Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

     Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan


fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal (Asmadi, 2008). Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300
cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan
dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan
fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas
mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Hidayat, 2008). Pemberian terapi
O2 dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi masuknya O2dari atmosfir hingga sampai ke tingkat
sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka
perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan
bahaya-bahaya pemberian O2.. Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi
tidak terlepas dari peranan fungsi sisitem pernafasan yang menyuplai kebutuhan
oksigen tubuh. Dalam implementasi mahasiswa keperawatan diharapkan lebih
memahami tentang apa oksigenasi, bagaimana proses keperawatan pada pasien
dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana praktik keperawatan yang mengalami
masalah atau gangguan oksigenasi (Asmadi, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1
2

Bagaimana pengkajian pada dengan masalah oksigenasi ?

1.3 Tujuan

1.      Tujuan umum

          Tujuan dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini untuk


mengetahui masalah kebutuhan dasar manusia khususnya masalah kebutuhan
oksigenasi pada Nn,”T” Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

2.      Tujuan khusus

a.       Mampu melakukan pengkajian pada Nn,”T”.mengenai kebutuhan


oksigenasi. Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

b.      Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny,”T”.mengenai


kebutuhan oksigenasi. Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

c.       Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Nn,”T”.. mengenai


kebutuhan oksigenasi. Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

d.      Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Nn,”T”.mengenai


kebutuhan oksigenasi sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.
Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

e.       Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan Nn,”T”.. mengenai


kebutuhan oksigenasi. Ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan dari Laporan Studi Kasus ini adalah :
1.4.1 Teoritis
Laporan Studi Kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam peningkatan kualitas pelayanan Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar
Manusia dengan masalah Oksigenasi
1.4.2 Praktis
3

1.4.2.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Hasil studi ini dapat membuka wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan dan kesehatan pada umumnya dalam hal ini
berkaitan dengan Kebutuhan Oksigenasi
1.4.2.2 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan tentang ilmu keperawatan khususnya Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan kebutuhan Oksigenasi
1.4.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Kebutuhan Dasar Oksigenasi. meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah
Sakit kepada pasien dengan Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi melalui
Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komphensif.
1.4.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Kebutuhan Dasar Oksigenasi dan Asuhan
Keperawatannya.

BAB II

KONSEP DASAR KEBUTUHAN OKSIGENASI

2.1 Definisi Oksigenasi

            Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia


atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi
4

batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007). Oksigen adalah salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untukmempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh
dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto,
2006).

      2.2 Etiologi

            Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi


timbulnya serangan asma bronkhial, yaitu :

1.      Faktor predisposisi

a.       Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum


diketahui cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.

2.      Faktor presipitasi

a.       Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.

2)      Ingestan, yang masuk melalui mulut.

3)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.

4)      Perubahan cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering


mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

5)      Stress, stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
5

yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami


stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.

6)      Lingkungan kerja,mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya


serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

7)      Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat,sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

     2.3 Manifestasi Klinik

2.3.1      Suara napas tidak normal.

2.3.2      Perubahan jumlah pernapasan.

2.3.3      Batuk disertai dahak.

2.3.4      Penggunaan otot tambahan pernapasan.

2.3.5      Dispnea.

2.3.6      Penurunan haluaran urin.

2.3.7      Penurunan ekspansi paru.

2.3.8      Takhipnea.

     2.4 Patofisiologi

            Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian yaitu menghirup udara


(inp;p’irasi), Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil. Menghembuskan udara
6

(ekspirasi) tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu


gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume
rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih
besar.                                                            Proses pemenuhan oksigen di dalam
tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.

2.4.1      Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam


alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor,
yaitu :

2.4.1.1       Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer, semakin tingginya suatu tempat,


maka tekanan udaranya semakin rendah.

2.4.1.2      Adanya kondisi jalan nafas yang baik.

2.4.1.3 Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk


mengembang di sebut dengan compliance, sedangkan recoil adalah kemampuan
untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.

2.4.2      Difusi, Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler


paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:

2.4.2.1      Luasnya permukaan paru-paru.

2.4.2.2 Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.

2.4.2.3 Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana
O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.

2.4.2.4 Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.

2.4.3      Transportasi Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke


jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
7

2.4.3.1       Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.

2.4.3.2      Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah


secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.

      2.5 Pemeriksaan Penunjang

            Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya


gangguan oksigenasi yaitu:

2.5.1      EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi


transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

2.5.2.      Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi  respond jantung


terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond
miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan
aliran darah koroner.

2.5.3      Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan   oksigenasi ;


pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

      2.6 Komplikasi

2.6.1      Hypoxia merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas


yang diinspirasi ke jaringan.

2.6.2      Hyperventilasi merupakan jumlah udara dalam paru berlebihan.

2.6.3      Hypoventilasi meupakan ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak


mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2dipertahankan dalam aliran darah.
8

2.6.4      Cheyne Stokes merupakan bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari


pernafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea.

2.6.5      Kussmaul’s (hyperventilasi) meupakan peningkatan kecepatan dan


kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.

2.6.6      Apneustic merupakan henti nafas pada gangguan sistem saraf pusat.

2.6.7      Biot’s Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan pasien dengan
gangguan sistem saraf pusat.

2.6.8      Penurunan kesadaran.

2.6.9      Disorientasi

2.6.10   Gelisah dan cemas.

     2.7 Penatalaksanaan

2.7.1      Pemantauan Hemodinamika.

2.7.2      Pengobatan bronkodilator.

2.7.3      Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh

dokter, misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu

pemberian oksigen jika diperlukan.

2.7.4      Penggunaan ventilator mekanik.

2.7.5      Fisoterapi dada.

            

2.8 Definisi Personal Hygiene

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal hygiene merupakan suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya,
kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan kondisi kesehatan, pasien dinyatakan
9

terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Ukuran


kebersihan atau penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan Personal
Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhan
kebutuhan. Perawat dapat memberikan informasi-informasi tentang personal
hygiene yang lebih baik terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara
yang benar dalam melakukan perawatan diri.

2.9 Faktor predisposisi

Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal


hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a.       Citra Tubuh
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada
orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan hygiene.
b.      Praktik sosial.
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka.
c.       Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah pasien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan
kosmetik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini
merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktikkan oleh kelompok sosial
pasien.
d.      Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Pasien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri.
10

Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong pasien untuk


meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan
menguntungkan dalam mengurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seseorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e.       Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi
kesehatan.
f.       Pilihan pribadi
Setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . pasien memilih produk yang
berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g.      Kondisi Fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau
menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.

2.10 Pengkajian Keperawatan

Kaji faktor -faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi

(halusinasi, gangguan proses pikir, kelesuan, ilusi, kurang konsentrasi, kurang

koordinasi dan keseimbangan). Kaji juga faktor risiko yang berhubungan dengan

keadaan pasien (kesadaran menurun, kelemahan fisik, imobilisasi, penggunaan

alat bantu).

2.11 Diagnosa keperawatan

Menurut nanda 2003, diagnosis keperawatan umum untuk pasien dengan


masalah perawatan hygiene adalah Defisit Perawatan Diri. Lebih lanjut diagnosa
tersebut terbagi menjadi empat (kozier, 2004), yaitu :
2.11.1      Defisit perawatan diri : mandi/hygiene
2.11.2      Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
11

2.12 Perencanaan keperawatan

2.12.2 observasi keadaan pasien secara rutin.

2.12.2 Lakukan tindakan personal hygiene

2.12.2 dampingi keluarga pasien dalam melakukan personal hygiene

2.13 Kebutuhan Rasa Nyaman

2.13.1 Definisi rasa nyaman

Definisi/deskripsi kebutuhan aman dan nyaman Potter & Perry, 2006

mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu

kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah

keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam

berespon terhadap suatu ransangan. Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik

dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh

bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja

untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008). Perubahan kenyamanan

adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan

dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, 2006) 2.

Fisiologi sistem/fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman Pada saat

impuls ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak dan

thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
12

stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan

respon fisiologi

a) Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga

keadaan aman dan tentram yang merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas

yang aman merupakan hal yang penting untuk kelangsungan hidup pasien.

(Potter&Perry edisi 4 volume 2, 2006)

b) Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari

ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan

keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada

pasien, perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan

kebutuhan tersebut. (Potter & Perry, 2006).

2.13.2 Etiologi

1. Gangguan kognitif
2. Penurunan motivasi
3. Kendala lingkungan ( ketidak sediaan sarana dan prasarana )
4. Ketidaknyamanan ( perubahan rasa pada kondisi yang baru )
5. Keletihan ( ketidakmampuan untuk bergerak )
6. Nyeri
7. Pos operasi

2.13.3 Manifestasi klinis


 1.   Fisik
a.    Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan.
b.     Hidung kotor telinga juga kotor
c.    Gigi kotor disertai mulut bau
d.   Kuku panjang dan tidak terawatt
e.    Badan kotor dan pakaian kotor
13

f.     Penampilan tidak rapi


2.    Psikologis
a.    Malas, tidak ada inisiatif
b.    Menarik diri, isolasi
c.    Merasa tidak berdaya, rendah diri dan hina

3.      Sosial
a.    Interaksi kurang
b.    Kegiatan kurang
c.    Tidak mampu berperilaku sesuai norma, missal : cara makan berantakan,
buang air besar/kecil sembarangan, tidak dapat mandi/siakt gigi, tidak dapat
berpakaian sendiri

2.13.4 Fisiologi Personal Hygiene

1.  Kulit
Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, baik itu cuaca, polusi, temperatur udara dan sinar matahari.
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu epidermis yang tersusun dari
stratum korneurn, stratum lusidurn, stratum granulosus, stratum germinativum,
dan stratumbasle.Dermis yang terdiri dari kelenjar keringat, Kelenjar minyak,
rambut, Jaringan lemak,ujung saraf dan kapiler darah. Pada kulit terdapat ujung-uj
ung syaraf yang berfungsisebagai reseptor yaitu:
a.      RasaDingin    : Organ dari krause
b.      Rasa Panas    : Organ dari ruffini
c.       Rasa Raba     : Benda-benda dari meissners
d.      Rasa Tekan   : Benda-benda dari pacini
e.      Rasa Nyeri    : Ujung saraf bebas
Fungsi Kulit yaitu:
a.       Melindungi tubuh
b.      Pengaturan suhu tubuh
c.       Indera peraba
d.      Sebagai alat ekresi
14

e.       Pengatur keseimbangan
Masalah-masalah pada kulit
a.       Kulit Kering
b.      Acne
c.       Hirsutism (Pertumbuhan rambut yang abnormal)
d.      Luka lecet
e.       Skin rushes

2.    Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan
mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan
sekitarnya terang atau gelap. Mata yang lebih komplek dipergunakan untuk
memberikan pengertian visual. Mata memiliki berbagai organ seperti
a         Superior rectusmuscle adalah otot mata bagian atas yang berfungsi
menggerakan mata kita keatas.
b        Sclera adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di bagian luar
bola mata.
c         Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna cokelat atau hitam atau
warna biru jika orang Eropa.
d        Lens adalah media refraksi untuk bisa kita melihat.
e         Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita. Kornea tidak
ada pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan
sinar yang masuk ke mata.

f          Arterior Chambers adalah bilik mata depan.


g         Posterior Chambers adalah bilik mata belakang.
h         Conjunctiva adalah lapisan tipis bening yang menghubungkan sklea dan
kornea.
i           Inferior rectusmuscle adalah otot mata bagian bawah.
j          Vitreous Chambers adalah aquos humor yang beruap seperti gel yang
mengisi bola mata kita.
15

k        Retina adalah lapisan yang akan menerima sinar yang di terima oleh mata
kita.
l           Foveacentralis adalah daerah di retina yang paling tinggi resolusinya untuk
mendapatkan sinar yang masuk ke mata.
m       Opticnerve adalah saraf mata yang menghantarkan sinar ke otak untuk di
terjemahkan sebagai penglihatan yang kita lihat saat ini.

3.      Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi aau mengenal
suara dan juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga
terdiri atas 3 bagian, yaitu
a       TelingaLuar
1)      Daun telinga (pinna), dan
2)      Liang telinga (meatusauditoriuseksternus).

b.      Telinga Tengah
1)      Tulang landasan (incus),
2)      Gendang telinga (membran timpani),
3)      Malleus (tulang martil),
4)      Tulang sanggurdi (stapes), dan
5)      Saluran eustachius.

c.       Telinga Dalam
1)       Skala timpani,
2)      Tingkap oval,
3)      Tingkap bulat,
4)      Rumah siput (koklea), dan
5)      Labirin osea.

3.      Hidung
16

Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai
indra pembau. Indra pembau berupa komoreseptor yang terdapat di permukaan
dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
1.      Fungsi Hidung:
a.       Menghangatkan udara
b.      Sebagai penyaring udara yang masuk
c.       Sebagai saluran udara pernapasan
d.      Membunuh kuman-kuman oleh leukosit yang terdapat pada selaput lendir

4.    Mulut dan gigi


Mulut merupakan organ pencernaan yang pertama bertugas dalam proses
perncernaan makanan. Fungsi utama mulut adalah untuk menghancurkan
makanan sehingga ukurannya cukup kecil untuk dapat ditelan ke dalam perut.
Mulut dapat menghaluskan makanan karena di dalam mulut terdapat gigi dan
lidah. Tanpa adanya gigi, manusia akan sulit memakan makanan yang
dimakannya. Gigi tumbuh di dalam lesung pada rahang memiliki jari ngan seperti
pada tulang, tapi gigi bukanlah bagian dari kerangka. Bagian-bagian gigi yaitu:
a.       Mahkota gigi adalah bagian gigi yang tampak dari luar rahang,
b.      Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di dalam procesusal veolaris,
c.       Leher gigi adalah bagian gigi antara puncak gigi dan akar gigi yang
ditutupi olehgusi,
d.      Email : merupakan zat terkeras di dalam tubuh untuk melapisi mahkota,
e.       Dentin : lekukan utama pada ujung gigi, menyerupai tulang,
f.        Sementum : lapisan yang keras di sekelilingi akar, dan
g.       Pulp : jaringan lembut berisi saraf dan pembuluh darah.
Fungsi gigi yaitu:
a.       Mengunyah  : Biasany agigi molar dan geraham
b.      Memotong   : Gigi Insisivus(seri)
c.       Merobek     : Gigi taring ( Caninus 1 premolar)

5.      Genetalia
17

Genetalia merupakan proses menghasilkan individu barudari organisme


sebelumnya. Organisme bereproduksi melalui 2 cara, yaitu dengan reproduksi
aseksual atau vegetatif yang individunya terbentuk tanpa melakukan peleburan sel
kelamin dan dengan reproduksi seksual atau generatif yang individunya terbentuk
karena melibatkan persatuan sel kelamin atau gamet dari 2 individu yang berbeda
jenis kelaminnya.

1.Pria
Alat reproduksi pada pria terdiri atas sepasang testis, saluran kelamin,
kelenjar tambahan dan penis. Testis : kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai
penghasil sperma dan hormon testosteron.
a.    Saluran kelamin
1)      Vasaeferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung sperma untuk
disalurkan ke epidermis berjumlah antara 10 – 20 buah.
2)      Epididimis merupakan saluran berkelok kelok dengan panjang antara 5-6
meter. Saluran ini berfungsi menyimpan sperma untuk sementara (minimal selama
3 minggu).
3)      Vas diferens merupakan saluran lurus dengan panjang sekitar 40 cm.
Saluran ini berfungsi menghubungan epididimis dengan uretra pada penis dan
bagian ujungnya terdapat saluran ejakulasi.
b.      Kelenjar tambahan
1)      Vesika seminaris merupakan  kantong semen (mani) yang dindingnya
menyekresi cairan lendir yang banyak mengandung fruktosa, sedikit asam
askorbat dan asam amino.
2)      Kelenjar prostat merupakan bagian berbentuk bulat yang mengelilingi
bagian pangkal saluran uretra.
3)      Kelenjar cowperi (bulboeretralis) merupakan kelenjar berukuran sebesar
butir kacang yang terletak di bagian proksimal atau pangkal uretra.
18

2.      Wanita
Alat reproduksi pada wanita terdiri atas sepasang ovarium (indung telur)
yang terletak pada rongga perut, saluran telur (oviduk / tuba falopi), uterus atau
rahim, vagina dan organ kelamin bagian luar.
a.       Organ kelamin luar
1)      Kelentit ( klitoris ) struktur yang homolog dengan penis,
2)      Moonpubis merupakan bagian yang ditumbuhi rambut,
3)      Vulva yang terdiri dari labiamayora (bibir besar) dan labia minor (bibir
kecil),
4)      Uretra merupakan saluran kemih,
5)      Lubang vagina merupakan ujung keluar vagina, dan
6)      Fundus merupakan bagian lipatan paha.

2.13.5 Patofisiologi

1. Terjadinya gangguan integritas kulit


2. Memperbesar resiko penyakit lain yang timbul
3. Mengurangi kemampuan sistem imun alami di kulit
4. Dapat menimbulkan terjadinya proses luka akibat tirah baring

2.13.6 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik penting dilakukan agar menegtahui bagian mana dari

tubuh pasin yang mengalami nyeri agar segera mendapatkan penanganan.

2.13.7 Pemeriksaan diagnostik/penunjang

Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui

apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat

menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman seperti :

2.13.7.1 Melakukan pemeriksaan tingkat personal hygiene pasien

2.13.7.2 Mengobservasi keadaan umum pasien

2.13.8 Penatalaksanaan
19

Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang


mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada
daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan
mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut.
Tujuannya adalah membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah
rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan
memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit. Tindakan keperawatan pada
pasien dengan cara membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara teratur.
Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah
gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku
secara sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah
timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku.
20

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian :

3.1.1.      Riwayat Keperawatan

Masalah keperawatan yang pernah dialami

a.       Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.

b.      Pernah mengalami batuk dengan sputum.

c.       Pernah mengalami nyeri dada.

d.      Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.

3.1.2.      Riwayat penyakit pernapasan

a.       apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?

b.      bagaimana frekuensi setiap kejadian?

3.1.3.      Riwayat kardiovaskuler

Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau
peredaran darah.

3.1.4.      Gaya hidup

Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.


21

        3.3 Diagnosa Keperawatan

1.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hyperventilasi.

2.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan


dan suplai oksigen.

3.      Cemas berhubungan dengan perubahan starus kesehatan

      

3.4 Intervensi

3.4.1      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hyperventilasi.

a.        Frekwensi pernapasan rentang normal.

b.       Irama pernapasan teratur.

c.        Kedalaman inspirasi.

d.       Ekspansi dada simetris.

e.        Mudah untuk bernafas.

f.        Tidak ada dispnea.

g.       Tidak terdapat nafas pendek.

Respiratory monitoring

a.       Monitor tingkat, irama kedalaman dan usaha nafas.

b.      Catat pergerakan dada, kesimetrisan.

c.       Monitor kebisingan respirasi.

d.      Palpasi ekpansi dada.

e.       Auskultasi suara nafas.

f.       Membuka jalan napas.

g.      Memberi terapi oksigen.


22

h.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

i.        Monitor pernapasan lewat hidung.

3.4.2      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


kebutuhan dan suplai oksigen.

Activity tolerance

a.       Saturasi oksigen pada saaat beraktivitas dalam batas normal.

b.       Nadi dalam batas normal saat beraktivitas.

c.        Respirasi rate dalam batas normal saat beraktifitas.

d.       Mudah bernafas dalam beraktifitas.

e.       Tekanan siastolik dalam batas normal saat beraktifitas.

f.        Tekanan darah diastolic dalam batas normal saat beraktifitas.

Activity therapy

a.       Kolaburasi dengan dokter & tenaga pendidik.

b.      Bantu untuk memfokuskan apa yang harus pasien lakukan.

c.       Bantu untuk mengelompok kan dan mandapatkan penghasilan dari kegiatan


yang di inginkan.

d.      Intruksikan pasien atau keluarga bagaimana menampilkan keinginan aktivitas


yang di inginkan.

e.       Bantu dengan aktivitas fisik yang biasa di lakukan.

3.4.3      Cemas berhubungan dengan perubahan starus kesehatan.

Anxienty control

a.        Tanda-tanda cemas hilang.

b.       Stimulasi lingkungan ketika cemas hilang.


23

c.       140205 Informasi yang dapat mengurangi cemas

d.      140216 Tidak ada manifestasi prilaku kecemasan

Anxiety reduction  

a.       Gunakan pendekatan yang menyenangkan pasien.

b.      Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur tindakan.

c.       Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress keamanan dan mengurangi rasa
takut.

d.      Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.

e.       Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan ketakutan persepsi.

f.       Instruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi.

g.      Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.

3.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

1.   Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat pendidikan, agama,


pekerjaan, tanggal MRS, No registrasi, dll.
2.   Keluhan utama
3.   Riwayat kesehatan sekarang
4.   Riwayat penyakit terdahulu
5.   Riwayat kesahatan keluarga
6.    Pola persepsi dan manajemen kesehatan
7.    Pola nutrisi-metabolik
8.    Pola eleminasi
9.    Pola aktivitas dan latihan
10.  Pola kognitif dan persepsi
11.  Pola persepsi - konsep diri
12.  Pola tidur dan istirahat
24

13.  Pola peran – hubungan


14.  Pola seksual – reproduksi
15.  Pola toleransi stress – koping
16.  Pola nilai – kepercayaan
17.  Riwayat keperawatan
a.       Faktor yang mempengaruhi personal hygine
b.      Pola kebersihan tubuh
c.       Kebiasaan personal hygine (mandi, oral care, perawatan kuku dan kaki,
perawatan rambut, mata, hidung dan telinga.
18.  Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan Umum
b.      Tanda-tanda Vital
c.       Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit, mulut,
hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut akibat terapi.
d.      Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kondisi lesi.
e.       Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung,
telinga,  kuku,kaki, dan rambut : warna, tekstur, turgon.
19.  Data
DS (data subyektif) :
a.       Malas  beraktivitas
b.      Intraksi kurang
c.       Kegiatan kurang
d.      Pasien merasa lemah.
DO (data obyektif) :
a.       Badan dan pakaian kotor
b.      Rambut kotor
c.       Mulut dan gigi bau
d.      Kulit kusam dan kotor
e.       Kuku kotor

3.5 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


25

Diagnosa Keperawatan yang mungkin akan muncul


Diagnosa keperawatan umum untuk pasien dengan masalah personal
hygiene adalah defisit perawatan diri. Diagnosa tersebut dibagi menjadi 4 yaitu:
a.       Defisit perawatan diri : maka
Kemungkinan berhubungan dengan:
1)      Gangguan kognitif
2)      Penurunan motivasi
3)      Kendala lingkungan
4)      Ketidaknyamanan
Ditandai dengan:
1)      Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukan kemulut
2)      Ketidakmampuan mengunyah makanan
3)      Ketidakmampuan menghabiskan makanan
4)      Ketidakmampuan menelan makan
29

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian Keperawatan


Nama Mahasiswa : Dody Hartawan
NIM : 2019.NS.07.044
Ruang Praktek : ICU
Tanggal Praktek : 6 Oktober 2019
Tanggal & Jam Pengkajian : 6 Oktober 2019 jam 07.30 WIB
3.1.1. Identitas Pasien
Nama Nn. T, Umur 17 Tahun, Jenis Kelamin Perempuan, Suku/Bangsa
Dayak/Indonesia, Agama Kristen Protestan, Pekerjaan Masih SMA, sekolah
Status Perkawinan Belum Kawin, Alamat Antang Kalang, Tgl MRS 2 Oktober
2019, Diagnosa medis DHF
3.1.2. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
3.1.2.1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan, “Napas saya terasa sesak”.
3.1.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pada tanggal 29 september 2019 pasien dibawa ke rumah sakit Buntok
untuk dilakukan pemeriksaan. Setelah di diagnosa DHF pasien lansung di
rawat di rumah sakit buntok selam 2 hari. Karena fasilitas dan obat yang
kurang memadai pasien dirujuk ke RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya.
Lalu pasien masuk IGD dan diberikan terapi infus RL + 2 Ampul
Aminophilin. Setelah itu pasien di pindahkan keruangan ICU untuk
dilakukan pemantauan dan terapi lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menular dan pasien
tidak pernah menjalani operasi sebelumnya`

29
30

3.1.2.3. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan, keluarga tidak memiliki penyakit menurun.

3.1.2.4. Genogram Keluarga 3 Generasi

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan

: Pasien (Nn. T)
: Tinggal serumah
: Meninggal
: Garis keturunan

3.1.3. PEMERIKASAAN FISIK


3.1.3.1. Keadaan Umum:
Saat pengkajian pasien hanya berbaring di tempat tidur dan pasien
terpasang infus RL 500 cc + Drip 2 Ampul Aminophilin di tangan kiri, pasien
terpasang kateter, pasien terpasang oksigen nasal canul 4-5 liter pasien dan
mengguanakan selimut.
3.2.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah tenang, bentuk badan
kurus, suasana hati baik, berbicara lancar, penampilan cukup rapi, fungsi kognitif
orientasi waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi
orang pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi
31

tempat pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik,
mekanisme pertahanan diri adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 120/90 mmHg,
Nadi 80x/menit, pernapasan 30 x/menit dan suhu 36,5 0C.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidak nyeri dada, type
pernafasan dada dan perut, irama pernafasan teratur, suara nafas tambahan tidak
ada dan pernapasan 30 x/menit dan Spo2 98%, irama pernafasan vesikuler.
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Pasien tidak merasa pusing, tidak ada nyeri dada, pasien tidak ada merasa
kepala sakit dan tidak ada pembengkakan pada ekstrimitas. Pasien tidak
mengalami clubing finger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat,
capillary refill < 2 detik, tidak terdapat oedema ada asites, ictus cordis tidak
terlihat, tidak terjadi peningkatan vena jugularis dan suara jantung normal.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E: 4 (dengan spontan membuka mata), V: 5 (orientasi baik),
M 6 (bergerak sesuai perintah) dan total Nilai GCS: 15 (Comphos Mentis),
kesadaran Nn. T comphosmentis, pupil Nn. T isokor tidak ada kelainan, reflex
cahaya kanan dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Penilaian fungsi saraf kranial: syaraf kranial I (olfaktoris): pada
pemeriksaan ini menggunakan kopi, Pasien dapat mencium bau kopi. Syaraf
kranial II (optikus): Pasien mampu melihat orang-orang disekitarnya dengan baik.
Syaraf Kranial III (okulomotorius): Pasien mampu membuka mata dan menutup
mata. Syaraf kranial IV (trochlear): pasien mampu menggerakaan bola mata
dengan baik. Syaraf kranial V (trigeminus): pasien dapat merasakan sentuhan.
Syaraf VI (abdusen): pasien mampu melihat ke segala arah. Syaraf kranial VII
(fasialis): pasien mampu menggerutkan dahi. Syaraf kranial VIII
(vestibulokokhlearis): pasien mampu mendengar dengan baik. Syaraf kranial IX
(glosofaringeus):reflek menelan pasien menurun. Syaraf kranial X (vagus): fungsi
menelan menurun. Syaraf kranial XI (assesorius): pasien mampu menggerakan
32

kepala dan bahu. Syaraf kranial XII (hipoglosus): pasien mampu menggerakkan
lidahnya dengan baik.
Uji Koordinasi: Ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif. Uji
kestabilan tubuh Nn. T Refleks kanan dan kiri positif tidak ada yang mengalami
kekakuan, uji sensasi Nn. T tidak di kaji.
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder) :
Pada pemeriksaan sistem eliminasi urin (bladder) ditemukan hasil yaitu,
produksi urine dengan output urine ± 5x/hari, sekitar 1500 cc/ 24 jam warna urine
kuning jernih dan bau khas (amoniak).
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :
Pada pemeriksaan eliminasi alvi (bowel) ditemukan hasil yaitu, bibir
lembab, gigi tidak lengkap dan tidak terdapat caries, tidak ada peradangan dan
kemerahan pada gusi, tidak ada peradangan dan lesi pada lidah, mukosa bibir
lembab, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak terdapat benjolan pada rektum,
tidak terdapat hemoroid, belum BAB selama 1 hari setelah operasi bising usus
menurun (10X/m), urine 500 ml 1x12 jam, warna kuning teh, bau amoniak.
Keluhan lainnya pasien merasa kurang nyaman memakai kateter. Masalah
keperawatan: Gangguan eliminasi urine.
3.1.3.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone):
Pada pemeriksaan tulang, otot, dan integumen (bone) ditemukan hasil yaitu,
kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parises, tidak ada nyeri, tidak ada
kakuan, serta ukuran otot simetris, tulang belakang normal dan uji kekuatan otot
ekstremitas atas 5555 5555 dan ekstremitas bawah 5555 5555 , tidak ada
deformitas, tidak ada peradangan, ada perlukaan pada perut kanan bawah dan
tidak ada patah tulang.
Masalah Keperawatan: tidak ada

3.1.3.10.Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak ada mengalami alergi obat, alergi makanan.
Suhu kulit Nn. T hangat, warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit
cukup,tekstur tidak kasar, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus,
33

distribusi rambut merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada
masalah keperawatan.
3.1.3.11.Sistem Penginderaan :
1. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan Nn. T berkurang, gerakan bola mata normal, skera
normal/putih, konjungtiva merah muda, kornea bening, tidak ada keluhan dan
nyeri yang di rasakan pasien, pasien juga tidak menggunakan alat bantu atau
kacamata.
2. Telinga / Pendengaran:
Fungsi pendengaran Nn. T baik
3. Hidung/penciuman
Fungsi penciuman pasien baik, hidung simetris tidak ada peradangan
maupun kelainanan yang di alami pasien.
3.1.3.12.Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
3.1.3.13. Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak ada mengalami kemerahan, ada gatal-gatal, ada gangguan
pada uretra, glan penis tampak kotor, kebersihan kurang, Masalah Keperawatan:
Pasien merasa kurang nyaman pada area kemaluan dan gatal-gatal.
3.1.4. POLA FUNGSI KESEHATAN
3.1.4.1.Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien mengatakan apakah penyakitnya akan segera sembuh dan pasien
ingin cepat sembuh.

3.1.4.2.Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan 152 cm, berat badan sebelum sakit 45 kg, berat badan saat
sakit 45 kg. Diet TKTP, tidak ada Mual, tidak ada kesukaran menelan. Keluhan
lainnnya: Tidak ada
34

Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit


hari
Frekuensi/hari 3xsehari 3x sehari
Porsi Sedang Sedang
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan nasi, sayur, lauk Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh, kopi
Jumlah minuman/cc/24 500 CC/ 24 jam 600 cc/ 24 jam
jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, dan sore Pagi, siang, dan sore
Keluhan/masalah Mesih merasa kurang Tidak ada keluhan
enak saat makan
Table 3.1 Pola Makan Sehari-hari Nn. T di Ruang ICU
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4.3. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 7-8 jam sedangkan
Saat sakit pasien tidur 6-7 jam Masalah keperawatan: tidak ada masalah
3.1.4.4. Kognitif :
Baik, pasien mengetahui apa yang sedang dialami. Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
3.1.4.5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Gambaran diri: Pasien dibantu aktivitasnya dank lien mengalahkan peran
sesuai semestinya. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4.6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien bisa mandi sendiri. Saat sakit pasien hanya di
mandikan saat pagi hari. Masalah keperawatan: defisit perawatan diri
3.1.4.7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien dapat berdiskusi dengan keluarga dan perawat : Tidak ada masalah
keperawatan
3.1.4.8. Nilai-Pola Keyakinan
Kien mengatakan tidak ada pantangan dalam pengobatan. Masalah
Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.1.5. SOSIAL - SPIRITUAL
3.1.5.1. Kemampuan berkomunikasi, Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
3.1.5.2. Bahasa sehari-hari, Pasien mengatakan sehari-hari pasien menggunakan
bahasa dayak/indonesia
35

3.1.5.3. Hubungan dengan keluarga, Baik, dilihat dari perhatian keluarga dengan
pasien
3.1.5.4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain, Pasien dapat
berinteraksi dengan baik dan bekerja sama pada orang lain, baik itu dengan
lingkungan sekitar maupun dengan perawat dan dokter.
3.1.5.5. Orang berarti/terdekat, keluarga
3.1.5.6. Kebiasaan menggunakan waktu luang, sekolah
3.1.5.7. Kegiatan beribadah, Pasien berdoa di tempat tidur

3.1.6. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
Tanggal pemeriksaan: 3 oktober 2019
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 7.07 4.50-11.00
RBC 4.44 4.00-6.00
HBG 11.9 10.5-18.0
HCT 36,5 37.0-48.0
PLT 314 150-400

Tabel 3.2 Data Penunjang Nn. T


36

3.1.7. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tanggal 6 Oktober 2019

No Nama Obat Dosis


1. Infus RL + Drip 2 Amp Aminophilin 20tpm
Indikasi : RL ( Ringer Laktat ) adalah cairan infus
yang biasa digunakan pada pasien dewasa dan anak –
anak sebagai sumber elektrolit dan air untuk dehidrasi
sedangkan Aminophilin adalah obat yang digunakan
untuk mengobati berbagai gangguan pernafasan.
2. Inj. Cefriaxone 2x1gram IV
Indikasi : obat yang digunakan untuk mengatasi
berbagai infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh
bakteri dalam tubuh
3. Inj. Meropenem 1 gram / 8 jam IV
Indikasi : Antibiotik yang digunakan untuk menangaini
berbagai kondisi akiubat adanya infeksi bakteri. Obat
ini bekerja dengan cara mencegah pertumbuhan bakteri
dan membunuh penyebab infeksi tersebut.
4. Sambutamol 3x2 gram Oral
Indikasi : obat yang dapat melebarkan saluran udara
pada paru –paru. Obat ini bekerja dengan cara
melemaskan otot- otot di sekitar saluran pernafasan
yang menyempit sehingga udara dapat mengalir lebih
lancar ke dalam paru – paru
5 Sucralfat sirup 3x10 ml Oral
Indikasi : obat untuk mengobati dan mencegah tukak
lambung serta ulkus duodenum. Obat ini juga dapat
digunakan untuk mengatasi peradangan pada lambung
dan mencegah perdarahan saluran cerna.

Palangka Raya, 6 Oktober 2019

Mahasiswa

( Dody Hartawan )
37

3.2. ANALISIS DATA


DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: Pasien mengatakan, Peningkatan Fermeabilitas Pola Nafas Tidak
“ Napas saya sesak ’’
paru Efektif
DO:
- Respirasi 30
-31x/menit
Sesak, dipnea, O2
- Pasien terpasang infus
RL + drip Aminophilin terganggu
2 ampul
- Pasien terpasang
selang oksigen nasal Ketidak efektifan pola
canul 5 liter
nafas
- Spo2 98%
- Irama pernafasan
vesikuler

DS: - Status kesehatan menurun Defisit keperawatan


DO: Diri
- Pasien tampak kusam Mobilitas fisik
- Pasien belum bisa
mandi sendiri Ketidak mampuan
- Sprei tempat tidur melakukan personal
pasien belum diganti hygiene secara mandiri

Defisit Keperawatan diri

PRIORITAS MASALAH
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan
Fermeabilitas paru ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas
2. Defisit Keperawatan diri berhubungan dengan status kesehatan yang
menurun ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan personal
hygiene secara mandiri
38

3.3. RENCANA KEPERAWATAN


Nama Pasien : Nn.T
Ruang Rawat : ICU
Dx 1
Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil)
Ketidak efektifan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda – 1. Memantau keadaan
pola nafas tindakan tanda vital umum pasien
berhubungan keperawatan 1x7 2. Berikan posisi 2. Posisi yang
jam di harapkan yang nyaman nyaman dapat
dengan peningkatan
masalah teratasi Semi fowler mengurangi sesak
Fermeabilitas paru dengan kriteria 3. Kolaborasi dengan pada pasien
ditandai dengan hasil: tim medis dalam 3. Memberikan terapi
pasien mengeluh 1. Sesak pasien memberikan yang tepat dapat
sesak nafas mulai berkurang oksigen nasal mempercepat
2. Oksigenasi canul 4-5 liter kesembuhan pasien
terpenuhi
3. Respirasi dalam
batas normal 16
-20x/menit

