Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA GANGGUAN OKSIGENASI

DI BANGSAL BOUGENVILE RS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas praktik klinik

Keperawatan Dasar Manusia

Pembimbing Akademik : Siti Lestari,MN

Pembimbing Klinik : Sri Mulyani,S.Kep.,Ns

DISUSUN OLEH:

LUTVIA MUKTI MADANI

P27220021218

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA

2021/2022
BAB I

KONSEP TEORI

A. Definisi

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang vital dalam kehidupan manusia.


(Lasar,2019).Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen,
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh
(Susila,2018 ).Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh. Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan
pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi
sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila lebih
dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat pada
kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan berujung fatal seperti
meninggal (Kusnanto, 2016).Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigenasi diperlukan untuk
proses metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigenasi adalah proses
penambahan kedalam sistem (kimia atau fisika).

B. Etiologi
1. Faktor fisiologis
a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran nafas
bagian atas
c. Hypovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu
d. Meningkatkan metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan
lain-lain
a. Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskoloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti Tuberkulosis
(TB)

2. Faktor Perkembangan

a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan


b. Bayi dan toddler adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas dan stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosclerosis,elastisitas menurun dan ekspasi paru menurun.

3. Faktor Perilaku

a. Nutrisi: pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk
menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosclerosis
b. Latihan dapat mengangkat kebutuhan oksigen
c. Merokok, nikotin yang ada dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah
d. Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obat) menyebabkan intake nutrisi Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernafasan
e. Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat

4. Faktor Lingkungan

a. Tempat kerja (polusi)

b. Temperature lingkungan.

C. Menifestasi Klinis

Manifestasi klinis berupa sesak napas dan sesak bertambah ketika beraktivitas terjadi
akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispnea
bahkan dapat terjadi saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau
sedang. Mudah lelah dan juga sesak napas saat beraktivitas terjadi akibat curah jantung
yang kurang dan menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernapas (Brunner & Suddarth, 2016).

1. Bunyi nafas tambahan (misalnya ronki basah halus, ronki basah kasar)
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif
4. Sianosis
5. Kesulitan untuk bersuara
6. Penurunan bunyi nafas
7. Ortopnea
8. Sputum

D.Patofisiologis

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang vital dalam kehidupan manusia.


(Lasar,2019). Gangguan oksigenasi bisa menyebabkan obstruksi dispneu atau sesak nafas
yang disebabkan oleh berbagai etiologi atau penyebab yang akan mengganggu fungsi
pernafasan. Saat fungsi pernafasan terganggu menyebabkan ventilasi pernafasan berakibat
mengalami hipoventilasi atau hiperventilasi yang membuat pernafasan menjadi takipneu atau
bradipneu. Dari keadaan tersebut menyebabkan pola nafas menjadi tidak efektif.
Terganggunya fungsi pernafasan juga menyebabkan osbtruksi jalan nafas mengalami
pengeluaran mucus yang banyak yang berakibat pada bersihan jalan nafas tidak efektif karena
mucus yang banyak. Perubahan volume sekuncup, pre load dan after load serta kontraksilitas
juga termasuk penyebab terganggunya fungsi pernafasan yang mengakibatkan terganggunya
difusi pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) dialveolus yang akan berakibat
pertukaran gas mengalami gangguan.
E.Pathway

(SDKI,2017,NANDA,2015)

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektrokardiografi (EKG)

1. Sinus takikardia
2. Sinus bradikardia
3. Atrial takikardia / futer / fibrilasi
4. Aritmia ventrikel
5. Iskemia / infark
6. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST
menunjukkan penyakit jantung iskemik
7. Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan stenosis aorta dan
penyakit jantung hipertensi
8. Blok atrioventikular
9. Mikrovoltase
10. Left bunddle branch block (LBBB) kelainan segmen ST/T menunjukkan disfungsi
ventrikel kiri kronis k. Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan
hipertrofi kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan.
2. Ekokardiografi

Gambaran yang aling sering ditemukan pada akibat penyakit jantung iskemik,
kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup jantung adalah dilatasi
ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding ventrikel.

3. Rontgen Toraks

Foto rontgen toraks posterior-anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi vena,


edema paru, atau kardiomegali. Bukti yang menunjukkan adanya peningkatan
tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya
peningkatan ukuran pembuluh darah.

4. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan gas darah


arteri, oksimetri, dan pemeriksaan darah lengkap

5. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA


diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali
yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila
didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila
satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada
pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik
BTA negatif.

G.Penatalaksanaan

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,


diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan
batuk efektif.Bisa juga dilakukan dengan terapi oksigen,terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %.
Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung,
serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian
oksigen dapat dilakukan pada :
1. Perubahan frekuensi atau pola napas
2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3. Hipoksemia
4. Menurunnya kerja napas
5. Menurunnya kerja miokard

H.Komplikasi

Terdapat banyak masalah yang berhubungan dengan gangguan oksigenasi, adalah:

1) Retensi karbondioksida
2) Asidosis respiratorik
3) Penurunan dorongan hipoksik untuk bernafas
4) Kekeringan mukosa dan disfungsi mukosiliar
5) Dehidrasi akibat sekresi respirasi dan retensi sputum
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, no registrasi. Umur pasien bisa
menunjukkan tahap perkembangan pasuen baik secara fisik maupun psikologis, jenis
kelamin, dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya
terhadapt terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat Pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya atau penyakitnya.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan menganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya
mengandung unsur PQRST.

b. Riwayat Penyakit

Sekarang Keluhan sampai saat pasien pergi ke rumah sakit atau pada saat pengkajian
meliputi keluhan/gangguan yang berhubungan dengan gangguan/penyakit yang
dirasakan saat ini.

c. Riwayat Keluarga

Keluarga Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah atau penyakit yang sama.

d. Riwayat Alergi
Kaji adanya riwayat alergi pada obat-obatan atau pada makanan tertentu yang pernah
di alami pasien. Riwayat Psikososial

3. Aktivitas sehari-hari

a. Pola Nutrisi
b. Pola Eliminasi
c. Pola Personal Hygiene
d. Pola Istirahat dan Tidur
e. Pola Aktivitas dan Latihan
f. Seksualitas/reproduksi
g. Konsep Diri

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum klien

Keadaan umum pada pasien asma yaitu composmentis, terlihat pucat, lemah, lemas dan
sesak nafas.

1. TTV
1) TD : Biasanya terjadi hipotensi atau hipertensi
2) RR : Takipnea
3) P : Takikardia
4) S : Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia
5) Pemeriksaan kepala dan muka Simetris, tidak ada nyeri tekan, warna rambut
hitam atau putih, tidak ada lesi. Biasanya pada pasien asma muka pucat.
6) Pemeriksaan telinga Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, ada
serumen atau tidak.
7) Pemeriksaan mata
8) Simetris, konjungtiva merah mudah, seklera putih, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan.
9) Pemeriksaan hidung Simetris, terdapat rambut hidung, terdapat kotoran atau
tidak, tidak ada nyeri tekan, pada pasien asma biasanya terdapat cuping
hidung.
10) Pemeriksaan mulut dan faring Mukosa bibir lembab, pada penderita asma
biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, biasanya ada kesulitan untuk
menelan.
11) Pemeriksaan leher Simetris, ada pembesaran vena jugularis atau tidak, ada
nyeri tekan atau tidak, ada benjolan atau tidak.
12) Pemeriksaan payudara dan ketiak Ketiak tumbuh rambut atau tidak, tidak ada
lesi, tidak ada benjolan, payudara simetris.
13) Pemeriksaan Thoraks
b) Pemeriksaan Jantung

1. Inspeksi: ictus cordis tidak tampak


2. Palpasi: ictus cordis terletak di ICS V mid klavikula kiri
3. Auskultasi: BJ 1 dan BJ 2 terdengar tunggal
4. Perkusi: suara pekak

c. Pemeriksaan integument

Adanya nyeri tekan atau tidak, struktur kulit halus, warna kulit sawo matang, tidak ada
benjolan.

d.Pemeriksaan Ekstremitas

Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan ekstremitas yaitu:

1. Tanda-tanda injuri eksternal


2. Nyeri
3. Pergerakan
4. Odema, fraktur

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas (D.0005)


2. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003).

C.Intervensi Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosis keperawatan dilanjutkan dengan intervensi untuk


mengurangi atau menghilangkan masalah keperawatan pasien. Perencanaan merupakan
langkah ketiga dari proses keperawatan setelah perumusan diagnosis. Tahapan ini disebut
dengan perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas diagnosis
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria hasil dan menetapkan
intervensi yang akan dilakukan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan fase saat perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan yang telah dibuat. Implementasi terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melakukan intervensi. Perencanaan yang telah disusun dilaksanakan oleh
perawat kemudian mengakhiri tahap implementsi dengan mencatat tindakan keperawatan
dan respon pasien terhadap tindakan yang telah diberikan

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi dan menentukan intervensi harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.
Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah pada pasien
dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien mencapai tujuan atau hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Eki. KTI “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi


Pada Pasien Dengan Congestuve Heart Failure (CHF) di Irna Penyakit Dalam
RSUP DR.M.Djamil Padang Tahun 2017”. (online).
(http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/repository/Eki_KTI_DIII_Keperawatan_Pa
dang_2017.pdf)
( Diakses pada 27 Mei 2022 )

Junah.2018.Laporan Pendahuluan “Gangguan Kebutuhan Oksigenasi”.


(online). (https://id.scribd.com/doc/310738913/LP-Oksigenasi)
(Diakses pada 27 Mei 2022)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. “Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik”. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. “Standar Luaran Keperawatan


Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan”. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia:Definisi dan Tindakan Keperawatan”. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Womakal, Sherly Grash. KTI “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Cedera Kepala Sedang di Ruang IGD
RSUD Prof.Dr.W.Z.Johannes Kupang”. Online.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1703/1/KTI%20SHERYL%20G%
%2020WOMAKAL.pdf ( Diakses pada 27 Mei 2022 )

Anda mungkin juga menyukai