Disusun oleh :
Zelika Gusrita Zahra 222FK04019
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Salah satu penyakit yang terganggu kebutuhan nyamannya adalah Klien post operasi
apendiktomi. Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini menyerang semua umur baik laki-
laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan
merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan merupakan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. pola konsumsi pada masyarakat di
indonesia dipengaruhi oleh perkembangan jumlah dan jenis makanan. Masyarakat dengan
kesibukan bekerja atau berkegiatan yang dilakukan setiap hari meyebabkan mereka tidak
memiliki banyak waktu untuk memasak makanan sendiri.
Post Operasi apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan
pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi. Kondisi post operasi dimulai saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Pasien yang telah
menjalani pembedahan dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan post pembedahan
(memperoleh istirahat dan kenyamanan) Aktivitas keperawatan post operasi berfokus pada
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan. Peran perawat yang mendukung
proses kesembuhan pasien yaitu dengan memberikan dorongan kepada pasien untuk melakukan
mobilisasi setelah operasi. Mobilisasi penting dilakukan karena selain mempercepat proses
kesembuhan juga mencegah komplikasi yang mungkin muncul.
World Health Organization (WHO) menyebutkan insiden appendicitisdi dunia tahun
2012 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia (Ambarwati, 2017) . Di Asia
insidensi appendisitis pada tahun 2013 adalah 4,8% penduduk dari total populasi. Sedangkan dari
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia pada tahun 2013 jumlah penderita
appendisitis di Indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2014 sebesar
596.132 orang (Soewito, 2017).
Kejadian apendektomi yang cukup tinggi, sekitar 40.000 orang dilaporkan masuk rumah
sakit di Inggris karena apendisitis (Ruber, 2018). Di Indonesia, angka kejadian apendisitis
dilaporkan sebesar 95 per 1000 penduduk dengan jumlah kasus mencapai 10 juta setiap tahunnya
dan merupakan kejadian tertinggi di ASEAN (Padmi &Widarsa, 2017).
Selama praktik klinik peneliti memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
melaksanakan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan (care provider), peneliti dan
pembaharu. Peran perawat dalam pemberi asuhan keperawatan adalah dengan melakukan
intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi. Pelaksanaan peran perawat sebagai peneliti
diantaranya adalah penulis menerapkan intervensi keperawatan yang didasarkan pada hasil
penelitian atau berdasarkan pembuktian (evidence based) dan melaksanakan peran pembaharu
dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan sistem
Gastrointestinal.
Teknik relaksasi genggam jari merupakan tindakan sederhana untuk mengontrol dan
mengembangkan tingkat emosional pada diri. Pada setiap jari-jari yang terhubung dengan
berbagai organ terdapat saluran atau meridian energi. Kondisi relaksasi alamiah akan memicu
pengeluaran hormon endorfin atau hormon analgesik alami yang berada di tubuh sehingga
menjadikan nyeri berkurang (R. A. Wati et al., 2020).
Peneliti tertarik pada penelitian ini dikarenakan terdapat pasien di ruang PICU yang telah
melakukan operasi apendektomi dan terus menerus mengeluh nyeri pada bagian bekas
operasinya.
BAB II
KONSEP TEORI
b. Etiologi
Pembedahan apendiktomi menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan nyeri,
kerusakan tersebut mempengaruhi sensitivitas ujung- ujung saraf, adanya hal ini menstimulus
jaringan untuk aktivasi pelepasan zat-zat kimia, hal ini merupakan penyebab munculnya nyeri
terutama nyeri post operasi apendiktomi (Potter & Perry, 2015).
c. Manifestasi Klinis
Apendiktomi Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post operasi abdomen menurut
Dermawan (2010, dalam Mugitarini 2014) yaitu, nyeri kram pada perut yang terasa seperti
gelombang dan bersifat kolik. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi
fekal dan tidak dapat flatus (sering muncul). Muntahbiasanya disebabkan adanya penyumbatan
lumen apendiks yang dapat diakibatkan oleh fekalit/atau apendikolit, hiperplasia limfoid, benda
asing, parasit, mioplasma atau striktur karena fibrosir akibat peradangan sebelumnya.
Klien yang dilakukan tindakan apendiktomi akan muncul berbagai manifestasi klinis
antara lain:
a. Mual dan muntah
b. Perubahan tanda-tanda vital
c. Nafsu makan menurun
d. Nyeri tekan pada luka operasi
e. Gangguan integritas kulit
f. Kelelahan dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri
d. Patofisiolog
Apendiktomi merupakan suatu pembedahan yang di lakukan untuk mengangkat apendiks.
Pembedahan adalah pengobatan dengan menggunakan cara invansif atau menampilkan
beberapa bagian dari tubuh yang akan operasi.
b. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dapat di bagi menjadi dua, yaitu nyeri
akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri akut
Nyeri akut ialah nyeri yang terjadi dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari 6 bulan.
Nyeri akut tidak di atasi secara cepat mempunyai efek yang dapat membahayakan karena
dapat mempengaruhi system dari pulmonary, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal,
sistem, serta sistem imonulogik
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri yang berlangsung dlam kurun waku 6 bulan. Nyeri kronik ini
dapat berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan. Nyeri ini biasanya sering di
kaitkan dengan kerusakan jaringan.
c. Patofisiologi
Apendiktomi merupakan suatu pembedahan yang di lakukan untuk mengangkat
apendiks. Pembedahan adalah pengobatan dengan menggunakan cara invansif atau
menampilkan beberapa bagian dari tubuh yang akan operasi.
d. Manifestasi Klinik
PPNI tahun (2016), merancang manifestasi klinis untuk pasien dengan nyeri akut
yaitu, nyeri, meringis, dan bersikap protektif, (seperti, waspada, posisi menghindari nyeri),
gelisah, cemas, frekuensi nadi akan meningkat, sulit tidur dan mempertahankan tidur, tekanan
darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
b. Tujuan
1. Mengurangi nyeri, takut dan cemas
2. Mengurangi perasaan panik, takut dan terancam
3. memberikan perasaan yang nyaman bagi tubuh
4. menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi
5. melancarkan aliran dalam darah
c. Prosedur pelaksanaan
Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan dan mempraktikan teknik relaksasi
genggam jari yaitu ± 3 menit. Pasien diminta mempraktikan teknik relaksasi genggam jari selama
5 menit, dapat diulang sebanyak 3 kali. Teknik relaksasi genggam jari dapat dilakukan setelah
kegawatan pada pasien teratasi.
Pelaksanaan teknik relaksasi genggam jari:
1. Persiapkan pasien dalam posisi yang nyaman
2. Siapkan lingkungan yang tenang
3. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan
4. Perawat meminta pasien untuk merilekskan pikiran kemudian motivasi pasien
5. elaskan rasional dan keuntungan dari teknik relaksasi genggam jari
6. Cuci tangan dan observasi tindakan prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai,
berikan privasi, bantu pasien keposisi yang nyaman atau posisi bersandar dan meminta pasien
untuk bersikap tenang
7. Minta pasien menarik napas secara perlahan-lahan untuk merilekskanotot sambil mmjamkan
mata
8. Pegang jari dimulai da ibu jari selama 2-3 menit, bisa menggunakan tangan mana saja lanjut
ke jari selanjutnya sampai selsai.
9. Anjurkan asien untuk menarik napas secara lembut
10. Minta pasien untuk menghembuskan napas secara perlahan dan teratur
11. Anjurkan pasien menarik napas, hiruplah bersama perasaan tenang damai dan beerpikirlah ntk
mendapatkan kesembuhan
12. Minta pasien untuk mengkambuskan napas, hembuskanlah secara perlahan sambil
melepaskan perasaan dan masalah yang mengganggu pikiran dan bayangkan emosi yang
mengganggu tersebut keluar dari pikiran
13. Motivasi pasien untuk mempraktekkan kembali teknik relaksasi genggam jari
14. Dokumentasi respon pasien
BAB III
EVIDENCE BASED PRACTICE
1. Bagaimana Pengaruh Terapi Genggam Jari Pada Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien
Post Operasi
1 Teknik Relaksasi Genggam Rancangan Seluruh pasien Rancangan Hasil menggunakan uji
Jari Terhadap Intensitas One Group post One Group T atau paired sample t-
Nyeri Pada Pasien Post Pre-test Post- appendiktomi Pre-test test menunjukan
Appendiktomi test RSUD Achmad Post-test bahwa p Value adalah
Mochtar 0,000 < a 0,05 berarti
Penulisnya : Neila Sulung, Bukittinggi ada perbedaan yang
Sarah Dian Rani signifikan antara
intensitas nyeri
Penerbit : Keperawatan sebelum dan sesudah
Stikes Fort De Kock dilakukan teknik
Bukittinggi relaksasi genggam jari
pada pasien post
operasi laparatomi.
Berdasarkan uji
statistic dengan
menggunakan uji T
atau paired sample t
test menunjukkan
bahwa reratai ntensitas
nyeri sebelum dan
sesudah teknik
relaksasi genggam jari
yaitu 2,917 dengan
standar deviasi 0,669.
Hal tersebut
menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang
positif antara sebelum
dan sesudah teknik
relaksasi genggam jari.
2 Efektifitas Terapi Genggam Kuantitatif Pasien post Kuantitatif Hasil analisis tingkat
Jari Terhadap Intensitas operasi dengan nyeri kelompok
Nyeri Pada Pasien Post appendektomi pendekatan intervensi mengenai
Operasi Appendiktomi sebanyak 30 quasi- perbedaan tingkat
responden di eksperimen nyeri sebelum dan
Penulis : Andika Sulistiawan, Rumah Sakit tal sesudah terapi
Mori Fajar Jauhari, Nurhusna Palang Merah genggam jari
Indonesia Bogor menunjukkan
Penerbit : Fakultas terjadinya penurunan
Kedokteran dan Ilmu yang signifikan
Kesehatan Program Studi terhadap tingkat nyeri
Keperawatan Universitas pasien sesudah
Jambi dilakukan terapi
genggam jari. Hal ini
dibuktikan dengan
adanya penurunan
skala nyeri, yaitu
sebelum diberikan
terapi genggam jari 53
jumlah responden yang
mengalami tingkat
nyeri kategori sedang
dengan presentase
skala 4 sebanyak 5
responden (34%),
skala 5 sebanyak 3
responden (20%) dan
skala 6 sebanyak 2
responden (13%),
nyeri berat skala 7
terdapat 3 responden
(20%) serta nyeri
ringan skala 3 terdapat
2 responden (13%).
Setelah diberikan
intervensi terapi
genggam jari terjadi
penurunan yang
signifikan yaitu pada
tingkat nyeri skala 4
sebanyak 6 responden
(41%) dan skala 6
sebanyak 2 responden
(13%) dan nyeri ringan
skala 1 sebanyak 2
responden (13%),
skala 2 sebanyak 4
responden (27%) ,
skala 3 sebanyak 1
responden (6%) dan
tidak ada yang
mengalami nyeri berat.
2. JURNAL 2
Apendektomi memang menjadi tindakan yang paling baik, namun memiliki efek samping
yang mana pada seseorang yang telah melakukan tindakan tersebut akan merasakan
nyeri.Seseorang pasca apendiktomi akan merasakan nyeri akut 2 jam pertama hingga 72 jam.
Manajemen nyeri merupakan sebuah metodologi untuk menurunkan tingkat nyeri, ada dua
metode dalam penanganan nyeri, yaitu farmakologis dan non-farmakologis. Metode
farmakologis umumnya diberikan dengan pemberian analgesik.Salah satu metode
nonfarmakologis yang dapat mengurangi rasa sakit adalah terapi relaksasi.
Jenis- jenis relaksasi yang ada termasuk teknik relaksasi pernapasan yang mendalam,
relaksasi otot, relaksasi perawatan, yoga serta meditasi. menggenggam jari merupakan bagian
dari prosedur relaksasi Jin Shin Jyutsu dari Jepang yang menggunakan sentuhan tangan untuk
mengatur energi dalam tubuh. Metode relaksasi ini merupakan tindakan relaksasi langsung
yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja. Tindakan non-farmakologis para
perawat harus dilaksanakan di ruang kerja terlepas dari persyaratan tanggung jawab yang
tinggi.
3. JURNAL 3
Apendisitis merupakan kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing dan dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparatomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Apendisitis dapat diobati dengan
pembedahan atau appendiktomy yaitu pemotongan untuk membuang apendiks yang
meradang. Selain itu, biasanya penderita juga diberi antibiotik.
Appendiktomy merupakan suatu tindakan invansif membuka bagian tubuh yang akan
ditangani dengan membuat sayatan pada pembedahan appendiktomy terbuka, insisi Mc
Burney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Nyeri post operasi dapat diatasi dengan
intervensi manajemen nyeri yaitu dengan pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologi menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi
nyeri.
Terapi non farmakologi adalah terapi untuk menghilangkan nyeri dengan
menggunakan teknik manajemen nyeri seperti: pemijatan, kompres hangat dan dingin, terapi
musik, imajinasi terbimbing, hipnosis dan teknik relaksasi; seperti tarik napas dalam.
Teknik relaksasi genggam jari merupakan cara yang mudah untuk mengelola emosi
dan mengembangkan kecerdasan emosional. Terdapat saluran atau meridian energy di
sepanjang jari- jari yang terhubung dengan berbagai organ dan emosi. Keadaan relaksasi
secara alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorfin atau hormon analgesik alami dari
tubuh sehingga nyeri akan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI, 2016.