakit asma dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
intrinsik merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti debu, asap
rokok, bulu binatang, polusi dan yang kedua adalah faktor ekstrinsik
merupakan suatu bentuk asma tidak berhubungan langsung dengan faktok
alergen spesifik melainkan faktor-faktor seperti common cold, aktivitas,
emosi/sters (Somantri, 2012). Pada umumnya penyakit asma disebabkan
oleh hipersensitibilitas bronkeolus terhadap alergen seperti debu, asap
rokok, bulu 2 binatang, polusi. Bila pasien asma menghirup alergen maka
antibody Ig. E orang tersebut akan meningkat, kemudian alergen akan
bereaksi dengan antibody yang sudah berkaitan dengan sel mast dan
menyebabkan sel mast akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamine zat anafilaksis yang bereaksi lambat. Efek gabungan
ini akan menimbulkan edema pada dinding brokeolus dan pada spasme
otot polos bronkeolus, sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat (Wahid & Suprapto, 2013)
Menurut Somantri (2012), penatalaksanaan medis pada penderita
asma dilakukan dengan pemberian obat brokodilator, steroid inhalasi,
inhibitor leukotrien, dan lain sebagainya. Menurut Mumpuni (2013)
penatalaksanaan terapi non farmakologi yang dapat dilakukan dengan
latihan pernapasan, menghindari pemicu alergi, berhenti merokok, diet,
pengobatan komplementer, dan latihan fisik teratur seperti senam, joging,
maraton, dan lainnya. Menurut Rivera dkk (2017) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur mampu
menurunkan kekambuhan pada penderita asma. Beberapa latihan yang bisa
dilakukan antara lain latihan relaksasi umum dan peregangan. Tujuan dari
latihan relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot pernapasan tambahan
sehingga dapat mengurangi pemakaian energi saat bernapas, penderita
dilatih untuk bisa melakukan kontrol pernapasan.
Peran perawat dibutuhkan sebagai pemberi asuhan keperawatan
khususnya pada penderita asma. Perawat mempunyai wewenang dalam
memberikan tindakan atau intervensi baik mandiri maupun kolaboratif.
Tindakan-tindakan keperawatan yang dilakukan mulai dari tindakan
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gangguan kebutuhan oksigenasi
pada pasien Asma di Ruang Melati Klinik As-syifa Tawangmangu
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan gangguan kebutuhan
oksigenasi pada pasien Asma di Ruang Melati Klinik As-syifa
Tawangmangu.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan gangguan kebutuhan
oksigenasi pada pasien Asma di Ruang Melati Klinik As-syifa
Tawangmangu.
c. Menyusun perencanaan keperawatan gangguan kebutuhan
oksigenasi pada pasien Asma di Ruang Melati Klinik As-syifa
Tawangmangu.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan gangguan kebutuhan
oksigenasi pada pasien Asma di Ruang Melati Klinik As-syifa
Tawangmangu.
e. Melakukan evaluasi keperawatan gangguan kebutuhan oksigenasi
pada pasien Asma di Ruang Melati Klinik As-syifa
Tawangmangu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Oksigenasi
Oksigen adalah gas untuk bertahan hidup yang diedarkan ke sel-sel
dalam tubuh melalui system pernapasan dan system kardiovaskuler. Dalam
keadaan normal, proses oksigenasi terjadi tanpa disertai pemikiran serius
mengenai apa yang terjadi. Namun, ketika tubuh kekurangan oksigen,
seorang apat segera merasakan efeknya. (Bennita, 2015).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada
ketinggian laut, konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah 21%.
Penggunaanoksigen berkesinambungan ( > 15 jam sehari) dapat
meningkatkan harapan hidup bagi pasien-pasien yang mengalami
kegagalan respirasi kronis, dan memperbaiki tekanan arteri pulmonary,
polisitemia (hematokrit > 55 %), mekanik paru, dan status mental ( Ikawati,
2016).
B. Anatomi Pernafasan
Menurut Muttaqin, 2012 anatomi saluran pernafasan terbagi menjadi dua
bagian yaitu saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian
bawah :
1. Sistem pernafasan atas
a. Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernafasan (respirasi ) dan indra penciuman (pembau). Dinding organ
hidung dilapisi oleh mukosa yang berfungsi untuk menyaring,
menghangatkan, dan melembabkan udara yang masuk melalui
hidung. Vestibulum merupakan bagian dari rongga hidung yang
berambut dan berfungsi menyaring partikel-partikel asing
berukuran besar agar tidak masuk kesaluran pernafasan bagian
bawah.
b. Faring
Faring (tekak) adalah saluran otot selaput kedudukan nya tegak lurus
antara basis krani dan vertebrae servikalis VI. Faring merupakan
saluran yang sama-sama dilalui oleh udara dan makanan. Faring
terbagi menjadi nasofaring dan orofaring yang kaya akan pasokan
jaringan limfe yang menangkap dan menghancurkan pathogen yang
masuk bersamaan dengan udara.
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan
yang dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan
ligamentum. Laring sangat penting untuk mempertahankan kepatenan
jalan nafas bawah dari makanan dan minuman yang ditelan.
Selama menelan pintu masuk ke laring (epiglottis) menutup,
mengarahkan makanan masuk ke esophagus. Epiglottis terbuka
selama bernafas, yang memungkinkan udara bergerak bebas ke jalan
nafas bawah.
2. Sistem pernafasan bawah
a. Trakea (batang tenggorokan)
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa
seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang
disempurnakan oleh selaput, terletak diantara vertebrae servikalis
VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra V. tabung
tulang yang menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru, maka
merupakan bagian penting pada system pernafasan. trakea adalah
tabung berotot kaku terletak di depan kerongkongan, yang sekitar
4,5 inci panjang dan lebar 1 inci. Diameter didalam sekitar 21-27
mm, panjang 10-16 c, ada sekitar 15-20 cincin tulang rawan
berbentuk C tidak Lengkap, yang melindung trakea dan menjaga
