DISUSUN OLEH :
2. Etiologi
Menurut Hidayat, A. Aziz, (2012) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi antara lain :
1) Saraf otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kammpuan untuk dilatasi dan kontriksi, hal ini dapat terlihat
simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis
mengeluarkan asetilkolin yang brpengaruh pada bronkokontriksi) karena
pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergik dan reseptor
kolinergik.
Simpatis Parasimpatis
Noradrenalin Asetilkolin
Bronkodilatasi Bronkokontriksi
Operasi kecil 7
Fraktur 10
Agitasi 16
Peningkatan konsumsi
Faktor
oksigen (%)
Infeksi berat 60
Trauma dada 20 – 80
Sepsis 50 – 100
Dopamin (5 µg/kg/min) 6
Dobutamin 19
Dressing 10
Pengkajian keperawatan 12
Elektrocardiogram 16
Pemeriksaan fisik 20
Mandi 23
Chest X-Ray 25
Endotracheal suctioning 27
Fisioterapi dada 35
Nasal intubation 25 – 40
Sumber : Mansjoer, A dan Yohanes W.H. George (2008)
5. Penatalaksanaan
a. Terapi Oksigen
1) Definisi
Pemberian terapi oksigen pada pasien bertujuan untuk
mengoreksi hipoksemia (kadar oksigen dalam darah rendah). Saat
ketersediaan oksigen jaringan rendah, kondisi ini disebut dengan
hipoksia. Jika pernapasan eksternal dan internal terganggu, suplemen
oksigen saat penting untuk mempertahankan fungsi selular pasien.
Terapi oksigen memperbaiki hipoksemia, menurunkan kerja
pernapasan, dan mengurangi kerja miokardium. Setiap proses penyakit
yang mengubah pertukaran gas dapat menyebabkan hipoksemia
(Morton, PG dkk, 2012).
Pemberian oksigen melalui kanula nasal dapat menyediakan
oksigen tambahan yang memadai untuk mengatasi kekurangan oksigen
dan sesak napas. Tujuan yang diharapkan pada semua pasien yang
mendapat terapi oksigen adalah nilai saturasi oksigen (SaO2) yang
stabil, pernapasan eupnea, serta mengurangi kecemasan dan sesak
napas. Tujuan tersebut harus dicapai dengan menghantarkan suplemen
oksigen dalam jumlah minimal yang dibutuhkan, sehingga perawat
memantau oksigen pasien secara kontinyu untuk melihat hasil akhir
yang diharapkan serta komplikasi yang muncul. Instruksi yang tepat
dari dokter dan pakar perawat praktik penting untuk mengawali terapi
ini.
Tabel Komplikasi Terapi Oksigen
Komplikasi Terapi Oksigen
1. Henti napas
2. Ketidaknyamanan akibat pengelupasan kulit setelah
pemasangan tali pengikat dan masker.
3. Membran mukosa kering, epistaksis, atau infeksi pada lubang
hidung.
3 28 - 32
4 32 - 36
5 36 - 40
6 40 - 44
7 - 10 60
8 80
9-10 90 – 99
4 Masker Venturi 4 25
4 28
6 31
8 35
8 40
10 50
5 Head box 8 – 10 40
8 O
Inkubator 3–8 Sampai 40
k
Sumber : Morton, PG dkk (2012)
sigen aliran tinggi menyuplai frekuensi aliran yang cukup tinggi untuk
mengakomodasi dua hingga tiga kali volume inspirasi pasien. Perangkat
tersebut sesuai untuk pasien dengan kebutuhan inspirasi dan
metabolisme yang tinggi (Morton, P.G, dkk,2012). Semua perangkat
penghantaran oksigen mengalirkan oksigen dalam kadar yang berbeda.
Pemilihan perangkat didasarkan pada nilai FiO2 yang diharapkan. Jika
dibutuhkan konsentrasi oksigen yang lebih rendah, sistem yang
biasanya dipilih adalah kanula nasal. Kanula dapat digunakan bahkan
bersama alat napas (breather) mulut, sebab oksigen akan mengisi
nasofaring dan masuk bersama proses inspirasi.
3) Macam-macam Terapi Oksigen
Macam-macam terapi oksigen meliputi :
a) Kateter Nasal
Kateter nasal lebih jarang digunakan dari pada nasal kanula, tetapi
bukan berarti kateter nasal tidak digunakan. Prosedur pemasangan
kateter ini meliputi insersi kateter oksigen kedalam hidung sampai
nasofaring.
b) Nasal Kanula
Merupakan peralatan yang sederhana dan nyaman. Kanula nasal
dengan panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah selang
sekali pakai dan diinsersikan ke dalam hidung (gambar 2.3).
Oksigen diberikan melalui nasal kanula dengan kecepatan aliran
dari 2 liter/menit sampai 6 liter/menit. Kecepatan aliran lebih dari
6 liter/menit jarang digunakan karena efek yang ditimbulkannya
menyebabkan mukosa kering dan juga karena jumlah oksigen
yang diberikan relatif sedikit lebih besar.
V. Face Tent
Pemberian oksigen bervariasi dari 21 % sampai 50 %
bergantung pada pernapasan pasien (21 % dihantarkan
dengan kondisi udara terkompresi dan hampir 50%
dihantarkan dengan pengaturan aliran oksigen 10 l/menit).
Udara bercampur dengan aliran oksigen di dalam masker,
menyebabkan hantaran yang bervariasi dengan proses
humidifikasi. Face tent kerap digunakan untuk
humidifikasi dan juga pemberian oksigen pada pasien
yang tidak mempunyai perasaan klaustrofobik akibat
penggunaan masker yang sifatnya lebih tradisional (Potter
& Perry, 2010, Kozier, et al, 2016).
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapatdilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi yaitu:
7. Komplikasi
Obtruksi / sumbatan jalan napas atau gangguan pernapasan dapat mempengaruhi
sistem organ lain terutama sistem kardiovaskuler misalnya aritima dan takikardi.
Selain itu seperti penurunan kesadaran, hipoksia. Cemas dan gelisah
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomorregistrasi, dan diagnosamedis.
b. Riwayatkesehatan
1) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
2) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
3) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
4) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
c. Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
1) Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan
,adanya factor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan oksigen.
2) Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi
oksigenasi karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang
kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan.
3) Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
4) Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih dibutuhkan
oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki
peningkatan aktivitas metabolis metubuh dan kebutuhan oksigen.
5) Polaistirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola
istirahat.
6) Polapersepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
7) Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang
(pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap
diri sendiri (gemuk/ kurus).
8) Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang.
9) Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
10) Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
11) Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi,
adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama
pasien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran: kesadaran menurun
2) TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
3) Head to toe
a) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva
sianosis (karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie (
karena emboli atau endokarditis)
b) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
c) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
d) Dada: Retraksi otot bantun afas, pergerakan tidak simetris
antara dada kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
e) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas
darah arteri dan pemeriksaan diagnostic foto thorak, EKG.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan oksigenasi
adalah:
a. Bersihan jalan nafas tidakefektif berhubungan dengan produksi mucus
banyak.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
3. Rencana Keperawatan