Anda di halaman 1dari 16

EVIDENCE BASED PRACTICE

PENGARUH TERAPI GENGGAM JARI TERHADAP INTENSITAS


NYERI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDIKTOMI

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh :
Zelika Gusrita Zahra 222FK04019

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS


BHAKTI KENCANA
2023

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Salah satu penyakit yang terganggu kebutuhan nyamannya adalah Klien post operasi
apendiktomi. Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur baik laki-
laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan
merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. pola konsumsi pada masyarakat di
indonesia dipengaruhi oleh perkembangan jumlah dan jenis makanan. Masyarakat dengan
kesibukan bekerja atau berkegiatan yang dilakukan setiap hari meyebabkan mereka tidak
memiliki banyak waktu untuk memasak makanan sendiri.
Post Operasi apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan
pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi. Kondisi post operasi dimulai saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Pasien yang telah
menjalani pembedahan dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan post pembedahan
(memperoleh istirahat dan kenyamanan) Aktivitas keperawatan post operasi berfokus pada
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan. Peran perawat yang mendukung
proses kesembuhan pasien yaitu dengan memberikan dorongan kepada pasien untuk melakukan
mobilisasi setelah operasi. Mobilisasi penting dilakukan karena selain mempercepat proses
kesembuhan juga mencegah komplikasi yang mungkin muncul.
World Health Organization (WHO) menyebutkan insiden appendicitisdi dunia tahun
2012 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia (Ambarwati, 2017) . Di Asia
insidensi appendisitis pada tahun 2013 adalah 4,8% penduduk dari total populasi. Sedangkan dari
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia pada tahun 2013 jumlah penderita
appendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2014 sebesar
596.132 orang (Soewito, 2017).
Kejadian apendektomi yang cukup tinggi, sekitar 40.000 orang dilaporkan masuk rumah
sakit di Inggris karena apendisitis (Ruber, 2018). Di Indonesia, angka kejadian apendisitis
dilaporkan sebesar 95 per 1000 penduduk dengan jumlah kasus mencapai 10 juta setiap tahunnya
dan merupakan kejadian tertinggi di ASEAN (Padmi &Widarsa, 2017).
Selama praktik klinik peneliti memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
melaksanakan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan (care provider), peneliti dan
pembaharu. Peran perawat dalam pemberi asuhan keperawatan adalah dengan melakukan
intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi. Pelaksanaan peran perawat sebagai peneliti
diantaranya adalah penulis menerapkan intervensi keperawatan yang didasarkan pada hasil
penelitian atau berdasarkan pembuktian (evidence based) dan melaksanakan peran pembaharu
dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan sistem
Gastrointestinal.
Teknik relaksasi genggam jari merupakan tindakan sederhana untuk mengontrol dan
mengembangkan tingkat emosional pada diri. Pada setiap jari-jari yang terhubung dengan
berbagai organ terdapat saluran atau meridian energi. Kondisi relaksasi alamiah akan memicu
pengeluaran hormon endorfin atau hormon analgesik alami yang berada di tubuh sehingga
menjadikan nyeri berkurang (R. A. Wati et al., 2020).
Peneliti tertarik pada penelitian ini dikarenakan terdapat pasien di ruang PICU yang telah
melakukan operasi apendektomi dan terus menerus mengeluh nyeri pada bagian bekas
operasinya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada Pengaruh Terapi Genggam Jari
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ini apakah ada Pengaruh Terapi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi ?
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Appendiktomi

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Keperawatan PICU
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pengaruh Terapi Genggam Jari
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi
2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung
Untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberianTerapi Genggam
Jari Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi
3. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung
Untuk hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah keperawatan PICU
dan sebagai sumber bahan bacaan yang berhubungan dengan Terapi Genggam Jari Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi

BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori Apendiktomi


a. Definisi
Menurut Smeltzer (2008, dalam Arief 2020), bedah digestif adalah pembedahan
dinding abdomen, saluran pencernaan (gastrointestinal) dan organ aksesori yang melibatkan
banyak sistem tubuh. Organ yang tercakup dalam pembedahan dinding abdomen dan saluran
pencernaan adalah organ aksesori misalnya limfa, pankreas, hati, kandung empedu dan duktus
serta struktur penunjang di abdomen. Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat
apendiks, pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Hal ini
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Pilihan apendiktomi dapat cito
(segera) untuk apendisitis akut, abses, dan perforasi. Pilihan apendiktomi efektif untuk
apendisitis kronik (Lubis, 2019).
Post Apendiks memiliki panjang bervariasi sekitar 6 hingga 9 cm. Obstruksi lumen
yang terjadi mendukung perkembangan bakteri dan sekresi mukus sehingga menyebabkan
distensi lumen dan peningkatan tekanan dinding lumen. Tekanan yang meningkat akan
menghambat aliran limfe sehingga menimbulkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat tersebut, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri periumbilikal.
(Wibosono. E.W Saditya W.,2014).

b. Etiologi
Pembedahan apendiktomi menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan nyeri,
kerusakan tersebut mempengaruhi sensitivitas ujung- ujung saraf, adanya hal ini menstimulus
jaringan untuk aktivasi pelepasan zat-zat kimia, hal ini merupakan penyebab munculnya nyeri
terutama nyeri post operasi apendiktomi (Potter & Perry, 2015).

c. Manifestasi Klinis
Apendiktomi Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post operasi abdomen menurut
Dermawan (2010, dalam Mugitarini 2014) yaitu, nyeri kram pada perut yang terasa seperti
gelombang dan bersifat kolik. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi
fekal dan tidak dapat flatus (sering muncul). Muntahbiasanya disebabkan adanya penyumbatan
lumen apendiks yang dapat diakibatkan oleh fekalit/atau apendikolit, hiperplasia limfoid, benda
asing, parasit, mioplasma atau striktur karena fibrosir akibat peradangan sebelumnya.
Klien yang dilakukan tindakan apendiktomi akan muncul berbagai manifestasi klinis
antara lain:
a. Mual dan muntah
b. Perubahan tanda-tanda vital
c. Nafsu makan menurun
d. Nyeri tekan pada luka operasi
e. Gangguan integritas kulit
f. Kelelahan dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri

d. Patofisiolog
Apendiktomi merupakan suatu pembedahan yang di lakukan untuk mengangkat apendiks.
Pembedahan adalah pengobatan dengan menggunakan cara invansif atau menampilkan
beberapa bagian dari tubuh yang akan operasi.

2.2 Konsep Nyeri


a. Definisi Nyeri
IASP International Association for the Study of Pain mendefinisikan
nyeri merupakan suatu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri akut merupakan pengalaman
sensorik yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dengan onset mendadak dan
berintensitas ringan hingga berat dan berlangsung kurang dari tiga bulan ( Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016 ).

b. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dapat di bagi menjadi dua, yaitu nyeri
akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri akut
Nyeri akut ialah nyeri yang terjadi dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari 6 bulan.
Nyeri akut tidak di atasi secara cepat mempunyai efek yang dapat membahayakan karena
dapat mempengaruhi system dari pulmonary, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal,
sistem, serta sistem imonulogik
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri yang berlangsung dlam kurun waku 6 bulan. Nyeri kronik ini
dapat berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan. Nyeri ini biasanya sering di
kaitkan dengan kerusakan jaringan.

c. Patofisiologi
Apendiktomi merupakan suatu pembedahan yang di lakukan untuk mengangkat
apendiks. Pembedahan adalah pengobatan dengan menggunakan cara invansif atau
menampilkan beberapa bagian dari tubuh yang akan operasi.
d. Manifestasi Klinik
PPNI tahun (2016), merancang manifestasi klinis untuk pasien dengan nyeri akut
yaitu, nyeri, meringis, dan bersikap protektif, (seperti, waspada, posisi menghindari nyeri),
gelisah, cemas, frekuensi nadi akan meningkat, sulit tidur dan mempertahankan tidur, tekanan
darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis.

e. Factor yang Mempengaruhi Nyeri


1. Etnik dan nilai budaya
Kebudayaan yang ada yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah.
Kebudayaan cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup (intovert). Sosialisasi budaya
akan sangat menentukan perilaku psikologis seseorang.
2. Tahap perkembangan
Usia dan tahap dari perkembangan seseorang adalah sesuatu yang amat penting yang akan
mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri.
3. Lingkungan dan individu pendukung
Lingkungan asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi di
lingkungan tersebut akan dapat memperberat nyeri.
4. Ansietas dan stress
Ansietas sering kali menyertai kejadian nyeri yang terjadi. Ketidakmampuan seorang untuk
mengatasi nyeri atau kejadian di sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Lain hal nya
pada individu yang yakin bahwa dia mampu mengatasi nyeri yang mereka rasakan

2.3 Konsep Terapi Teknik Genggam Jari


a. Definisi
Teknik genggam jari merupakan teknik relaksasi sederhana yang mudah dilakukan oleh
siapapun yang berhubungan dengan aliran tubuh manusia dan dapat mengurangi rasa nyeri ada 2
jenis penatalaksanaan apendiktomi yaitu dengan pengobatan farmakologi (obat-obatan) dan terapi
non farmakologi (tanpa obat). Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilaksanakan yaitu
teknik relaksasi genggam jari. Teknik relaksasi genggam jari merupakan tindakan sederhana
untuk mengontrol dan mengembangkan tingkat emosional pada diri. Pada setiap jari-jari yang
terhubung dengan berbagai organ terdapat saluran atau meridian energi. Kondisi relaksasi
alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorfin atau hormon analgesik alami yang berada di
tubuh sehingga menjadikan nyeri berkurang (R. A. Wati et al., 2020).
Menurut penelitian (Hayat et al., 2020) tentang “Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Nyeri Pasien Post Op Appendiktomi di Ruang Irna III RSUD P3 Gerung Tahun
2019”, pada kelompok perlakuan didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 < α 0,05 dengan
kesimpulan nyeri yang dirasakan sebagian besar responden sebelum diberikan teknik relaksasi
genggam jari sebanyak 17 orang (89,5%) dan setelah dilakukannya relaksasi genggam jari tidak
nyeri sebanyak 8 orang (42,1%).
Penurunan tingkat nyeri tersebut dikarenakan bahwa teknik relaksasi genggam jari merupakan
salah satu teknik relaksasi yang menggunakan jari tangan yang membuat responden mengalami
penuruan nyeri sesudah dilakukanya, karena teknik ini memberikan suatu tindakan untuk
membebaskan mental dan fisik dari ketegangan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri (Hasaini, 2020).
Teknik relaksasi genggam jari yaitu melibatkan genggaman jari dan pengaturan nafas atau
nafas dalam. Pada setiap anggota tubuh terdapat aliran energi, dan pada genggaman jari ini aliran
energi dipersepsikan sebagai stimulus untuk rileks. Stimulus ini mengaktifkan transmisi serabut
saraf A- beta yang lebih besar dan cepat, menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan
delta-A yang berdiameter lebih kecil, proses ini menghambat stimulus nyeri. Jika tidak ada
informasi nyeri yang disampaikan ke otak, maka tidak ada nyeri yang dirasakan. Dengan
pengaturan nafas melalui genggaman jari, ketegangan serta kecemasan pasien dapat dikontrol,
pasien akan merasa lebih santai dan rileks yang selanjutnya akan menimbulkan tingkat
kenyamanan yang lebih baik sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Perlakuan relaksasi
genggam jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non
nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang” tertutup sehingga
stimulus nyeri terhambat dan berkurang (Pinandita., et al. 2012).

b. Tujuan
1. Mengurangi nyeri, takut dan cemas
2. Mengurangi perasaan panik, takut dan terancam
3. memberikan perasaan yang nyaman bagi tubuh
4. menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi
5. melancarkan aliran dalam darah

c. Prosedur pelaksanaan
Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan dan mempraktikan teknik relaksasi
genggam jari yaitu ± 3 menit. Pasien diminta mempraktikan teknik relaksasi genggam jari selama
5 menit, dapat diulang sebanyak 3 kali. Teknik relaksasi genggam jari dapat dilakukan setelah
kegawatan pada pasien teratasi.
Pelaksanaan teknik relaksasi genggam jari:
1. Persiapkan pasien dalam posisi yang nyaman
2. Siapkan lingkungan yang tenang
3. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan
4. Perawat meminta pasien untuk merilekskan pikiran kemudian motivasi pasien
5. elaskan rasional dan keuntungan dari teknik relaksasi genggam jari
6. Cuci tangan dan observasi tindakan prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai,
berikan privasi, bantu pasien keposisi yang nyaman atau posisi bersandar dan meminta pasien
untuk bersikap tenang
7. Minta pasien menarik napas secara perlahan-lahan untuk merilekskanotot sambil mmjamkan
mata
8. Pegang jari dimulai da ibu jari selama 2-3 menit, bisa menggunakan tangan mana saja lanjut
ke jari selanjutnya sampai selsai.
9. Anjurkan asien untuk menarik napas secara lembut
10. Minta pasien untuk menghembuskan napas secara perlahan dan teratur
11. Anjurkan pasien menarik napas, hiruplah bersama perasaan tenang damai dan beerpikirlah ntk
mendapatkan kesembuhan
12. Minta pasien untuk mengkambuskan napas, hembuskanlah secara perlahan sambil
melepaskan perasaan dan masalah yang mengganggu pikiran dan bayangkan emosi yang
mengganggu tersebut keluar dari pikiran
13. Motivasi pasien untuk mempraktekkan kembali teknik relaksasi genggam jari
14. Dokumentasi respon pasien

BAB III
EVIDENCE BASED PRACTICE

3.1 Step 0 : Cultive a Sprit Of Inguiry

1. Bagaimana Pengaruh Terapi Genggam Jari Pada Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien
Post Operasi

3.2 Step 1 : Ask Clinical Question In PICOT

P : Skala nyeri pada pasien post operasi


I : Terapi genggam jari
C: Tidak ada pembanding atau intervensi lain
O : Keberhasilan dari penerapan terapi genggam jari terhadap penurunan skala nyeri
T : Tidak ada

3.3 Step 2 : Search For The Best Evidence


Dari PICOT tersebut kami melakukan pengumpulan bukti – bukti dengan pencarian
jurnal secara online melalui situs google scholar (Google Cendekia ) dengan menggunakan kata
kunci “Terapi Genggam Jari Pada Pasien Post Operasi” kami menemukan 244 jurnal terkait
terapi yang saya inginkan sesuai dengan kriteria inklusi. Namun hanya 3 jurnal saja yang saya
pilih. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi yaitu sebagai berikut : Kriteria inklusi :
1. Jurnal yang dipublikasikan dalam rentang waktu 2017 – 2022
2. Berbahasa Indonesia
3. Jurnal yang dipilih adalah jurnal yang membahas
4. Populasi sampel adalah pasien apendisitis
5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1) Jurnal yang membahas tentang Terapi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri
2) Jurnal yang membahas tentang Terapi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post Appendiktomi.
Adapun hasil jurnal yang dipilih seusai kriteria inklusi dan eklusi sebagai berikut :
1. Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Appendiktomi
2. Efektifitas Terapi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Appendiktomi
3. Perbandingan Terapi Musik Klasik dan Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Post
Operasi Appendiktomi Di RSUD Karanganyar
3.4 Step 3 : critical appraise the evidence

NO Judul, Penulis, (Tahun), Desain Responden Metode Hasil


Sumber Penelitian Penelitian

1 Teknik Relaksasi Genggam Rancangan Seluruh pasien Rancangan Hasil menggunakan uji
Jari Terhadap Intensitas One Group post One Group T atau paired sample t-
Nyeri Pada Pasien Post Pre-test Post- appendiktomi Pre-test test menunjukan
Appendiktomi test RSUD Achmad Post-test bahwa p Value adalah
Mochtar 0,000 < a 0,05 berarti
Penulisnya : Neila Sulung, Bukittinggi ada perbedaan yang
Sarah Dian Rani signifikan antara
intensitas nyeri
Penerbit : Keperawatan sebelum dan sesudah
Stikes Fort De Kock dilakukan teknik
Bukittinggi relaksasi genggam jari
pada pasien post
operasi laparatomi.
Berdasarkan uji
statistic dengan
menggunakan uji T
atau paired sample t
test menunjukkan
bahwa reratai ntensitas
nyeri sebelum dan
sesudah teknik
relaksasi genggam jari
yaitu 2,917 dengan
standar deviasi 0,669.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang
positif antara sebelum
dan sesudah teknik
relaksasi genggam jari.
2 Efektifitas Terapi Genggam Kuantitatif Pasien post Kuantitatif Hasil analisis tingkat
Jari Terhadap Intensitas operasi dengan nyeri kelompok
Nyeri Pada Pasien Post appendektomi pendekatan intervensi mengenai
Operasi Appendiktomi sebanyak 30 quasi- perbedaan tingkat
responden di eksperimen nyeri sebelum dan
Penulis : Andika Sulistiawan, Rumah Sakit tal sesudah terapi
Mori Fajar Jauhari, Nurhusna Palang Merah genggam jari
Indonesia Bogor menunjukkan
Penerbit : Fakultas terjadinya penurunan
Kedokteran dan Ilmu yang signifikan
Kesehatan Program Studi terhadap tingkat nyeri
Keperawatan Universitas pasien sesudah
Jambi dilakukan terapi
genggam jari. Hal ini
dibuktikan dengan
adanya penurunan
skala nyeri, yaitu
sebelum diberikan
terapi genggam jari 53
jumlah responden yang
mengalami tingkat
nyeri kategori sedang
dengan presentase
skala 4 sebanyak 5
responden (34%),
skala 5 sebanyak 3
responden (20%) dan
skala 6 sebanyak 2
responden (13%),
nyeri berat skala 7
terdapat 3 responden
(20%) serta nyeri
ringan skala 3 terdapat
2 responden (13%).
Setelah diberikan
intervensi terapi
genggam jari terjadi
penurunan yang
signifikan yaitu pada
tingkat nyeri skala 4
sebanyak 6 responden
(41%) dan skala 6
sebanyak 2 responden
(13%) dan nyeri ringan
skala 1 sebanyak 2
responden (13%),
skala 2 sebanyak 4
responden (27%) ,
skala 3 sebanyak 1
responden (6%) dan
tidak ada yang
mengalami nyeri berat.

3 Perbandingan Terapi Musik Quasi Sampel dalam Quasi Berdasarkan hasil


Klasik dan Genggam Jari experiment penelitian ini experiment penelitian dan
Terhadap Penurunan Nyeri design adalah 10 design pembahasan tentang
Post Operasi Appendiktomi responden dengan two perbandingan terapi
Di RSUD Karanganyar dengan group musik klasik dan
perbandingan 5 comparison genggam jari terhadap
Penulis : Rinda Anugrah responden terapi pretest- penurunan nyeri post
Wati, Yuli Widyastuti, Nurul musik klasik dan posttest operasi appendiktomy
Istiqomah 5 responden design di RSUD Kab.
genggam jari. Karanganyar pada 10
Penerbit : Program Studi DIII responden dapat
Keperawatan, ITS PKU disimpulkan bahwa
Muhammadiyah terdapat pengaruh
pemberian terapi
music klasik untuk
menurunkan nyeri
pada pasien post
operasi Appendiktomy
dimana nilai p = 0,038
pada signifikan 5%.
Terdapat Pengaruh
pemberian terapi
genggam jari untuk
menurunkan nyeri
pada pasien post
operasi Appendiktomy
dimana nilai p = 0,038
pada signifikan 5%.
Hasil perbandinagn
antara terapi music
klasik dengan Terapi
genggam jari dalam
menurunkan nyeri
Tidak ada perbedaan
bermakna dimana nilai
p = 0,650 atau
p>0,05.Kedua
intervensi tersebut
sama - sama efektif
menurunkan nyeri,
sehingga dapat
digunakan sebagai
nursing action.

3.5 Step 4 : Mengitegrasi bukti-bukti


1. JURNAL 1
Pasca pembedahan (pasca operasi) pasien merasakan nyeri hebat dan 75% penderita
mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan akibat nyeri yang tidak adekuat.
Pemberian analgesic biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri. Selain itu, untuk
mengurangi nyeri umumnya dilakukan dengan memakai obat tidur. Namun pemakaian yang
berlebihan membawa efek samping kecanduan, bila overdosis dapat membahayakan
pemakainya.Beberapa penelitian, telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam
menurunkan nyeri pascaoperasi.Ini mungkin karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal
dalam nyeri pasca-operatif atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi tersebut
agar efektif. Periode relaksasi yang teraturdapat membantu untuk melawan keletihan dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.
Salah satu jenis relaksasi yang digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri setelah
operasi adalah dengan relaksasi genggam jari yang mudah dilakukan oleh siapapun yang
berhubungan dengan jari tangan dan aliran energi di dalam tubuh kita. Teknik genggam jari
disebut juga finger hold. Menggenggam jari sambil mengatur napas (relaksasi) dilakukan
selama kurang lebih 3-5 menit dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi, karena
genggaman jari akan menghangatkan titik- titik keluar dan masuknya energi meridian (energy
channel) yang terletak pada jari tangan kita.
Titik-titik refleksi pada tangan akan memberikan rangsangan secara refleks (spontan)
pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan gelombang listrik menuju otak
yang akan diterima dan diproses dengan cepat, lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh
yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi menjadi lancar.

2. JURNAL 2
Apendektomi memang menjadi tindakan yang paling baik, namun memiliki efek samping
yang mana pada seseorang yang telah melakukan tindakan tersebut akan merasakan
nyeri.Seseorang pasca apendiktomi akan merasakan nyeri akut 2 jam pertama hingga 72 jam.
Manajemen nyeri merupakan sebuah metodologi untuk menurunkan tingkat nyeri, ada dua
metode dalam penanganan nyeri, yaitu farmakologis dan non-farmakologis. Metode
farmakologis umumnya diberikan dengan pemberian analgesik.Salah satu metode
nonfarmakologis yang dapat mengurangi rasa sakit adalah terapi relaksasi.
Jenis- jenis relaksasi yang ada termasuk teknik relaksasi pernapasan yang mendalam,
relaksasi otot, relaksasi perawatan, yoga serta meditasi. menggenggam jari merupakan bagian
dari prosedur relaksasi Jin Shin Jyutsu dari Jepang yang menggunakan sentuhan tangan untuk
mengatur energi dalam tubuh. Metode relaksasi ini merupakan tindakan relaksasi langsung
yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja. Tindakan non-farmakologis para
perawat harus dilaksanakan di ruang kerja terlepas dari persyaratan tanggung jawab yang
tinggi.

3. JURNAL 3
Apendisitis merupakan kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing dan dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparatomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Apendisitis dapat diobati dengan
pembedahan atau appendiktomy yaitu pemotongan untuk membuang apendiks yang
meradang. Selain itu, biasanya penderita juga diberi antibiotik.
Appendiktomy merupakan suatu tindakan invansif membuka bagian tubuh yang akan
ditangani dengan membuat sayatan pada pembedahan appendiktomy terbuka, insisi Mc
Burney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Nyeri post operasi dapat diatasi dengan
intervensi manajemen nyeri yaitu dengan pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologi menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi
nyeri.
Terapi non farmakologi adalah terapi untuk menghilangkan nyeri dengan
menggunakan teknik manajemen nyeri seperti: pemijatan, kompres hangat dan dingin, terapi
musik, imajinasi terbimbing, hipnosis dan teknik relaksasi; seperti tarik napas dalam.
Teknik relaksasi genggam jari merupakan cara yang mudah untuk mengelola emosi
dan mengembangkan kecerdasan emosional. Terdapat saluran atau meridian energy di
sepanjang jari- jari yang terhubung dengan berbagai organ dan emosi. Keadaan relaksasi
secara alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorfin atau hormon analgesik alami dari
tubuh sehingga nyeri akan berkurang.

3.6 Step 5 : Evaluation


Berdasarkan analisa yang telah dilakukan darijurnal di dapatkan hasil bahwa teknik relaksasi
genggam jari dapat digunakan sebagai metode untuk mengurangi rasa nyeri pasca operasi
apendektomi.

DAFTAR PUSTAKA
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI, 2016.

World Health Organization, (2018). Data Kesehatan Dunia. Kementrian

Anda mungkin juga menyukai