Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

Disusun oleh:

DEWI MELLIYUNITA

2208021

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Yang Berjudul : Oksigenasi


Di susun Oleh : Dewi Melliyunita
NIM : 2208021
Program Studi : Profesi Ners

Semarang, 23 November 2022

Pembimbing Klinik
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi

1.1. Definisi / deskripsi kebutuhan dasar oksigenasi

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan


manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah
satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-selnya)
melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa
CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan
karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

1.2. Fisiologi sistem / Fungsi normal sistem oksigenasi


Fisiologi pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan
pertukaran O₂ dan CO₂ antara lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum,
proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas
alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan
napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga
toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta
komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi
adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke
area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di
alveollus dan membran kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta
perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas
pernafasan pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.

 Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru. Normalnya,
sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan Hb dan diangkut keseluruh
jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin (HbO₂), dan sisanya terlarut dalam
plasma. Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen yang masuk dalam
ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang
membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O₂ dalam plasma, jumlah
hemoglobin dan ikatan oksigenasi dengan hemoglobin.
 Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus produksi dan
diangkut menuju paru dalam 3 cara:
1. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam
bentuk bikarbonat
2. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb membentuk
karbaminohemoglobin
3. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam
bentuki asam karbonat.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang
berlangsung dalam mitokondria , yang menggunakan oksigen dan menghasilkan
karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses
ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik.

I.3. Patofisiologi gangguan kebutuhan dasar oksigenasi


 Perubahan Pola nafas
a. Takipnea
Frekuensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis metabolic, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau
hipoksemia.
b. Bradipnea
Frekuensi pernapasan yang lambat dan abnormal. Biasanya terlihat
pada orang yang baru menggunakan obat-obatan seperti morfin dan pada
kasus alkalosis metabolic, dan lain-lain.
c. Apnea
Biasanya juga disebut dengan henti napas.
d. Hiperventilasi
Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini
terjad saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolic untuk
pembuangan karbondioksida.
e. Hipoventilasi
Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-paru. Kondisi ini terjadi
saat ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolic
untuk penyaluran oksigen dan pembuangan karbondioksida.
f. Pernapasan Kusmal
Salah satu jenis hiperventilasi yang menyertai asidosis metabolic.
g. Orthopnea
Ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau
berdiri.
h. Dispnea
Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernapas.
Pathway

I.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem oksigenasi

1. Faktor Fisiologis

 Penurunan kapasitas angkut O₂

Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke

jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu

apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau

pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan

penurunan kapasitas pengikatan O₂.

 Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi

Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan

kadar O₂ inspirasi.

 Hipovolemik

Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat

kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.


 Peningkatan Laju Metabolik

Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-

menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh

mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.

 Kondisi Lainnya

Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti

kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot,

penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.

2. Faktor perkembangan

 Bayi prematur

Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin

yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi

ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang

masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang

pada trimester akhir.

 Bayi dan anak-anak

Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas,

seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:

makanan, permen dan lain-lain).

 Anak usia sekolah dan remaja

Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut

akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.

 Dewasa muda dan paruh baya


Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang

berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit

jantung dan paru pada kelompok usia ini.

 Lansia

Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan

fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus,

dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat

ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.

3. Faktor Perilaku
 Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
 Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan
oksigen.
 Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
 Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan
saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman
pernapasan.
 Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin,
dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan
kedalaman pernafasan.
 Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan
oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan.
 Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi
perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok
bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
 Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan
Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
 Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di
dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
 Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada
orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur
berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

I.5. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem oksigenasi


a. Emfisema
Emfisema adalah kelainan paru-paru disebabkan karena hilangnya
elastisitas alveolus. Alveolus adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam
paru-paru.
Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan
dengan orang yang sehat. Hal itu karena karbon dioksida yang seharusnya
dikeluarkan dari paru-paru terperangkap di dalamnya.
Penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ialah asap rokok dan
kekurangan enzim alfa-1 antitrypsin.
b. Dipteri
Dipteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphterial yang dapat menimbulkan penyumbatan pada rongga
faring (faringitis) maupun laring (laringitis) oleh lendir yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut.
c. Asfiksi
Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan yang
disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, atau jaringan
tubuh. Misalnya alveolus yang terisi air karena seseorang tenggelam.
Gangguan lainnya ialah keracunan karbon monoksida yang disebabkan
hemoglobin lebih mengikat karbon monoksida sehingga pengangkutan oksigen
dalam darah berkurang.
d. Kanker Paru-paru
Kanker paru-paru adalah kelainan karena pertumbuhan sel kanker yang
tidak terkendali di dalam jaringan paru-paru. Kanker ini memengaruhi
pertukaran gas di paru-paru dan menjalar ke seluruh bagian tubuh.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90 persen kasus kanker
paru-paru pada pria dan sekitar 70 persen kasus pada wanita. Makin banyak
rokok yang dihisap, makin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru.
Tetapi, tidak menutup kemungkinan perokok pasif juga bisa menderita
penyakit ini. Penyebab lain yang memicu penyakit ini adalah penderita
menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.
e. Laringitis
Laringitis atau radang pada laring. Penderita akan mengalami serak atau
kehilangan suara. Penyebabnya karena infeksi, terlalu banyak merokok dan
minum alkohol.
f. Sinusitis
Sinusitis adalah kelainan karena radang pada sinus. Sinus letaknya di
daerah pipi kanan dan kiri batang hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul
nanah yang harus dibuang melalui operasi.
II. Rencana asugan klien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
1.1. Pengkajian
1.1.1. Pemeriksaan fisik : Head To Toe
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda - tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludahmenjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,lensa
mata keruh.
c. Sistem integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan terdapat
retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.
e. Sistem kardiovaskuler
Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun, nadi perifer
lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi,mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,inkontinensia
urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, dan
disorientasi.
1.1.2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
1. Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal,walaupun terdapat
komplikasi asma
2. Analisa gas darah :
 Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bilater dapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk.
 Kadang - kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi.
 Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
 Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
 Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Pemeriksaan sputum :
 Kristal – kristal charcotleyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
 Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder
sel-sel cabang-cabang bronkus.
 Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Terdapatnya neutrofileosinofil.
4. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks :
 Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus akan bertambah.
 Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
 Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru.

5. Lain – Lain
 Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru, menetapkanluas
beratnya penyakit, mendiagnosis keadaan.
 Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

1.2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
2.2.1. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.

2.2.2. Batasan karakteristik


Penyebab
Fisiologis
1. Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfungsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas buatan
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dinding jalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi)

Situasional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
2.2.3. Faktor yang berhubungan
Kondisi Klinis Terkait
1. Gullian barre syndrome
2. Sclerosis multiple
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostic (mis. bronkoskopi, transesophageal echocardiography
[TEE])
5. Depresi sistem saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi meconium
10. Infeksi saluran napas

Diagnosa 2 : Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)


2.2.4. Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

1.2.7. Batasan karakteristik


Penyebab
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
6. Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif, cedera
kepala, gangguan kejang)
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energi
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13. Cedera pada medulla spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan

2.2.6 Faktor yang berhubungan


Kondisi Klinis Terkait
1. Depresi sistem saraf pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre syndrome
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alcohol

Diagnosa 3 : Gangguan Ventilasi Spontan (D.0004)

2.2.7. Definisi
Penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu
bernapas secara adekuat.

2.2.8. Faktor Risiko

1. Gangguan metabolism
2. Kelelahan otot pernapasan
2.2.9. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Dyspnea
Objektif
1. Penggunaan otot bantu napas meningkat
2. Volume tidal menurun
3. PCO2 meningkat
4. PO2 menurun
5. SaO2 menurun
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Gelisah
2. Takikardia

2.2.10. Kondisi Klinis Terkait


1. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
2. Asma
3. Cedera kepala
4. Gagal napas
5. Bedah jantung
6. Adult respiratory distress syndrome (ARDS)
7. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
8. Prematuritas
9. Infeksi saluran napas

1.3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Bersihan Jalan Napas (L.01001)
2.3.1. Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuannya agar sekret atau obstruksi jalan napas meningkat.

Bersihan Jalan Napas

Definisi
Kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.

Ekspektasi Meningkat

Kriteria Hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat

Batuk
1 2 3 4 5
efektif

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun

Produksi
1 2 3 4 5
sputum

Mengi 1 2 3 4 5

Wheezing 1 2 3 4 5

Mekoniu
m (pada 1 2 3 4 5
neonates)

Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik

Dispnea 1 2 3 4 5

Ortopnea 1 2 3 4 5

Sulit
1 2 3 4 5
bicara

Sianosis 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5

Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik

Frekuensi
1 2 3 4 5
napas

Pola napas 1 2 3 4 5
Diagnosa 2 : Pola Napas Tidak Efektif (L.01004)
2.3.2. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuannya agar inspirasi atau ekspirasi membaik.

Pola Napas

Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat.

Ekspektasi Membaik

Kriteria Hasil

Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat

Ventilasi
1 2 3 4 5
semenit

Kapasitas
1 2 3 4 5
vital

Diameter
thoraks
1 2 3 4 5
anterior-
posterior

Tekanan
1 2 3 4 5
ekspirasi

Tekanan
1 2 3 4 5
inspirasi

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun

Dispnea 1 2 3 4 5

Penggunaan 1 2 3 4 5
otot bantu
napas

Pemanjangan
fase 1 2 3 4 5
ekspirasi

Ortopnea 1 2 3 4 5

Pernapasan
1 2 3 4 5
pursed-lip

Pernapasan
cuping 1 2 3 4 5
hidung

Cukup
Cukup
Memburuk Memburu Sedang Membaik
Membaik
k

Frekuensi
1 2 3 4 5
napas

Kedalaman
1 2 3 4 5
napas

Ekskursi
1 2 3 4 5
dada

Diagnosa 3 : Pertukaran Gas (L.01003)


2.3.3. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuannya agar pada membrane alveolus kapiler dalam batas normal.

Pertukaran Gas

Definisi
Oksigenasi dan/ atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus kapiler
dalam batas normal
Ekspektasi Meningkat

Kriteria Hasil

Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat

Tingkat
1 2 3 4 5
kesadaran

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun

Dispnea 1 2 3 4 5

Bunyi napas
1 2 3 4 5
tambahan

Pusing 1 2 3 4 5

Penglihatan
1 2 3 4 5
kabur

Diaforesis 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5

Napas
cuping 1 2 3 4 5
hidung

Cukup
Cukup
Memburuk Memburu Sedang Membaik
Membaik
k

PCO2 1 2 3 4 5

PO2 1 2 3 4 5

Takikardia 1 2 3 4 5
Ph arteri 1 2 3 4 5

Sianosis 1 2 3 4 5

Pola napas 1 2 3 4 5

Warna kulit 1 2 3 4 5

II.4. Intervensi keperawatan dan rasional


Diagnosa 1 : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
Intervensi : Latihan Batuk Efektif (I.01006)
Tindakan :
Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)

Terapeutik
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

Diagnosa 2 : Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)


Intervensi : Pemantauan Repirasi (I.01014)
Tindakan :
Observasi
 Monitor frekuensi, rama, kedalaman dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradispnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stroke, Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray thoraks

Terapeutik
 Atur interval pementauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantuan, jika perlu

Diagnosa 3 : Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)


Intervensi : Terapi Oksigen (I.01026)
Tindakan :
Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan
cukup
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimestri, analisa gas darah), jika
perlu
 Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelectasis
 Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
 Monitor intergritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik
 Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetapkan berikan oksigen saat pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien

Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah

Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur
DAFTAR PUSTAKA

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, jakarta FKUI.Brunner &
Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.
Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi.jakarta EGC.
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.
Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3, jakarta,
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai