Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Keperawatan Dasar Profesi

Program Profesi Ners Kelas A5 Semester 1

Disusun Oleh :
Nia Fernika (21149011433)

Dosen Pembimbing : Ns. Dian Emiliasari, S.Kep, M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BIN HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas berkat rahmat dan
karunia – Nyalah saya dari jurusan Profesi Ners kelas Reg A6 dapat menyelesaikan
tugas Makalah Laporan Pendahuluan dengan judul “Oksigenasi”. Makalah ini saya buat
dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Keperawatan Dasar
Profesi (Ners).

Dengan makalah ini, semoga bisa memberi tambahan dan pengertian mengenai
hal yang terkait dengan Oksigenasi dalam pelaksanaan keperawatan serta sebagai bahan
rujukan untuk keterampilan klinis perawat bagi pasien yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen. Dalam pembuatan makalah ini saya menyadari banyak
tedapat kekurangan dan keterbatasan didalamnya. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan tugas
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi saya sendiri
khususnya.

Palembang, 8 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi...............................................................3


II. Rencana Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigen.................................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................34
B. Saran........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab utama naiknya angka
morbiditas dan mortalitas. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar fisiologis
manusia. Pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan komponen yang paling penting
karena bertujuan untuk menjaga kelangsungan proses metabolisme sel dalam tubuh,
mempertahankan kehidupannya, dan melakukan aktivitas bagi organ dan sel (Iqbal,
2015).
Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan harus selalu dipenuhi dengan segera.
Tanpa adanya oksigen yang cukup, sel dalam tubuh akan mengalami kerusakan bahkan
kematian. Sebagai contoh organ otak. Otak adalah suatu organ yang sensitive akan
kurangnya oksigen. Otak mampu menoleransi kurangnya oksigen dalam jangka waktu
tiga sampai lima menit. Apabila lebih dari itu, sel otak akan mengalami kerusakan
secara permanen (Haswita & Sulistyowati, 2017).
Masalah keperawatan yang sering muncul dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan pola nafas, dan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Nanda, 2015). Dari beberapa masalah
keperawatan tersebut, ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan masalah paling
urgent yang harus segera mendapatkan penanganan karena bisa mengancam nyawa
(Mancini, dkk, 2011).
Sumbatan pada jalan nafas merupakan salah satu gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi yang menduduki peringkat pertama pemicu kematian terbesar
yang masih dapat diatasi dengan berbagai cara. Penolong harus bisa menganalisis gejala
dan tanda adanya sumbatan jalan nafas dan mampu memberikan pertolongan segera
dengan atau tanpa alat bantuan (Mancini & dkk, 2011).
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidak efektifan
bersihan jalan nafas antara lain adalah dengan melakukan suction, mengajarkan batuk
efektif, melakukan fisioterapi dada, dan lain sebagainya (Bulechek, dkk, 2016).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Konsep Kebutuhan Oksigenasi?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen?

C. Tujuan
Tujuan Umum
 Mahasiswa dapat memahami tentang keperawatan klinis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen.

Tujuan Khusus

 Mahasiswa dapat mempraktikan tindakan manual dalam melakukan


tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen.
 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian sesuai dengan standar profesi
keperawatan serta SOP yang berlaku di RS terkait.
 Mahasiswa dapat menegakkan diagnosis keperawatan sesuai dengan SOP
yang berlaku di RS terkait.
 Mahasiswa dapat menyusun intervensi keperawatan sesuai dengan SOP
yang berlaku di RS terkait.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi

1.1. Definisi Kebutuhan Oksigenasi

Manusia membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup. Sistem


kardiopulmonal berfungsi untuk menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Fungsi tersebut
melibatkan transport darah yang terdeoksigenasi ke jantung kanan dan sirkulasi
pulmonal serta transpor darah teroksigenasi dari paru-paru ke jantung kiri dan jaringan.
Darah teroksigenasi melalui mekanisme ventilasi, respirasi, perfusi, dan transpor gas
respiratori (Noviestari, Enie & dkk, 2015).

Kebutuhan oksigen klien dapat terpenuhi dengan mempromosikan


pengembangan paru, memobilisasi sekresi, dan mempertahankan kepatenan jalan nafas.
Namun, beberapa klien membutuhkan terapi oksigen untuk mempertahankan oksigenasi
jaringan pada level yang sehat. Terapi oksigen melibatkan pemberian oksigen dengan
menggunakan berbagai sumber, termasuk kanula nasal, kateter nasal, dan masker.
Perawat dapat mengukur keefektifan terapi oksigen dengan memonitor pulse oximetry.
Selain itu, perawat harus membersihkan atau melakukan penghisap sekresi orofaring
dan nasofaring pada klien yang tidak mampu mempertahankan jalan napas. (Noviestari,
Enie & dkk, 2015).