jalan nafas. Otot-otot trakea yang terhubung ke cincin lengkap dan
kontrak saat batuk, yang mengurangi ukuran lumen trakea untuk
meningkatkan aliran udara.
b. Bronkus dan bronkiolus
Trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus
kanan lebih pendek, lebar, dan lebih vertical daripada kiri. Bronkus
kiri lebih panjang dan langsing dari yang kanan , dan berjalan
dibawah artei pulmonalis sebelum di belah menjadi beberapa cabang
yang berjalan ke lobus atas dan bawah. Bronkiolus membentuk
percabangan bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar
lendir dan silia. Bronkiolus terminalis ini kemudian menjadi
bronkiolus respiratori yang di anggap menjadi saluran tradisional
antara jalan udara transisional antara jalan udara konduksi dan jalan
udara pertukaran gas.
c. Pulmo (paru)
Pulmo (paru) adalah organ utama dalam system pernafasan,
merupakan salah satu organ sistem pernafasan yang berada di
dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura
viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastis dan berada dalam
rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung di dalam air.
C. Fisiologi Pernafasan
Oksigen masuk ke saluran pernapasan melalui hidung dan mulit. Oksigen
kemudian diedarkan melalui saluran pernapasan (faring, trakea, dan
bronkus) ke alveolus, yang merupakan pundi-pundi udara yang dikelilingi
pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah kapiler merupakan pembuluh
darah kecil dengan dinding halus yang mempermudah pertukaran
gas. Pergantian gas dimulai ketika oksigen yang dihrup masuk ke dinding
kapiler yang dikelilingi alveolus dan dibawa oleh sel-sel darah melalui aorta.
Aorta bercabang emnjadi arteri-arteri kecil dan bahkan arterioles yang lebih
kecil, pada akhinya menjadi pembuluh darah kapiler. Dinding kapiler yang
paling tipis membiarkan terjadinya difusi oksigen ke dalam sel-sel dalam
berbagai jaringan tubuh.(Vaughans, 2016).
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh(inspirasi) serta mengeluarkan udara dari dalam
tubuh (ekspirasi). Proses oksigenasi tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu
ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas. (Muttaqin, 2015).
1. Ventilasi
Ventilasi adalah prose untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar
paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang
elastis dan persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama
adalah diafragma. Diafragma disarafi oleh syaraf frenik, ynag keluar dari
medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
a. Difusi Gas
Difusi gas adalah bergeraknya gas O2 dan CO2 atau partikel lain
dari area yang bertekanan tinggi kea rah yang bertekanan
rendah. Di dalam alveoli, O2 melintasi membrane alveoli-kapiler
dari alveoli ke darah karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang
tinggi di alveoli dan tekanan pada kapiler yang lebih rendah.
b. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan
dari jariingan ke paru dengan bantuan aliran darah.
D. Etiologi (Penyebab gangguan pernafasan)
Menurut Hidayat (2016), Etiologi dari gangguan pernafasan diantaranya :
1. Faktor fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada
penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi
tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan
kadar O₂ inspirasi.
1) Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
2) Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik.
Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot.
3) Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma,
penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan
penyakit kronis.
c. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran
hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin
yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan
oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan
paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
2) Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan
atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misal: makanan, permen dan lain-lain).
3) Anak usia sekolah dan Remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut
akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
4) Dewasa Muda dan Paruh Baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
5) Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran
alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O₂.
d. Faktor Perilaku
1) Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja
pernapasan.
2) Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut
jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
a. Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan
dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan
laju dan kedalaman pernapasan.
b. Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan
4) Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi
pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu,
kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
5) Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang
terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.
e. Faktor Lingkungan
1) Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan
ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa
memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
2) Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang
yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan
frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran
yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
3) Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes
atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat
terpapar zat-zat berbahaya.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Vaughans, (2015) faktor yang mempengaruhi oksigenasi terdiri
dari faktor fisiologis, usia dan tahap perkembangan, faktor lingkungan,
makanan, kandungan makanan, gaya hidup, dan gangguan kesehatan.
(Vaughans, 2015).

1. Faktor Fisiologis
Beberapa system bekerjasama untuk memungkinkan oksigenasi normal.
Diafragma otot besar yang terletak tepat dibawah paru-paru,
membantu dengan inhalasi dan ekhalasi gas ke paru-paru. Kontraksi dan
relaksasi otot jantung memampukan jantung untuk memompa dara
secara efesien. Kntraksi dan relaksasi pada diafragma dn otot-otot
jantung tergantung pada pensinyalan yang terdapat pada system
syaraf. Pembuluh darah juga tersusun atas otot-otot halus yang
membantu sirkulasi darah yang kaya oksigen ke jaringan yang dituju.
a. Usia dan tahap perkembangan
System pernapasan dan system kekebalan tubuh yang tidak
sempurna diikuti ukuran jantung lebih kecil menjadikan anak-
anak kecil beresiko lebih besar terhadap gangguan oksigenasi.
Orang dewasa lanjut juga beresiko mengalami gangguan
oksigenasi karena kapasitas fungsional paru-paru dan jantung
berkurang seiring petambahan usia seseorang.
b. Faktor Lingkungan
Beberapa variable di lingkungan memperngaruhi
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan oksigennya.
Polutan dan allergen di udara ( missal serbuk sari, kabut asap,
zat kimia beracun,) dan juga asap rokok sekunder dapat
merusak jaringan paru-paru dan mengarah pada dampak
jnagka panjang seperti kanker paru-paru dan penyait
pulmonary(COLD). Dataran tunggi juga dapat mengganggu
oksigenasi karena terjadi penurunan oksigen di udara.
c. Makanan
Dampak makanan yang buruk didokuentasikan dengan baik.
Kandungan makanan dan juga jumlah makanan yang dicerna
dapat menyebabkan masalah yang secara langsung mempengaruhi
oksigenasi. Obesitas dapat memperberat beban kerja jantung,
yang dapat mengurangi aktivitas jantung dalam memompa
darah. Obesitas juga dapat membatasi gerakan dada, yang
menguragi ruang paru untuk mengembang dan membatasi inhalasi
oksigen.
d. Gaya Hidup
Merokok terkait dengan kelainan pernapasan kronis dan kanker.
Selain itu, nikotin menyebabkan penyumbatan darter koroner dan
meningkatkan jumlah karbon monosida dalam darah yang
menyebabkan kekurangan oksigen . Obat dan kecanduan alkohol,
narkotika dan jumlah alcohol yang banyak dapat menyebabkan
depresi pernapasan.
e. Gangguan Kesehatan
Gangguan kesehatan secara langsung terkait dengan fungsi
pernapasan dan kardiovaskuler juga terkait dengan fungsi
tubuh lain yang berpotensi mempengaruhi oksigenasi. Banyak
penyimpangan terjadi akibat hidup tidak sehat ( missal makanan,
rokok, gaya hidup tetap). Pada akhirnya salah satu intervensi
utama adalah pelajaran kesehatan untuk mencegah,
mengendalikan, atau memutarbalikkan dampak berlawanan dan
pilihan tertentu. Contoh penyimpangan system pernapasan
antara lain (Pneumonia,COPD,Hiperventilaso, Hipoventilasi).
F. Batasan Karakteristik
Batasan Karakteristik terkait masalah Oksigenasi menurut buku Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu :
1. Diagnosa Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Batasan Karakteristik :
Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebih/ obstruksi
dijalan napas/mekonium dijalan napas, dipsnea, sulit berbicara, ortopnea,
gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola
napas berubah.
2. Diagnosa Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
Batasan Karakteristik :
Dipsnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang,
pola napas abnormal, ortopnea, pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping
hidung, diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit
menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan
inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.
3. Diagnosa Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
Batasan Karakteristik :
Dipsnea, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardi, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, pusing, penglihatan kabur,
sianosis, diaforesis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/iregular, dalam/dangkal), warna kulit abnormal
(pucat, kebiruan), kesadaran menurun.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Spasme Jalan
napas dibuktikan dengan batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
(D.0001)
2. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas
(Mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan) dibuktikan dengan
penggunaan otot bantu pernapasan (D.0005).
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan bunyi napas tambahan (D.0003).
H. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Keperawatan
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan
Napas Tidak Efektif tindakan keperawatan Napas (I.010111)
berhubungan selama 1 x 24 jam O : Monitor Pola
dengan Spasme diharapkan masalah Napas (frekuensi,
Jalan napas Bersihan Jalan Napas kedalaman, usaha
dibuktikan dengan Tidak Efektif dapat napas).
batuk tidak efektif teratasi dengan Kriteria N : Pertahankan
atau tidak mampu hasil : kepatenan jalan
batuk (D.0001) Bersihan Jalan Napas napas dengan head-
(L.01001) tilt dan chin-lift
- Batu efektik dari (jaw-thrust jika
menurun (skala 1) curiga trauma
menjadi servikal).
meningkat (skala E : Ajarkan Teknik
5) Batuk Efektif
- Produksi sputum C : Kolaborasi
dari meningkat pemberian
(skala 1) menjadi bronkodilator,
menurun(skala 5) ekspektoran,
- Pola napas dari mukolitik, jika perlu.
memburuk (skala
1) menjadi
membaik (skala
5).
- Frekuensi napas
dari memburuk
(skala 1) menjadi
membaik( skala
5)
2 Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Pemantauan
Efektif berhubungan tindakan keperawatan Respirasi ( I.01014 ).
dengan Hambatan selama 1 x 24 jam O : Monitor
upaya napas (Mis. diharapkan masalah Pola frekuensi, irama,
Nyeri saat bernapas, Napas Tidak Efektif kedalaman, dan
kelemahan otot dapat teratasi dengan upaya napas.
pernapasan) Kriteria Hasil : N : Atur interval
dibuktikan dengan Pola Napas ( L. 01004) pemantauan respirasi
penggunaan otot - Frekuensi Napas sesuai kondisi pasien
bantu pernapasan dari memburuk E : jelaskan tujuan
(D.0005). (skala 1) menjadi pemantauan dan
membaik (skala prosedur
5). pemantauan.
- Kedalaman napas C : Kolaborasi
dari memburuk dengan dokter jika
(skala 1) menjadi perlu
membaik (skala
5)
- Penggunaan Otot
bantu napas dari
meningkat (skala
1) menjadi
menurun (skala 5)
- Ortopnea dari
meningkat (skala
1) menjadi
menurun (skala
5).
3 Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen
Pertukaran Gas tindakan keperawatan ( I.01026)
berhubungan selama 1 x 24 jam O : Monitor tanda-
dengan diharapkan masalah tanda Hipoventilasi
ketidakseimbangan Gangguan Pertukaran N : Pertahankan
ventilasi-perfusi Gas dapat teratasi dengan Kepatenan Jalan
dibuktikan dengan Kriteri Hasil : Napas
bunyi napas Pertukaran Gas ( L. E : Ajarkan pasien
tambahan (D.0003). 01003) dan keluarga cara
- Pola napas dari menggunakan
memburuk (skala oksigen dirumah.
1) menjadi C : Kolaborasi
membaik (skala penentuan dosis
5). Oksigen
- Dispnea dari
meningkat (skala
1) menjadi
menurun (skala
5).
- Bunyi napas
tambahan dari
meningkat (skala
1) menjadi
menurun (skala
5).
- PCO2 dari
memburuk (skala
1) menjadi
membaik (skala
5).

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl/Jam MRS : Sabtu, 06 November 2021


Tanggal/Jam Pengkajian : Senin
Metode Pengkajian : Autoanamnesa
Diagnosa Medis : Asma
No. Regristrasi : 033xx

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. K
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Karangtaji
Umur : 75 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan :-
Pekerjaan : Petani
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 41 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Karangtaji
Hubungan dengan Klien : Anak
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak napas, batuk dan muntah

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan ketika sesak napas, batuk dan muntah langsung
di bawa ke IGD Klinik As-syifa Tawangmangu pada tanggal 6
November 2021 jam 14.00 WIB, kemudian di IGD mendapat
terapi infus RL 20 tpm dan dipindahkan ke kamar Melati 2.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat
penyakit asma
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengidap
penyakit hipertensi dan diabetes
Genogram :

= laki - laki
= perempuan

= pasien
= meinggal
III. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR HENDERSON
1. Oksigenasi
Sesak napas : Tidak (x)
Ya ( v)
Frekuensi : konstan/intermitten
Kapan terjadi : saat cuaca dingin
Kemungkinan factor pencetus : Cuaca dingin
Faktor yang memberatkan : Cuaca dingin
Faktor yang meringankan : Ketika pasien posisi
setengah duduk
Batuk : ya/tidak
Sputum : ya/tidak
Nyeri dada : ya/tidak
Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada: -
Riwayat penyakit : Asma (√)
TB ( x)
Batuk darah (x)
Chest surgery/trauma dada (x)
Paparan dengan penderita TB (x)
Riwayat merokok : pasif/aktif
2. Nutrisi
Frekuensi makan : pasien mengatakan makan sehari 3x
BB/TB : 50 kg/168 cm
BB dlm 1 bulam terakhir : tetap (√)
Meningkat (x) : kg,alasan :-
Menurun (x) : kg, alasan:-
Jenis makanan : Nasi, sayur, buah, lauk pauk
Makanan yang disukai: Sayur sop
Makanan pantang :-
Alergi :-
Nafsu makan : baik (v)
Kurang (x), alasan :
Masalah pencernaan : mual (x)
Muntah (v)
Kesulitan menelan (x)
Sariawan (x)
Riwayat operasi/trauma GI :
Diit RS :-
Habis (x)
½ porsi (√)
¾ porsi (x)
Tidak habis (x), alasan :-
Kebutuhan pemenuhan ADL makan : mandiri/tergantung/dengan
bantuan
3. Cairan, elektrolit dan asam basa
Frekuensi minum : 500 ml
Turgor kulit : elastis
Support IV line : ya/tidak, jenis: RL
Dosis : 500 mL
4. Eliminasi Bowel
Frekuensi : pasien mengatakan 1x sehari
Pencahar : Tidak
Waktu : pagi/siang/malam
Warna : kuning kecoklatan darah : -
Konsistensi : lembek
Gangguan eliminasi bowel : konstipasi (x)
Diare (x)
Inkontinensia bowel (x)
Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : mandiri/tergantung/dengan
bantuan
5. Eliminasi bladder
Frekuensi : 4x dalam sehari, penggunaan pencahar: tidak
Warna : kuning jernih ,darah : tidak
Gangguan eliminasi bladder :
Nyeri saat BAK (x)
Burning sensation (x)
Bladder terasa penuh stl BAK (x)
Riwayat Dahulu : Penyakit Ginjal (x)
Batu ginjal (x)
Injuri/trauma (x)
Penggunaan kateter : Tidak
Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : mandiri/tergantung/dengan
bantuan
6. Aktivitas dan Latihan
Pekerjaan : petani
Olahraga rutin : tidak
Alat bantu : walker (x)
Kruk (x)
Kursi roda (x)
Tongkat (x)
Terapi : traksi, (x) di :-
Gips (x) di :-
Kemampuan melakukan ROM : pasif/aktif
Kemampuan ambulasi : mandiri/tergantung/dengan bantuan
7. Tidur dan istirahat
Lama tidur : 1 jam tidur
Siang : ya/tidak
Kesulitan tidur di RS : ya/tidak
Alasan : Sulit tidur karena sesak dan terasa dingin
Kesulitan tidur : menjelang tidur (v)
Mudah/sering terbangun (v)
Merasa tidak segar saat bangun (v)
8. Kenyamanan dan nyeri
Nyeri : ya/tidak, skala nyeri (1-10) : 3
Paliatif/provokatif : Sesak napas
Quality : Nyeri terasa berat
Region : Dada bagian kiri
Severity :3
Time : Terus menerus
Ambulasi di tempat tidur : mandiri/tergantung/dengan bantuan
9. Sensori, persepsi dan kognitif
Gangguan penglihatan : ya/tidak
Gangguan pendengaran : ya/tidak
Gangguan penciuman : ya/tidak
Gangguan sensasi taktil : ya/tidak
Gangguan pengecap : ya/tidak
Riwayat penyakit : eye surgery (x)
Otitis media (x)
Luka sulit sembuh (x)
Persepsi klien terhadap penyakitnya :
Pasien mengatakan menerima keadaan sakitnya
Respon klien mencari solusi untuk masalah kesehatannya :
Saat sakit pasien mengatakan langsung pergi untuk periksa ke
puskesmas atau rs terdekat
10. Komunikasi
Hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya :
Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan
tetangganya
Cara klien menyatakan emosi, kebutuhan, dan pendapat :
Pasien mengatakan jika emosi atau sedang menghadapi masalah
maka akan di bicarakan dengan yang bersangkutan dengan baik
baik
11. Aspek spiritual dan dukungan social
Kepercayaan klien dan aspek ibadah :
Pasien mengatakan sholat 5 waktu
Dukungan keluarga klien terhadap klien :
Pasien mengatakan ketika sakit keluarga selalu mendukung untuk
sembuh
12. Kebutuhan rekreasi
Pasien mengatakan beberapa kali menyempatkan waktu untuk
berrekreasi bersama keluarga
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik/cukup/lemah
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 190/90mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 90 x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : cepat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 30 x/menit
- Irama : cepat
4) Suhu : 36,6 C
0

2. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala
a) Bentuk dan ukuran kepala : mesocepal
b) Pertumbuhan rambut : baik
c) Kulit kepala : bersih
b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : bersih
b) Fungsi penglihatan : normal
c) Palpebra : simetris
d) Konjungtiva : annemis
e) Sclera : ikterik
f) Pupil : isokor
g) Diameter ka/ki : simetris
h) Reflek terhadap cahaya : baik
i) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak
2) Hidung
a) Fungsi prnghidu : normal
b) Secret : tidak ada
c) Nyeri sinus : tidak ada nyeri
d) Polip : tidak ada
e) Napas cuping hidung : tidak
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : baik
b) Keadaan bibir : simetris
c) Selaput mukosa : kering
d) Warna lidah : merah pucat
e) Keadaan gigi : sebagian tanggal
f) Bau nafas : khas
g) Dahak : ada secret
4) Gigi
a) Jumlah : 25 gigi
b) Kebersihan : cukup
c) Masalah : tidak ada
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : baik
b) Bentuk : simetris
c) Kebersihan : bersih
d) Serumen : tidak ada
e) Nyeri telinga : tidak
c. Leher
1) Bentuk : simetris
2) Pembesaran tyroid : tidak ada
3) Kelenjar getah bening : tidak ada
4) Nyeri waktu menelan : tidak ada
5) JVP : tidak ada peningkatan
d. Dada (Thorax)
1) Paru-paru
a) Inspeksi : simetris tampak RR 30x/menit
b) Palpasi : tidak ada pembengkakan pada paru, tidak
nyeri tekan
c) Perkusi : hipersonor
d) Auskultasi : terdengar suara ronchi
2) Jantung
a) Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
b) Palpasi : teraba denyutan aorta di sic 3 sinestra
c) Perkusi : kanan atas sic IV linia mid clavikula
sinestra, kiri atas sic V parassetrenalis sinestra
d) Auskultasi : bunyi jantung I & II lup dub
e. Abdomen
1) Inspeksi : Simetris
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada penumpukan
urine di visikaurinaria
3) Perkusi : tympani pada semua kuadran
4) Auskultasi : bising usus 15x/menit
f. Genetalia : bersih tidak terpasang dc
g. Anus dan rectum : tidak terdapat hemoroid
h. Ekstremitas
1) Atas
a) Kekuatan otot kanan dan kiri : derajad IV, dapat
menahan tahanan
b) ROM kanan dan kiri : aktif
c) Peruahan bentuk tulang : tidak ada
d) Pergerakan sendi bahu : bisa bergerak bebas
e) Perabaan akral : hangat
f) Pitting edema : tidak ada
g) Terpasang infus : tangan kanan
2) Bawah
a) Kekuatan otot kanan dan kiri : derajad IV
b) ROM kanan dan kiri : aktif
c) Perubahan bentuk tulang : tidak ada
d) Varises : tidak ada
e) Perabaan akral : hangat
f) Pitting edema : tidak ada

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan
Jenis Nilai Satuan Hasil Keterangan
pemeriksaan normal hasil
GDS <180 mg/dL 179 Normal
Asam Urat 3,4-7,0 mg/dL 20,6 Tidak Normal
Kolestrol <240 mg/dL 229 Normal
HB 13 g/dL 19,4 Tidak Normal

2. Pemeriksaan diagnostik
Tanggal pemeriksaan
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan
- -
VI. TERAPI MEDIS
Hari/ Jenis terapi Dosis Golongan Fungsi
Tanggal
Sabtu, 6 1. Infus RL 20 tpm Natrium,
november klorida, Mengga
2021 kalium, nti
kalsium, cairan
laktat yang
hilang
2. Inj Ranitidine 0,5 cc H2 Mengob
histamine ati
blocker lambung
ranitidine
HCI
3. Inj Ondansentron 0,5 cc
Antiemetik Untuk
mengura
ngi mual
muntah
4. Inj Spashi 0,5 cc
Antipasmo Mengur
dik angi
rasa
nyeri
5. Dimen
Antihistam Meredak
in an sakit
kepala
6. OBH
Ekspektora Meredak
nsia an batuk
7. Antasida
magnesiu Meredak
m an sakit
8. CTM maag
Antihistam Meredak
in an alergi
9. Terapi Nebulizer
(ventolin) Antiasmati Meredak
k an sesak
10. Amino nafas
xanthine
Mengats
i
kesilitan
bernafas
Minggu,7 1. Infus RL 20 tpm Natrium, Untuk
November klorida, mengga
2021 kalium, nti
kalsium, cairan
laktat yang
hilang
2. Inj Amino 0,5 cc Xanthine Mengats
i
kesilitan
bernafas
3. Grantusif dextrometh Mengata
orphan si batuk
4. Glyceryl ekspektora
guaiacolate Mengata
n si
hidung
tersumb
at
Antihistam
5. CTM Meredak
in
an alergi

6. Terapi Nebulizer Antiasmati


k Meredak
an sesak
nafas

Senin, 8 1. Infus RL 20 tpm Natrium, Mengga


November klorida, nti
2021 kalium, cairan
kalsium, yang
laktat hilang
2. Terapi Nebulizer Antiasmati Meredak
k an sesak
nafas

Selasa, 9 1. Infus RL 20 tpm Natrium, Mengga


November klorida, nti
2021 kalium, cairan
kalsium, yang
laktat hilang

2. Terapi Nebulizer
Antiasmati Meredak
k an sesak
nafas

Rabu, 9 1. Infus RL + 20 tpm Antihistam Meredak


November Neurosanbe in an alergi
2021 2. CTM

B. ANALISA DATA
Nama : Tn. K No. CM : 033xx
Umur : 75 th Diagnosa Medis : Asma
Hari/
No Tangga Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
l/Jam
1 Senin, 8 DS : Bersihan Sekresi Bersihan
Novem pasien jalan yang jalan napas
ber mengatakan napas tertahan tidak efektif
2021 sesak napas, tidak b.d Sekresi
batuk efektif yang
tertahan
DO :
TD : 130/80
mmhg
S : 36C
N : 86x/menit
R : 30x/menit
Pasien
tampak
terengah-
engah,
terdengar
ausultasi
ronkhi
2 Senin, 8 DS : Gangguan Hambatan Gangguan
Novem Pasien pola tidur lingkungan pola tidur
ber mengatakan b.d
2021 tidak bisa Hambatan
tidur lingkungan

DO :
Pasien
tampak
letih,mata
pasien
tampak sayu

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan ditandai
dengan dipsnea (D.0001)
2. Gangguan pola tidur b.d Hambatan lingkungan ditandai dengan
mengeluh sulit tidur (D. 0055)

D. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn. K No. CM : 033XX
Umur : 75 th Dx. Medis : Asma
Tujuan &
No Tgl/Jam Dx. Kep Intervensi
Kriteria Hasil
1 Senin, 8 Bersihan Setelah dilakukan O : monitor
Novembe jalan napas tindakan frekuensi dan
r 2021 tidak efektif keperawatan kedalaman napas
b.d Sekresi selama 3x24 jam, T : berian posisi
yang tertahan diharapkan pasien semi fowler 30-45
dengan masalah E : anjurkan
bersihan jalan bernapas lambat
napas dapat dan dalam
teratasi dengan K : kolaborasi
kriteria hasil : pemberian
- Dispnea bronkodilator
menurun dari sesuai indikasi
skala 1
(berat)
menjadi skala
3 (sedang)
2 Senin, 8 Gangguan Setelah dilakukan O:
Novembe pola tidur b.d tindakan - identifikasi pola
r 2021 Hambatan keperawatan aktivitas dan
lingkungan selama 3x24 jam, tidur
diharapkan pasien - identifikasi
dengan masalah faktor
gangguan pola pengganggu
tidur dapat tidur
teratasi dengan T:
kriteria hasil : - modifikasi
- Keluhan sulit lingkungan
tidur (suhu)
menurun dari - lakukan
skala 1 prosedur untuk
menjadi skala meningkatkan
3 (sedang) kenyamanan
(pengaturan
posisi)
- sesuaikan
jadwal
pemberian obat
dan/atau
tindakan untuk
menunjang
siklus tidur
terjaga
E : anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM

E. TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. K No. CM : 033xx
Umur : 75 th Dx. Medis : Asma
Hari/ No
Implementasi Respon TTD
tgl/jam Dx
Senin/
8
1 Memonitor frekuensi
dan kedalaman napas
S : Pasien
mengatakan sesak √
novembe RR : 30 x/menit
r 2021 O : Pasien tampak
lemas
Senin/
8
1 Memberian posisi
semi fowler 30-45
S : Pasien
mengatakan sesak √
novembe sedikit berkurang
r 2021 ketika posisi
setengah duduk