38
39

Nama Pasien : Nn.T


Ruang Rawat : ICU
Dx 2
Diagnosa Tujuan (Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan hasil)
Defisit Setelah dilakukan 1. jelaskan cara 1. Personal hygiene
Keperawatan diri tindakan personal hygiene yang benar membuat
berhubungan keperawatan 1x7 yang benar pasien merasa bersih
kepada keluarga dan nyaman
dengan status masalah pasien
pasien
kesehatan yang teratasi dengan
2. Bed Making 2. Memberikan
menurun ditandai kriteria hasil: dengan pasien kenyaman untuk
dengan pasien - Pasien terlihat
diatas bed. pasien
bersih
tidak mampu
- Baju dan tempat
melakukan tidur pasien
personal hygiene terlihat bersih
secara mandiri dan rapi

39
40

3.4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien: Nn.T
Ruang Rawat: ICU
Diagnosa 1
Tanda
Hari/Tanggal, tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat
Rabu, 6 November S: Pasien mengatakan,
2019 1. Memonitor tanda – “ Sesak saya sudah
Jam 07.30 WIB tanda vital mulai berkurang”
Jam 09.30 2. memberikan posisi O:- pasien tampak
yang nyaman Semi tenang
fowler - pasien terlihat
3. Melakukan nyaman dengan
Kolaborasi dengan posisi semi fowler
tim medis dalam -Pasien terpasang
memberikan oksigen selang oksigen
nasal canul 4-5 liter nasal canul 4-5 liter
- Spo2 98%
A: masalah teratasi
sebagian

P: Lanjutkan intervensi

40
41

Nama Pasien : Nn.T


Ruang Rawat : ICU
Diagnosa 2
Tanda
Hari/Tanggal, tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat
Rabu, 6 November S: pasien mengatakan,
2019 1. Menjelaskan cara “saya merasa nyaman ”
Jam 07.30 WIB personal hygiene O:
yang benar kepada - Keluarga mengerti cara
Jam 08.30 WIB keluarga pasien personal hygiene
2. Melakukan Bed yang benar
Making dengan - Bed pasien terlihat
pasien diatas bed. bersih dan rapi dari
sebelumnya
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

41
42

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yag diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa kesimpulan yaitu :
5.1.1 Proses Keperawatan
1) Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus Nn. T terdapat tanda dan gejala dan
pasien mengalami gangguan kebutuhan Oksigenasi.
a. Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus Nn. T semuanya berjumlah 2
(dua) diagnosa yaitu : Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan
peningkatan Fermeabilitas paru ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas
b. Defisit Keperawatan diri berhubungan dengan status kesehatan yang menurun
ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan personal hygiene secara
mandiri .
2) Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual dengan rasional
tindakan yang mendasarinya, semua disusun bedasarkan perbandingan teori dengan
kondisi yang di alami pasien dengan masalah Ketidak efektifan pola nafas. Fokus utama
dalam kasus ini adalah penanganan pemenuhan kebutuhan dasar Oksigenasi, dan
diagnosa yang lainnya di urutkan berdasarkan prioritas.
3) Tindakan keperawatan pada Nn. T mengikuti perencanaan yang telah disusun
sebelumnya.
4) Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan pada Nn. T terlihat
adanya perbaikan yang positif selama perawatan yang dilaksanakan.

5.1.2 Faktor pendukung dan penghambat


Dalam pelaksanaan asuhan keperawtan pada Nn. T terdapat faktor pendukung
berupa : alat – alat keperawatan dari pihak rumah sakit yang sangat membantu dalam
pelaksanaan studi kasus dan adanya kerjasama serta respon yang baik yang ditunjukkan oleh
pasien dan keluarga terhadap tindakan yang teah dilakukan, literatur yang cukup memadai di
Perpustakaan Stikes Eka Harap Palangka Raya, kerjasama yang baik dalam penatalaksanaan
keperawatan pada pasien, baik dengan pasien maupun keluarga sendiri maupun dengan
petugas kesehatan lainnya dan bimbingan akademik.
Faktor penghambat yang ada ialah : rentang proses pembuatan laporan studi kasus
yang dalam rentansg waktu yang sangat singkat, kurangnya pengetahuan tentang cara
penulisan studi kasus yang baik dan benar.

42
43

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah :
1) Bagi tenaga keperawatan :
Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan pengetahuan secara
individu oleh perawat.
2) Bagi institusi Rumah Sakit
Pengembangan sarana dan pra sarana kesehatan dan standart acuan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan Gangguan kebutuhan Dasar Oksigenasi.
3) Bagi institusi Pendidikan
Lebih memaksimalkan metode pembelajarn yang membina respon kritis mahasiswa
dalam menetapkan masalah keperawatan yang sering ditemui dilahan praktek, sehingga
kemampuan analisa mahasiswa lebih baik.
4) Bagi perkembangan IPTEK
Studi kasus ini dapat mendorong adanya pengembangan – pengembangan lebih lanjut
terutama penelitian yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dengan masalah
Defisit Keperawatan Diri.

43
44

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,dkk. 2011. Jakarta : MediAction


Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
& Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Ediai 3. Jakarta:
Salemba Medika
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses           Keperawatan.
Edisi 4. : Jakarta: Salemba Medika.

Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-  2011.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC :

Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4. United


States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2004. Nursing Out Comes (NOC).


United            States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.

Brunner &Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:. EGC.

Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal      Keperwatan


Rufaidah Sumatera Utara Volume 1.

Muttaqin. 2005. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan


Pernafasan.         Jakarta:Salemba Medika.

44

Anda mungkin juga menyukai