Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

OKSIGENASI PADA PASIEN NY.M DI RUANG DAHLIA

Nama Mahasiswa : Anggitha Dwi Prastiwi


NIM : 11312209
Diagnosa Medis :

A. Pengertian

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya
berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga
yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh
secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara
menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara
dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).
B. Etiologi
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat
yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan
kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai
memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit
susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi
ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan
yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru
berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan,
permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru
pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi
saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan
yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
 Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan
saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman
pernapasan.
 Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan.
e. Gaya hidup

Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen


seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a) Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb
dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
b) Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di
dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
c) Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang
yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko
tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.
C. Manifestasi Klinis

Menurut (Darmojo, Martono, 1999) tanda dan gejala masalah oksigenasi pada
PPOK adalah

1) Kelemahan badan

2) Batuk

3) Sesak nafas

4) Sesak nafas saat aktivitas dan nafas berbunyi

5) Mengi atau wheezing

6) Ekspirasi yang memanjang

7) Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut

8) Penggunaan otot bantu pernafasan

9) Suara nafas melemah

10) Kadang ditemukan pernafasan paradoksal

11) Edema kaki, asites dan jari tubuh

Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi :

1) Batuk bertambah berat

2) Produksi sputum bertambah

3) Sputum bertambah warna

4) Sesak nafas bertambah berat

5) Bertambahnya keterbatasan aktivitas

6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis

7) Penurunan kesadaran
D. Pathway

Faktor presdisposisi

Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkioslus

Bersihan jalan Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi


nafas tidak
efektif
Udara terperangkap di alveolus

Suplay O2 PaO2 Rendah Sesak nafas,


jaringan rendah PaCO2 tinggi nafas pendek

Kompenasasi Gagal nafas Pola nafas


kardiovaskuler Gangguan Gangguan tidak efektif
metabolisme pertukarab gas
jaringan
Resiko defisit
hipoksemia nutrisi
Metabolisme
anaerob
Gangguan
jantung
Produksi ATP
menurun
Penuruna
n curah
jantung Defisit energi

Lelah, lemah

Intolerans Gangguan Defisit


i aktivitas pola tidur perawatan
diri
E. Komplikasi

a. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg,
dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan
mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap
lanjut timbul cyanosis.
b. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
c. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya
dyspnea.
d. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
e. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratory.
f. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan
dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa
diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali
terlihat.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Uji fungsi paru
Pada pasien PPOK uji fungsi paru dapat menunjukkan keterbatasan alira
udara yang merupakan hal yang paling penting secara diagnostik. Hal ini
biasanya dilakukan menggunakan laju aliran ekspresi puncak (peak
expiratory flow PEF). Tes fungsi paru untuk menentukan penyebab dispnea,
untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi,
untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi
misalnya bronkodilator.
b. Sinar x

Sinar x dada dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru, mendatarnya


diafragma, peningkatan area udara retrosternal, penurunan tanda
vaskularisasi atau bula (emfisema), peningkatan tanda bronkovaskuler
(bronkhitis), hasil normal selama periode remisi (asma).
c. Analisa gas darah
Analisa gas darsh merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman
(pH), jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah, meliputi PO2,
PCO2, Ph, HCO3, dan saturasi oksigen (Muwarni, 2012).
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien PPOK menurut
Muttaqin (2014), antara lain :
Haemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) meningkat pada polisitemia
sekunder.
Jumlah sel darah merah meningkat.
Eosinofil dan total IgE serum meningkat.
Pulse oksimetri : SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun karena pemakaian obat diuretic.
e. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman atau kultur adanya infeksi campuran. Kuman
pathogen yang biasa ditemukan adalah Strepcocus pneumoniae,
Haemophylus influenza, dan Moraxella catarrhalis. Pewarnaan dan biakan
sputum berguna untuk mendiagnosis bronchitis kronis dan untuk
mengevaluasi eksaserbasi akut PPOK (Muttaqin, 2014).
f. Pemeriksaan radiologi thoraks foto
Menunjukan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung, dan
bendungan area paru.Pada emfisema paru didapatkan diafragma dengan letak
yang rendah dan mendatar ruang udara retrosternal lebih besar (foto lateral),
jantung tampak bergantung memanjang dan menyempit (Muttaqin, 2014).
Menurut Murwani (2012) pada foto thorak pasien PPOK akan tampak
bayangan lobus, corakan paru bertambah (Bronkhitis kronis), defisiensi
arterial corakan paru bertambah (Emfisema)

G. Masalah keperawatan/kolaborasi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan

2. Gangguan pola tidaur berhubungan dengan hambatan lingkungan

3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

H. Penatalaksanaan:

1. Medis
Penatalaksanaan medis menurut Muttaqin (2014) yang dapat diberikan kepada klien

dengan PPOK, yaitu:

1) Pengobatan farmakologi

a. Anti inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolinm dan lain-lain) (Muttaqin,

2014).

b. Bronkodilator

Golongan adrenalin: isoprote Ncl, ossiprenalin, golongan xantin: aminopilin,

teopilin (Murwani, 2011).


c. Antibiotic

Terapi antibiotik sering diresepkan pada eksaserbasi PPOK dengan pemilihan

antibiotic bergantung kepada kebijakan lokal, terapi secara umum berkisar pada

penggunaan yang disukai antara amoksilin, klaritromisin, atau

trimotopri.Biasanya lama terapi tujuh hari sudah mencukupi (Francis, 2011).

d. Ekspektoran: Amnium karbonat, acetil sistein, bronheksin, bisolvon, tripsin

(Muwarni, 2011).

e. Vaksinasi

Vaksinasi yang dapat diberikan pada pasien PPOK antara lain vaksin influenza

dan pneumococcus regular. Vaksinasi influenza dapat mengurangi angka

kesakitan yang serius.Jika tersedia, vaksin pneumococcusdirekomendasikan bagi

penderita PPOK yang berusia diatas 65 tahun dan mereka yang 13 kurang dari 65

tahun tetapi nilai FEV1-nya <40% prediksi (Ikawati, 2011).

f. Indikasi oksigen

Pemberian oksigen dilakukan pada hipoksia akut atau menahun yang tidak dapat

diatasi dengan obat.Serangan jangka pendek dengan eksaserbasi akut dan

serangan akut pada asma (Marwarni, 2011). Pengobatan oksigen bagi yang

memerlukan, O2 harus diberikan denganaliran lambat 1-2 liter/menit

(Padila,2012). Terapi oksigen yang jangka panjang akan memperpanjang hidup

penderita PPOK yang berat dan penderita dengan kadar oksigen darah yang

sangat rendah (Ringel, 2012). Oksigen diberikan 12 jam/liter, hal ini akan

mengurangi kelebihan sel darah merah yang disebabkan menurunnya kadar


oksigen dalam darah. Terapi oksigen juga dapat memperbaiki sesak nafas selama

beraktivitas (Irianto, 2014).

2. Keperawatan

Rehabilitasi

Pada pasien PPOK dapat dilakukan rehablitasi, ada beberapa teknik lebih

afektif dari lainnya tetapi semuanya berpotensi membantu, teknik control

pernapasan, fisioterapi dada, terapi okupasional, latihan olahraga, latihan otot

pernapasan. Program aktivitas olahraga yang dapat dilakukan oleh penderita

PPOK antara lain: sepeda ergometri, latihan treadmill atau berjalan diatur

dengan waktu, dan frekuensinya dapat berkisar dari setiap hari sampai setiap

minggu (Morton, 2012). Latihan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran

dan 14 melatih fungsi otot skeletalagar lebih efektif, dilaksanakan jalan sehat

(Muttaqin, 2014).

a. Konseling nutrisi

Malnutrisi adalah umum pada pasien PPOK dan terjadi pada lebih dari 50%

pasien PPOK yang masuk rumah sakit. Insiden malnutrisi bervariasi sesuai

dengan derajat abnormalitas pertukaran gas (Morton, 2012). Perlu diberikan

hidrasi secukupnya (minum air cukup : 8-10 gelas sehari), dan nutrisi yang

tepat, yaitu diet kaya protein dan mencegah makanan berat menjelang tidur.

Susu dapat menyebabkan sekresi bronkus meningkat, sebaiknya dicegah

(Ikawati, 2011).

b. Penyuluhan
Berhenti merokok adalah metode tunggal yang paling efektif dalam

mengurangi resiko terjadinya PPOK dan memperlambat kemajuan tingkat

penyakit (Morton, 2012).

I. Fokus intervensi
Bersihan Luaran : Bersihan jalan nafas SIKI : manajemen jalan
Jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
Nafas Observasi
diharapkan pola nafas dapat teratasi dengan
D.0001 - monitor pola nafas
kriteria hasil :
- monitor adanya retensi
Ekspetasi : meningkat sputum

Dispnea 2/4 - monitor bunyi nafas

Ortopnea 2/4
Terapeutik
Pemanjangan fase ekspirasi 2/4 - atur posisi semi fowler atau
fowler
Ket :
- berikan minuman hangat
1. Meningkat - berikan oksigen

2. Cukup meningkat - berikan Nebulizer

3. Sedang
Edukasi
4. Cukup menurun - anjurkan cairan yang adekuat

5. Menurun
Kolaborasi
- pemberian bronkodilator

Ganggyuan Luaran : Pola tidur SIKI : Dukungan tidur


Pola Tidur Observasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
- identifikasi pola aktivitas dan
3x24 jam Gangguan pola tidur dapat teratasi
tidur
dengan kriteria hasil :
- identifikasi faktor
Ekspetasi : Membaik pengganggu tidur

Keluhan sulit tidur (2/4) - identifikasi makan dan


minuman yang memgganggu
Keluhan istirahat tidak cukup (2/4)
tidur
Ket : - identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
1. Menurun

2. Cukup menurun Terapeutik

3. Sedang - modifikasi lingkungan (mis


pencahayaan, kebisingan,
4. Cukup meningkat
suhu, matras, dan tempat
5. Meningkat tidur)
- batasi waktu tidur siang, jika
perlu
- fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- tetapkan jadwal tidur rutin
- lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
- sesuaikan jadwal pemberian
obat dan atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga

Edukasi
- jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- anjurkan menghindari
makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
- anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- ajarkan faktor faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur

Resiko Luaran : status nutrisi l.03030 SIKI : Manajemen nutrisi I.


Defisit 03119
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
nutrisi
3x24 jam Defisit nutrisi dapat teratasi dengan Observasi
kriteria hasil :
- identifikasi status nutrisi
Ekspetasi : membaik
- identifikasi alergi dan
Membran mukosa lembab (2/4) intoleransi makanan

Nafsu makan (2/4) - identifikasi makanan yang


disukai
Frekuensi makan (2/4)
- monitor asupan makanan
Ket :
- monitor BB
1. Memburuk
- monitor hasil pemeriksaan
2. Cukup memburuk
laboratorium
3. Sedang

4. Cukup membaik
Terpeutik
5. Membaik
- lakukan oral hygin sebelum
makan, jika perlu

- fasilitasi menentukan
pedoman diet

- sajikan makanan secara


menarik dan suhu yang sesuai

- berikan makanan tinggi serat


untuk mencegah konstipasi

- berikan makanan tinggi


kalori dan tinggi protein

- berikan suplemen makanan

Edukasi

- anjurkan posisi duduk, jika


mampu

- ajarkan diet yang


diprogamkan

Kolaborasi

- kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis
pereda nyeri)

- kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien hang
dibutuhkan jika perlu
J. Daftar Pustaka
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta, EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: DPP PPNI.
----------- (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
----------- (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and
Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai