Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN (Gangguan Oksigen)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi


Keperawatan Departemen Keperawatan Dasar Profesi
Di Ruang Seruni RST dr. Soepraoen

Oleh:
Nama : Fransisca Mareta D A
NIM : P17212225011

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Kesehatan : Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


B. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama
dan sangat vital bagi tubuh.
Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan
pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi
sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Apabila
lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen, maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan kemungkinan berujung
fatal seperti meninggal (Kusnanto, 2016)
C. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya
berbagai sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem kardiovaskuler, dan juga
sistem hematologi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
a. Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah sistem
pernapasan atau sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu sistem pernapasan atas yang terdiri dari hidung, faring, serta
laring dan sistem pernapasan bawah yang terdiri dari trakea dan paru-paru
(Saputra, 2013).
b. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut berperan
dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan dalam proses
transfortasi oksigen. Oksigen ditransfortasikan ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Adekuat atau tidaknya aliran darah ditentukan oleh normal atau
tidaknya fungsi jantung. Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat
ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang baik dapat
dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan terjadinya perubahan
tekanan darah. Sistem kardiovaskuler ini akan saling terkait dengan sistem
pernapasan dalam proses oksigenasi.
c. Sistem Hematologi
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel darah yang
sangat berperan dalam proses oksigenasi adalah sel darah merah, karena di
dalam sel darah merah terdapat haemoglobin yang mampu mengikat
oksigen. Hemoglobin adalah molekul yang mengandung empat subunit
protein globular dan unit heme. Setiap molekul Hb dapat mengikat empat
molekul oksigen dan akan membentuk ikatan oxy-hemoglobin (HbO2)
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
D. Penyebab
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis,
status kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya diantaranya adalah :
- Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau
pada saat terpapar zat beracun
- Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
- Hipovolemia
- Peningkatan laju metabolik
- Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas dan penyakit kronis
b. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi,
pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan
pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu
1. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
5. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun.
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan.
Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan
penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh
pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :
1. Suhu lingkungan
2. Ketinggian
3. Tempat kerja (polusi)
E. Proses Oksigenasi
Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan
eksternal dan pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses
pertukaran gas secara keseluruhan antara lingkungan eksternal dan
pembuluh kapiler paru (kapiler pulmonalis), sedangkan pernapasan internal
merupakan proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler dan
jaringan tubuh (Saputra, 2013). Tercapainya fungsi utama dari sistem
pernapasan sangat tergantung dari proses fisiologi sistem pernapasan itu
sendiri yaitu ventilasi pulmonal, difusi gas, transfortasi gas serta perfusi
jaringan. Keempat proses oksigenasi ini didukung oleh baik atau tidaknya
kondisi jalan napas, keadaan udara di atmosfir, otot-otot pernapasan, fungsi
sistem kardiovaskuler serta kondisi dari pusat pernapasan (Atoilah &
Kusnadi, 2013). Sel di dalam tubuh sebagian besarnya memperoleh energi
melalui reaksi kimia yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan
karbondioksida. Proses Pertukaran gas dari pernapasan terjadi di
lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).
F. Tanda Gejala
Tanda gejala gangguan oksigenasi menurut SDKI (2017) yaitu sebagai
berikut:

Tanda Mayor Tanda Minor


- Batuk tidak efektif - Bunyi napas menurun
- Tidak mampu batuk - Pola napas berubah
- Sputum berlebih - Napas cuping hidung
- Mengi, whezzing, ronkhi - Sianosis
- Perubahan pH, PO2 & PCO2 - Kesadaran menurun
- Penggunaan otot bantu napas - Pernapasan pursed lip
- Pola napas abnormal - Tekanan ekspirasi inspirasi turun

G. Pohon Masalah Keperawatan


H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil
terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat
memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang
lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member
kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara (Tarwoto, 2015).
2. CT – Scan (Computerized Tomography Scanner)
Pemeriksaan CT – Scan misalnya dapat dilakukan untuk menemukan
hubungan kasus TB inaktif/stabil yang ditunjukan dengan adanya
gambar garis-garis fibrotik. Sebagaimana pemeriksaan rontgen thoraks,
penentuan bahwa kelainan inaktif dapat hanya berdasarkan pada temuan
CT- Scan pada pemeriksaan tunggal, namun selalu dihubungkan dengan
kultur sputum yang negatif dan periksaan secara serial setiap hari.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Bahan pemeriksaan untuk bakteri mycrobacterium tuberculosis berupa
sputum pasien. Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari dan yang
pertama keluar. Jika sulit didapatkan maka sputum dikumpulkan selama
24 jam.
I. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau
FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi
jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan
PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat
dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada,
napas dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau suctioning
(Abdullah ,2014).
J. Pengkajian Keperawatan Fokus
a. Pengkajian
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem
pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80%
diagnosis masalah pasien diperoleh dari anamnesis.
1. Identitas
a) Umur
Umur pasien yang mengalami gangguan kebutuhan oksigenasi
banyak menyerang diusia produktif 18-50 tahun dan anak anak
dibawah usia 5 tahun.
b) Alamat
Kondisi permukiman atau tempat tinggal menjadi salah satu hal yang
penting dan perlu ditanya pada pasien dengan gangguan oksigenasi.
Karena gangguan kebutuhan oksigenasi sangat rentan dialami oleh
mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat dan kumuh,
rumah yang lembab akibat kurang pencahayaan matahari, dan kurang
adanya ventilasi.
c) Jenis Kelamin
Penderita gangguan kebutuhan oksigenasi banyak didapatkan pada
jenis kelamin laki-laki, karena pola hidup mereka seperti merokok.
d) Pekerjaan
Jenis pekerjaan dilingkungan industri dan berpolusi beresiko dapat
mengganggu system pernapasan (Muttaqin,2012).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah yang paling sering dirasakan mengganggu oleh
klien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi. Keluhan utama yang
sering muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigenasi adalah sebagai
beikut:
a) Batuk

b) Peningkatan produksi sputum

c) Dispnea

d) Hemoptysis

e) Mengi

f) Chest pain
3. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat
penyakit sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan.
Misal sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali
keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana
keluhan pertama kali timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan ini
terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan,
adakah usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum meminta
pertolongan, berhasil atau tidak usaha tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentang informasi kesehatan
klien. Kaji klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena
kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru.
Dapatkan pula informasi tentang sejak kapan terjadi penyakit, apakah
pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah
mengalami penyakit yang berat, apakah pernah mempunyai keluhan
yang sama.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan oksigenasi
sangat penting untuk mendukung keluhan dari penderita. Perlu dicari
riwayat keluarga yang memberikan predisposisi keluhan kepada pasien
(Andarmoyo, 2012)
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
- Lesi kuning pada kelopak mata (hiperlipidemia)
- Konjungtiva pucat (anemia)
- Konjungtiva sianosis (hipoksemia)
2) Hidung
- Pernapasan dengan cuping hidung
- Membran mukosa sianosis (penurunan oksigen)
- Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru
kronik)
3) Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi)
- Sianosis secara umum (hipoksemia)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
4) Jari dan kuku
- Sianosis perifer (kurangngnya suplai O2 ke perifer)
- Clubbing finger ( hipoksemia kronik)
5) Dada dan Thoraks
a. Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan kesimetrisan
ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada dada bisa dikerjakan pada saat
bergerak aray pada saat diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien.
Sedangkan untuk mengamati adanya kelainan tulang punggung baik kifosis,
skoliosis, maupun lordosis, akan lebih mudah dilakukan pada saat bergerak
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi (eupnea, bradipnea,
dan takipnea), sifat (pernapasan dada, diafragma, stoke, kussmaul, dll).
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada,
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikassi keadaan kulit, dan
mengetahui taktil fermitus. Kaji abnormalitas saat inspeksi seperti: masa,
lesi, dan bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh
nyeri. Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara).
c. Perkusi
1. Perkusi langsung
Perkusi langsung, yakni pemeriksaan memukul thoraks klien dengan
bagian palmar jaritengan keempatujung jari tangannya.
2. Perkusi Tak Langsung
Perkusi taklangsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu objek padat
yang disebut pleksimeter pada dada klien, lalu sebuah objek lain yang
disebut pleskor untuk memukul pleksimeter tadi, sehingga
menimbulkan suara.
d. Auskultasi
Biasanya pada penderita tuberkulosis paru didapatkan bunyi napas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk
mendemonstrasikan daerah mana didapatkan adanya ronkhi (Andarmoyo,
2012).
K. Diagnosa Keperawatan
1. D.0001 Bersihan jalan nafas tidak efektif b,d hipersekresi jalan napas
2. D.0003 Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
3. D.0005 Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
(penumpukan cairan intrapleural)
L. Intervensi Keperawatan

No. DX Standar Luaran Intervensi

1. D.0001 Bersihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.01006 Latihan Batuk Efektif
jalan nafas tidak …x24 jam diharapkan masalah pasien Observasi
efektif b,d teratasi dengan luaran 1. Identifikasi kemampuan batuk
hipersekresi jalan 2. Monitor adanya retensi sputum
L.01001 Bersihan jalan napas meningkat
napas
dengan kriteria hasil Terapeutik
1. Batuk efektif meningkat
1. Atur posisi semi fowler atau fowler
2. Produksi sputum cukup menurun
2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
3. Mengi menurun
3. Buang secret pada tempat sputum
4. Frekuensi napas membaik
5. Pola napas membaik Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif


2. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik
dtahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu selama 8 detik
3. Anjurkan tarik napas dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektorat, jika perlu

2. D.0003 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.01026 Terapi Oksigen


pertukaran gas b.d …x24 jam diharapkan masalah pasien Observasi
ketidakseimbangan teratasi dengan luaran. 1. Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi
ventilasi-perfusi L.01003 Pertukaran Gas meningkat dengan yang diberikan cukup
kriteria hasil 2. Monitor efektivitas terapi oksigen
1. Bunyi napas tambahan menurun 3. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
2. Napas cuping hidung menurun oksigen
3. PCO2 membaik
Terapeutik
4. PO2 membaik
5. pH arteri membaik 1. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
6. Pola napas membaik 2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien

Edukasi

Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di


rumah
Kolaborasi

1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen


2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan tidur

3. D.0005 Pola napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.01011 Manajemen Jalan Napas
tidak efektif b.d …x24 jam diharapkan masalah pasien
Observasi
hambatan upaya teratasi dengan luaran
napas 1. Monitor pola napas (frekuensi kedalaman napas)
L.01004 Pola Napas membaik dengan
(penumpukan 2. Monitor bunyi napas buatan
kriteria hasil
cairan intrapleural) Terapeutik
1. frekuensi napas membaik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. pernapasan pursed lip menurun 2. Berikan minuman hangat
Edukasi

1. Anjurkan auspan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada


kontraindikasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat bronkodilator, jika perlu
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :
Trans Info Media
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Dua
Satria Offset.
Atoilah, Elang Mohamad dan Engkus Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Ernawati. 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang
Selatan : Binarupa aksara publisher.
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai