Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI
__________________________________________________________________

Disusun Oleh :

Nama : Balkizta Putri Nadia


Nim : P17211217156 / 3C

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR MANUSIA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
I. DEFINISI
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam
tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi
dengan baik (Saranani et al., 2019).
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika). Oksigen
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan
tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Saranani et al., 2019).
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan lingkungan
yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan
mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O ₂dari
lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna
dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO₂ akan kembali diangkut
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh
tubuh (Saranani et al., 2019).
II. PATOFISIOLOGI (POHON MASALAH)

Faktor lingkungan (udara, bakteri, virus,


jamur) Masuk melalui saluran nafas atas

Terjadi infeksi dan proses peradangan

Hipersekresi Kontraksi otot-otot


kelenjar mukosa polos saluran
pernafasan

Akumulasi
secret berlebih Penyempitan
saluran pernafasan
Secret mengental
di jalan napas Keletihan otot
pernafasan

Gangguan Obstruksi jalan nafas  Dispnea


penerimaan o2 dan  Gas darah arteri
pegeluaran co2 abnormal
 Batuk yang tidak  Hiperkapnia
efektif  Hipoksemia
Ketidakseimbangan  Penurunan bunyi nafas  Hipoksia
ventilasi dan perfusi  Sputum dalam jumlah  Konfusi
yang berlebih  Nafas cuping hidung
 Perubahan pola nafas  Pola pernafasan
 Dispnea
Suara nafas tambahan abnormal
 Fase ekspirasi (ronchi,wheezing,
memanjang crackles)
 Ortopnea Pola Nafas Tidak
 Penurunan kapasitas Efektif
paru Bersihan Jalan Nafas
 Pola nafas abnormal Tidak Efektif
 Takipnea
 Hiperventilasi
 Pernafasan sukar

Gangguan Pertukaran
Gas
III. ETIOLOGI
Menurut Jalu et al (2022) penyebab masalah oksigenisasi terdiri dari :
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan
adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila
terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat
yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas
pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus
yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai
memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan
saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen
dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada
kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi
normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi
saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru
sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang
akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang
aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain
itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan
penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan
O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

IV. GEJALA/ TANDA


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas
vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna
kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika
bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017)

V. MASALAH KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


No. Pemeriksaan Diagnostik Hasil
1. Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran gas secara efisien.
2. Pemeriksaan gas darah Untuk memberikan informasi tentang difusi gas
arteri melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan
oksigenasi.
3. Pemeriksaan sinar X dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan
proses-proses abnormal.
4. Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau
sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan
nafas.
5. Fluoroskopi Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal:
kerja jantung dan kontraksi paru.

VII. PENATALAKSANAAN

A. Bersihan jalan nafas tidak efektif


1) Atur posisi pasien (semi fowler)
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi

ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN (sesuai kasus)
a) Anamnesis
1) Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara
fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya (Andarmoyo, 2012).
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul antara lain batuk, peningkatan produksi
sputum, dispnea, hemoptisis, nyeri dada, ronchi (+), demam, kejang, sianosis
daerah mulut, hidung, muntah, dan diare. (Andarmoyo, 2012).
1) Batuk (cough)
Batuk merupakan gejala utama dan merupakan gangguan yang paling
sering di keluhkan. Tanyakan pada klien batuk bersifat produktif atau non
produktif.
2) Peningkatan produksi sputum
Sputum merupakan suatu subtansi yang keluar bersama dengan batuk.
Lakukan pengkajian terkait warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari
sputum.
3) Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi klien yang merasa kesulitan untuk
bernafas. Perawat harus menanyakan kemampuan klien untuk melakukan
aktivitas.
4) Homoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut dengan di batukan.
Perawat harus mengkaji darimana sumber darah.
5) Nyeri dada
Nyeri dada dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru- paru.
Gambaran lengkap mengenai nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, kardiak, dan
gastrointestinal.

c) Riwayat kesehatan masa lalu


1) Riwayat merokok
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
d) Riwayat kesehatan keluarga
a. Penyakit infeksi tertentu
b. Kelainan alergis
c. Klien bronkitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya
tinggi.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Inspeksi
1. Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posis duduk
2. Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya
3. Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya, lesi,
massa, dan gangguan tulang belakang
4. Catat jumlah irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada
5. Observasi tipe pernapasan
6. Inspeksi pada bentuk dada
7. Observasi kesimetrisan pergerakan dada
8. Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama insiprasi
B. Palpasi
1. Kaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas.
2. Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi
3. Kaji kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
4. Vocal fremitus, yaitu getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
C. Perkusi
1. Perkusi langsung, yakni pemeriksa memukul torak klien dengan
bagian palmar jari tengah keempat ujung jari tangannya yang
dirapatkan.
2. Perkusi tak langsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek
padat yang disebut pleksimeter pada dada klien, lalu sebuah objek lain
yang disebut pleksor untuk memukul pleksimeter tadi, sehingga
menimbulkan suara. Suara perkusi pada bronkopneumonia biasanya
hipersonor/redup.
D. Auskultasi
Biasanya pada penderita ispa terdengar suara napas ronchi.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d sekresi yang tertahan d.d adanya
secret di tenggorokan, batuk tidak efektif, dan suara nafas terdengar ronchi
IV. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN &
INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Bersihan jalan nafas Bersihan Jalan Latihan Batuk Efektif (I.01006)
tidak efektif b.d Nafas (L.01001) Observasi
sekresi yang Setelah dilakukan ● Identifikasi kemampuan batuk
tertahan d.d adanya tindakan ● Monitor adanya retensi sputum
sekret di keperawatan 1x15 ● Monitor tanda dan gejala infeksi
tenggorokan, batuk menit diharapkan saluran napas
tidak efektif, dan bersihan jalan nafas ● Monitor input dan output cairan
suara nafas meningkat.dengan (mis. jumlah dan karakteristik)
terdengar ronchi kriteria : Terapeutik
(D.0001) a) Batuk efektif ● Atur posisi semi-Fowler atau
meningkat ke 5 Fowler
● Pasang perlak dan bengkok di
b) Produksi sputum
pangkuan pasien
menurun ke 5
● Buang sekret pada tempat
c) Pola nafas sputum
membaik ke 5 Edukasi
● Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
● Anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
● Anjurkan mengulangitarik napas
dalam hingga 3 kali
● Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu

V.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Siregar, 2019). Berdasarkan
terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi keperawatan membutuhkan
fleksibilitas dan kreativitas perawat.

VI. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010). Evaluasi keperawatan
merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Jalu Satria Aji, O., Heri Susanti, I., Studi Pendidikan Profesi Ners, P., Kesehatan, F., &
Harapan Bangsa, U. (2022). ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
OKSIGENASI PADA PASIEN TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS PPOK DI
RUANG EDELWEIS ATAS RSUD KARDINAH. Jurnal Inovasi Penelitian,
3(4), 5883–5892. https://doi.org/10.47492/JIP.V3I6.1965
Saranani, M., Yuniar Syanti Rahayu, D., & Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari, J.
(2019). Manajemen Kasus Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien
Tuberkulosis Paru. Health Information : Jurnal Penelitian, 11(1), 26–32.
https://doi.org/10.36990/hijp.v11i1.107
Siregar, R. S. (2019). IMPLEMENTASI KEPERAWATAN SEBAGAI WUJUD DARI
PERENCANAAN KEPERAWATAN GUNA MENINGKATKAN STATUS KESEHATAN
KLIEN.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik (Vol. 1). Dewan Pengurus Pusat PPNI.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6138/8/REFERENCES.pdf
Tim Pokja, SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Dewan Pengurus Pus Persat Perawat Nas Indones.
Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep, Proses dan Praktik
Keperawatan.
Manurung, S. (2011). Keperawatan Professional. Jakarta : Trans Info Media
Perry, A. G., & Potter, P. A. (2010). Mosby's Pocket Guide to Nursing Skills and
Procedures-E-Book. Elsevier Health Sciences.

Anda mungkin juga menyukai