Oleh :
RISMAWATI DEWI
P1337420920168
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit usus buntu adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu atau
appendicitis (Anggarani., et al, 2012). Usus buntu merupakan organ berbentuk
kantong kecil dan tipis, berukuran 5 hingga 10 cm yang terhubung dengan usus besar.
Saat menderita radang usus buntu, penderita dapat merasa nyeri di perut kanan bawah.
Jika dibiarkan infeksi menjadi serius dan menyebabkan usus buntu pecah, sehingga
menimbulkan keluhan nyeri yang hebat hingga membahayakan nyawa penderitanya.
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan tersebut (Bahrudin, 2017).
Angka kejadian appendicitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan Word Health
Organisation (2010) yang dikutip oleh Naulibasa (2011), angka mortalitas akibat
appendicitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Angka mortalitas appendicitis sekitar 12.000 jiwa pada
lakilaki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan. di Amerika Serikat terdapat 70.000
kasus appendicitis setiap tahunnya
Sementara untuk Indonesia sendiri appendicitis merupakan penyakit dengan
urutan keempat terbanyak pada tahun 2006. Data yang diliris oleh Departemen
Kesehatan RI pada tahun 2008 jumlah penderita appendicitis di Indonesia mencapai
591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 meningkat mencapai 596.132
orang(Eylin, 2009 : Andika, 2016)
Penelitian Indri (2014) berpendapat bahwa risiko jenis kelamin pada kejadian
penyakit apendisitis terbanyak berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 72,2%
sedangkan berjenis kelamin perempuan hanya 27,8%. Hal ini dikarenakan laki-laki
lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah untuk bekerja dan lebih cenderung
mengkonsumsi makanan cepat saji, sehingga hal ini dapat menyebabkan beberapa
komplikasi atau obstruksi pada usus yang bisa menimbulkan masalah pada sistem
pencernaan salah satunya yaitu apendisitis.
Pembedahan merupakan suatu penanganan medis secara invasive yang di
lakukan untuk mendiagnosis atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh
(Nainggolan,2013). Pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada bagian
tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan
penutupandan penjahitan luka ( Syamsuhidajat, 2010).
Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks pembedahan
diindikasikan bila diagnosa apendiksitis telah ditegakkan. Hal ini dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Pilihan appendiktomi dapat Cito
(segera) untuk apendiksitis akut, abses, dan perforasi. Pilihan appendiktomi elektif
untuk appendicitis kronik (Suratun dkk 2010)
Pemulihan pasien post pembedahan membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit
sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam pertama
sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah hilang. Nyeri merupakan suatu
mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi terhadap rasa nyeri.
Strategi penatalaksanaan nyeri atau lebih dikenal dengan manajemen nyeri
adalah suatu tindakan untuk mengurangi nyeri. Manajemen nyeri non farmakologi
perlu dilakukan oleh perawat di ruang bedah meskipun banyak kendala beban kerja
yang tinggi (Ilmiasih, 2013). Dalam dunia keperawatan, Perawat memiliki peran
penting dalam mengatasi nyeri. Proses keperawatan ini dilakukan untuk
meminimalisir kerusakan saraf yang dianggap sebagai salah satu penyebab nyeri
pasca operasi (Damayati & Wiyono, 2019).
Manajemen pereda nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan menurunkan
respon nyeri. Strategi melakukan intervensi keperawatan nonfarmakologis merupakan
tindakan independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien.
Manajemen nyeri sangat beragam salah satunya adalah teknik relaksasi genggam jari
(Finger Hold).
Teknik relaksasi Finger Hold merupakan teknik relaksasi yang sederhana dan
mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubung dengan jari tangan serta aliran energi
di dalam tubuh. Teknik relaksasi genggam jari dan nafas efektif dalam menurunkan
nyeri haid Mengenggam jari sambil menarik nafas dalam/relaksasi dapat mengurangi
nyeri dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi. Teknik tersebut nantinya dapat
menghangatkan titiktitik keluar dan masuknya energi pada median (energi channel)
yang terletak pada jari tangan kita, sehingga mampu memberikan rangsangan secara
reflex/spontan pada saat genggaman. Rangsangan yang didapat nantinya akan
mengalir gelombang menuju ke otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh
yang mengalami gangguan, sumbatan di jalur energi menjadi lancar.
Berdasarkan penjabaran tersebut penulis tertarik untuk melakukan Evidence
Based Nursing Practice (EBNP) berupa relaksasi finger hold untuk penurunan nyeri
pada pasien post operasi appendektomi di Ruang Nakula 1 RSUD Wongsonegoro
Semarang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui intensitas nyeri Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
berupa finger hold dalam mengatasi gangguan kebutuhan aman dan nyaman
pasien post operasi appendiktomi di ruang Nakula 1 RSUD Wongsonegoro,
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menggunakan evidence based practice dalam melakukan implementasi
tindakan keperawatan yaitu dengan manajemen nyeri menggunakan finger
hold pada klien post operasi.
b. Menganalisa pengaruh setelah dilakukan finger hold pada klien post operasi
appendiktomi.
C. Manfaat
Dapat diaplikasikan hasil Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
khususnya studi kasus tentang relaksasi finger hold terhadap penurunan nyeri pada
pasien post operasi appendiktomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KLIEN
Mahasiswa CI/Pembimbing
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari uraian laporan kegiatan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa masalah keperawatan gangguan aman nyaman nyeri dapat ditangani dengan
intervensi relaksasi finger hold yang dapat menurunkan nyeri pasien post operasi
appendektomi.
B. SARAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
1. Bagi Perawat / Rumah Sakit
Perawat diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan aman dan nyaman nyeri dengan cara membuat inovasi baru atau
bisa menerapkan finger hold sebagai intervensi dalam melakukan asuhan
keperawatan.
2. Klien
Diharapkan relaksasi finger hold dapat diterapkan secara mandiri dalam
rangka menurunkan skala nyeri.
3. Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi institusi
pendidikan terutama mahasiswa keperawatan agar dapat mengembangka
intervensi dalam mengatasi nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hayat, Ernawati & Maelina Ariyanti. (2020). Pengaruh tehnik relaksasi genggam jari
terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post appendictomydi ruang irna iii rsud
p3 gerung lombok barat. Malahayati Nursing Journal, P- Issn: 2655-2728 E-Issn:
2655-4712 Volume 2, Nomor 1 Januari 2020] Hal 188-200
Ahmad Aswad. (2020). Relaksasi finger hold untuk penurunan nyeri pasien post operasi
appendektomi. Jambura Health and Sport Journal Vol. 2, No. 1, Februari 2020
Anggarani, D, N., Kartika, D., Novitasari, D, A., Nasution, M, N, A., Arindita, N, D.,
Rahfiludin. (2012). Table Kroasia” Tablet Krokot Berkhasiat, Inovasi Effervescent
Dari Tanaman krokot (Portulacaoleracea L) Sebagai Alternatif Minuman
Bersuplemen Bagi Penderita radang Usus Buntu. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Gizi
Kesehatan Masyrakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 2, (2),
91-96
Asni Hasaini. (2019). Efektifitas relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada
pasien post op appendiktomi di ruang bedah (al-muizz) rsud ratu zalecha martapura
tahun 2019. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1
Juli 2019
Nainggolan, M. A. (2013). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Intensitan Nyeri Pasca Operasi
di RSUD Swadana. Jurnal Keperawatan.
Neila Sulung, Sarah Dian Rani. (2017). Teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas
nyeri pada pasien post appendiktomi. Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (397-405)
Syamsuhidayat, R., & Wim, d. j. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta: EGC.