Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN OKSIGENASI

Disusun Oleh:
Nadya Putri Regina
C1AA20063

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
A. Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi Menurut Teori

1. Definisi
Menurut Henderson teori keperawatan mencakup seluruh kebutuhan dasar seorang
manusia. Henderson mendefenisikan keperawatan bertugas untuk membantu individu
yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi
terhadap kesehatan dan penyembuhannya, kemampuan individu untuk mengerjakan
sesuatu tanpa bantuan bila seseorang memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan. Kebutuhan dasar manusia menurut Henderson sering disebut dengan 14
kebutuhan dasar Henderson, yang memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan
keperawatan. Salah satu kebutuhan dasar dan kebutuhan pertama yang diungkapkan oleh
Henderson adalah kebutuhan oksigenasi yaitu tentang bernapas yang normal. Dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen ini diperlukan oksigen yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia ini ( Potter & Perry, 2012).
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan pemberian oksigen melalui
hidung dengan kanula ganda. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2)
lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
( Andarmoyo, sulistyo, 2012). Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan
memasukkan zat asam (O2) ke dalam paru dengan alat khusus.
Tujuan pemberian oksigenasi:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

2. Etiologi
1. Faktor Fisiologi
a) Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia.
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
pernapasan
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan
lain-lain.
e) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
b) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru- paru.
c) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulka arterioklerosis
b. Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan): menyebabkan intake
e. nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan haemoglobin, alcohol,
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
f. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Status Kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada individu yang sedang
mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu :
a. Suhu lingkungan
b. Ketinggian
c. Tempat kerja (polusi)

3. Manifestasi Klinis
Adanya penggunaan otot bantu pernapasa, fase ekpirasi memanjang, pola napas abnormal
(mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheynes stokes), pernapasan pursed-
lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi
semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi
menurun, ekskursi dada berubah menjadi tanda dan gejala adanya pola napas tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenisasi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Adanya PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping
hidung, pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal), warna kulit
abnormal (mis. Pucat, kebiruan) dan kesadaran menurun menjadi tanda dan gejala
gangguan pertukaran gas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru),
apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada
proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi
pertukaran gas(Sasmi, 2016).
1. Struktur sistem pernapasan
a. Saluran pernapasan atas
Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang
dihirup. Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis.
b. Saluran pernapasan bawah
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa cilliary,
memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus, paru.

Pernafasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara
lingkungan eksternal, dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam 3 langkah,
yaitu:

a. Ventilasi Pulmoner
Udara bergantian masuk keluar paru-paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi proses
pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen masuk alveolus, proses pernafasan berikutnya adalah difusi oksigen dari
alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah proses pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke
area berkonsentrasi rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membrane kapiler.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbondioksida diangkut
dari jaringan kembali menuju paru-paru.
 Transport O2
Normalnya, sebagian oksigen (97%) berikatan lemah dengan hemoglobin dan
diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk Oksihemoglobin (HbO2), sisanya
terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh Ventilasi (jumlah O2 yang
masuk ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas dara
yang dibawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma, jumlah
Hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengan Hb.
 Transport CO2
Karbondioksida hasil metabolisme terus menerus diankut menuju paruparu
melalui 3 cara: sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah
merah dalam bentuk bikarbonat (HCO3-), sebanyak 23% karbondioksida
berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2),
Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dalam bentuk asam
karbonat.

5. Pathway

Udara di atsmosfer

Udara masuk melalui hidung


terdapat infeksi pathogen

Sumbatan bronkus

Terjebaknya udara di paru

Udara diserap
oleh aliran darah

Susunan gas
Tidak ada saluran untuk untuk
dalam darah
meloloskan udara yang terjebak

Oksigen lebih cepat


Gangguan pengeluaran Ventilasi kolateral
diserap dari nitrogen
mukus
dan helium

Udara lolos melalui pori


Ketidakefektifan jalan Terjadi dengan cepat alveoli
nafas dan luas

Gangguan
dipsnea
pengembangan paru

Pola nafas cepat dan


dangkal Ventilasi dan perfusi tidak
seimbang
Ketidakefektivan pola
nafas Gangguan pertukaran
gas

6. Komplikasi

Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), tipe kekurangan Oksigen dalam tubuh di bagi
menjadi 7 bagian yaitu:
1. Hipoksemia
Merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri ( SaO2 ) dibawah normal (normal PaO 85-100
mmHg, SaO,95%). Pada neonates, PaO2 < 50 mmHg atau SaO2 < 88%. Pada
dewasa, anak, dan bayi, PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%. Keadaan ini disebabkan
oleh ganguuan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang
kurang oksigen. Pada keadaan hivoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi
dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi
pembuluh darah, dan peningkata nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di anaranya
sesak nafas, frekuensi nafas dapat mencapai 35 kali per menit, nadi cepat dan
dangkal, serta sianosis.
2. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau
meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi
setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain:
1) Menurunnya hemoglobin
2) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada di puncak gunung
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan sianida
4) Menurunya difusi oksigen dan alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia;
5) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
6) Kerusakan atau gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam sianosis
sesak nafas, serta jari tabuh (clubling finger).
3. Gagal nafas
Merupakan keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
karna pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekut sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh
adanya peningkatan gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal nafas di tandai oleh
adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal
nafas dapat disebabkan oleh gangguan system saraf pusat yang mengontrol system
pernapasan, kelemahan neuromuscular, keracunan obat, gangguan metabolism,
kelemahan otot pernapsan, dan obstruktif jalan nafas.
4. Perubahan pola nafas Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa
sekitar 12-20 x/menit,dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernafasan normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas dapat berupa hal-hal sebagai
berikut:
1) Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien dengan asma.
2) Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
3) Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari
24 x/menit.
4) Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16x/menit.
5) Kussmaul, yaitu pernpasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama,
sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada pasien koma
dengan penyakit diabetes mellitus dan uremia.
6) Cheyne-stokes,merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudian berangsur-
ansur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur. Misalnya
pada keracunan obat bius,penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
7) Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode
yang tidak teratur, misalnya pada meningitis. (Ambara, 2019)

7. Pemeriksaaan Penunjang
Diagnosis dapat ditegakan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja, tetapi kadang-
kadang juga sulit juga, sehingga perlu pemeriksaan penunjang seperti sinar tembus dada.
Diagnosis yang pasti bisa didapatkan melalui tindakan torakosintesis dan biopsi pleura
pada beberapa kasus.
a) Sinar tembus dada Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk banyangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi
daripada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti
terdapat udara dalam rongga tersebut yang bisa berasal dari luar atau dari dalam paru-
paru itu sendiri. Hal lain yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura 17 adalah
terdorongnya mediatisnum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Akan tetapi,
bila terdapat akteletasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan, mediatisnum akan
tetap pada tempatnya.
b) Torakosintesis Aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnostic maupun
terapeutik. Torakosistesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi aspirasi
adalah pada bagian bawah paru disela iga ke-9 garis axial posterior dengan memakai
jarum abocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari
1.000- 1.500 cc pada setiap kali aspirasi. Jika aspirasi dilakukan sekligus dalam
jumlah banyak, maka akan menimbulkan syok pleural (hipotensi) atau edema paru.
Edema paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.

8. Penata laksanaan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan pemberian
oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi
oksigen Bersihan jalan nafas tidak efektif Pola napas tidak efektif Inspirasi / ekspirasi
inadekuat adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung,
serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian
oksigen dapat dilakukan pada :
1. Perubahan frekuensi dan pola napas
2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3. Hipoksemia
4. Menurunnya kerja napas
5. Menurunnya kerja miokard
6. Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya
adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk
efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).
a. Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan
melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi
kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan
oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang
normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan.
Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal kanula, sungkup
muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka
dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana
dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi
oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-
seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 -
60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing Sungkup muka dengan kantong
rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat
inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah
oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing Sungkup muka
nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi
dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah
udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 80 – 100%
2) Sistem aliran tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2
lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem
aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya :
warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau
60%.
b. Fisioterapi dada
c. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas (Eki, 2017)
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien
yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara
bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga
pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran
yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien
secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara
yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari
berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam
pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif Latihan napas dalam merupakan cara bernapas
untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk
efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring,
trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas (Eki, 2017)
5) Penghisapan lendir Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan
napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Eki, 2017).

9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi
pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi:
- Uji fungsi paru Pemeriksaan ini berfungsi untuk Untuk mengetahui fungsi paru,
menetapkan luas beratnya penyakit, mendiagnosis keadaan
- Pemeriksaan gas darah arteri biasanya akan melakukan analisis gas darah untuk
Memeriksa penyakit gangguan pernapasan dan paru-paru, seperti asma penyakit
paru-paru, penyakit ginjal, cedera pada kepala dan leher yang mengganggu
pernafasan, overdosis obat, keracunan zat kimia, dan diabetes yang tidak
terkendali. Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk.
Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi.
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi. Pada pemeriksaan faktor
alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada
waktu penderita bebas dari serangan. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor
alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada
tipe asma atopik.
- Oksimetri merupakan metode noninvasif untuk mengukur kadar oksigen dalam
protein hemoglobin pada darah seseorang atau disebut juga saturasi oksigen.
Kadar ini dinyatakan dalam persentase, dengan angka saturasi oksigen normal
berkisar antara 95 hingga 100.
- Pemeriksaan darah lengkap
b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru
c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Brunner & Suddarth (2016), pengkajian keperawatan untuk pasien gagal
jantung berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan kemampuan pasien
untuk memahami dan menjelaskan strategi manajemen diri. Tanda dan gejala
kongesti paru dan kelebihan beban cairan harus segera dilaporkan yang akan
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen atau timbulnya masalah oksigenasi.
1) Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh
melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1. Identitas Nama Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Agama :
Alamat :
Tgl MRS :
Tgl Pengkajian:

2. Identitas Penanggung jawab


Nama :
Umur :
Alamat :
Status :

3. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama :
- Riwayar penyakit sekarang:
- Riwayat kehamilan dan kelahiran :
- Riwayat kesehatan keluarga :

4. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Kesadaran
- Pemeriksaan TTV

5. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan radiologic
- Analisa (pengelompokan data)
c. Pemeriksaan Fisik
1) Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau
warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut
dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat
retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
5) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi
perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine, inkontinensia
urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di
ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan
disorientasi.

2. Diagnosa
a. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu diatas normal
b. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan d.d nafsu makan
menurun.
c. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d pola
napas abnormal
d. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk yang
tidak efektif
e. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea
3. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Faktor lingkungan (udara, Hipertermia b.d
 Pasien bakteri, virus, jamur) proses penyakit
mengatakan masuk melalui saluran d.d suhu diatas
badannya napas atas normal
panas ↓
DO: Infeksi dan peradangan
 Td: 110/80 ↓
mmHg → Kuman melepas endotoksin
Suhu : 380C Merangsang tubuh untuk
 RR : 36 melepas zat progen oleh
x/mnit leukosit
 Nadi : 100 ↓
x/mnt Hipotalamus kebagian
 Kulit teraba termoregulator
hangat ↓
 Mukosa bibir Suhu tuhuh meningkat
kering ↓
Hipertermia

2. DS: Faktor lingkungan (udara, Defisit Nutrisi b.d


 Pasien bakteri, virus, jamur) ketidak mampuan
mengatakan masuk melalui saluran menelan makanan
tidak nafsu napas atas d.d nafsu makan
makan ↓ menurun
 Pasien Infeksi dan peradangan
mengatakan ↓
sulit menelan Hipersekresi kelenjar
DO: mukosa
 Berat badan ↓
menurun dari Akumulasi sekret
awal 60 kg berlebihan ↓
menjadi 55 kg Kesulitan/sakit menelan
 Membran dan mengunyah
mukosa pasien ↓
tampak pucat Defisit Nutrisi
 Td: 110/80
mmHg
 Suhu : 380C
 RR : 36 x/mnit
 Nadi : 100
x/mnt

3. DS: Faktor lingkungan (udara, Gangguan


 Pasien bakteri, virus, jamur) pertukaran gas b.d
mengatakan masuk melalui saluran ketidakseimbangan
napas atas ventilasi-perfusi
kesulitan ↓ d.d pola napas
bernapas Infeksi dan peradangan abnormal
 Pasien ↓
mengatakan Hipersekresi kelenjar
kepalanya mukosa
pusing ↓
 Pasien Akumulasi sekret
mengatakan berlebihan
penglihatannya ↓
kabur Sekret mengental dijalan
DO: napas
 Td: 110/80 ↓
mmHg Gangguan penerimaan O2
 Suhu : 380C dan pengeluaran CO2
 RR : 36 x/mnit ↓
 Nadi : 100 Dispnea, fase ekpirasi
x/mnt memanjang, ortopnea,
penurunan kapasitas paru,
 Pasien tampak
pola napas abnormal,
gelisah
takipnea, hiperventilasi,
 Pernapasan
pernapasan sukar
cuping hidung

 Warna kulit
Gangguan Pertukaran
pucat kebiruan
Gas
4. DS: Faktor lingkungan (udara, Bersihan jalan
 Pasien bakteri, virus, jamur) napas tidak efektif
mengatakan masuk melalui saluran b.d sekresi yang
kesulitan napas atas tertahan d.d batuk
bernafas ↓ yang tidak efektif
 Pasien Infeksi dan peradangan
mengatakan ↓
sulit berbicara Hipersekresi kelenjar
DO : mukosa
 Td: 110/80 ↓
mmHg Akumulasi sekret
 Suhu : 380C berlebihan
 RR : 36 x/mnit ↓
 Nadi : 100 Sekret mengental dijalan
x/mnt napas

 Batuk tidak
Obstruksi jalan napas
efektif

 Ronchi (+)
Batuk yang tidak efektif,
 Pasien tampak penurunan bunyi napas,
gelisah sputum dalam jumlah yang
berlebihan, perubahan pola
napas tambahan

Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
5. DS: Faktor lingkungan (udara, Pola napas tidak
 Pasien bakteri, virus, jamur) efektif b.d
mengatakan masuk melalui saluran hambatan upaya
sesak saat napas atas napas d.d dispnea
bernapas ↓
DO Infeksi dan peradangan
 Td: 110/80 ↓
mmHg Kontaksi otot-otot polos
 Suhu : 380C saluran pernafasan
 RR : 36 x/mnit ↓
 Nadi : 100 Pernyempitan saluran
x/mnt pernapasan
 Pasien tampak ↓
kesulitan Keletihan otot pernapasan
bernapas ↓
Dipnea, gas darah arteri,
 Pola napas
hiperkopnia, hipoksemia,
takipnea
napas cuping hidung,
konfusi, pola pernapasan
abnormal, sianosis

Pola Nafas Tidak Efektif
4. Intervensi
No. Diagnosis Tujuan SLKI SIKI Rasional
Keperawatan
1. Hipertermia b.d Setelah Kriteria hasil: Manajemen Hipertermia Observasi  Mengetahui
proses penyakit dilakukan 1. Menggigil (5)  Identifikasi penyebab peningkatan
d.d suhu diatas intervensi 2. Pucat (4) hipertermi (mis. Dehidrasi, suhu tubuh
normal selama 3 x 3. Suhu tubuh (4) terpapar Lingkungan panas,  Mengurangi
24 jam jam 4. Suhu kulit (4) penggunaan inkubator) panas dan
maka 5. Suhu kulit (4)  Monitor suhu tubuh memindahkan
hipertermia 6. Tekanan darah  Monitor kadar elektrolit panas secara
menurun membaik  Monitor komplikasi akibat konduksi
hipertermi  Untuk
Terapuetik mengganti
 Sediakan lingkungan yang cairan tubuh
dingin yang hilang
 Longgarkan atau leapaskan akibat evaporasi
pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Berikan cairan oral
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
Regulasi Temprature Observasi
 Monitor suhu tiap dua jam
sekali, jika perlu
 Monitor tekanan darah,
frekuansi fernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda/gejala
hipertermia
Teraupetik
 Pasang alat pemantau suhu
kutinu, jika perlu
 Tingkatkan asupan nutrisi dan
cairan yang adekuat
 Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuahan pasien
Edukasi
 Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
perlu
2. Defisit Nutrisi Setelah Kriteria hasil: Manajemen Nutrisi Definisi  Mengawasi
b.d ketidak dilakukan 1. . Porsi Mengidentifikasi dan mengelola masuk
mampuan intervensi makanan yang asupan nutrisi yang seimbang kalori/kualitas
menelan selama 3 x dihabiskan (3) Tindakan/ Obervasi kekurangan
makanan d.d 24 jam jam 2. Berat badan (4)  Identifikasi status nutrisi konsumsi
nafsu makan maka status 3. IMT (4)  Identifikasi alergi dan makanan
menurun nutrisi 4. Nafsu makan intoleransi makanan  Mengawasi
membaik. (4)  Monitor berat badan penurunan BB/
5. Membran Terapeutik mengawasi
mukosa (4)  Lakukan oral hygiene sebelum efektifitas
makan intervensi
 Sajikan makanan dengan suhu
sesuai
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoliransi
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan
Pematauan Nutrisi Definisi :
mengumpulkan dan menganalisa data
yang berkaitan dengan asupan dan
status gizi
Tindakan/observasi
 Identifikasi perubahan berat
badan
 Identifikasi kelainan eliminasi
 Monitor mual muntah
Terapeutik
 Timbang berat badan
 Ukuran tropometrik komposisi
tubuh
 Hitung perubahan berat badan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan

3. Gangguan Setelah Kriteria hasil : Pemantauan Respirasi Observasi  Untuk


pertukaran gas dilakukan 1. Dispnea (1  Monitor frekuensi, irama, mengetahui
b.d intervensi menurun) kedalaman, dan upaya napas frekuenasi,
ketidakseimban selama 3x24 irama,
gan jam maka
ventilasiperfusi status 2. Bunyi napas  Monitor pola napas (seperti kedalamandan
d.d pola napas pernapasan tambahan (1 bradipnea, takipnea, upaya napas
abnormal meningkat menurun ) hiperventilasi, Kussmaul, baik atau buruk
3. PCO2 (5 CheyneStokes, Biot, ataksik0  Untuk
membaik)  Monitor kemampuan batuk mengetahui
4. PO2 (5 efektif kemampuan
membaik)  Monitor adanya produksi batuk
5. pH arteri (5 sputum  Untuk
membaik)  Monitor adanya sumbatan mengetahui
6. Takikardia (5 jalan napas adanya bunyi
membaik)  Palpasi kesimetrisan ekspansi tambahan saat
7. Pola napas (5 paru bernapas
membaik)  Auskultasi bunyi napas  Untuk
8. Kesadaran(5  Monitor saturasi oksigen mngetahui
membaik) adanya sputum
 Monitor nilai AGD
9. Rasa nyaman
 Monitor hasil x-ray toraks
(5 membaik)
Terapeutik
10. Warna kulit (5
membaik)  Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Terapi Oksigenasi Observasi
 Monitor kecepatan aliran
oksigen
 Monitor posisi alat terapi
oksigen
 Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi
yang diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri,
analisa gas darah ), jika perlu
 Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
 Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
 Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen Terapeutik
 Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trachea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengat tingkat
mobilisasi pasien Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
dirumah Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
4. Bersihan jalan Setelah Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif Definisi :  Untuk
napas tidak dilakukan 1. Batuk efektif (3 melatih pasien yang tidak memiliki memaksimalkan
efektif b.d intervensi sedang ) kemampua batuk efektif untuk ventilasi
sekresi yang selama 3 x 2. Sulit berbicara membersihkan laring, trakea, dan  Untuk
tertahan d.d 24 jam maka (4 cukup bronkiolus dari jalan napas atau benda mnegetahui
batuk yang tidak Pernapasan membaik ) asing di dalam jalan napas adanya suara
efektif akan 3. Sianosi (3 Tindakan/ observasi tambahan
meningkat sedang )  Identifikasi kemampuan batuk  Untuk
4. Gelisah (3  Monitor tanda dan gejala memenuhi
sedang) infeksi saluran napas kebutuhan
5. Frekuensi  Monitor input dan output oksigen
napas (4 cukup cairan (mis. Jumlah dan  Untuk
membaik) karateristik) memperbaiki
6. Pola napas (4 Terapeutik pola napas
cukup  Atur posisi semi fowler atau  Untuk
membaik) fowler mngoptimalkan
Kontol Gejala  Pasang perlak dan bengkok di pernapasan
a. Kemampuan pangkuan pasien
memonitor  Buang sekret pada tempat
b. munculnya sputum
gejala secara
mandiri (3 Edukasi
sedang) b.  Jelaskan tujuan dan prosedur
Kemampuan batuk efektif
memonitor  Anjurkan tarik napas
lama melaluihidung selama 4 detik,
bertahannya diahan selama 2 detik
gejala (3 kemudian dari mulut dengan
sedang) bibir mecucu selama 8 detik
c. Kemampuan  Anjurkan mengulangi tarik
memonitor napas dalam hingga 3kali
variasi gejala Kolaborasi
(2 cukup  Kolaborasi pemberian
menurun) mukolitik atau ekspektoran
jika perlu
Tingkat Infeksi Edukasi Fisioterapi Dada Definisi :
a. Nafsu makan Mengajarkan memobilisasi sekresi
(1 menurun) napas melalui perkusi, getaran, dan
b. Demam (2 drainase postural
cukup Tindakan /observasi
meningkat)  Identifikasi kemampuan
c. Kemerahan (3 pasien dan keluarga menerima
sedang) informasi
Terapeutik
 Persiapan materi dan edukasi
 Jadwalkan waktuyang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
dengan pasien dan keluarga
 Berikan kesempatan pasien
dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan kontraindikasi
fisioterapi dada
 Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada
 Ajarkan mengeluarkan sekret
melalui pernapasan dalam
 Ajarkan batuk selama dan
setelah prosedur
5. Pola napas tidak Setelah Kriteria Hasil: Pemantauan Respirasi Observasi  Untuk
efektif b.d dilakukan 1. Tekanan  Monitor frekuensi, irama, mengetahui
hambatan upaya intervensi ekpirasi (4 kedalaman, dan upaya napas frekuenasi,
napas d.d selama 3 x cukup  Monitor pola napas (seperti irama,
dispnea 24 jam maka meningkat ) bradipnea, takipnea, kedalamandan
pola napas 2. Teknan hiperventilasi, Kussmaul, upaya napas
akan inspirasi (4 CheyneStokes, Biot, ataksik0 baik atau buruk
membaik cukup  Monitor kemampuan batuk  Untuk
meningkat ) efektif mengetahui
3. Dispnea (3  Monitor adanya produksi kemampuan
sedang) sputum batuk
4. Frekuensi  Monitor adanya sumbatan  Untuk
napas( 3 jalan napas mengetahui
sedang)  Palpasi kesimetrisan ekspansi adanya bunyi
5. Kedalaman paru tambahan saat
napas (4 cukup
 Auskultasi bunyi napas bernapas
membaik)
 Monitor saturasi oksigen  Untuk
6. Ekskursi dada mengetahui
(3 sedang)  Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks adanya sputum
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Manajemen Jalan Napas Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi
kering)
 Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
 Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Summary Jurnal
No. Topik Peneliti Tahun Metode Populasi& Hasil Kesimpulan
Sampel
1. ASUHAN Timah Khusnul 2019 Jenis Subjek dalam Berdasarkan hasil Penanganan kasus
KEPERAWATAN Khotimah1) Titis penelitian ini studi kasus ini saat pengkajian pada pasien
PASIEN ANAK Sensussiana 2) adalah adalah satu awal terhadap pneumonia dengan
DENGAN diskriptif orang pasien kemampuan pasien masalah utama
PENEUMONIA dengan anak dengan dalam bernafas gangguan
DALAM menggunakan pneumonia spontan dan kebersihanjalan napas
PEMENUHAN metode dalam kepatenan jalan akibat adanya
KEBUTUHAN pendekatan pemenuhan nafasnya didapatkan penumpukan sputum
OKSIGENASI studi kasus. oksigenasi. data DS: ibu pasien memerlukan
mengatakan penanganan segera
anaknya batuk, pilek agar jalannapas dapat
dan demam 3 hari kembali efektif dan
DO: pasien suplai oksigen yang
terpasang oksigen masuk ke tubuh dapat
2liter, pernapasan terpenuhi.Salahsatu
cepat , pemeriksaan tindakan yang dapat
fisik paru berupa digunakan adalah
auskultasi: terdapat fisioterapi dada, selain
suara tambahan melakukan
ronchi basah, terapiperawatjuga
pernapasan melakukan edukasi
42x/menit, nadi terhadap keluarga agar
110x/menit, suhu keluarga paham dan
38°C dan SpO2 dapat
94%, kesadaran menerapkannyasecara
composmetis GCS mandiri.
15 (E4V5M6), dan
tangan kiri
terpasang infuse
DS1/4 20 tpm.
2. ASUHAN Gustina Rindiani1), 2021 Jenis subjek Data objektif pasien Berdasarkan hasil
KEPERAWATAN Meri Oktariani, peneltian ini penelitian batuk tidak efektif, penelitian mengenai
PASIEN S.Kep.,Ns.,M.Kep2) menggunakan sebanyak 1 pasien terlihat tindakan latihan batuk
TUBERKULOSIS deskriptif orang subjek gelisah, hasil efektif pada pasien
PARU DALAM dengan studi dengan pemeriksaan tuberculosis paru di
PEMENUHAN kasus. kriteria pasien diperoleh terdengar bangsal Alamanda
KEBUTUHAN tuberculosis bunyi napas RSUD Ungaran, dapat
OKSIGENASI paru dalam tambahan ronkhi. dibuat kesimpulan
pemenuhan Hasil pemeriksaan bahwa tindakan latihan
kebutuhan X foto toraks kesan batuk efektif
oksigenasi susp kardiomegal berpengaruh pada
gambaran pengeluaran sputum
pneumonia lobaris. pasien.
Hasil TCM (+) TB
Paru. TTV: TD:
140/80 mmHg, S:
37 , RR: 20 x/menit,
HR: 77 x/menit,
SPO2: 99%.
Intervensi yang
diberikan adalah
latihan batuk efektif
observasi
(identifikasi
kemampuan batuk,
monitor adanya
retensi sputum),
terapeutik (atur
posisi semifowler
atau fowler, pasang
perlak dan bengkok
di pangkuan pasien,
buang secret pada
tempat sputum),
edukasi (jelaskan
tujuan dan prosedur
batuk efektif,
anjurkan tarik napas
dalam melalui
hidung selama 4
detik ditahan selama
2 detik kemudian
dikeluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu
(dibulatkan) selama
3 kali, anjurkan
batuk dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke 3),
kolaborasi
(kolaborasi
pemberia mukolotik
atau ekspektoran,
jika perlu)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ambara, Y. (2019). Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi. 6–53. 2.
2. Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada..., SUPRAPTI BUDYASIH, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2014.
3. Eki. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGEN PADA PASIEN DENGAN CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF) DI IRNA PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG TAHUN 2017.
4. Pradana, F. A. A. (2019). PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI.
(201902040042).
5. Sasmi, A. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. R DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI. 0–27.
6. Nair, M., & Peate, I., (2011). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan. Jakarta : Bumi
Medika.
7. Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc 8. Haswita & Reni, 2017.
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Tim
8. https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/66050537/LAPORAN_PENDAHULUAN_DA
N_ASKEP_KEBUTUHAN_OKSIGENASI-with-cover-page-
v2.pdf?Expires=1639816386&Signature=d-0tmEL5lfiOGIs-
Pn5i6bBuohR7u4NQ68v1A417~KnQmPKjRlhN9G5tlsTzGZoxQGUox3UzuqAr9O
RzdiBC8~sTc9grsJiZH8QsYqhlD0BBekR2n6gAlG5cWe8IxFXTSIJz2NhKRV1SDG
nJVYOyDe7rq6Hg6YSb4zNYw5EkXT6floJW8YEqbDWctmFgfF3nTVMkfHPKkyr
vLElSz6AOCJM-ppD2w14hkStHiUF-
1kmr~RGaXhAXIxceqRNi~tfqxO9GsokLbTxzXETAn~yti2PtDX4zWDMfFL2Lmh
F1eCaJ4nD6tYqxvGZvCZFOEDdMLGA2gAGWsV9U4CQXdU--sA__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
9. https://dlscrib.com/queue/laporan-pendahuluan-kdm-
oksigenasi_5899fab86454a72c4db1ebda_pdf?queue_id=59ae9f48dc0d600d79568edd
10. http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/68/
11. http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1943/1/NASPUB%20ASUHAN%20KEPERAWAT
AN%20%20PASIEN%20TUBERKULOSIS%20PARU%20DALAM%20PEMENU
HAN%20KEBUTHAN%20OKSIGENASI%20GUSTINA%20RINDIANI%20P1819
5.pdf

Anda mungkin juga menyukai