Oleh
KELOMPOK 3 DAN 4
1. Putri L.M. Tangpen 5. Hariyanto N. Leong
2. Krisanto A. F. Nahak 6. Hendra D. Lasi
3. Sisilia Liwupung 7. Syane Njuruhapa
4. Marsel N. Lowu 8. Irna Marni Palan
9. Dewata S.F. Suki
PEMBIMBING
1. Fance R. Pandie 3. Servasius R. Banin
2. Reyneldis Gerans 4. Kornelis N. Beni
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
kami boleh menyelesaikan makalah seminar ini tepat waktu. Penulisan makalah
ini sebagai salah satu tugas praktik klinik Keperawatan Dasar Profesi.
Kami menyadari dengan kerja sama kelompok dan bantuan dari bapak/ibu
pembimbing makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing klinik Cempaka ibu Maria
Evarista Sugo, S.Kep.,Ns dan pembimbing klinik Tulip ibu Lusia Dorkas Mone,
S.Kep.,Ns yang telah membantu kami selama praktik klinik.
Akhir kata semoga makalah ini menjadi pembelajaran dan referensi bagi
mahasiswa Ners dalam memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan
komprehensif bagI klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Proses Pembuatan Makalah
1.4. Manfaat
BAB 2 LANDASAN TEORI
1.1. Aspek Medis
1.2. Asuhan Keperawatan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa meningkatkan pola pikir yang ilmiah dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Agar mahasiswa mampu mengindentifikasi pengkajian kasus
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
b) Agar mahasiswa mampu menganalisa data dan menetapkan diagnosa
keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
c) Agar mahasiswa mampu menentukan intervensi berdasarkan
diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
d) Agar mahasiswa mampu mengimplementasikan tindakan sesuai
rencana pada pasien gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
e) Agar mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
1.3. Manfaat
Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien limphadenopati dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan di
bidang keperawatan dalam pembelajaran di Prodi Ners mengenai
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien limphadenopati dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
BAB 2
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam
proses kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme
tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila
berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila
berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan
oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen
melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ
pernafasan agar berfungsi secara normal (Saranani & Ketrin, 2019).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimia
dan fisika. Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, sebagai hasilnya
terbentuklah karbondioksida, energy dan air. Penambahan karbondioksida
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi
adalah bagian dari kebutuhan fisiologi menurut Maslow yang sangat penting
dalam kelangsungan hidup manusia.Kebutuhan oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme
sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas sebagian organ atau sel
(Saini Sukma, 2019).
B. Etiologi
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit
kronik seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer
dan koroner
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan): menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
d. Faktor lingkungan: tempat kerja, suhu lingkungan, ketinggian tempat dan
permukaan laut.
e. Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi kebutuhan
oksigenasi :
1. Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
2. Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada
pasien dekom menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi
darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari arteri koroner ke miokardium (Somantri, 2019).
C. Patofisiologi
↓
┌──────────────────────────────────────────────┐
↓ Terjadinya infeksi dan proses peradangan ↓
Hiperseksresi kelenjar mukosa Kontraksi otot polos saluran pernapsan
3. Perawatan restoratif/rehabilitatif
Perawatan restoratif adalah upaya yang menekankan pada
pengkondisian kembali jantung paru sebagai program rehabilitasi
terstruktur
a. Latihan otot pernapasan
Latihan otot pernapasan meningkatkan kekuatan dan daya tahan
otot, sehingga menghasilkan peningkatan toleransi aktivitas. Latihan otot
pernapasan dapat mencegah kegagalan pernapasan pada klien yang
mengalami penyakit paru obstruktif. Salah satu metode latihan otot
pernapasan ialah alat pernapasan resistif spirometer yang mendorong
(incentive spirometer resistive breathing device / ISRBD).
Pernapasan resistif dilakukan dengan menempatkan ISRBD ke
dalam spirometer yang mendorong tergantung volume. Latihan otot
dilakukan saat klien menggunakan ISRBD secara rutin dan terjadwal,
misalnya 2-4 kali sehari selama 15 menit.
b. Latihan pernapasan
Latihan pernapasan dilakukan untuk meningkatkan ventilasi dan
oksigenasi. Tiga teknik dasar yang dilakukan adalah latihan napas dalam
dan batuk, pernapasan pursed-lip, dan pernapasan diafragmatik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data biografi
a. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku atau bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
no medrek, diagnosa medis, alamat klien
b. Identitas Penanggung jawab: Meliputi pengkajian nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat kesehatan: keletihan (cepat lelah), dispnea (bernapas disertai usaha
napas, sedang stress), infeksi saluran napas, saat berbaring datar/orthopnea),
batuk, mengi (Wheezing), nyeri dada, pemaparan geografi atau lingkungan,
infeksi pernapasan, faktor risiko, penggunaan obat-obatan.
3. Riwayat kesehatan dahulu:
1) Penyakit, operasi atau cidera sebelumnya
a) Gejala, perjalanan, terminasi;
b) Kekambuhan komplikasi;
c) Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau komunitas;
d) Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya; dan
e) Kejadian dan sifat cidera.
2) Alergi
a) Hay fever, asma, atau eksema; dan
b) Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang, tanaman
atau produk rumah tangga.
3) Obat-obatan: nama, dosis, jadwal, durasi dan alasan pemberian.
4) Kebiasaan
a) Pola perilaku: penggunaan pakaian sehari-hari
b) Aktivasi kehidupan sehari-hari: Jam tidur dan bangun, durasi
tidur malam/siang, tipe latihan
c) Penggunaan/penyalahgunaan obat, alkohol, kopi (kafein) atau
tembakau
d) Disposisi umum: respon terhadap stress
4. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi terhadap
berbagai sistem tubuh untuk mendapatkan informasi tentang masalah
kesehatan yang potensial.
a) Keadaan umum meliputi penampilan umum, postur tubuh, gaya bicara,
mimik wajah
b) Tanda-tanda vital: takikardi, peningkatan respirasi, tekanan darah
meningkat/menurun, saturasi oksigen <94%, suhu meningkat
c) Kulit: sianosis, akral dingin, diaphoresis.
d) Kepala: seperti memar pada kepala, periksa kebersihan dan keutuhan
rambut.
e) Mata: Periksa mata untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan, kaji
reflek cahaya, edema kelopak mata.
f) Hidung: Perdarahan hidung (epitaksis), kaji cairan yang keluar dari
hidung, ada tidaknya sumbatan.
g) Telinga: Kaji ada tidaknya sakit telinga, rabas, kehilangan pendengaran.
h) Mulut: pernafasan mulut, perdarahan gusi, keadaan gigi, jumlah gigi,
kaji kelembaban mukosa, warna mukosa bibir.
i) Tenggorokan: sakit tenggorokan, kaji adanya kemerahan atau edema,
kaji ada tidaknya kesulitan dalam menelan, tersedak, serak atau
ketidakteraturan suara lain.
j) Leher: kaji nyeri, keterbatasan gerak, kekakuan, kesulitan menahan
kepala lurus, pembesaran tiroid, pembesaran nodus atau massa lain.
k) Dada: kaji kesimetrisan bentuk dada, pembesaran payudara,
pembesaran nodus remaja, tanyakan tentang pemeriksaan payudara.
1) Inspeksi dada
Pada Pemeriksaan ini pemeriksa melihat gerakan dinding dada,
bandingkan kesimetrisan dinding dada kiri dan kanan. Lihat adanya
bekas luka, bekas operasi, atau adanya lesi. Perhatikan warna kulit
daerah dada. Kaji pola pernafasan pasien, perhatikan adanya retraksi
interkosta, dan penggunaan otot bantu nafas.
2) Palpasi dada
Pada Pemeriksaan ini yang pertama dilakukan oleh pemeriksa yaitu,
meletakan tangan di atas kedua dinding dada. Rasakan kesimetrisan
pengembangan dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi.Selanjutnya,
rasakan adanya massa dan krepitasi (jika terjadi fraktur). Setelah itu,
lakukan Pemeriksaan taktil fremitus dengan cara letakan tangan
diatasn diatas dada, lalu minta pasien mengatakan “tujuh tujuh” atau
“Sembilan Sembilan”. Lakukan Pemeriksaan disemua lapang paru.
Prinsip pemeriksaan adalah getaran suara akan merambat melalui
udara yang ada dalam paru–paru (vibrasi) dan saat bicara, getaran ini
akan terasa dari luar dinding dada.
3) Perkusi paru
Suara perkusi normal adalah suara perkusi sonor, yaitu suara seperti
bunyi “dug-dug”. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengetuk pada
seluruh lapang paru pada ruang interkosta (dilakukan di antara dua
kosta atau ICS ). Pada area jantung akan menghasilkan bunyi peka
(ICS 3–5, sebelah kiri sternum). Hasil perkusi juga akan terdengar
pekak pada daerah hepar dan daerah payudara.
4) Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Anjurkan pasien untuk bernafas normal. Setelah beberapa saat,
letakan stetoskop pada ICS 2 kanan, minta pasien bernafas
panjang;
2. Bandingkan suara yang terdengar di lapang paru kiri dan kanan;
3. Dengar apakah ada suara nafas tambahan di semua lapang paru.
Suara nafas normal sebagai berikut : vesikuler, bronkovasikuler,
bronkhial
l) Kardiovaskuler: Kaji warna konjungtiva, ada tidaknya sianosis, warna
bibir, adanya peningkatan tekanan vena jugularis, kaji bunyi jantung
pada dada, pengukuran tekanan darah, dan frekuensi nadi.
m) Abdomen: kaji bentuk adbomen, keadaan luka, kaji tanda-tanda infeksi,
perkusi area abdomen.
n) Punggung dan bokong: kaji bentuk punggung dan bokong, kaji
ekstremitas: CRT, turgor kulit, kekuatan otot, refleks bisep, trisep,
refleks patela, dan achiles.
o) Genitalia: kaji kebersihan genitalia, kebiasaan BAK
p) Anus: Kaji BAB dan keadaan di area anus.
q) Sistem persyarafan: adanya penurunan sensasi sensori, nyeri penurunan
refleks, nyeri kepala, kejang, tremor.
5. Riwayat nutrisi: kebiasaan diet dan pola makan.
6. Riwayat medis keluarga: kebiasaan keluarga dan terpapar penyakit menular
yang dapat mempengaruhi anggota keluarga.
7. Pola aktivitas sehari-hari: Mengungkapkan pola aktivitas pasien sebelum
sakit dan sesudah sakit. Yang meliputi nutrisi, eliminasi, personal hygene,
istirahat tidur, aktivitas dan gaya hidup
8. Data psikologis: cemas terhadap penyakitnya, ketidakmampuan koping,
perasaan negatif tentang tubuh serta konsep diri
9. Data social: keyakinan pasien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan
agama yang dianut pasien dan bagaimana persepsi pasien terhadap
penyakitnya, bagaiman aktifitas pasien selama menjalani perawatan di
rumah sakit dan siapa yang menjadi pendorong atau pemberi motivasi untuk
kesembuhan.
10. Riwayat seksual: masalah dan atau aktivitas dan adanya data yang
berhubungan dengan aktivitas seksual.
11. Data spiritual: persepsi pasien terhadap dirinya sehubungan dengan
kondisi sekitarnya, hubungan pasien dengan perawat, dokter dan tim
kesehatan lainnya, ikut sertakan dalam aktifitas sosial atau menarik diri dari
interaksi sosial terutama jika sudah terjadi komplikasi fisik seperti anemia,
ulkus, gangren dan gangguan penglihatan.
12. Data penunjang
a) Laboratorium. Dengan pemeriksaan darah akan diketahui apakah
infeksi muncul atau tidak.
b) Pemeriksaan radiologi
c) Terapi : pemberian terapi yang akan diberikan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
bertahan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler
4. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan energi
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
berhubungan dengan hambatan keperawatan diharapkan pola Observasi
upaya nafas. nafas pasien membaik dengan a) Periksa sirkulasi perifer (misal nya : nadi perifer,
Definisi: kriteria hasil: setelah 1x24 jam edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang perawatan klien akan index)
tidak memberikan ventilasi menunjukan: b) Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (misal
adekuat. Pola napas: nya : diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan
Penyebab : Kriteria hasil : kadar kolesterol tinggi)
1) Depresi pusat pernapasan 1. Ventilasi semenit meningkat c) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
2) Hambatan upaya napas (misal (5) ekstremitas
nya : nyeri saat bernapas, 2. Kapasitas vital meningkat (5) Terapeutik
kelemahan otot pernapasan) 3. Diameter thorax anterior- a) Hindari pemasangan infuse atau pengambilan darah di
3) Deformitas dinding dada posterior meningkat (5) area keterbatasan perfusi
4) Deformitas tulang dada 4. Tekanan ekspirasi: b) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
5) Gangguan neuromuscular meningkat (5) dengan keterbatasan perfusi
6) Gangguan neurologis (misal 5. Tekanan inspirasi meningkat c) Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada
nya : elektroensefalogram (5) area yang cedera
(EEG) positif, cedera kepala, 6. Dispnea menurun (5) d) Lakukan pencegahan infeksi
gangguan kejang 7. Penggunaan otot bantu napas e) Lakukan perawatan kaki dan kaku
7) Imaturitas neurologis menurun (5) f) Lakukan hidrasi
8) Penurunan energi 8. Pemanjangan fase ekspirasi Edukasi
9) Obesitas menurun (5) a) Anjurkan berhenti merokok
10) Posisi tubuh yang 9. Ortopnea menurun (5) b) Anjurkan berolahraga rutin
menghambat ekspansi paru 10. Pernapasan purses-lip c) Anjurkan mengecek air mandi untuk mengindari kulit
11) Sindrom hipoventilasi menurun (5) terbakar
12) Kerusakan inervansi 11. Pernapasan cuping hidung d) Anjurkan menggunakan obat penurunan tekanan darah,
diagfragma (kerusakan menurun (5) antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika itu perlu
syaraf C5 ke atas) 12. Frekuensi napas membaik (5) e) Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
13) Cedera pada medulla spinalis 13. Kedalaman napas membaik teratur
14) Efek agen farmakologis (5) f) Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
15) Kecemasan 14. Ekskursi dada membaik (5) g) Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (misal
nya : melembabkan kulit kering pada kaki)
h) Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
i) Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(misal nya : rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
j) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan ( misal nya : rasa sakit yang tidak hilang
saat istrahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
Manajemen sensasi perifer
Obeservasi
a) Identifikasi penyebab perubahan sensasi
b) Identifikasi penggunan alat pengikat, prosthesis,
sepatu, dan pakaian
c) Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
d) Periksa perbedaan panas atau dingin
e) Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur
benda
f) Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
g) Monitor perubahan kulit
h) Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
Terapeutik
Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan
suhunya (terlalu panas atau dingin)
Edukasi
a) Ajurkan penggunaan thermometer untuk menguji suhu
air
b) Anjurkan penggunaan sarung tangan termal dan
bertumit rendah
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgesic, jika itu perlu
b) Kolaborasi pemberiak kortikosteroid, jika itu perlu
2. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Latihan Batuk Efektif
efektif berhubungan dengan keperawatan diharapkan Bersihan Observasi
Sekresi yang bertahan jalan napas pasien meningkat a) Identifikasi kemampuan batuk
Defenisi: ketidakmampuan dengan b) Monitor adanya retensi sputum
mebersihkan secret atau obstruksi kriteria hasil: setelah 1x24 jam c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
jalan napas untuk perawatan klien akan d) Monitor input dan output cairan (missal nya : jumlah
mempertahankan jalan napas menunjukan: dan karakteristik)
tetap paten Kriteria hasil : Terapeutik
Penyebab : Batuk efektif meningkat (5) a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
Fisiologi Produksi sputum menurun b) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3. Spasme jalan napas (5) c) Buang secret pada tempat sputum
1) Hipersekresi jalan napas Mengi menurun (5) Edukasi
4. Difungsi neuromuscular Wheezing menurun (5) a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
5. Benda asing dalam jalan Mekonium (pada neonatus) b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidurng selama 4
napas menurun (5) detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
6. Adanya jalan napas buatan Dispnea menurun (5) mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8
7. Sekresi yang bertahan Ortopnea menurun 5) detik
8. Hyperplasia dinding jalan Sulit bicara menurun (5) c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
napas Sianosis menurun (5) d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
9. Proses infeksi Gelisah menurun (5) napas dalam yang ke 3
10. Respon infeksi Frekuensi napas membaik (5) Kolaborasi
11. Respon alergi Pola napas membaik (5) · Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran,
12. Efek agen farmakologi jika perlu
(missal nya : anastesi) Management Jalan Napas
Situasional Obeservasi
Merokok aktif a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan usaha
Merokok pasif napas)
Terpajan polutan b) Monitor bunyi napas tambahan (missal nya : gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan
chin lift (jaw thrust jika curiga ada nya trauma servikal)
b) Posisikan semi fowler atau fowler
c) Berikan minum hangat
d) Lakukan fisioterapi dada, jika itu diperlukan
e) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
g) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep mcgill
h) Berikan oksigen, jika itu perlu
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
· Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika itu perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
1. Monitor pola napas (seperti : bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- strokes, biot, ataksik)
2. Monitor kemampuan batuk efektif
3. Monitor adanya produksi sputum
4. Monitor adanya sumbatan jalan napas
b) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
1. Auskultasi bunyi napas
2. Monitor saturasi oksigen
3. Monitor nilai AGD
4. Monitor hasil x-ray thorak
Terapeutik
a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) · Informasikan hasil pemantauan, jika itu perlu
3. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
Defenisi: Kelebihan atau keperawatan diharapkan Observasi
kekurangan oksigenasi dan atau pertukaran gas meningkat a. monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
eleminasi karbondioksida pada dengan b. monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
membran alveolus-kapiler kriteria hasil: setelah 1x24 jam hiperventilasi, kussmaul, cheyne-strokes, biot, dan
Penyebab: perawatan klien akan menunjukan ataksik)
1. Ketidakseimbangan ventilasi- Kriteria hasil : c. monitor kemampuan batuk efektif
perfsusi 1. Tingkat kesadaran meningkat d. monitor adanya produksi sputum
2. Perubahan membrane (5) e. monitor adanya sumbatan jalan napas
alveolus-kapiler 2. Dispnea menurun (5) f. palpasi kesimetrisan ekspansi paru
3. Bunyi napas tambahan g. auskultasi bunyi napas
menurun(5) h. monitor saturasi oksigen
4. Pusing menurun (5) i. monitor nilai AGD
5. Penglihatan kabur menurun j. monitor hasil x-ray thorax
(5) Terapeutik
6. Diaphoresis menurun (5) a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
7. Gelisah menurun (5) pasien
8. Napas cuping hidung b. Dekumentasikan hasil pemantauan
menurun (5) Edukasi
9. PCO2 membaik (5) a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
10. PO2 membaik (5) b. Informasikan hasil pemantauan, jika itu perlu
11. Takikardia membaik (5) Terapi oksigen
12. pH arteri membaik (5) Obeservasi
13. sianosis membaik (5) a. Monitor kecepatan aliran oksigen
14. pola napas membaik (5) b. Monitor posisi alat terapi oksigen
15. warna kulit membaik (5) c. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (missal nya:
oksimetri, analisa gas darah), jika itu perlu
e. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
danatelektasis
h. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
i. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
a. bersihankan secret pada mulut, hidung, dan trakea, jika
itu perlu
b. pertahankan kepatenan jalan napas
c. siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
d. berikan oksigen tambahan, jika itu perlu
e. tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
f. gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
· ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau
tidur
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi
Defenisi: ketidakcukupan energi keperawatan diharapkan toleransi Observasi:
aktivitas pasien meningkat
untuk melakukan aktivitas sehari- a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
dengan
hari kriteria hasil: setelah 1x24 jam kelelahan
Penyebab: perawatan klien akan menunjukan b) Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil:
1) ketidakseimbangan antara c) Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Saturasi oksigen meningkat
suplai dan kebutuhan energi (5) d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
2) Tirah baring 2. Kemudahan dalam melakukan aktivitas
3) Kelemahan aktivitas sehar-hari meningkat Edukasi
(5)
4) Imobilisasi a) Anjurkan tirah baring
3. Kecepatan berjalan meningkat
5) Gaya hidup monoton (5) b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
4. Jarak berjalan meningkat c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
5. Kekuatan tubuh bagian atas
kelelahan tidak berkurang
meningkat
6. Kekuatan tubuh bagian bawah d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
meningkat Terapeutik:
7. Toleransi dalam menaiki
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
tangga meningkat
8. Keluhan lelah menurun (5) b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
9. Dispnea saat aktivitas c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
menurun
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
10. Dispnea setelah aktivitas
menurun berpindah atau berjalan
11. Perasaan lemah menurun Kolaborasi
12. Aritmia saat aktivitas Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
menurun (5)
13. Aritmia setelah aktivitas asupan makanan
menurun (5)
14. Sianosis menurun (5)
15. Warna kulit membaik (5)
16. Tekanan darah membaik (5)
17. Frekuensi napas membaik
(5)
18. EKG Iskemia membaik (5)
D. Implementasi keperawatan
Implementasi dibuat berdasarkan intervensi yang telah disusun dan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dibuat untuk menentukan keberhasilan Tindakan, dengan melihat pada kriteria hasil yang ada.
F. Pendidikan pasien
1. Minum paling sedikit 6 gelas air sehari, sebagai indikasi dalam catatan sehari-hari
2. Diskusikan efek fisiologis merokok;
3. Ajak klien bergabung dan secara teratur mengikuti pertemuan program stop merokok selama 6 bulan
4. Ajarkan napas dalam dan batuk efektif.
5. Buat daftar tanda-tanda infeksi pernapasan dan mengetahui kapan memanggil petugas kesehatan;
6. Ajarkan klien tekhnik batuk efektif yang benar
7. Ajarkan pada pemberi perawatan atau orangtua mendemonstrasikan teknik fisioterapi dada secara tepat, meliputi perkusi,
vibrasi, dan postural drainase, pada home visit berikutnya;
8. Anjurkan pasien untuk meningkatkatkan koping secara efektif dengan perubahan konsep diri dan gaya hidup (Rahayu
Sunarsih & Harrnanto Addi , 2018).
Format Pengkajian
YAYASAN MARANATHA
NUSA TENGGARA TIMUR
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
JLN. KAMP. BAJAWA NASIPANAF - BAUMATA BARAT – KAB.
KUPANG
Telp/Fax : 0380-8552971 ; admin@stikesmaranathakupang.ac.id
Website : http//www.stikesmaranathakupang.ac.id
2. Riwayat Keluhan
(PQRST) :Pasien demam naik turun selama kurang lebh 2 minggu di alor, setelah itu
muncul bejolan di leher kiri dan pasien di rujuk dari alor ke poli anakologi untuk
pemeriksaan lanjutan sambal menunggu pemeriksaan di poli anakologi pasien di
rumah sesak dan batuk serta demam dan keluarga membawa ke IGD tamggal 02-
11-2023 dini hari ke RSUD Prof W.Z Johanes dan mendapatkan perawatan.
3. Keluhan saat dikaji : Mengeluh napas sesak dan batuk, susah mengeluarkan dahak.
3. Pengobatan : pasien mengataka tidak ada riwayat pengobat TBC selama 6 bulan. Pasien tidak
Genogram (3 generasi):
Keterangan
: laki laki
: perempuan
: Meninggal
: Garis keturunan
….. : Tingal serumah
: Pasien
Mandi ✔
Toileting ✔
Berpakaian ✔
Ambulasi/ROM ✔
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
b. Perubahan setelah sakit
0 1 2 3 4
Kemampuan perawatan diri
Makan/minum ✔
Mandi ✔
Toileting ✔
Berpakaian ✔
Berpindah ✔
Ambulasi/ROM ✔
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Sebelum sakit :
Waktu tidur : Malam hari
4. Pengkajian nyeri pasien tidak sadar terpasang ventilator (crtical pain observation
tool/CPOT)
8. Dada :
Inspeksi : Bentuk dada cembung, simetris kiri kanan ,RR 36x/menit
Palpasi : fokal fremitus menurun
Perkusi : sonor
Auskultasi :vesikuler, ronchi di seluruh arah paru
9. Abdomen :
Inspeksi : perut simetris, tidak ada lesi
perkusi : Timpani
10. Genitalia :
Inspeksi : tidak ada lesi
11. Ekstermitas :
Inspeksi : Tidak ada edema, warn akulit hitam
VIII. Pengobatan
(…………………………………………..)
Batuk Tidak
Efektif
Ronki Bagian
Kiri Lobus
Bagian Atas
Sputum Kental
Warna Putih
Kurang Lebih 1-2
Cc
Suhu 39,5 °C
- Peningkatan
kebutuhan
metabolisme
2.
-
Selasa, 14- Defisit nutrisi
11-2023
Ds:
- Pasien Mengatakan
Nafsu Makan
Berkurang
- Pasien Mengatakan
Sulit Menelan
Do:
- Bising Usus20x/Menit
- Membran Mukosa
Pucat
DS : pasien mengataka
tidak ada riwayat
pengobat TBC selama 6
bulan. Pasien tidak
berobat, dan tidak tau
penyakit apa yang
diderita
DO :
- pasien membeli
obat tanpa resep
dokter
- Pola hidup tidak
LAMPIRAN 3
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S.B No. RM : 578971
Umur : 31 tahun Diagnosa : TBC
Jenis kelamin : laki-laki Ruangan : tulip
2. (L.03030)
(I.03119)
Selasa (D.0019) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
14/11/2 keperawatan 3x24 di harapkan
023 Defisit nutrisi berhubungan status nutrisi membaik dengan Observasi
dengan ketidakmampuan kriteria hasil
menelan ditandai dengan - Identifikasi status nutrisi
Porsi makan dihabiskan - Identifikasi alergi atau intoleransi makan
kolaborasi
3. Selasa (D.0111)
14/11/2
3 3 DS : pasien mengataka tidak (L.12111)
ada riwayat pengobatan TBC
Setelah dilakukan intervensi (I.12383)
selama 6 bulan dan tidak tau Edukasi Kesehatan
penyakit yang diderita keperawatan 1x24 di harapkan
Observasi
ekspetasi meningkat dengan
- identifikasi kesiapan dan kemampuan
kriteria hasil
menerima informasi
Do : - Perilaku sesuai ajuran - Identifikasi faktor-faktor yang dapat
- Pasien membeli obat meningkat (5) meningkatkan dan menurunkan motofasi
tanpa resep dokter - Kemampuan menjelaskan perilaku hidup bersih dab sehat
- Pola hidup tidak sehat pengetahuan tentang suatu Terapeutik
- Daya ingat rendah topik meningkat (5) - Sediakan materi dan media pendidikan
- Kemampuan kesehatan
11. efektif
30 - Mengatur posisi
duduk dengan
mencondongkan badan
4-5 kali
- mengajarkan teknik
selama 3x
- Pernapasan cepat RR
Memasang levofsasim
750 mg/infus
Melakukan edukasi
keluarga untuk
infeksius
Melakukan nebulizer
dengan menggunakan
cumbiven
- Pasien
mengeluarakan
dahak, berwarna
putih
- Melakukan aukutasi
bunyi napas
berkurang
- Isoniasit 300 mg
- Virasinamit
1500/oral
- Pasien memahami
dan meminum obat
sesuai jam yang
dibutuhkan
3,03 mmol
sebelum makan
Menjelaskan efek
samping dari obat
- Urine berwarna
merah kemerahan
- Kesemutan dan
mengantuk
1 Kamis Bersihan Jalan 06. 1. Mengkaji keluhan dan S : pasien mengatakan batuk
mengidentifikasi
16/11/2 Napas Tidak dan sesak mulai berkurang
Efektif B.D 30 kemampuan batuk
02023 pasien O : - KU, kesadaran compos
Sekresi Yang
- Pasien batuk dan mentis, dahak sudah keluar,
Terbahan.,
mengeluarkan dahak sedikit warna putih,
proses infeksi
berwarna kuning
D.D 2. Mengatur posisi fowler - posisi tidur fowler
DS : pasien - Pasien nampak sesak - terpasang 02 NRM 10
dan batuk berkurang
mengatakan Lpm
3. Manganjurkan teknik
sesak nafas batuk yang efektif - RR : 24x//menit
disertai batuk - Pasien dapat - Ronchi lubus kiri atas
dan dahak susah melakukan teknik menurun/berkurang
dikeluarkan batuk yang efektif
dengan baik A : mesalah bersihan jalan
DO: 4. Memonitor suara nafas nafas belum teratasi
irama dan frekuensi
- Batuk Tidak nafas P : intervensi yang di
Efektif - Sura nafas roncki lanjutkan :
- Ronchi lubus kiri atas
bagian kiri berkurang RR : 1. Kaji keluhan dan
BAB 5
PENUTUP
a. Kesimpulan
TN.S.B mengeluhkan sesak nafas dan dahak susah keluar agak berkurang
namun kadang timbul, kesadaran komposmentis, GCS : 456, , mobilisasi
di bantu, penggunaan otot bantu pernapasan berkurang terutama otot
intercostalist internus dan sternocloideo mastoideus, pasien nampak rilex
terpasang O2 4ltr/mnt, RR:28x/mnt.
SpO2: 97%, N: 89x/mnt, posisi semifowler, ronchi berkurang. Intervensi
dilanjutkan. Pada hari kedua TN.S.B mengeluhkan sesak berkurang,
kesadaran komposmentis, GCS : 456, kesadaran komposmentis, terpasang
O2 4ltr/mnt, RR:28x/mnt SpO2: 98%, N: 89x/mnt, posisi semifowler.
pasien tidur dan rilex kedalaman napas membaik, auskultasi paru ronchi
berkurang intervensi dipertahankan.
b. Saran
Tetap menpertahankan intervensi
Monitor pola nafas( frekuensi kedalaman, usaha napas ), monitor bunyi nafas
tambahan, monitor sputum( jumlah dan warna ), posisikan semi fowler, berikan
minum hangat, lakukan fisioterapi dada jika perlu, ajarkan batuk efektif,
berikan oksigen kolaborasi pemberian mukolitik.
Rahayu Sunarsih & Harnanto Addi (2018). Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan: Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta: PUSDIK SDM
Kesehatan