Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 5

1. I MADE KRISNA YUDHA


2. LUH MADE ARTHA HERAWATI
3. WAWAN
4. DAHLIA
5. DEBY

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PROGRAM B

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena


berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan waktu yang telah ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi yang


telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas
makalah ini,sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang
materi “Ketidakefektifan Jalan Nafas”. Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya
penyelesaian makalah ini baik mendukung secara moril dan materil.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan,kekurangan dan


kehilafan dalam makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami
harapkan demi perbaikan makalah ini kedepan.akhir kata kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.

Terima kasih

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................ 1

Kata Pengantar ............................................................................................ 2

Daftar Isi ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4

A. Latar belakang ................................................................................. 4


B. Tujuan .............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6

a. Konsep Dasar ketidakefektifan jalan nafas ....................................... 6


b. Asuhan Keperawatan ....................................................................... 7
1) Pengkajian ............................................................................ 7
2) Diagnosa Keperawatan ....................................................... 12
Bab III Penutup ........................................................................................... 14

A. Kesimpulan .................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 15

Daftar pustaka ............................................................................................ 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigen (O2) tidak bisa jauh-jauh dalam kehidupan manusia.
Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen maka
akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
pasien akan meninggal dunia. Dalam tubuh manusia oksigen memiliki
peranan yang sangat penting, hampir semua proses dalam tubuh
manusia membutuhkan oksigen secara fungsional. Jika ketersediaan
oksigen sedikit atau tidak ada sama sekali dalam tubuh, maka tubuh
akan mengalami gangguan dan bahkan bisa menyebabkan kematian,
karena oksigen salah satunya dibutuhkan dalam proses pernafasan.
Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang sangat
vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak bisa terlepas dari adanya
sistem pernafasan. Bila terdapat gangguan pada fungsional sistem
pernafasan, maka pemenuhan kebutuhan oksigen juga akan mengalami
gangguan. Gangguan sistem pernafasan ini bisa disebabkan karena
adanya peradangan maupun sumbatan pada saluran pernafasan. Jika
saluran pernafasan terganggu, maka oksigen yang didistribusikan darah
akan menurun.
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling banyak berinteraksi
dengan pasien daripada tenaga kesehatan yang lain, sehingga perawat
harus mengetahui gangguan yang ada pada kesehatan pasien.
Gangguan tersebut dapat dipaparkan seorang perawat dalam beberapa
diagnose keperawatan yang digunakan untuk membuat asuhan
keperawatan pada klien selama di rumah sakit. Oleh karena itu perawat
harus bisa membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan.

4
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem respirasi?
1.3 Tujuan
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
respirasi?
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada beberapa
diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan sistem
pernafasan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
Ketidakefektifan Pola Nafas
a. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas adalah ketidakmampuan proses sistem
pernafasan: inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
(Nanda, 2015-2017). Ketidakefektifan pola nafas adalah keadaan ketika
seseorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau
potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernafasan
(Carpenito, Lynda Juall 2007 hal. 383).

b. Tanda Gejala
Menurut Nanda (2015-2017) tanda gejala ketidakefektifan pola
nafas yaitu Perubahan kedalaman pernafasan, perubahan ekskursi dada,
mengambil posisi tiga titik, bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi,
penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan
kapasitas vital, dispnea, peningkatan diameter anterior-posterior,
pernafasan cuping hidung, ortopnea, takipnea, pernafasan bibir, fase
ekspirasi memanjang, penggunann otot aksesorius untuk bernafas.
Menurut Carpenito (2007) tanda gejala ketidakefektifan pola nafas
yaitu mayor: perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan, minor:
hiperventilasi, pernafasan sukar, takipnea. Menurut Wilkinson (2007)
tanda gejala ketidakefektifan pola nafas yaitu dispnea, nafas pendek,
perubahan gerakan dada, nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu
pernafasan.

6
B. ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yang
dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem
pernafasan klien meliputi:
1. Anamnesa
Anamnesa merupakan tekhnik memperoleh suatu informasi atau
data tentang kesehatan pasien melalui wawancara antara perawat
dengan petugas kesehatan dengan pasien atau orang lain yang
mengetahui kondisi pasien. Dalam anamnesa, informasi yang perlu
didapatkan adalah:
a. Biodata pasien
Biodata pasien yang perlu dikaji dalam anamnesa meliputi nama pasien,
umur pasien, jenis kelamin, usia, alamat lengkap, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, agama, suku bangsa.
b. Keluhan Utama
Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan
gangguan sistem pernafasan, penting untuk mengetahui tanda serta
gejalanya. Termasuk dalam keluhan utama pada gangguan sistem
pernafasan yaitu batuk, sesak nafas dan nyeri dada. Keluhan utama
adalah keluhan yang dirasakan sangat mengganggu kondisi pasien yang
mendorong pasien untuk datang menemui layanan kesehatan.
c. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini pada sistem pernafasan seperti
menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan sehingga
klien meminta pertolongan. Data ini terdiri dari 4 komponen, antara lain:
kronologi penyakit, gambaran dan deskripsi keluhan utama, keluhan
penyerta dan usaha berobat.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien
sebelumnya. Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan

7
penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan
sebagainya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem
pernafasan meupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu
dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan
seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk dalam jangka waktu yang
lama, dan batuk darah dari generasi terdahulu.
f. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup
Perawat juga harus menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya.
Kebiasaan sosial, kebiasaan dalam pola hidup misalnya minum alcohol,
atau obat tertentu.

2. Pengkajian fisik (Head to toe)


a. Inspeksi
Prosedur inspeksi yang harus dilakukan oleh perawat adalah sebagai
berikut (Irman Somantri, 2007):
1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam
keadaan duduk.
2) Data diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah
4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi,
dan massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, scoliosis, dan
lordosis)
5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
6) Observasi tipe pernafasan seperti: pernafasan hidung, diafragma serta
pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi dan
ekspirasi. Normalnya adalah 1:2.

8
8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter AP dengan lateral.
Rationya berkisar 1: 2 sampai 5: 7, tergantung kondisi cairan tubuh
pasien.
9) Kelainan bentuk dada, yang meliputi Barrel chest, Funnel Chest, Pigeon
Chest, Kyposkoliosis.
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada.
11) Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama inspirasi, yang
dapat mengindikasikan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi

Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan, jari, leher, dada dan
abdomen. Jari tabuh atau clubbing of finger bisa didapatkan pada pasien
dengan kanker paru, abses paru, empisema dan bronkiektasis. Tekanan
vena jugularis (JVP) diperlukan untuk mengetahui tekanan pada atrium
kanan. Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan apakah trachea
tetap di tengah ataukah bergeser ke samping, apakah ada penonjolan
nodus limfe. Pemeriksaan palpasi dada akan memberikan informasi
tentang penonjolan di dinding dada, nyeri tekan, gerakan pernafasan
yang simetris, derajat ekspansi dada, dan untuk menentukan taktil vocal
fremitus. Pemeriksaan gerak dada dilakukan dengan cara meletakkan
kedua telapak tangan secara simetris pada punggung. Kedua ibu jari
diletakkan di samping linea vertebralis, lalu pasien diminta inspirasi

9
dalam. Jika gerakan dada tidak simetris, jarak ibu jari kanan dan kiri akan
berbeda. (Darmanto, 2009)
c. Perkusi

Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmonary, organ


yang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis
suara perkusi ada dua jenis, yaitu normal dan abnormal. (Muttaqin Arif,
____)
1) Suara Normal
Resonan (Sonor): dihasilkan pada jaringan paru normal umumnya
bergaung dan bernada rendah.
Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat
musical
2) Suara Abnormal
Hiperresonan : bergaung lebih rendah dan timbul pada bagian paru
yang abnormal berisi udara
Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada
perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
d. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup
mendengarkan suara napas normal dan suara napas tambahan
(abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.

10
1) Suara normal
Bronkial : suaranya terdengar keras, nyaring, dan hembusannya lembut.
Fase ekspirasinya lebih lama daripada inspirasi dan tidak ada jeda di
antara keduanya.
Bronkovesikular : gabungan suara napas bronkial dan vesicular.
Suaranya terdengar nyaring dan intensitasnnya sedang. Inspirasi dan
ekspirasi sama panjangnya.
Vesikular : terdengar lembut, halus, dan seperti angina sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekaspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
2) Suara abnormal
Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musical, suara terus menerus.
Ronchi : Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, suaranya
terdengar pelan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan produksi sputum.
Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi
daerah pleura. Pasien akan mengalami nyeri saat bernafas.
Crackles dibagi menjadi dua yaitu Crackles halus dan kasar.

3. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi gangguan pada
system pernapasan dibagi ke dalam 2 metode, yaitu:
a. Metode morfologis, di antaranya adalah teknik radiologi yang meliputi
radiografi dada rutin, Tomografi computer (CT Scan), pencitraaan
resonansi magnetic (MRI), ultrasound, angiografi pembuluh paru dan
pemindaian paru, endoskopi, pemeriksaan biopsy dan sputum.
b. Metode fisiologis misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi
ventilasi

11
2.2 Diagnosa Keperawatan
Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Respiratory status : Airway Management
Definisi : Pertukaran Ventilation Buka jalan nafas,
udara inspirasi dan/atau Respiratory status : guanakan teknik chin lift
ekspirasi tidak adekuat Airway patency atau jaw thrust bila perlu
Vital sign Status Posisikan pasien
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : untuk memaksimalkan
- Penurunan tekanan Mendemonstrasikan ventilasi
inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan Identifikasi pasien
- Penurunan pertukaran suara nafas yang perlunya pemasangan
udara per menit bersih, tidak ada alat jalan nafas buatan
- Menggunakan otot sianosis dan dyspneu Pasang mayo bila
pernafasan tambahan (mampu perlu
- Nasal flaring mengeluarkan Lakukan fisioterapi
- Dyspnea sputum, mampu dada jika perlu
- Orthopnea bernafas dengan Keluarkan sekret
- Perubahan mudah, tidak ada dengan batuk atau
penyimpangan dada pursed lips) suction
- Nafas pendek Menunjukkan jalan Auskultasi suara
- Assumption of 3-point nafas yang paten nafas, catat adanya
position (klien tidak merasa suara tambahan
- Pernafasan pursed-lip tercekik, irama nafas, Lakukan suction
- Tahap ekspirasi frekuensi pernafasan pada mayo
berlangsung sangat lama dalam rentang Berikan
- Peningkatan diameter normal, tidak ada bronkodilator bila perlu
anterior-posterior suara nafas Berikan pelembab
- Pernafasan rata- abnormal) udara Kassa basah
rata/minimal Tanda Tanda vital NaCl Lembab
Bayi : < 25 atau > 60 dalam rentang normal Atur intake untuk
Usia 1-4 : < 20 atau > (tekanan darah, nadi, cairan mengoptimalkan
30 pernafasan) keseimbangan.
Usia 5-14 : < 14 atau > Monitor respirasi
25 dan status O2
Usia > 14 : < 11 atau >
24 Terapi Oksigen
- Kedalaman pernafasan Bersihkan mulut,
Dewasa volume hidung dan secret trakea
tidalnya 500 ml saat Pertahankan jalan
istirahat nafas yang paten
Bayi volume tidalnya 6- Atur peralatan
8 ml/Kg oksigenasi
- Timing rasio Monitor aliran oksigen
- Penurunan kapasitas Pertahankan posisi
vital pasien
Onservasi adanya
Faktor yang berhubungan tanda tanda hipoventilasi
: Monitor adanya
- Hiperventilasi kecemasan pasien
- Deformitas tulang terhadap oksigenasi
- Kelainan bentuk
dinding dada

12
- Penurunan Vital sign Monitoring
energi/kelelahan  Monitor TD, nadi,
- suhu, dan RR
Perusakan/pelemahan  Catat adanya
muskulo-skeletal fluktuasi tekanan darah
- Obesitas
 Monitor VS saat
- Posisi tubuh
pasien berbaring, duduk,
- Kelelahan otot
atau berdiri
pernafasan
- Hipoventilasi sindrom  Auskultasi TD
- Nyeri pada kedua lengan dan
- Kecemasan bandingkan
- Disfungsi  Monitor TD, nadi,
Neuromuskuler RR, sebelum, selama,
- Kerusakan dan setelah aktivitas
persepsi/kognitif  Monitor kualitas
- Perlukaan pada dari nadi
jaringan syaraf tulang  Monitor frekuensi
belakang dan irama pernapasan
- Imaturitas Neurologis
 Monitor suara
paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign

13
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Sistem pernafasan adalah salah satu sistem yang berperan vital
dalam tubuh manusia, sistem pernafasan berfungsi untuk pertukaran
udara yang mengandung oksigen dan karbondioksida, yang kemudian
akan diteruskan oleh sistem kardiovaskular untuk penyebarannya dalam
tubuh. Sebagai salah satu sistem yang sangat banyak perannya dalam
tubuh, sistem pernafasan harus dijaga agar tidak mengalami gangguan.
Seorang perawat yang merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi
paling lama dengan pasien harus mampu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan. Oleh
karena itu perawat harus memahami semua diagnosa yang berhubungan
dengan gangguan sistem pernafasan.
Proses keperawatan, atau yang dikenal dengan urutan pemberian
asuhan keperawatan terdiri dari proses pengkajian, diagnose
keperawatan, perencanaan atau intervensi, implementasi dan yang
terakhir adalah evaluasi. Asuhan keperawatan tidak dapat berjalan tanpa
adanya keluhan atau data-data dari pasien, sehingga sebelum proses
pengkajian yang dilakukan adalah anamnesa (wawancara) kepada klien
agar didapatkan data yang bisa digunakan untuk melakukan pengkajian.
Pengkajian sistem pernafasan meliputi pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan diagnostic, pemeriksaan fisik sering disebut IPPA (Ispeksi,
Palpasi, Perkusi dan Auskultasi), keempat elemen ini harus dilaksanakan
semua dan dengan sistimatis agar tidak ada yang tertinggal.
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan adalah pemeriksaan morfologi
dan fisiologinya, agar diketahui secara jelas bagian mana yang
mengalami gangguan, namun pemeriksaan diagnostic membutuhkan
aktivitas kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.

14
1.2 Saran
1. Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan
mengetahui masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem
pernafasan pada pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien tersebut.
2. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan
pasien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah
satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem
pernafasan.
3. Penyusunan makalah ini belum sempurna, untuk itu diperlukan
peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner & suddarth. (2001).Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 5.


Jakarta : EGC

Djojodibroto, darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern.2012.Buku Saku DIAGNOSIS


KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC
Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,
S,Kep. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif._____. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi.


Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan


Praktik. Jakarta : EGC.

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

16

Anda mungkin juga menyukai