O : Pasien tampak
lebih rileks
Senin/
8
1 Menganjurkan
bernapas lambat dan
S : Pasien
mengatakan sesak √
novembe dalam
r 2021 O : Pasien tampak
terengah-engah
Senin/
8
1 Berkolaborasi
pemberian
S : Pasien
mengatakan sesak √
novembe bronkodilator sesuai napas
r 2021 indikasi
O : Pasien tampak
terengah-engah
Senin/
8
2 Mengidentifikasi pola
aktivitas dan tidur
S : Pasien
mengatakan tidak √
novembe bisa tidur
r 2021
O : Pasien tampak
sayu
Senin/
8
2 Mengidentifikasi
faktor pengganggu
S : Pasien
mengatakan sulit √
novembe tidur tidur karena sesak
r 2021 dan cuaca dingin

O : Pasien tampak
lemas
Senin/
8
2 Memodifikasi
lingkungan (suhu)
S : Pasien
mengatakan badan √
novembe terasa dingin
r 2021
O : Pasien tampak
kedinginan
Senin/
8
2 Melakukan prosedur
untuk meningkatkan
S : Pasien
mengatakan sesak √
novembe kenyamanan sedikit berkurang
r 2021 (pengaturan posisi) apabila posisi
setengah duduk

O : Pasien tampak
lebih rileks
Senin/
8
2 Menyesuaikan jadwal
pemberian obat
S : Pasien
mengatakan hanya √
novembe dan/atau tindakan bisa tidur 30 menit
r 2021 untuk menunjang
siklus tidur terjaga O : Pasien tampak
lemas
Senin/
8
2 Menganjurkan
penggunaan obat tidur
S : Pasien
mengatakan tidak √
novembe yang tidak bisa tidur karena
r 2021 mengandung supresor sesak
terhadap tidur REM
O : Pasien tampak
lemas
Selasa/ 9
Novemb
1 Memonitor frekuensi
dan kedalaman napas
S : Pasien
mengatakan sesak √
er 2021
O : Pasien tampak
lemas
Selasa/ 9
Novemb
1 Berkolaborasi
pemberian
S : Pasien
mengatakan sesak √
er 2021 bronkodilator sesuai napas
indikasi
O : Pasien tampak
terengah-engah
Selasa/ 9
Novemb
2 Mengidentifikasi pola
aktivitas dan tidur
S : Pasien
mengatakan tidak √
er 2021 bisa tidur

O : Pasien tampak
sayu
Selasa/ 9
Novemb
2 Menganjurkan
penggunaan obat tidur
S : Pasien
mengatakan tidak √
er 2021 yang tidak bisa tidur karena
mengandung supresor sesak
terhadap tidur REM
O : Pasien tampak
lemas
Rabu/ 10
Novemb
1 Memonitor frekuensi
dan kedalaman napas
S : Pasien
mengatakan sesak √
er 2021 sudah berkurang

O : Pasien tampak
lebih tenang
Rabu/ 10
Novemb
1 Berkolaborasi
pemberian
S : Pasien
mengatakan sesak √
er 2021 bronkodilator sesuai sudah berkurang
indikasi
O : Pasien tampak
lebih tenang
Rabu/ 10
Novemb
2 Mengidentifikasi pola
aktivitas dan tidur
S : Pasien
mengatakan sudah √
er 2021 bisa tidur dengan
waktu lebih lama

O : Pasien tampak
lebih segar
F. EVALUASI

Nama :Tn.K No. CM : 033XX


Umur : 75 tahun Diagnosa Medis :
No. Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd
Dx
1 Senin, 8
November
S : Pasien mengatakan sesak dan batuk
O : Pasien tampak lemas √
2021 TD 190/90 mmHg
S : 36,6
RR : 30 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor frekuensi pernafasan
- Kolaborasi pemberian oksigen
- Memposisikan pasien setengah
duduk untuk mengurangi sesak
- Berikan terapi dan Nebulizer
2 Senin, 8
November
S : Pasien mengatakan tidak bisa tidur
sama sekali √
2021 O : Pasien tampak sayu
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi pola tidur pasien
- Mengajurkan pasien menggunakan
obat
1 Selasa, 9
November
S : Pasien mengatakan sesak hanya
terkadang terasa √
2021 RR : 26 x/menit
O : Pasien tampak lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Memonitor frekuensi pernafasan
- Berkolaborasi pemberian terapi
dan Nebulizer
- Berikan oksigen
2 Selasa, 9
November
S : Pasien mengatakan hanya bisa tidur 30
menit √
2021 O : Pasien tampak sayu
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi pola tidur pasien
- Menganjurkan pasien
menggunakan obat
1 Rabu, 10
november
S : Pasien mengatakan sesak sudah tidak
berasa √
2021 RR : 22 x/menit
O : Pasien tampak lebih rileks
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2 Rabu, 10
November
S : Pasien mengatakan jam tidur sudah
bertambah √
2021 O : Pasien tampak lebih segar
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Selama memberikan asuhan keperawatan tim penulis menemukan


beberapa kesenjang anantara konsep teoritis dan kasus yang ditemukan. Dalam
bab ini tim penulis akan membahasnya sesuai dengan asuhan keperawatan yang
sudah diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, inervensi, implementasi, dan
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui
kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan
dilakukan. Dalam pengumpulan data tim penulis menggunakan metode
wawancara atau tanya jawab dengan keluarga pasien dan pasien serta
observasi dengan menggunakan pemeriksaan fisik dan menggunakan studi
dokumentasi pada status pasien.
Pengkajian menurut carpernito (2017) yaitu tahap pertama proses
keperawatan yang meliputi pengumpulan data secara sistematis dan cermat
untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini dan riwayat kesehatan
masa lalu, serta menentukan status fungsional, mengevaluasi pola koping
pasien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan data diperoleh dengan cara
wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, peninjauan catatan dan laporan
diagnostik, kolaborasi dengan rekan sejawat. Hal tersebut berkesinambungan
antara teori dan praktik.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus asma kami
mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan ditandai
dengan dipsnea
2. Gangguan pola tidur b.d Hambatan lingkungan ditandai dengan mengeluh
sulit tidur
C. Intervensi
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kriterianya, maka kami membuat rencana berdasarkan acuan
pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di
buat selama 3 hari perawatan. Dari 2 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan
pada kasus karena kerja sama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien.
Dalam menyusun tindakan yang akan di lakukan ini disesuaikan dengan
diagnosa yang di temukan sehingga mendapatkan tujuan yang di inginkan.
- Diagnosa 1 yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
Sekresi yang tertahan diberikan intervensi monitor frekuensi dan kedalaman
napas, berikan posisi semi fowler 30-45, anjurkan bernapas lambat dan dalam,
kolaborasi pemberian bronkodilator sesuai indikasi. Diagnosa 2 yaitu
Gangguan pola tidur b.d Hambatan lingkungan ditandai dengan mengeluh sulit
tidur diberikan intervensi identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi
faktor pengganggu tidur, modifikasi lingkungan (suhu), lakukan prosedur
untuk meningkatkan kenyamanan (pengaturan posisi), sesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga ,
anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM.
D. Implementasi
Tahap ini adalah tahap untuk melakukan tindakan – tindakan yang telah di
rencanakan.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan ditandai
dengan dipsnea
Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu monitor
frekuensi dan kedalaman napas, berikan posisi semi fowler 30-45,
anjurkan bernapas lambat dan dalam, kolaborasi pemberian bronkodilator
sesuai indikasi. Pelaksanaan sejalan dengan teori yaitu melakukan
kolaborasi dengan dokter pemberian bronkodilator untuk membantu
proses inhalasi atau penguapan (Nebulizer) pada pasien dengan asma.
Untuk mengurangi sesak nafas pasien dapat diberikan posisi semi fowler
dan terapi oksigen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Firdaus (2019) yang
menyatakan bahwa pemberian posisi semi fowler dan oksigen pada
pasien asma efektif menurunkan sesak nafas secara signifikan.
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan ditandai dengan mengeluh
susah tidur
Tindakan keperawatan yang telah penulis lakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu
mengidentifikasi faktor pengganggu tidur, melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan dan menganjurkan penggunaan obat tidur. .
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang telah
digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah
penulis susun, apakah tujuan dapat tercapai, atau belum tercapai dengan
meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang sudah ditetapkan. Berikut ini
adalah pembahasan evaluasi berdasarkan evaluasi hasil masing-masing
diagnosa :
Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 2 diagnosa yang
ditegakkan masalah keperawatan semua teratasi.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Tn. K dengan
diagnosa Asma selama 3 hari perawatan di Ruang Melati 2 Klinik Asy-
Syifa dapat di ambil kesimpulan :
1. Asma merupakan penyakit kelainan berupa peradangan kronik saluran
napas yang menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi,sesak napas,
dada terasa berat dan batuk terutama pada malam hari
2. Selama 3 hari perawatan di Klinik, pada Tn. K ditemukan diagnosa :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan
ditandai dengan dipsnea
b. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan ditandai dengan
mengeluh susah tidur
c. Intervensi dibuat sesuai dengan masalah keperawatan dengan
memperlihatkan kondisi pasien serta ketersediaan sarana dan
prasarana di ruangan.
d. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan Intervensi Keperawatan.
Tindakan – tindakan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik
adanya kerjasama keperawatan, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.
e. Selama perawatan yang dilakukan selama 3 hari, dari 2 diagnosa yang
ditegakkan 2 masalah teratasi dengan kriteria hasil yang diharapkan.
B. SARAN
1. Bagi Klinik Asy-Syifa agar dapat membuat poster atau leflet tentang
penyakit Asma agar masyarakat mendapatkan ilmu atau pengetahuan.
2. Bagi pasien agar dapat menjaga kesehatan atau meningkatkan
kesehatan setelah dilakukan rawat inap.
3. Bagi mahasiswa diharapkan dapat membuat makalah asuhan
keperawatan Asma lebih baik lagi. Asuhan keperawatan yang telah
dilakukan dan kerja sama antar tim kesehatan berjalan dengan baik
hendaknya dipertahankan dan ditingkatkan untuk mendapatkan hasil
yang baik.
4. Bagi perawat dapat terus menggali ilmu pengetahuan untuk
menambah wawasan dan keterampilan sebagai seorang perawat
profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta:

Graha Ilmu

Mubarak, W I dan Nurul Chayatin. (2015). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia

Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC

Pamungkas, P N. (2015). Manajemen Terapi Oksigen Oleh Perawat di Ruang

Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Jurnal Keperawatan, hlm.3

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat PPNI.

Rosdahl, C B dan Mary T. Kowalski. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar.

Jakarta: EGC

Syandi, Janrizky Praerda. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Oksigenasi pada Tn. S Di Ruang Inayah Pku Muhammadiyah Gombong.

Stikes Muhammadiyah Gombong

Anda mungkin juga menyukai