Oksigenasi dan perfusi yang tidak adekuat meningkatkan risiko situasi


kegawatan yang mengancam hidup klien. Henti jantung merupakan penghentian curah
jantung dan sirkulasi secara tiba-tiba. Saat hal tersebut terjadi, jaringan tidak menerima
suplai oksigen ataupun menghantarkan karbon dioksida, metabolisme jaringan menjadi
anerobik, dan terjadi asidosis respiratorik dan metabolik. Kerusakan permanen jantung,
otak, dan jaringan lain terjadi dalam waktu 4-6 menit. Saat henti jantung terjadi, perawat
harus melakukan keterampilan bantuan hidup dasar dan / atau lanjut (Noviestari, Enie &
dkk, 2015).
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan
unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh
seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat
banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh


baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami
dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas
antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).

Proses Oksigenasi

Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan eksternal
dan pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran gas secara
keseluruhan antara lingkungan eksternal dan pembuluh kapiler paru (kapiler
pulmonalis), sedangkan pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara
pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh (Saputra, 2013).

Tercapainya fungsi utama dari sistem pernapasan sangat tergantung dari proses
fisiologi sistem pernapasan itu sendiri yaitu ventilasi pulmonal, difusi gas, transfortasi
gas serta perfusi jaringan. Keempat proses oksigenasi ini didukung oleh baik atau
tidaknya kondisi jalan napas, keadaan udara di atmosfir, otot-otot pernapasan, fungsi
sistem kardiovaskuler serta kondisi dari pusat pernapasan (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Sel di dalam tubuh sebagian besarnya memperoleh energi melalui reaksi kimia
yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan karbondioksida. Proses Pertukaran gas
dari pernapasan terjadi di lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).

1.2. Fisiologi Sistem/ Fungsi Normal Sistem Respirasi

Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida (Peate and Nair, 2011).

Gambar 1. Organ respirasi tampak depan (Potter & Perry, 2010)

Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan
bawah. Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a) Hidung

Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam
sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di
hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago
yang terbungkus oleh otot dan kulit.

Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi : (1)
menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik
resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan
sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa
(Tortorra and Derrickson, 2014).

b) Faring

Faring atau tenggorokan adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13


cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot
rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot
rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai
saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat
berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing)
(Tortorra and Derrickson, 2014).

c) Laring

Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,
epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).
d) Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara
dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas
melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga
memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk
kembali keatas (Peate and Nair, 2011).

e) Bronkus

Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri,
yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-
masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak
jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan
sebutan bronchiole (Sherwood, 2010).

f) Paru-Paru

Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus
di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat
ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-
masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan
visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura
membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas.
Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat
bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura 8 visceral
dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah
(Peate and Nair, 2011).

Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole.


Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di bagian akhir
bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana
terjadi pertukaran gas (Sherwood, 2010).
Dinding alveoli terdiri dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel
epitel skuamosa biasa yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel
alveolar tipe II jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe
I. sel alveolar tipe I adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II
mengelilingi sel epitel dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang
mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung surfaktan sehingga dapat
menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada cairan
alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipid dan lipoprotein.
Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan darah terjadi secara
difusi melewati dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya membentuk membran
respiratori (Tortora dan Derrickson, 2014).

Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu
respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses
metabolism intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah
serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara
lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh (Sherwood, 2014).

Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:  Ventilasi
pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru  Respirasi eksternal –
bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi darah dan karbondioksida berdifusi
dari darah ke paru  Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari
paru ke jaringan tubuh atau sebaliknya  Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim
ke sel tubuh dan karbondioksida diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011).
1.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem Respirasi

A. Saraf Otonomik

Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat mempengaruhi


kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat terlihat simpatis maupun
parasimpatis.Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan
neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang mempengaruhi
pada bronkodilatasi).

B. Hormon dan Obat

Semua hormon termasuk derivat catecholamine dapat melebarkan saluran


pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak
berliadona dapat melebarkan saluran pernafasan.

C. Faktor Lingkungan

a). Tempat kerja (polusi).

b). Suhu Lingkungan.

c). Ketinggian Tanah.

d). Alergi Pada Saluran Pernafasan, anatara lain;

a). Debu (dalam pernafasan).

b). Bulu binatang.

c). Serbuk benang sari bunga.

d). Kapuk makanan.


D. Perkembangan

Tahap perkembangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi,


karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan. Hal ini dapat
terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungan kekurangan pembentukan
surfaktan.

1. Perilaku.

2. Obesitas.

3. Aktivitas.

4. Merokok (A.Aziz, Alimul, 2015).

Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.

1. Faktor Fisiologis

Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen


seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah :
1). Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zat beracun 2). Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi 3).
Hipovolemia 4). Peningkatan laju metabolik 5). Kondisi lain yang mempengaruhi
pergerakan dinding dada seperti kehamilan, obesitas dan penyakit kronis.

2. Status Kesehatan

Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu,
proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit
kronis.
3. Faktor Perkembangan

Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi


sistem pernapasan individu. 1). Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya
pembentukan surfaktan. 2). Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan
akut. 3). Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4). Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru. 5). Dewasa tua: adanya proses penuaan
yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun.

4. Faktor Perilaku

Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Status


nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zat-zat
tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh. e. Lingkungan Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah : 1). Suhu lingkungan 2).
Ketinggian 3). Tempat kerja;polusi.

1.4. Macam-Macam Gangguan yang Mungkin Terjadi Pada Sistem Respirasi

1. Flu

Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi hidung, tenggorokan, dan
paru-paru. Virus penyebab gangguan respirasi ini dapat menyebar melalui udara, benda
yang telah terkontaminasi, maupun kontak fisik dengan penderita flu. Flu dapat dicegah
dengan melakukan beberapa langkah pencegahan, seperti mencuci tangan secara rutin,
tidak menyentuh wajah, dan menjauhi keramaian.
2. Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan atau faring. Keluhan ini


disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus. Faringitis dapat ditangani bedasarkan
penyebabnya. Misalnya, faringitis yang disebabkan oleh bakteri dapat diobati
menggunakan antibiotik.

3. Laringitis

Gangguan respirasi lainnya adalah laringitis, yaitu peradangan yang terjadi pada
laring atau pita suara. Keluhan ini umumnya disebabkan oleh penggunaan laring yang
berlebihan, iritasi, atau infeksi. Gejala yang ditunjukkan laringitis biasanya berupa sakit
tenggorokan, batuk, demam, suara serak, hingga kehilangan suara.

4. Asma

Asma merupakan gangguan respirasi yang ditandai dengan peradangan pada


saluran pernapasan. Keluhan ini membuat saluran napas mengalami penyempitan.
Penyebabnya bisa karena alergi, paparan asap, polusi, hingga udara dingin. Gejala khas
yang umumnya dialami penderita asma adalah mengi, sesak napas, dada terasa sesak,
dan batuk.

5. Bronkitis

Bronkitis terjadi ketika saluran yang membawa udara ke paru-paru atau bronkus
mengalami peradangan. Akibatnya, gangguan respirasi ini menyebabkan penderitanya
batuk berdahak. Selain batuk berdahak, gejala yang menyertai bronkitis adalah dada
sesak, dahak berwarna kuning atau hijau, hingga demam.

6. Emfisema

Emfisema adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada
alveolus, yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Gangguan respirasi ini lebih sering
dialami oleh perokok aktif. Penderita emfisema dapat mengalami gejala batuk kronis
dan sesak napas, bahkan saat berolahraga ringan atau menaiki tangga.
7. Pneumonia

Pneumonia adalah gangguan respirasi pada paru-paru yang disebabkan oleh


infeksi virus, bakteri, atau jamur. Pneumonia juga bisa disebabkan oleh virus SARS-
CoV2 yang menyebabkan COVID-19. Gejala pneumonia cukup bervariasi. Namun,
pneumonia umumnya ditandai dengan gejala, seperti batuk, demam, sesak napas, dan
menggigil.

8. Kanker paru-paru

Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker paling berbahaya dengan
angka kematian yang tinggi. Baik perokok aktif maupun pasif berisiko tinggi
terkena kanker paru-paru. Oleh karena itu, untuk mencegah kanker paru-paru, Anda
disarankan agar berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok
(https://www.alodokter.com/gangguan-yang-biasa-menimpa-sistem-respirasi, diaskes
tanggal 29 September 2021, pukul 01.00 WIB).

Patofisiologi Sistem Respirasi

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen


untuk kelangsungan metabolisme sel–sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran
sistem respirasi oksigen di ambil dari atmosfer, ditransfer masuk ke paru–paru dan
terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida di alveoli, selanjutnya oksigen
akan di difusikan untuk masuk ke kapiler darah untuk di manfaatkan oleh sel sel dalam
proses metabolisme.

Pernafasan (respiratori) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen ke dalam tubuh(inspirasi) serta mengeluarkan udara yang
mengandung karbondioksida sisa oksidasi ke luar tubuh (ekspirasi). Proses pemenuhan
kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan
transfortasi oksigen (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Patoflow Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Merokok

Sumber: Modifikasi dari beberapa buku rujukan


Mengandung zat zat berbahaya
Mengandung radikal bebas
Faktor lingkungan

Genetic: defesiensi antitrypsin alfa 1

Induksi aktivasi makrofag dan leukosit


Polusi udara Peningkatan stress oksidatif

Penurunan Peningkatan Pelepasan Peningkatan pelepasan oksidan


Peningkatan apoptosis dan nekrosiss dari sel yang ter
netralisasi elastase pelepasan faktor
elastase kemotaktik
neutrofil

Respon inflamasi
CederaPeningkatan
sel jumlah neotrofil di daerah yang terpapar
Cedera sel

Hipersekresi mukus fibrosaparu


Lisis dinding alveoli

Kerusakan alveolar obstruksiparu

Kolaps saluran nafas kecil saat ekspirasi


Penumpukan lendir dan sekresi berlebih Timbul nyeri yang berlangsung kronis

Merangsang reflek batuk


Obstruksi jalan nafas
Obstruksi pada pertukaran O2 dan CO2 ke paru paru

MK : Ketidakefektifan Pola Nafas


Penurunan asupan O2
MK :
Ketidakefektifan Bersihan Jalan
hipoksemia
MK : Gangguan Pertukaran gas Kompensasi tubuh dengan peningkatan RR
14
II. Rencana Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen

2.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi,
2012). Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya (Manurung, 2011). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut Effendy (1995,
dalam Dermawan, 2012).

Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut: a) Untuk


memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien. b) Untuk menentukan
masalah keperawatan dan kesehatan pasien. c) Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d) Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.

A. Biodata

1. Identitas Klien:

Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,


pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, No
Medrec, Diagnosa medis.
2. Identitas Penanggung Jawab:
Nama penanggung jawab, hubungan dengan klien, alamat.

15
B. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Keluhan saat dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan klien sejak timbulnya gejala (sebelum masuk RS) dan
penanganan yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi kasus
kelolaan.
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Catat riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit yang diderita
saat ini. Apakah ada predisposisi genetik terhadap penyakit yang diderita saat ini
atau perilaku yang didapat (memiliki kepribadian tipe A, gaya hidup yang penuh
stress).

C. Pemeriksaan Fisik : Data Fokus

1. Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran:
- Kualitatif : Compos Mentis, apatis, Somnolent, Sopor, Soporocomatus, Coma.
- Kuantitatif : GCS.
b. Tanda-tanda Vital :
- Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu.
2. Data Fisik (Head to Toe) atau Persistem, metode: inspeksi, palpasi, auskultasi,
perkusi Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala, warna rambut, texture, distribusi rambut, hygiene, lesi, massa.
b. Mata
Pupil, sclera, kongjungtiva, bentuk, secret, fungsi penglihatan, pergerakkan bola
mata.
c. Hidung
Bentuk, secret, massa abnormal, fungsi penciuman, pernafasan, cuping hidung.
d. Telinga
Bentuk, ukuran warna, lesi, curemen, fungsi pendengaran.
e. Mulut
Bentuk, mukosa oral, gigi, lidah, pharyng, uvula tonsil, refleks, hygiene.
f. Leher
Peningkatan JVP, KGB, Tyroid, ROM.
g. Dada dan punggung
Bentuk simetris atau tidak, pergerakkan rongga dada.
h. Paru-paru
- Inspeksi : Bentuk, Pergerakkan, lesi
- Palpasi : Taktil Premitus
- Perkusi : Batas – Batas paru, Resonan/hiperesonan
- Auskultasi : Suara Paru (vesikuler, bronkhial, bronkhovesikuler) dan suara
paru tambahan.
i. Jantung
Bunyi, Iktus kordis, batas-batas jantung/pembesaran jantung.
j. Abdomen
Bentuk, turgor, distensi, peristaltic, ascites, kelainan organ dalam abdomen.
k. Genitalia
Bentuk, secret, hygiene.
l. Anus
Lesi, haemoroid, hygiene m. Kulit Turgor, suhu, warna, teksture, lesi, hygiene.
3. Data Psiko- Sosial – Spiritual
1. Data Psikologis
a. Pengaruh penyakit terhadap psikologis.
b. Persepsi klien terhadap penyakit.
c. Harapan klien terhadap pelayanan keperawatan.
4. Data Sosial
a. Hubungan klien dengan orang lain (perawat/petugas kesehatan lain, klien lain,
keluarga, dan masyarakat).
b. Peran dan fungsi klien dalam keluarga/masyarakat.
5. Data Spiritual
Kegiatan keagamaan dan persepsi klien terhadap agama serta hubungannya
dengan kesehatan/keyakinan akan kesembuhan.

2.1.1. Riwayat Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

1. Wawancara atau Anamnesis

Dalam pengkajian keperawatan pada sistem pernapasan merupakan hal utama


yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis masalah pasien diperoleh dari
anamnesis.

(1). Identitas

a) Umur

Umur pasien yang mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi banyak


menyerang diusia produktif 18-50 tahun dan anak anak dibawah usia 5 tahun.

b) Alamat

Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang
penting dan perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi. Karena
gangguan kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh mereka yang
bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh, rumah yang lembab akibat
kurang pencahayaan matahari, dan kurang adanya ventilasi.

c) Jenis Kelamin

Penderita gangguan kebutuhan oksigenasi banyak didapatkan pada jenis


kelamin laki-laki, karena pola hidup mereka seperti merokok.
d) Pekerjaan

Jenis pekerjaan dilingkungan industri dan berpolusi beresiko dapat


mengganggu system pernapasan (Muttaqin,2012).

(2). Keluhan Utama

Merupakan keluhan pasien pada saat masuk RS, Selain itu


mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan pasien membutuhkan pertolongan
sehingga pasien dibawa ke RS dan menceritakan kapan pasien mengalami
gangguan kebutuhan oksigen.

Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan mengganggu oleh


klien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi. Keluhan utama yang sering
muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigenasi adalah sebagai beikut:

a) Batuk

b) Peningkatan produksi sputum

c) Dispnea

d) Hemoptysis

e) Mengi

f) Chest pain (Andarmoyo, 2012).

(3). Riwayat Penyakit Saat Ini

Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat


penyakit sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan. Misal sejak
kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan pertama kali timbul, apa yang
dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan
keluhan, adakah usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan,
berhasil atau tidak usaha tersebut (Andarmoyo, 2012).
Mengungkapkan keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien saat
pengkajian dengan menggunakan metode PQRST. Metode ini meliputi hal-hal:

P: Provokatif/Paliatif, yaitu apa yang membuat terjadinya timbulnya keluhan,


hal- hal apa yang memperingan dan memperberat keadaan atau keluhan pasien
tersebut yang dikemabangkan dari keluhan utama.

Q: Quality/Quantity, seberapa berat keluhan terasa, bagaimana rasanya, berapa


sering terjadinya.

R: Regional/Radiasi, lokasi keluhan tersebut dirasakan atau ditemukan, apakah


juga penyebaran ke area lain, daerah atau area penyebarannya.

S: Severity of Scale, intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan ringan,


sedang, dan berat.

T: Timing, kapan keluhan mulai ditemukan atau dirasakan, berapa sering


dirasakan atau terjadi, apakah secara bertahap, apakah keluhan berulang-ulang,
bila berulang dalam selang waktu berawal lama hal itu untuk menetukan waktu
dan durasi (Hidayat, A. A, 2009).

(4). Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentang informasi kesehatan klien.


Kaji klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini
memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Dapatkan pula informasi tentang
sejak kapan terjadi penyakit, apakah pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan
penyakit apa, apakah pernah mengalami penyakit yang berat, apakah pernah
mempunyai keluhan yang sama (Andarmoyo, 2012).

(5). Riwayat Penyakit Keluarga

Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan oksigenasi sangat


penting untuk mendukung keluhan dari penderita. Perlu dicari riwayat keluarga yang
memberikan predisposisi keluhan kepada pasien (Andarmoyo, 2012).
2.1.2. Pemeriksaan Fisik : Data Fokus

1) Mata

a) Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)

b) Konjungtiva pucat (anemia)

c) Konjungtiva sianosis (hipoksemia)

2) Hidung

a) Pernapasan dengan cuping hidung

b) Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)

c) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru kronik)

3) Kulit

a) Sianosis perifer (vasokontriksi)

b) Sianosis secara umum (hipoksemia)

c) Penurunan turgor (dehidrasi)

4) Jari dan Kuku

a) Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)

b) Clubbing finger ( hipoksemia kronik)


5) Dada dan Thoraks

a) Inspeksi

Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan


ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada saat
bergerak aray pada saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien.
Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan tulang punggung baik kifosis,
skoliosis, maupun lordosis, akan lebih mudah dilakukan pada saat bergerak
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi (eupnea, bradipnea, dan
takipnea), sifat (pernapasan dada, diafragma, stoke, kussmaul, dll).

b) Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada,


mengobservasi abnormalitas, mengidentifikassi keadaan 14 kulit, dan
mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti: masa, lesi,
dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara).

c) Perkusi

(1) Perkusi langsung

Perkusi langsung, yakni pemeriksaan memukul thoraks klien


dengan bagian palmar jaritengan keempatujung jari tangannya.

(2) Perkusi Tak Langsung

Perkusi taklangsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek


padat yang disebut pleksimeter pada dada klien, lalu sebuah objek lain
yang disebut pleskor untuk memukul pleksimeter tadi, sehingga
menimbulkan suara. Suara perkusi pada klien tuberkulosis paru biasanya
hipersonor yaitu bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru yang berisi udara.
d) Auskultasi

Biasanya pada penderita tuberkulosis paru didapatkan bunyi napas


tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk
mendemonstrasikan daerah mana didapatkan adanya ronkhi (Andarmoyo, 2012).

Pengkajian Pada Pasien Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas;

1. Data Subjektif:
a. Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b. Pasien mengeluh batu ktertahan
c. Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d. Pasien merasa ada suara nafas tambahan
2. Data Objektif:
a. Pasien tampak tersengal sengal dan pernafasan dangkal
b. Terdapat bunyi nafas tambahan
c. Pasien tampak bernafas dengan mulut
d. Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafascuping hidung
e. Pasien tampak susah untuk batuk

2. Ketidakefektifan pola nafas;

1. Data Subjektif:
a. Pasien mengatakan nafasnya tersengal sengal dan dangkal
b. Pasien mengatakan berat saat bernafas
2. Data Objektif:
a. Irama nafas pasien tidak teratur
b. Orthopnea
c. Pernafasan disritmik
d. Letargi
3. Gangguan pertukaran gas;

1. Data Subjektif:
a. Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
b. Pasien mengeluh susah tidur
c. Pasien merasa lelah
d. Pasien merasa gelisah

2. Data Objektif:

a. Pasien tampak pucat


b. Pasien tampak gelisah
c. Perubahan pada nadi
d. Pasien tampak lelah

2.1.3. Pemeriksaan Penunjang


(1) Laboratorium
Dengan pemeriksaan darah akan diketahui apakah infeksi muncul atau tidak.
(2) Terapi
Dengan terapi dapat diketahui pemberian terapi yang akan diberikan (Hidayat, A.
A, 2009).

Analisa Data
Setelah data terkumpul, data harus ditentukan validitasnya. Setiap data yang
didapat, kemudian dianalisis sesuai dengan masalah. Menentukan validitas data
membantu menghindari kesalahan dalam intrepetasi data (Hidayat, A. A, 2009).
2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan :

a. Sekresikental/berlebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik atau


influenza.
b. Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif.
c. Sumbatan jalan nafas karena benda asing.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan :


a. Lemahnya otot pernafasan.
b. Penurunan ekspansi paru.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :

a. Perubahan suplai oksigen.


b. Adanya penumpukan cairan dalam paru.
c. Edema paru.

2.2.1. Definisi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas : Dx. 1

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk


membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas (Nic, Noc, Nanda, 2015).

2.2.2. Batasan Karakteristik Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas : Dx. 1

Ada beberapa batasan karakteristik seperti tidak ada batuk, suara nafas
tambahan, perubahan frekwensi nafas, perubahan irama nafas, sianosis, kesulitan
berbicara atau mengeluarkan suara, penurunan bunyi nafas, dipsneu, sputum dalam
jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, orthopneu, gelisah, mata terbuka lebar
(Nic, Noc, Nanda, 2015).
2.2.3. Faktor yang Berhubungan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas : Dx. 1

Faktor-faktor yang berhubungan :

1. Lingkungan : perokok pasif, menghisap asap, dan merokok.

2. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, mokus dalam jumlah berlebihan,
eksudat dalam jalan alveoli, materi asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bertahan atau / sisa sekresi, dan sekresi dalam bronki.

3. Fisiologis : jalan nafas alergik, asma, penyakit paru obstruktif kronik,


hiperplasi dinding bronkial, infeksi, dan disfungsi neuromuskular (Nic, Noc,
Nanda, 2015).

2.2.4. Definisi Ketidakefektifan Pola Nafas : Dx. 2

Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak


memberi ventilasi adekuat (Nic, Noc, Nanda, 2015).

2.2.5. Batasan Karakteristik Ketidakefektifan Pola Nafas : Dx. 2

Ada beberapa batasan karakteristik seperti perubaahan kedalaman pernafasan,


perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik, bradipneu, penurunan tekanan
ekspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dipneu, peningkatan
diameter anterior-posterior, pernapasan cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi
memenjang, pernapasan bibir, takipneu, dan penggunaaan otot aksesorius untuk
bernafas (Nic, Noc, Nanda, 2015).
2.2.6. Faktor yang Berhubungan Ketidakefektifan Pola Nafas : Dx. 2

Faktor-faktor yang berhubungan seperti ansietas, posisi tubuh, deformitas


tulang, deformitas dinding dada, keletihan, hiperventilasi, sindrom hipoventilasi,
gangguan musculoskeletal, kerusakan neurologis, imaturitas neurologis, disfungsi
neuromuskular, obesitas, nyeri, keletihan otot, pernafasan cedera, dan medulla spinalis
(Nic, Noc, Nanda, 2015).

2.2.7. Definisi Gangguan Pertukaran Gas : Dx. 3

Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau
eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler (Nic, Noc, Nanda, 2015).

2.2.8. Batasan Karakteristik Gangguan Pertukaran Gas : Dx. 3

Ada beberapa batas karakteristik seperti pH darah arteri abnormal, pH arteri


abnormal, pernafasan abnormal (mis: kecepatan, irama, kedalaman), warna kulit
abnormal (mis: pucat, kehitaman), konfusi, sianosis (pada neonatus saja), penurunan
karbon dioksida, diaforesis, dyspnea, sakit kepala saat bangun, hiperkapnia, hipoksemia,
hipoksia, iritabilitas, napas cuping hidung, gelisah, samnolen, takikardi, dan gangguan
penglihatan (Nic, Noc, Nanda, 2015).

2.2.9. Faktor yang Berhubungan Gangguan Pertukaran Gas : Dx. 3

Faktor yang berhubungan antara lain perubahan membran alveolar-kapiler dan


ventilasi-perfusi (Nic, Noc, Nanda, 2015).
2.3. Perencanaan (Intervensi)

Dx. 1 : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas (Nic, Noc, Nanda, 2015).

No. Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1. Ketidakefektifan - Respiratory status : ventilation Airway Suction
Bersihan Jalan - Respiratory status : airway - Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Nafas. patency suctioning.
Kriteria Hasil : - Auskultasi suara nafas sebelum dan
- Mendemonstrasikan batuk sesudah suctioning.
efektif dan suara nafas yang - Informasikan pada pasien dan keluarga
bersih, tidak ada sianosis dan tentang suctioning.
dispneu (mampu mengeluarkan - Minta pasien nafas dalam sebelum
sputum, mampu bernafas dengan suction dilakukan.
mudah, tidak ada pursed lips). - Berikan O2 dengan menggunakan nasal
- Menunjukkan jalan nafas yang untuk memfasilitasi suction nasotrakeal.
paten (pasien tidak merasa - Gunakan alat yang steril setiap
tercekik, irama nafas, frekuensi melakukan tindakan.
pernafasan dalam rentang normal, - Anjurkan pasien untuk istirahat dan
tidak ada suara nafas abnormal). nafas dalam, setelah kateter dikeluarkan
- Mampu mengidentifikasikan dan dari nasotrakeal.
mencegah faktor yang dapat - Monitor status oksigen pasien.
menghambat jalan nafas. - Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suction.
- Hentikan suction dan bersihkan oksigen,
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
- Buka jalan nafas, gunakan Teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu.
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi.
- Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan.
- Pasang mayo bila perlu.
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
- Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction.
- Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan.
- Lakukan suction pada mayo.
- Berikan bronkodilator bila perlu.
- Berikan pelembab udara: kassa basah,
NaCl lembab.
- Atur intake untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan.
- Monitor respirasi dan status O2.
Dx. 2 : Ketidakefektifan Pola Nafas (Nic, Noc, Nanda, 2015).

No. Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


2. Ketidakefektifan - Respiratory status : ventilation Airway Management
Pola Nafas. - Respiratory status : airway - Buka jalan nafas, gunakan Teknik chin
patency lift atau jaw thrust bila perlu.
Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Mendemonstrasikan batuk ventilasi.
efektif dan suara nafas yang - Identifikasi pasien perlunya
bersih, tidak ada sianosis dan pemasangan alat jalan nafas buatan.
dispneu (mampu mengeluarkan - Pasang mayo bila perlu.
sputum, mampu bernafas dengan - Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
mudah, tidak ada pursed lips). - Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Menunjukkan jalan nafas yang suction.
paten (pasien tidak merasa - Auskultasi suara nafas, catat adanya
tercekik, irama nafas, frekuensi suara tambahan.
pernafasan dalam rentang normal, - Lakukan suction pada mayo.
tidak ada suara nafas abnormal). - Berikan bronkodilator bila perlu.
- Tanda-tanda vital dalam rentang - Berikan pelembab udara: kassa basah,
normal (tekanan darah, nadi, NaCl lembab.
pernafasan). - Atur intake untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan.
- Monitor respirasi dan status O2.

Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung, dan secret
trakea.
- Pertahankan jalan nafas yang paten.
- Atur peralatan oksigenasi.
- Monitor aliran oksigen.
- Pertahankan posisi pasien.
- Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi.
- Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi.

Vital Sign Monitoring


- Monitor TD, nadi, suhu dan RR.
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
- Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan.
- Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama
dan setelah aktivitas.
- Monitor kualitas dari nadi.
- Monitor frekuensi dan irama pernafasan.
- Monitor suara paru.
- Monitor pola pernafasan abnormal.
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit.
- Monitor sianosis perifer.
- Monitor adanya custing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik).
-Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign.
Dx. 3 : Gangguan Pertukaran Gas (Nic, Noc, Nanda, 2015).

No. Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


3. Gangguan - Respiratory status : gas exchange Airway Management
Pertukaran Gas. - Respiratory status : ventilation - Buka jalan nafas, gunakan Teknik chin
- Vital Sign Status lift atau jaw thrust bila perlu.
Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi.
ventilasi dan oksigenasi yang - Identifikasi pasien perlunya pemasangan
adekuat. alat jalan nafas buatan.
- Memelihara kebersihan paru- - Pasang mayo bila perlu.
paru dan bebas dari tanda-tanda - Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
distress pernafasan. - Keluarkan sekret dengan batuk atau
- Mendemonstrasikan batuk suction.
efektif dan suara nafas yang - Auskultasi suara nafas, catat adanya
bersih, tidak ada sianosis dan suara tambahan.
dispneu (mampu mengeluarkan - Lakukan suction pada mayo.
sputum, mampu bernafas dengan - Berikan bronkodilator bila perlu.
mudah, tidak ada pursed lips). - Berikan pelembab udara: kassa basah,
- Tanda-tanda vital dalam rentang NaCl lembab.
normal. - Atur intake untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan.
- Monitor respirasi dan status O2.

Respiratory Monitoring
- Monitor rata-rata kedalaman, irama, dan
usaha respirasi.
- Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan
intercostal.
- Monitor suara nafas, seperti dengkur.
- Monitor pola nafas: bradipena,
takipenia, kussmaul. Hiperventilasi,
Cheyne stokes, blok.
- Catat lokasi trakea.
- Monitor kelelahan otot diafragma
(Gerakan paradoksis).
- Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan.
- Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi craklses dan ronkhi pada
jalan nafas utama.
- Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh


baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami
dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas
antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).

Manusia membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup. Sistem


kardiopulmonal berfungsi untuk menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Fungsi tersebut
melibatkan transport darah yang terdeoksigenasi ke jantung kanan dan sirkulasi
pulmonal serta transpor darah teroksigenasi dari paru-paru ke jantung kiri dan jaringan.
Darah teroksigenasi melalui mekanisme ventilasi, respirasi, perfusi, dan transpor gas
respiratori (Noviestari, Enie & dkk, 2015).
B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah Laporan Pendahuluan “Oksigenasi” ini,


semua mahasiswa calon perawat yang akan datang serta untuk perawat professional
dapat melakukan dan mengaplikasikan ilmu keperawatan dasar secara manual dengan
keterampilan klinis yang independen dan senantiasa memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarga pasien mengenai tindakan keperawatan, mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi bagi pasien yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. Dipublished pada tanggal 03 Mei 2021.


Berbagai Gangguan Respirasi yang Umum Terjadi.
https://www.alodokter.com/gangguan-yang-biasa-menimpa-sistem-respirasi,
diaskes tanggal 29 September 2021, pukul 01.00 WIB.
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Parama Ilmu.
Amin & Hardi. 2015. Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta:
Media Action Publishing.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Atoilah & Kusnadi. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Bogor: In Media.
Bulecheck, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6.
Yogyakarta: Elsevier Global Rights.
Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur: Trans Info Media.
Haswita & Sulistyowati. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur:
Trans Info Media.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Iqbal, Wahit. 2015. Ilmu Keperawatan Dasar 2. Jakarta: Salemba Medika.
Mancini, dkk. 2011. Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta: EGC.
Manurung, Suryani. 2011. Asuhan Keperawatan Antenatal. Jakarta Timur:
Trans Info Media.
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta:
Salemba Medika.
Novieastari, Enie, dkk. 2015. Keperawatan Dasar Manual Keterampilan Klinis.
Singapura: Elsevier.
Peate & Nair. 2011. Fundamentals of Anatomy and Physiology for Student Nurses.
New Jersey: Wiley-Blackwell.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Saputra, Lyndon. 2013. Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sherwood, Lauralee. 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Tortora & Derrickson. 2014. Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai