Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Disusun Oleh :

Maya Kholidah (D0023034)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

2023
BAB 1

KONSEP DASAR KEBUTUHAN OKSIGEN

A. Pendauhuluan
1. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatannya. Pada hakikatnya
manusia mempunyai beberapa kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik
Fisiologis maupun Psikologis. Pada tahun 1950, Abraham Maslow seorang
psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia
yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow.
Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar manusia yang mana
salah satunya adalah kebutuhan Fisiologis. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic
Needs) itu sendiri memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow, karena
merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan
Fisiologis menurut Maslow ini meliputi 8 kebutuhan manusia yang harus
terpenuhi dan salah satunya yaitu Kebutuhan Oksigen Dan Pertukaran Gas
(Mubarak, W.I. & Chayatin, N. 2017).
Oksigen menjadi kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel,
kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Oleh karena itu sistem pernapasan memegang peranan penting
dalam pemenuhan kebutuhan oksigen ini. Pernapasan atau respirasi adalah proses
pertukaran gas antara individu dan lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah
untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan
CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari
lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah
guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2 akan
kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk di buang ke lingkungan karena
tidak berguna lagi oleh tubuh. Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru itu
sendiri yaitu 4500-5000 ml (4,5-5,1), dimana udara yang diproses dalam paru-
paru hanya sekitar 10% (±500 ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan yang
dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa (Mubarak, W.I. & Chayatin, N.
2017).
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi
sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Beberapa gangguan pada pemenuhan
kebutuhan oksigen antara lain adalah gangguan pertukaran gas dan perubahan
pola napas . Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau kekurangan
oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar – kapiler.
Sedangkan Perubahan pola napas yang umum terjadi yaitu takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, napas kussmaul, hipoventilasi, dyspnea dan orthopnea. Gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen lainnya yaitu obstruksi jalan napas yang
disebabkan oleh benda asing seperti makanan, akumulasi sekret, atau oleh lidah
yang menyumbat orofaring pada pasien yang tidak sadar, serta adanya sumbatan
total atau sebagian pada jalan napas bronkus dan paru (Mubarak, W.I. & Chayatin,
N. 2017).
Penyakit saluran pernafasan memiliki prevalensi yang cukup tinggi, di
Amerika sendiri kira-kira 35 juta warganegaranya mengalami gangguan respirasi
obstruktif. Gangguan ini menyebabkan angka morbilitas yang tinggi, yang
menghabiskan dana 154 juta dolar Amerika untuk mengatasi efeknya. Selain itu
gangguan ini merupakan penyebab kematian ke-tiga di dunia setelah gangguan
Jantung dan Kanker. Angka mortilitas akibat gangguan ini kian meningkat, pada
tahun 2008 insiden mortilitasnya hingga 135.5/100.000 kematian. (American
Lung Association. New York:Lung Dieseases Data;2008 dalam Tryanni
Vania;2013).
Dalam bukunya, Asmadi (2009) mengatakan bahwa kebutuhan oksigen
dapat dipenuhi dengan beberapa metode, diantaranya inhalasi oksigen (terapi
oksigen), fisioterapi dada, napas dalam dan batuk efektif, serta penghisapan lendir
(suctioning) (Smeltzer & Bare, 2010 dalam jurnal Bahtiar. R.F. 2016).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan dari laporan pendahuluan ini untuk mengetahui masalah kebutuhan
dasar manusia khususnya masalah gangguan oksigenasi.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu mengetahui definisi dari kebutuhan dasar manusia oksigenasi
2) Mampu mengetahui etiologi dari kebutuhan dasar manusia oksigenasi
3) Mampu mengetahui jenis-jenis terapi oksigenasi
4) Mampu mengetahui faktor predisposisi dari kebutuhan dasar manusia
oksigenasi
5) Mampu mengetahui patofisiologi dari kebutuhan dasar manusia oksigenasi
6) Mampu mengetahui pathway dari kebutuhan dasar manusia oksigenasi
7) Mampu mengetahui tanda dan gejala dari kebutuhan dasar manusia
oksigenasi
8) Mampu mengetahui pengkajian dari kebutuhan dasar manusia oksigenasi
9) Mampu mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dari
kebutuhan dasar manusia oksigenasi
10) Mampu mengetahui rencana asuhan keperawatan dari kebutuhan dasar
manusia oksigenasi
11) Mampu mengetahui discharge planning dari kebutuhan dasar manusia
oksigenasi
B. Tinjauan Teori
1. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusi yang paling mendasar.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
pross metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh (Andarmoyo, 2012)
Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin
Trifosfat) yag merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara
optimal. Terapi oksigen merupakan salah satu terapi oksigen untuk memberikan
transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan uoaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardum (Potter & Perry, 2016).
Terapi okseigen merupakan suatu intervensi medis berupa upaya
pengobatan dengan pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau memperbaiki
hipoksia jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat
dengan cara meningkatkan masukan oksigen de dalam sistem respirasi,
meningkatkan daya angkut oksigen ke dalam sirkulasi dan meningkatkan
pelepasan atau ekstraksi oksigen ke jaringan (Widynto, 2014).
2. Etiologi
Adapun faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi
menurut NANDA (2012) yaitu : hiperventilasi, hipoventilai, deformitas tulang dan
dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energi/kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskuloskeletal, kerusakan kognitif/ persepsi, obesitas,
posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya
perubahan membrane kapiler alveoli.
3. Jenis-jenis pemberian terapi oksigenasi

Jenis Alat Aliran Oksigen Konsentrasi yang


(O2) dihasilkan
Nasal kanul 1-6 Liter/ menit 24-44%
Simple mask 5-8 liter/menit 40-60%
(sungkup muka
sederhana)
Rebreathing 8-12 liter/menit 60-80%
Nonrebreathing 8-12 liter/menit 100%

(Mangku, 2017)
4. Faktor predisposisi
Faktor presdiposisi dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :
a. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard,
kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
b. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
c. Faktor perkembangan
Pada bayi premature beresiko terkena penyakit membrane hialin karena belum
matur dalam menghasilkan sufaktan.bayi dan toddler beresiko mengalami
infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa, mudah terpapar
kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung mengalami perubahan fungsi
pada usia tua/ lansia.
d. Perilaku atau gaya hidup
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmoner. Obesitas yang berat
meyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas
fisik metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok
dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, PPOK, dan
kanker paru (Potter & Perry, 2016).

5. Pastofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.
Proses ventilasi (proses penghantar jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddart, 2012).
6. Pathway (Brunner & Suddart, 2012)
7. Tanda dan gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas
dngan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameteranterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2012).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, samnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGD
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucart, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas (NANDA, 2012).
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
2) Riwayat penyakit sekarang asma, CHF, AMI, ISPA.
3) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
4) Riwayat penyakit keluarga : mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga
pasien.
c. Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
1) Pola manajemen kesehatan – persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan
oksigen.
2) Pola metabolik – nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi
karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi, mengalami
kelemahan otot pernafasan.
3) Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan
berkemih (perubahan warna, jumlah, frekuensi).
4) Aktivitas – latihan
Adanya kelemahan dan keletihan , aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan oksigen
yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki peningkatan aktivitas
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
5) Pola istirahat – tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola istirahat.
6) Pola persepsi – kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
tergangguatau tidak, penggunaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
7) Pola konsep diri – persepsi diri
Keadaan sosial yang mempengaruhi oksigenasi seseorang (pekerjaan,
situasi keluarga,kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/
kurus).
8) Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
9) Pola reproduksi – seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi pasien.
10) Pola toleransi koping stress
Adanya stress yang mempengaruhi status oksigenasi pasien.
11) Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mmpengaruhi oksigenasi, adanya
pantangan atau larangan minuman tertentudalam agama pasien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : kesadaran menurun
2) TTV : peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
3) Head to toe
a) Mata : konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie (karena emboli
atau endokarditis).
b) Mulut dan bibir : membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut.
c) Hidung : pernafasan dengan cuping hidung.
d) Dada : retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
e) Pola pernafasan : pernafasan norma, pernafasan cepat (tacypneu),
pernafasan lambat (bradypnea).
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah
arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi pada
syok kardiogenik adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengaan agens cedera fisiologis
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan infeksi saluran
pernafasan
C. Rencana asuhan keperawatan

No Hari/ No. Tujuan Intervensi Rasional


Tgl Dx
1. 28 I Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Mengetahui
sept tindakan tanda-tanda peningkatan
2023 keperawatan vital respirasi
selama 3x24 jam 2. Monitor pola 2. Untuk
diharapkan klien nafas mengetahui
dapat mencapai 3. Pemberian permafasan
bersihan jalan oksigen klien
nafas yang efektif 4. Posisi semi 3. Untuk
dengan fowler membantu
menunjukan KH : 5. Kolaborasi pernafasan
1. Gelisah dengan berikan lebih membaik
menjadi obat 4. Memudahkan
cukup ekspansi
membaik maksimal paru
2. Frekuensi atau jalan nafas
pernafasan lebih kecil dan
sesuai membantu silia
yang untuk
diharapka mempermudah
n jalan nafas
3. Pola nafas 5. Untuk
yang menurunkan
diharapka spasme bronkus
n menjadi dengan
tidak mobilisasi
memburuk sekret
2. 28 II Setelah dilakukan 1. Pantau TTV 1. Mengetahui
sept tindakan terutama keadaan umum
2023 keperawatan pernafasan pasien
selama 1x8 jam pasien 2. Membantu
diharapkan Nyeri 2. Identifikasi pasien untuk
akut dengan lokasi mengetahui
menunjukan KH : karakter,durasi, persepsi nyeri
- Keluhan frekuensi, yang dirasakan
nyeri kualitas 3. Mengetahui
menjadi 3. Identifikasi skala nyeri yang
menurun skala nyeri dirasakan
- Meringis 4. Identifikasi 4. Membantu
kesakitan faktor yang memaksimalkan
menjadi memperberat faktor yang
menurun nyeri memperberat
- Pola nafas 5. Kolaborasi 5. Membantu
dari dengan dokter untuk
memburuk dalam meringankan
menjadi pemberian obat nyeri
sedang

DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). ”Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi)”. Graha
Ilmu : Tangerang.
Brunner & Suddarth. (2012). “Keperawatan Medikal Bedah”. EGC : Jakarta.
Mangku G, Setiyohadi TGE. (2017). “Buku Ajar Ilmu Anestesi dan
Reanimasi.Edisi II”. Indeks : Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal. (2017). “Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan
Aplikasi dalam Praktik”. EGC : Jakarta.
NANDA. (2012). “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Pernafasan”.
Salemba Medika : Jakarta.
Potter & Perry, A.G. (2016). “Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2”. EGC : Jakarta.
Smeltzer, S.C, & Bare Brenda, B.G. (2010). “Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah vol 3”. EGC : Jakarta.
Widiyanto B, Yasmin LS. (2014). “Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Saturasi
Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark Miokard Akut
(IM-A)”. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI : Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai