Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

EBNP (EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE)

RELAKSASI FINGER HOLD


UNTUK PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI APPENDEKTOMI
DI RUANG NAKULA 1 RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

Oleh :
RISMAWATI DEWI
P1337420920168

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit usus buntu adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu atau
appendicitis (Anggarani., et al, 2012). Usus buntu merupakan organ berbentuk
kantong kecil dan tipis, berukuran 5 hingga 10 cm yang terhubung dengan usus besar.
Saat menderita radang usus buntu, penderita dapat merasa nyeri di perut kanan bawah.
Jika dibiarkan infeksi menjadi serius dan menyebabkan usus buntu pecah, sehingga
menimbulkan keluhan nyeri yang hebat hingga membahayakan nyawa penderitanya.
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan tersebut (Bahrudin, 2017).
Angka kejadian appendicitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan Word Health
Organisation (2010) yang dikutip oleh Naulibasa (2011), angka mortalitas akibat
appendicitis adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Angka mortalitas appendicitis sekitar 12.000 jiwa pada
lakilaki dan sekitar 10.000 jiwa pada perempuan. di Amerika Serikat terdapat 70.000
kasus appendicitis setiap tahunnya
Sementara untuk Indonesia sendiri appendicitis merupakan penyakit dengan
urutan keempat terbanyak pada tahun 2006. Data yang diliris oleh Departemen
Kesehatan RI pada tahun 2008 jumlah penderita appendicitis di Indonesia mencapai
591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 meningkat mencapai 596.132
orang(Eylin, 2009 : Andika, 2016)
Penelitian Indri (2014) berpendapat bahwa risiko jenis kelamin pada kejadian
penyakit apendisitis terbanyak berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 72,2%
sedangkan berjenis kelamin perempuan hanya 27,8%. Hal ini dikarenakan laki-laki
lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah untuk bekerja dan lebih cenderung
mengkonsumsi makanan cepat saji, sehingga hal ini dapat menyebabkan beberapa
komplikasi atau obstruksi pada usus yang bisa menimbulkan masalah pada sistem
pencernaan salah satunya yaitu apendisitis.
Pembedahan merupakan suatu penanganan medis secara invasive yang di
lakukan untuk mendiagnosis atau mengobati penyakit, injuri, atau deformitas tubuh
(Nainggolan,2013). Pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada bagian
tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan
penutupandan penjahitan luka ( Syamsuhidajat, 2010).
Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks pembedahan
diindikasikan bila diagnosa apendiksitis telah ditegakkan. Hal ini dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Pilihan appendiktomi dapat Cito
(segera) untuk apendiksitis akut, abses, dan perforasi. Pilihan appendiktomi elektif
untuk appendicitis kronik (Suratun dkk 2010)
Pemulihan pasien post pembedahan membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit
sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua jam pertama
sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah hilang. Nyeri merupakan suatu
mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi terhadap rasa nyeri.
Strategi penatalaksanaan nyeri atau lebih dikenal dengan manajemen nyeri
adalah suatu tindakan untuk mengurangi nyeri. Manajemen nyeri non farmakologi
perlu dilakukan oleh perawat di ruang bedah meskipun banyak kendala beban kerja
yang tinggi (Ilmiasih, 2013). Dalam dunia keperawatan, Perawat memiliki peran
penting dalam mengatasi nyeri. Proses keperawatan ini dilakukan untuk
meminimalisir kerusakan saraf yang dianggap sebagai salah satu penyebab nyeri
pasca operasi (Damayati & Wiyono, 2019).
Manajemen pereda nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan menurunkan
respon nyeri. Strategi melakukan intervensi keperawatan nonfarmakologis merupakan
tindakan independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien.
Manajemen nyeri sangat beragam salah satunya adalah teknik relaksasi genggam jari
(Finger Hold).
Teknik relaksasi Finger Hold merupakan teknik relaksasi yang sederhana dan
mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubung dengan jari tangan serta aliran energi
di dalam tubuh. Teknik relaksasi genggam jari dan nafas efektif dalam menurunkan
nyeri haid Mengenggam jari sambil menarik nafas dalam/relaksasi dapat mengurangi
nyeri dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi. Teknik tersebut nantinya dapat
menghangatkan titiktitik keluar dan masuknya energi pada median (energi channel)
yang terletak pada jari tangan kita, sehingga mampu memberikan rangsangan secara
reflex/spontan pada saat genggaman. Rangsangan yang didapat nantinya akan
mengalir gelombang menuju ke otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh
yang mengalami gangguan, sumbatan di jalur energi menjadi lancar.
Berdasarkan penjabaran tersebut penulis tertarik untuk melakukan Evidence
Based Nursing Practice (EBNP) berupa relaksasi finger hold untuk penurunan nyeri
pada pasien post operasi appendektomi di Ruang Nakula 1 RSUD Wongsonegoro
Semarang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui intensitas nyeri Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
berupa finger hold dalam mengatasi gangguan kebutuhan aman dan nyaman
pasien post operasi appendiktomi di ruang Nakula 1 RSUD Wongsonegoro,
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menggunakan evidence based practice dalam melakukan implementasi
tindakan keperawatan yaitu dengan manajemen nyeri menggunakan finger
hold pada klien post operasi.
b. Menganalisa pengaruh setelah dilakukan finger hold pada klien post operasi
appendiktomi.

C. Manfaat
Dapat diaplikasikan hasil Evidence Based Nursing Practice (EBNP)
khususnya studi kasus tentang relaksasi finger hold terhadap penurunan nyeri pada
pasien post operasi appendiktomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Post Apendiktomi dengan Nyeri Akut


1. Pengertian apendisitis
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Wijaya & Putri, 2013).
Apendisitis merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan
bawah dari rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat (Smeltzer & Bare, 2013).
2. Penyebab Apendisitis
Apendisitis akut terjadi karena proses radang bakteri yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan
cacing askaris yang menyumbat (Haryono, 2012). Sumbatan lumen apendiks
merupakan faktor yang juga mencetuskan apendisitis di samping hyperplasia
jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing askaris. Penyebab lain yang
diduga dapat menimbulkan apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena
parasite seperti E.histolytica (Sjamsuhidayat & Jong, 2005).
3. Tanda dan Gejala
Nyeri akan terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh
demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada
titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Apabila apendiks melingkar di belakang
sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal. Tanda rovsing dapat
timbul dengan 8 melakukan palpasi kuadran bawah kanan. Jika apendiks terlanjur
ruptur, nyeri yang terasa akan menyebar.
4. Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.
Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat apendiks
yang telah terinflamasi, hal ini dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan
risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal
dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi (Smeltzer & Bare, 2013).
5. Nyeri akut pada post apendiktomi
a. Pengertian
International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai suatu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial,
atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan (LeMone et al., 2015).
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
b. Patofisiologis
Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
apendiks yang terinflamasi. Pembedahan atau operasi adalah pengobatan yang
menggunakan cara invansif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan
membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan
tindakan perbaikan yang diakhiri 9 dengan penutupan dan penjahitan luka.
Sayatan atau luka yang terjadi akan mencederai nosisieptor. Nosiseptor adalah
reseptor saraf untuk nyeri, nosiseptor berespon terhadap beberapa jenis
stimulus berbahaya yang berbeda yaitu mekanik, kimia, atau termal. Trauma
jaringan, inflamasi dan iskemia cenderung mengeluarkan sejumlah biokimia
seperti bradikinin, histamin, serotonin, dan ion kalium merangsang nosiseptor
secara langsung dan menghasilkan nyeri (LeMone et al., 2015).

B. Relaksasi Finger Hold


1. Definisi
Relaksasi genggam jari yang juga disebut sebagai finger hold adalah sebuah
teknik relaksasi yang digunakan untuk meredakan atau 21 mengurangi intensitas
nyeri pasca pembedahan (Pinandita, Purwanti & Utoyo, 2012).
2. Tujuan
Terapi relaksasi genggam jari sebagai pendamping terapi farmakologi yang
bertujuan untuk meningkatkan efek analgesik sebagai terapi pereda nyeri post
operasi. Dilakukan saat nyeri tidak dirasakan pasien. Terapi relaksasi bukan
sebagai pengganti obat-obatan tetapi diperlukan untuk mempersingkat episode
nyeri yang berlangsung beberapa menit atau detik. Kombinasi teknik ini dengan
obat-obatan yang dilakukan secara simultan merupakan cara yang efektif untuk
menghilangkan nyeri (Smeltzer, 2001).
3. Teknik Relaksasi Genggam Jari
Teknik ini dilakukan pada pasien post operasi laparatomi pada hari pertama,
sekitar 7-8 jam setelah pemberian analgesik, pasien dalam keadaan sadar dan
kooperatif saat akan dilakukan tindakan. Lakukan pengkajian nyeri terlebih
dahulu sebelum melakukan tindakan. Langkah prosedurnya adalah sebagai
berikut:
a. Jelaskan tindakan dan tujuan dari tindakan yang akan dilakukan pada pasien
serta menanyakan kesediaannya.
b. Posisikan pasien dengan berbaring lurus di temapat tidur, minta pasien untuk
mengatur nafas dan merilekskan semua otot.
c. Perawat duduk berada di samping pasien, relaksasi dimulai dengan
menggenggam ibu jari pasien dengan tekanan lembut, genggam hingga nadi
pasien terasa berdenyut.
d. Pasien diminta untuk mengatur nafas dengan hitungan teratur.
e. Genggam ibu jari selama kurang lebih 3-5 menit dengan bernapas secara
teratur, untuk kemudian seterusnya satu persatu beralih ke jari selanjutnya
dengan rentang waktu yang sama.
f. Setelah kurang lebih 15 menit, alihkan tindakan untuk tangan yang lain.
g. Session selesai dengan menanyakan kembali bagaimana tingkat intensitas
nyeri yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan.
h. Rapikan pasien dan tempat kembali.
4. Mekanisme Relaksasi Genggam Jari dalam Menurunkan Nyeri
Jenis relaksasi ini sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang
berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita. Apabila
individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan
muncul respons relaksasi (Potter & Perry, 2005).
Mekanisme relaksasi genggam jari dijelaskan melalui teori gatecontrol yang
menyatakan bahwa stimulasi kutaneous mengaktifkan transmisi serabut saraf
sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi
nyeri melalui serabut C dan delta-A yang berdiameter lebih kecil. Proses ini
terjadi dalam kornu dorsalis medula spinalis yang dianggap sebagai tempat
memproses nyeri. Sel-sel inhibitori dalam kornu dorsalis medula spinalis
mengandung enkefalin yang menghambat transmisi nyeri, gerbang sinaps
menutup transmisi impuls nyeri sehingga bila tidak ada informasi nyeri yang
disampaikan melalui saraf asenden menuju otak, maka tidak ada nyeri yang
dirasakan (Pinandita, Purwanti & Utoyo, 2012).

Gambar 2.4 Finger Hold Relaxation (Henderson, 2007)


BAB III
METODE
A. Topik
Relaksasi Finger Hold
B. Sub Topik
Relaksasi finger hold terhadap intensitas nyeri pada post operasi.
C. Kelompok
Klien Post Operasi Appendektomi
D. Tujuan Umum
Untuk mengetahui intensitas nyeri Evidence Based Nursing Practice (EBNP) berupa
finger hold dalam mengatasi gangguan kebutuhan aman dan nyaman pasien post operasi
appendiktomi di ruang Nakula 1 RSUD Wongsonegoro, Semarang.
E. Tujuan Khusus
1. Menggunakan evidence based practice dalam melakukan implementasi tindakan
keperawatan yaitu dengan manajemen nyeri menggunakan finger hold pada klien post
operasi.
2. Menganalisa pengaruh setelah dilakukan finger hold pada klien post operasi
appendiktomi.
F. Waktu
Minggu kedua tanggal 6-11 Oktober 2020
G. Tempat
Rawat Inap RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
H. Setting

KLIEN

Mahasiswa CI/Pembimbing

I. Media atau Alat yang digunakan


Pewaktu
J. Prosedur Operasional Tindakan yang akan dilakukan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN INOVASI RELAKSASI FINGER
HOLD TERHADAP INTENSITAS NYERI POST
OP APP
Pengertian Relaksasi genggam jari yang juga disebut sebagai finger
hold adalah sebuah teknik relaksasi yang digunakan
untuk meredakan atau 21 mengurangi intensitas nyeri
pasca pembedahan
Tujuan untuk menurunkan nyeri secara non farmakologi
Manfaat Dapat menjadi acuan sebagai alternatif untuk
menurunkan nyeri post operasi
Prosedur a. Jelaskan tindakan dan tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan pada pasien serta menanyakan
kesediaannya.
b. Posisikan pasien dengan berbaring lurus di temapat
tidur, minta pasien untuk mengatur nafas dan
merilekskan semua otot.
c. Perawat duduk berada di samping pasien, relaksasi
dimulai dengan menggenggam ibu jari pasien dengan
tekanan lembut, genggam hingga nadi pasien terasa
berdenyut.
d. Pasien diminta untuk mengatur nafas dengan
hitungan teratur.
e. Genggam ibu jari selama kurang lebih 3-5 menit
dengan bernapas secara teratur, untuk kemudian
seterusnya satu persatu beralih ke jari selanjutnya
dengan rentang waktu yang sama.
f. Setelah kurang lebih 15 menit, alihkan tindakan
untuk tangan yang lain.
g. Session selesai dengan menanyakan kembali
bagaimana tingkat intensitas nyeri yang dirasakan
pasien setelah dilakukan tindakan.
h. Rapikan pasien dan tempat kembali.
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun
Alamat : Sugihmanik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Tanggal Masuk : 28 September 2020
Diagnosa Medis : Post Laparatomy App Explorasi
Nomor Register : 520862
Tn. S mengatakan merasakan sakit perut di sebelah kanan bawah selama 3 hari
dan pada tanggal 28 September 2020 langsung dibawa ke rumah sakit, dan didiagnosa
usus buntu, kemudian dijadwalkan tanggal 29 September 2020 dilakukan operasi.
Setelah operasi klien masih merasakan nyeri pada tempat operasi, dan mengatakan
nyeri saat bergerak. Klien selalu ditemani keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien.
Intervensi yang diberikan kepada Tn. S untuk mengurangi rasa sakit setelah
operasi yaitu dengan teknik relaksasi genggam jari beserta relaksasi nafas dalam.
Genggam jari dilakukan salama 10-20 menit dalam 3x24 jam, dari intervensi tersebut
klien mengatakan nyeri masih dirasakan, tetapi sudah berkurang.
B. Faktor Pendukung
a. Sering tidaknya intervensi ini dilakukan ke klien
b. Ada motivasi dari klien untuk sembuh dari nyeri yang dirasakan
c. Ada dukungan dari keluarga
C. Faktor Penghambat
a. Nyeri yang masih dirasakan oleh klien
b. Kecemasan dari klien tentang sakitnya
D. Evaluasi Kegiatan
Berdasarkan hasil tindakan relaksasi finger hold dapat menurunkan nyeri pasien
post operasi appendektomi. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang
mengungkapkan bahwa relaksasi genggam jari dapat menurunkan nyeri pasien pot
op.
Mekanisme genggam jari itu sendiri adalah melibatkan genggaman jari dan
pengaturan nafas. Pada setiap anggota tubuh terdapat aliran energi, dimana pada
genggaman jari ini aliran energi dipersepsikan sebagai stimulus untuk rileks.
Stimulus ini mengaktifkan transmisi serabut saraf Abeta yang lebih besar dan cepat,
menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A yang berdiameter lebih
kecil, proses ini menghambat stimulus nyeri. Jika tidak ada informasi nyeri yang
disampaikan ke otak, maka tidak ada nyeri yang dirasakan. Dengan pengaturan nafas
melalui genggaman jari, ketegangan serta kecemasan pasien dapat dikontrol,pasien
akan merasa rileks dan santai yang selanjutnya akan menimbulkan tingkat
kenyamanan yang lebih baik sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Perlakuan
relaksasi genggam jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf
aferen non nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptormengakibatkan “pintu gerbang”
tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang.
Hasil penelitian Ahmad Aswad (2020) nyeri pada responden sebelum dilakukan
perlakuan teknik relaksasi Finger Hold yakni 6,63 dan setelah diberian perlakuan
teknik relaksasi Finger Hold menjadi 2,16 dari hal ini dapat menunjukan bahwa
setelah diberikan perlakuan teknik relaksasi Finger Hold nilai mean turun dari
sebelum diberikan perlakuan.
Menurut Liana (2008) relaksasi genggam jari (Finger Hold) adalah sebuah teknik
relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun, yang
berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh. Menggenggam
jari sambil menarik napas dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan menyembuhkan
ketegangan fisik dan emosi.
Penelitian oleh Agustin (2012) tentang “Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam
Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Appendiktomi”,
bahwa teknik relaksasi genggam jari dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien
post operasi Appendiktomi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari uraian laporan kegiatan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa masalah keperawatan gangguan aman nyaman nyeri dapat ditangani dengan
intervensi relaksasi finger hold yang dapat menurunkan nyeri pasien post operasi
appendektomi.
B. SARAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
1. Bagi Perawat / Rumah Sakit
Perawat diharapkan dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan aman dan nyaman nyeri dengan cara membuat inovasi baru atau
bisa menerapkan finger hold sebagai intervensi dalam melakukan asuhan
keperawatan.
2. Klien
Diharapkan relaksasi finger hold dapat diterapkan secara mandiri dalam
rangka menurunkan skala nyeri.
3. Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi institusi
pendidikan terutama mahasiswa keperawatan agar dapat mengembangka
intervensi dalam mengatasi nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hayat, Ernawati & Maelina Ariyanti. (2020). Pengaruh tehnik relaksasi genggam jari
terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post appendictomydi ruang irna iii rsud
p3 gerung lombok barat. Malahayati Nursing Journal, P- Issn: 2655-2728 E-Issn:
2655-4712 Volume 2, Nomor 1 Januari 2020] Hal 188-200

Agustin, E. K. W. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan


Nyeri pada Pasien dengan Post Operasi Apendiktomi di Eka Hospital BSD. Skripsi.
Fakultas Ilmu-Ilmu Universitas Esa Unggul. Jakarta.

Ahmad Aswad. (2020). Relaksasi finger hold untuk penurunan nyeri pasien post operasi
appendektomi. Jambura Health and Sport Journal Vol. 2, No. 1, Februari 2020

Andika M, Mustafa, R, (2016), Pengaruh Teknik Relaksasi Genggan Jari Terhadap


Penurunan Intensitas Nyeri Paisen Post Operasi Apendiktomy di RS DR.
Reksodiwiryo, STIKes Mercubaktijaya Padang. (Oral, Poster, & Kesehatan, 2016)

Anggarani, D, N., Kartika, D., Novitasari, D, A., Nasution, M, N, A., Arindita, N, D.,
Rahfiludin. (2012). Table Kroasia” Tablet Krokot Berkhasiat, Inovasi Effervescent
Dari Tanaman krokot (Portulacaoleracea L) Sebagai Alternatif Minuman
Bersuplemen Bagi Penderita radang Usus Buntu. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Gizi
Kesehatan Masyrakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 2, (2),
91-96

Asni Hasaini. (2019). Efektifitas relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada
pasien post op appendiktomi di ruang bedah (al-muizz) rsud ratu zalecha martapura
tahun 2019. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1
Juli 2019

Bahrudin, M. (2017). Patofisiologi Nyeri (Pain). Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Malang (E-journal), 13(1), 7-13
Damayanti, R.., I., & Wiyono, J. (2019). Differences Pain Intensity Between Back Massage
Therapy And Finger Hold Relaxation In Patien Post Laparatomy. Jurnal Keperawatan
Terapan (E-Journal), 5(1), 10 - 21. doi:10.31290/jkt.v5i1.671

Liana, E. (2008). Teknik Relaksasi: Genggam Jari untuk Keseimbangan Emosi.


http://www.pembelajar.com/teknik relaksasgenggam-jari untuk keseimbangan emosi

Nainggolan, M. A. (2013). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Intensitan Nyeri Pasca Operasi
di RSUD Swadana. Jurnal Keperawatan.

Neila Sulung, Sarah Dian Rani. (2017). Teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas
nyeri pada pasien post appendiktomi. Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (397-405)

Syamsuhidayat, R., & Wim, d. j. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta: EGC.

Word Health Organisation (2010)

Anda mungkin juga menyukai