OKSIGENASI
Disusun Oleh :
Nia Fernika (21149011433)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas berkat rahmat dan
karunia – Nyalah saya dari jurusan Profesi Ners kelas Reg A6 dapat menyelesaikan
tugas Makalah Laporan Pendahuluan dengan judul “Oksigenasi”. Makalah ini saya buat
dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Keperawatan Dasar
Profesi (Ners).
Dengan makalah ini, semoga bisa memberi tambahan dan pengertian mengenai
hal yang terkait dengan Oksigenasi dalam pelaksanaan keperawatan serta sebagai bahan
rujukan untuk keterampilan klinis perawat bagi pasien yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen. Dalam pembuatan makalah ini saya menyadari banyak
tedapat kekurangan dan keterbatasan didalamnya. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan tugas
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi saya sendiri
khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
A. Kesimpulan..............................................................................................34
B. Saran........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab utama naiknya angka
morbiditas dan mortalitas. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar fisiologis
manusia. Pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan komponen yang paling penting
karena bertujuan untuk menjaga kelangsungan proses metabolisme sel dalam tubuh,
mempertahankan kehidupannya, dan melakukan aktivitas bagi organ dan sel (Iqbal,
2015).
Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan harus selalu dipenuhi dengan segera.
Tanpa adanya oksigen yang cukup, sel dalam tubuh akan mengalami kerusakan bahkan
kematian. Sebagai contoh organ otak. Otak adalah suatu organ yang sensitive akan
kurangnya oksigen. Otak mampu menoleransi kurangnya oksigen dalam jangka waktu
tiga sampai lima menit. Apabila lebih dari itu, sel otak akan mengalami kerusakan
secara permanen (Haswita & Sulistyowati, 2017).
Masalah keperawatan yang sering muncul dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan pola nafas, dan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Nanda, 2015). Dari beberapa masalah
keperawatan tersebut, ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan masalah paling
urgent yang harus segera mendapatkan penanganan karena bisa mengancam nyawa
(Mancini, dkk, 2011).
Sumbatan pada jalan nafas merupakan salah satu gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi yang menduduki peringkat pertama pemicu kematian terbesar
yang masih dapat diatasi dengan berbagai cara. Penolong harus bisa menganalisis gejala
dan tanda adanya sumbatan jalan nafas dan mampu memberikan pertolongan segera
dengan atau tanpa alat bantuan (Mancini & dkk, 2011).
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidak efektifan
bersihan jalan nafas antara lain adalah dengan melakukan suction, mengajarkan batuk
efektif, melakukan fisioterapi dada, dan lain sebagainya (Bulechek, dkk, 2016).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Konsep Kebutuhan Oksigenasi?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang keperawatan klinis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen.
Tujuan Khusus
Proses Oksigenasi
Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan eksternal
dan pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran gas secara
keseluruhan antara lingkungan eksternal dan pembuluh kapiler paru (kapiler
pulmonalis), sedangkan pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara
pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh (Saputra, 2013).
Tercapainya fungsi utama dari sistem pernapasan sangat tergantung dari proses
fisiologi sistem pernapasan itu sendiri yaitu ventilasi pulmonal, difusi gas, transfortasi
gas serta perfusi jaringan. Keempat proses oksigenasi ini didukung oleh baik atau
tidaknya kondisi jalan napas, keadaan udara di atmosfir, otot-otot pernapasan, fungsi
sistem kardiovaskuler serta kondisi dari pusat pernapasan (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Sel di dalam tubuh sebagian besarnya memperoleh energi melalui reaksi kimia
yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan karbondioksida. Proses Pertukaran gas
dari pernapasan terjadi di lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida (Peate and Nair, 2011).
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan
bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam
sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di
hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago
yang terbungkus oleh otot dan kulit.
Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1)
menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik
resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan
sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa
(Tortorra and Derrickson, 2014).
b) Faring
c) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,
epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara
dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas
melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga
memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk
kembali keatas (Peate and Nair, 2011).
e) Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri,
yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-
masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak
jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan
sebutan bronchiole (Sherwood, 2010).
f) Paru-Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus
di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat
ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-
masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan
visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura
membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas.
Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat
bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura 8 visceral
dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah
(Peate and Nair, 2011).
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu
respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses
metabolism intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah
serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh (Sherwood, 2014).
Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu: Ventilasi
pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru Respirasi eksternal –
bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi darah dan karbondioksida berdifusi
dari darah ke paru Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari
paru ke jaringan tubuh atau sebaliknya Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim
ke sel tubuh dan karbondioksida diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011).
1.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem Respirasi
A. Saraf Otonomik
C. Faktor Lingkungan
1. Perilaku.
2. Obesitas.
3. Aktivitas.
1. Faktor Fisiologis
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu,
proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit
kronis.
3. Faktor Perkembangan
4. Faktor Perilaku
1. Flu
Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi hidung, tenggorokan, dan
paru-paru. Virus penyebab gangguan respirasi ini dapat menyebar melalui udara, benda
yang telah terkontaminasi, maupun kontak fisik dengan penderita flu. Flu dapat dicegah
dengan melakukan beberapa langkah pencegahan, seperti mencuci tangan secara rutin,
tidak menyentuh wajah, dan menjauhi keramaian.
2. Faringitis
3. Laringitis
Gangguan respirasi lainnya adalah laringitis, yaitu peradangan yang terjadi pada
laring atau pita suara. Keluhan ini umumnya disebabkan oleh penggunaan laring yang
berlebihan, iritasi, atau infeksi. Gejala yang ditunjukkan laringitis biasanya berupa sakit
tenggorokan, batuk, demam, suara serak, hingga kehilangan suara.
4. Asma
5. Bronkitis
Bronkitis terjadi ketika saluran yang membawa udara ke paru-paru atau bronkus
mengalami peradangan. Akibatnya, gangguan respirasi ini menyebabkan penderitanya
batuk berdahak. Selain batuk berdahak, gejala yang menyertai bronkitis adalah dada
sesak, dahak berwarna kuning atau hijau, hingga demam.
6. Emfisema
Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada
alveolus, yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Gangguan respirasi ini lebih sering
dialami oleh perokok aktif. Penderita emfisema dapat mengalami gejala batuk kronis
dan sesak napas, bahkan saat berolahraga ringan atau menaiki tangga.
7. Pneumonia
8. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker paling berbahaya dengan
angka kematian yang tinggi. Baik perokok aktif maupun pasif berisiko tinggi
terkena kanker paru-paru. Oleh karena itu, untuk mencegah kanker paru-paru, Anda
disarankan agar berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok
(https://www.alodokter.com/gangguan-yang-biasa-menimpa-sistem-respirasi, diaskes
tanggal 29 September 2021, pukul 01.00 WIB).
Respon inflamasi
CederaPeningkatan
sel jumlah neotrofil di daerah yang terpapar
Cedera sel
2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi,
2012). Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya (Manurung, 2011). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy (1995,
dalam Dermawan, 2012).
A. Biodata
1. Identitas Klien:
15
B. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Keluhan saat dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan klien sejak timbulnya gejala (sebelum masuk RS) dan
penanganan yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi kasus
kelolaan.
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Catat riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit yang diderita
saat ini. Apakah ada predisposisi genetik terhadap penyakit yang diderita saat ini
atau perilaku yang didapat (memiliki kepribadian tipe A, gaya hidup yang penuh
stress).
1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran:
- Kualitatif : Compos Mentis, apatis, Somnolent, Sopor, Soporocomatus, Coma.
- Kuantitatif : GCS.
b. Tanda-tanda Vital :
- Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.
2. Data Fisik (Head to Toe) atau Persistem, metode: inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala, warna rambut, texture, distribusi rambut, hygiene, lesi, massa.
b. Mata
Pupil, sclera, kongjungtiva, bentuk, secret, fungsi penglihatan, pergerakkan bola
mata.
c. Hidung
Bentuk, secret, massa abnormal, fungsi penciuman, pernafasan, cuping hidung.
d. Telinga
Bentuk, ukuran warna, lesi, curemen, fungsi pendengaran.
e. Mulut
Bentuk, mukosa oral, gigi, lidah, pharyng, uvula tonsil, refleks, hygiene.
f. Leher
Peningkatan JVP, KGB, Tyroid, ROM.
g. Dada dan punggung
Bentuk simetris atau tidak, pergerakkan rongga dada.
h. Paru-paru
- Inspeksi : Bentuk, Pergerakkan, lesi
- Palpasi : Taktil Premitus
- Perkusi : Batas – Batas paru, Resonan/hiperesonan
- Auskultasi : Suara Paru (vesikuler, bronkhial, bronkhovesikuler) dan suara
paru tambahan.
i. Jantung
Bunyi, Iktus kordis, batas-batas jantung/pembesaran jantung.
j. Abdomen
Bentuk, turgor, distensi, peristaltic, ascites, kelainan organ dalam abdomen.
k. Genitalia
Bentuk, secret, hygiene.
l. Anus
Lesi, haemoroid, hygiene m. Kulit Turgor, suhu, warna, teksture, lesi, hygiene.
3. Data Psiko- Sosial – Spiritual
1. Data Psikologis
a. Pengaruh penyakit terhadap psikologis.
b. Persepsi klien terhadap penyakit.
c. Harapan klien terhadap pelayanan keperawatan.
4. Data Sosial
a. Hubungan klien dengan orang lain (perawat/petugas kesehatan lain, klien lain,
keluarga, dan masyarakat).
b. Peran dan fungsi klien dalam keluarga/masyarakat.
5. Data Spiritual
Kegiatan keagamaan dan persepsi klien terhadap agama serta hubungannya
dengan kesehatan/keyakinan akan kesembuhan.
(1). Identitas
a) Umur
b) Alamat
Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang
penting dan perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi. Karena
gangguan kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka yang
bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh, rumah yang lembab akibat
kurang pencahayaan matahari, dan kurang adanya ventilasi.
c) Jenis Kelamin
a) Batuk
c) Dispnea
d) Hemoptysis
e) Mengi
1) Mata
2) Hidung
3) Kulit
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
1. Data Subjektif:
a. Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b. Pasien mengeluh batu ktertahan
c. Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d. Pasien merasa ada suara nafas tambahan
2. Data Objektif:
a. Pasien tampak tersengal sengal dan pernafasan dangkal
b. Terdapat bunyi nafas tambahan
c. Pasien tampak bernafas dengan mulut
d. Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafascuping hidung
e. Pasien tampak susah untuk batuk
1. Data Subjektif:
a. Pasien mengatakan nafasnya tersengal sengal dan dangkal
b. Pasien mengatakan berat saat bernafas
2. Data Objektif:
a. Irama nafas pasien tidak teratur
b. Orthopnea
c. Pernafasan disritmik
d. Letargi
3. Gangguan pertukaran gas;
1. Data Subjektif:
a. Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
b. Pasien mengeluh susah tidur
c. Pasien merasa lelah
d. Pasien merasa gelisah
2. Data Objektif:
Analisa Data
Setelah data terkumpul, data harus ditentukan validitasnya. Setiap data yang
didapat, kemudian dianalisis sesuai dengan masalah. Menentukan validitas data
membantu menghindari kesalahan dalam intrepetasi data (Hidayat, A. A, 2009).
2.2. Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa batasan karakteristik seperti tidak ada batuk, suara nafas
tambahan, perubahan frekwensi nafas, perubahan irama nafas, sianosis, kesulitan
berbicara atau mengeluarkan suara, penurunan bunyi nafas, dipsneu, sputum dalam
jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, orthopneu, gelisah, mata terbuka lebar
(Nic, Noc, Nanda, 2015).
2.2.3. Faktor yang Berhubungan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas : Dx. 1
2. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, mokus dalam jumlah berlebihan,
eksudat dalam jalan alveoli, materi asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bertahan atau / sisa sekresi, dan sekresi dalam bronki.
Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau
eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler (Nic, Noc, Nanda, 2015).
Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung, dan secret
trakea.
- Pertahankan jalan nafas yang paten.
- Atur peralatan oksigenasi.
- Monitor aliran oksigen.
- Pertahankan posisi pasien.
- Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi.
- Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi.
Respiratory Monitoring
- Monitor rata-rata kedalaman, irama, dan
usaha respirasi.
- Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan
intercostal.
- Monitor suara nafas, seperti dengkur.
- Monitor pola nafas: bradipena,
takipenia, kussmaul. Hiperventilasi,
Cheyne stokes, blok.
- Catat lokasi trakea.
- Monitor kelelahan otot diafragma
(Gerakan paradoksis).
- Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan.
- Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi craklses dan ronkhi pada
jalan nafas utama.
- Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan