Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI DI PAVILLIUN

FIRDAUS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik
Keperawatan Keperawatan Dasar Mahasiswa Keperawatan (D3)
Tingkat II Semester III
Dosen Pembimbing : Galih Jatnika.,S.Kp,M.Kes

Disusun oleh:
Ade Alma Faazriani
211119078

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
Jl. Terusan Jend. Sudirman, Baros, Kec. Cimahi Tengah, Cimahi,
Jawa Barat 40633
2019-2020
Lampiran 1

LAPORAN PENDAHULUAN
RS : Tgl : Nilai : Tgl : Nilai : Rata-rata :

Ruang : Paraf CI : Paraf Dosen :

Judul : Oksigenasi
Definisi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimia dan fisika. Oksigen (O2)

merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme

sel, sebagai hasilnya terbentuklah karbondioksida ,energy dan air. Penambahan karbondioksida yang

melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas

sel (Adityana, Rosi (2012) dalam Mubarak dan Chayatin, 2007).

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses kehidupan karena

oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus

terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila

berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia

dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas

dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan

agar berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka (2013) dalam Hidayat dan Uliyah, 2005).

Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida

antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber energy,

adenosine triposfat (ATP), karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara metabolisme aktif dan

membentuk asam, yang harus dibuang dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system

kardiovaskuler dan system respirasi harus bekerjasama. Sistem kardiovaskuler bertanggungjawab

untuk perfusi darah melalui paru. Sedangkan system pernapasan melakukan dua fungsi terpisah

ventilasi dan rspirasi (Maryudianto, Wahyu (2012) dalam Elisabeth J. Corwin, 2009).

Etiologi
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan adalah 97%. Akan
tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh.

Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi

Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik

Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan cairan
ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik

Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang
mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan
protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya

Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan, obesitas,


abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf, gangguan saraf
pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur

Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang ditandai dengan
berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini
disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis
surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak

Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti faringitis,
influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja

Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk,
seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya

Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan
faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia

Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal pernafasan,
seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang
belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi

Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan
malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi
kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga

Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan kedalaman serta
frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif

Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi. Hal ini
terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat
sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi
pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi

Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf
simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi
pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup

Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang. Merokok


dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin
yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu

Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O₂. Dengan kata
lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen
juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami
peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah
akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi

Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk,
tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja
di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat
berbahaya.

Patofisiologi (Pathway sampai muncul masalah keperawatan)

Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Gangnguan Batuk Adanya sumbatan


pada jalan napas Difusi

ketidakefektifan
Obstruksi jalan napas
jalan napas

Ketidakefektifan
pola napas

Manifestasi Klinik
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan
ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas
cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan
posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior,
frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan,
somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat,
kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama
dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).
Manifenstasi klinik
1. Bunyi nafas tambahan (ronchi, mengi, stridor)
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif
4. Sianosis
5. Kesulitan untuk bersuara
6. Penurunan bunyi nafas
7. Ortopnea
8. Dahak
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1. EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan
posisi listrik jantung
2. Pemeriksan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres fisik.
Pemerik saan ini memberikan infommasi tentang respond miokard terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen dan mmentukan keadekuata aliran darah koroner.
3. Pemeriksaan untuk mengukur , keadekualan ventilast dan oksigenasi pemerksaan fungsi puni,
malisn gosdamh 1AGD)
Penatalaksanaan Klinik
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien ( semi fowler )
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien ( posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning
Komplikasi
1. Penurunan kesadaran
2. Hipoksia
3. Cemas dan gelisah
Pengkajian sesuai data fokus (sesuai teori)
1. Riwayat Keperawatan

Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya hidup, adanya
batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Penggunaan obat
c. Adanya batuk dan penanganan
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler
f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
g. Riwayat penggunaan medikasi’
h. Stressor yang dialami
i. Status atau kondisi kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh, kondisi kulit, dan
membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur
toraks, pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann,
durasi inspirasi dan ekspirasi)
b. Palpasi

Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa mendatar diatas dada pasien.
Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien
dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus
taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi.
c. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam sertamengkaji
adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi
resonan / gaung perkusi.
d. Auskultasi

Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi yang terdengar


digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan kualitasnya. Untuk mendapatkan
hasil terbaik , valid dan akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali.
3. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi


pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru.
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongkongan,
sputum, uji kulit toraketensis.

Analisa Data (sesuai teori)


Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Kerusakan alveoli Pola nafas tidak efektif
- Pasien mengeluh sesak
DO : Perpindahan cairan interstinum
ke alveolus
- Pernafasan pursed-lip
- Pernafasan cuping
hidung Peningkatan gaya yang
dibutuhkan untuk
- Diameter thoraks
mengembangkan alveoli
anterior dan poterior
meningkat
- Ekskursi dada berubah Peningkatan usaha nafas

Sesak

Pola nafas tidak efektif


DS : Efusi pleura Gangguan pertukaran gas tidak
efektif
- Pasien mengatakan
kesulitan ketika
Penurunan ekspansi paru
bernafas
DO :
Sesak nafas
- Frekuensi nafas
berubah
- Nafas cuping hidung Penurunan suplai oksigen
- Bunyi nafas tambahan
- Gelisah Gangguan pertukaran gas

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas masalah)


Diagnosis keperawatan utama untuk klien dengan masalah oksigenasi adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ditandai dengan sesak dan
Diameter thoraks anterior dan poterior meningkat
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi perpusi ditandai
dengan bunyi nafas tamabahan, nafas cuping hidung, gelisah dan frekuensi nafas berubah

Rencana asuhan keperawatan (sesuai teori)


NO Diagnosa Perencanaan Tindakan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan
efektif Respirasi
Tindakan Observasi
berhubungan
keperawatan Observasi
dengan hambatan 1. Untuk
selama 2x24jam
upaya nafas 1. Monitor mengetahui
ditandai dengan diharapkan pola frekuensi, irama, frekuensi, irama,
Diameter thoraks napas membaik kedalaman dan kedalaman dan
anterior dan dengan upaya napas upaya napas
poterior
kriteria hasil: 2. Monitor pola 2. Untuk
meningkat
napas (seperti mengetahui pola
1. Diameter
bradipnea, napas
thoraks
takipnea,
anterior-
hiperventilasi,
posterior
Kussmeul,
meningkat
Cheyne-
2. Ortpnea Stokes,Biot,
meningkat ataksik)
3. Pernafasan 3. Monitor adanya 3. Untuk
pulsed-lip produksi sputum mengetahui
meningkat apakah adanya
sputum
4. Pernafasan
4. Monltor adanya
cuping hidung 4. Untuk
sumbatan Jalan
meningkat mengetahui
napas
apakah ada
5. Frekuensi
sumbatan
nafas membaik
5. Untuk
5. Palpasi mengetahui
kesimetrisan kesimetrisan
ekspansi páru ekspansi páru
6. Auskultasi bunyi 6. Untuk
napas mengetahui
bunyi nafas
7. Untuk
7. Monitor saturasi
mengetahui nilai
oksigen
saturasi oksigen
8. Monitor nilai
8. Untuk
AGD
mengetahui nilai
AGD
9. Monitor hasil x- 9. Untuk
ay toraks mengetahui
hasil x-ray
thoraks pasien
Terapeutik
Terapeutik
1. Untuk
1. Alur interval
pengetahui
pemantauan
respirasi pasien
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan 2. Agar
hasil pemantauan tersusunnya
askep
Edukasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur 1. Agar pasien
pemantauan mengetahui
tujuan
pemantauan
2. Informasikan respirasi
hasil
2. Agar pasien
pemantauan, jika
mengetahui
perlu
hasil
respirasinya
2. Gangguan Setelah dilakukan Terapi oksigen
pertukaran gas
Tindakan Observasi Observasi
ditandai dengan
keperawatan
bunyi nafas 1. Monitorkecepatan 1. Untuk
selama 2x24jam
tamabahan, nafas aliran oksigen mengetahui pola
cuping hidung, diharapkan nafas
gelisah dan gangguan
2. Untuk
frekuensi nafas pertukran gas di 2. Monitor posisi
mengetahui
berubah harapkan alat terapi
apakah posisi
meningkat dengan oksigen
alat oksigen
kriteria hasil: sudah pas
1. Dipsnea 3. Monitor aliran 3. Untuk
menurun oksigen secara mengetahui
periodik dan apakah olsigen
2. Bunyi nafas
pastikan periodik yang diberikan
tambahan
dan pastikan pasien sudah
menurun
farksi yang cukup
3. Takikardi diberikan cukup
menurun
4. Gelisah 4. Monitor 4. untuk
menurun afektifitas terapi mengetahui apakah
oksigen pemberian oksigen
5. Nafas cuping
membantu
hidung menurun
pernafasan pasien
6. PCO2 nafas Terapeutik
Terapeutik
membaik
1. Pertahankan
1. Agar jalan nafas
kepatenan jalan
pasien lancar
napas dengan
head-tlt dan chin-
lift
2. Untuk
2. Siapkan dan atur mempermudah
peralatan ketika akan
pemberian memasang
oksigen oksigen ke
pasien
3. Agar pasien
3. Berikan oksigen
tidak mesakan
tambahan
sesak
4. Gunakan
4. Agar sesuai
perangkat
dengan
oksigen yang
kebutuhan
sesuai dengan
pasien
tingkat mobilitas
pasien

Edukasi
Edukasi
1. Untuk
1. Anjurkan pasien
mempermudah
dan keluarga cara
pasien
menggunakan
bilamana sesak
oksigen di rumah
ketika di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
1. Agar sesuai
pemberian dosis
dengan
oksigen
kebutuhan
pasien
2. Kolaborasi 2. Agar pasien
penggunaan tidak merasakan
oksigen saat sesak ketika
aktivitas dan tidur tidur ataupun
sedang
beraktivitas
Daftar Pustaka
Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta: EGC
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta, EGC.
Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.
Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC
Alimul, Hidayat A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Nanda. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC.

Tarwonto dan Wartonah.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperaweatan.Jakarta:


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai