Anda di halaman 1dari 28

Muhiman, Muhardi dr,dkk. 2004. Anestesiologi.

Jakarta :
Bagian Anastesiologi dan Terapi Intensif FKUI

P E R S I A PA N P R A A N A S T E S I A

Pasien-pasien yang akan dilakukan tindakan anastesi atau pembedahan baik yang
elektif maupun darurat hendaknya dipersiapkan dengan baik, karena keberhasilan dari
tindakan anastesi dan pembedahan sangat dipengaruhi oleh preoperasi yang setidaknya
dilaksanakan 1-2 hari sebelum operasi pada pembedahan elektif, sedangkan pada
pembedahan darurat maka tindakan ini memiliki waktu yang singkat, yang tujuannya
adalah:
- Mempersiapakan mental dan fisik pasien secara optimal dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan lain.
- Pemilihan teknik tindakan dan obat anastesi yang sesuai dengan keadaan fisik dan
kehendak pasien. Untuk meminimalkan komplikasi
- Menentukan klasifikasi pasien menurut ASA sesuai hasil pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan gambaran prognosis pasien secara umum.
Tindakan pre operasi ini meliputi:
- Anamnesis, untuk mengetahui segala riwayat pasien, riwayat penyakit terdahulu,
riwayat alergi, riwayat pembedahan sebelumnya.
- Pemeriksaan fisik; pemeriksaan fisik disini disesuaikan dengan pemeriksaan sistem
secara legeartis. Teliti semua hasil laboratorium, dan mungkin perlu pemeriksaan
laboratorium tambahan.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta laboratorium maka dapat ditentukan
status fisik pasien dan penilaian terhadap risiko pasien terhadap anastesia.
I. PERSIAPAN MENTAL DAN FISIK PASIEN
Anamnesis
- Seperti biasanya anamnesis diawali dengan menanyakan nama, umur, alamat,
pekerjan (Identitas Pasien)
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
- Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB, asma)
- Pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, kortikosteroid,

antihipertensi secara teratur.

Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi

dan anestesi, sedangkan obat yang lain harus

dimodifikasi.

- Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa sebelum
operasi)
- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan)
- Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan Fisik
Berpatokan pada B6:
1. Breath
Pada pemeriksaan fisik yang perlu kita evaluasi mengenai "breath" adalah:
- Airway; patensi jalan nafas; caranya dengan mengajak pasien bicara, jika pasien
dapat menjawab berarti tidak ada masalah pada airway. Tapi jika tidak maka evaluasi
dari mana sumbatannya, bisa terjadi karena sumbatan pada pangkal lidah, karena
benda asing padat misalnya makanan, muntahan, atau cair berupa cairan lambung atau
darah, edema jalan nafas, atau radang.
Pada pasien yang stabil maka perhatikan keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu,
mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi
akan sulit? Apakah pasien ompong atau menggunakan gigi palsu atau mempunyai
rahang yang kecil yang akan mempersulit laringoskopi? Apakah ada gangguan
membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada pembengkakan abnormal pada leher
yang mendorong saluran nafas bagian atas?
- Ventilasi,
* Tentukan frekuensi nafas, apakah ada hipoventilasi atau takipnea.
* Tentukan pula tipe napas apakah ada pernapasan cuping hidung (flaring) bila ada hal
ini merupakan tanda terjadinya hipoksia jaringan dan membutuhkan terapi oksigen,
tipe nafas abdominal atau torakal,
* Pergerakan apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta),
see saw dimana terjadi keterbalikan pergerakan antara torakal dan abdominal yang
merupakan tanda terjadinya obstruksi total.
* Nilai pula keberadaan ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).
2. Blood

Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau
perdarahan, Hb. Lakukan pemeriksaan jantung (ECG) tentukan adanya aritmia yang
berbahaya dimana segera memerlukan tindakan.
3. Brain
GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK
4. Bladder
produksi urin. pemeriksaan faal ginjal
5. Bowel
Pembesaran hepar. Bsing usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau
massa abdominal?
6. Bone
kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang
belakang?
Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi
a. Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding time,
clothing time atau APTT & PPT)
b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa
c. Liver function test
d. Renal function test
e. Pemeriksaan foto toraks
f. Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam post prandial,
pemeriksaan EKG untuk pasien > 40 tahun
g. Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula kadar albumin, globulin,
elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal hemostasis.
Persiapan Penyulit yang Akan Terjadi
Penyakit Kardiovaskular
Resiko serius; Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai pasca
operasi.
Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang dilepaskan.
Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi aritmia,
takikardi ventricular sampai fibrilasi ventricular.

Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan gas dan uap
ihalasi terhalangi.
Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi.
Bahaya hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah penghentian
obat jauh lebih berat diandingkan dengan resiko karena meneruskan terapi.
Penyakit Pernafasan
Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi
karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens infeksi
pascaoperasi.
Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma
atau pecandu nikotin.
Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas
karena efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi
karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pascaoperasi
Diabetes Mellitus
hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes
yang tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika
kondisi bedah itu sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obatobatan analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena
metabolisme oleh otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan
akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin
yang berakumulasi pada tubulus renalis
Persiapan Sebelum Pembedahan
Secara umum, persiapan pembedahan antara lain :
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada orang
dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi

darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi
lambung.
2. Pengosongan kandung kemih.
2. Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).
3. Pemeriksaan fisik ulang
4. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.
5. Premedikasi secara intramuskular - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena
jika diberikan beberapa menit sebelum operasi.
II. PERENCANAAN ANASTESI
Setelah kita melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kta dapat mempunyai
gambaran tentang keadaan fisik dan mentala pasien sehingga dapat merencanakan
teknik dan obat-obatan yang sesuai dengan keadaan pasien. Misalkan pasien dengan
diabetes melitus tidak bolh menggunakan ktamin, karena dapat menyebabkan
hiperglikemia, Tirotoksikosis tidak memakai atropin.
III. MENENTUKAN PROGNOSIS
Pasien yang akan mengalami anastesi dan pembedahan dapat dikategorikan
dalam beberapa kelas status fisik, yang semual diusulkan dan digunakan oleh America
Society of Anesthesiologist (ASA)
Status fisik ini diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu ASA 1- ASA 5 dengan uraian
sebagai berikut:
Kelas 1
Pasien tanpa gangguan organik, fisiologik, biokemik maupun psikiatrik. Proses
patologik yang akan dilakukan operasi terbatas pada lokalisasisnya dan tidak
menyebabkan gangguan sistemik.
Contoh:
Seorang dewasa muda sehat akan menjalani operas hernia inguinalis, atau mioma uteri
yang akan dilakukan miomektomi.
Kelas 2
Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai sedang, yang disebabkan baik karena
keadaan yang haris diobati dengan jalan pembedahan maupun olehh proses
patofisiologi
Contoh:

- pasien dengan penyakit jantung organik tanpa pembatasan aktivitas atau dengan
pembatasan aktivitas ringan direncanakan untuk operasi hernia
- pasien dengan DM ringan direncanakan untuk operasi apendektomi
- pasien dengan anmia atau dengan hipertensi esensial
Kelas 3
pasien dengan gangguan sistemik berat, apapun penyebabnya
contoh:
pasien dengan DM berat dengan komplikasi vaskuler yang memerlukan tindakan
pembedahan
Kelas 4
Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, yang tidak selalu dapat
dikoreksi dengan tindakan pembedahan
contoh:
- pasien dengan dekompensasi jantung, angina pectoris yang terus menerus, insufisiensi
berat dari faal paru, hepar, ginjal, atau endokrin.
Kelas 5
Moribound: Pasien yang hanya mempunyai kemungkinan kecil untuk hidup
Contoh:
pasien shock karena perdarahan, trauma kepala berat dengan tekanan intrakranial yang
meningkat. Pada umunya pasien-pasien ini mmerlukan operasi untuk rsusitasi dan
umumnya hanya perlu sedikit atau bahkan tanpa obat anastesi.

OPERASI DARURAT
Setiap pasien dari masing-masing kelas diatas yang mengalami pembedahan secara
darurat diperimbangkan dalam kondisi fisik yang lebh jelek. Dibelakan angka yang
menunjukkan kelasnya , ditulis huruf D yang berarti darurat (dalam buku berbahasa
inggris ditulis "E" = Emergeny).

P E R A L ATA N A N A S T E S I A

Alat Anestesi Umum yang perlu disiapkan


- Masker (sesuaikan dengan ukuran wajah pasien)

- Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk pasien
dewasa dengan ukuran sedang bila lebih besar pakai ukuran 4, untuk anak gunakan
ukuran nomor 2. Jangan lupa untuk mengecek lampunya apakah nyalanya cukup
terang)
- Endotracheal 3 ukuran (biasanya kita menyiapkan nomor 6, 6.5, 7)
Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus sebagai berikut:
(umur +2)/2. Misal hasilnya adalah 5 maka siapkan ukuran 4.5, 5, dan 5.5. Siapkan
satu nomor diatas dan dibawahnya. Atau bisa juga menggunakan patokan besar jari
kelingking tangan pasien. Jangan lupa mengecek ET dengan memompanya
- Cuff (gunanya untuk memompa ET agar posisinya terfiksir)
- Goedel 3 ukuran (3=hijau, 4 =kuning, 5=merah)
- Hoarness dan Ring Hoarness (untuk memfiksir masker di wajah)
- Stilet (kawat guide saluran nafas)
- Jackson Rees (system pemompaan digunakan untuk pasien anak-anak)
- Jelly
- Precordial
- Kapas alkohol
- Plester
- Xilocain pump
- Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan tertentu)
Sedangkan untuk Anestesi Spinal siapkan tambahan:
- Spinocain (ada 3 ukuran. Siapkan nomor 25, 27, 29)
- Spray alcohol
- Betadin
- Kassa steril
- Bantal
- Spuit 5 cc
Obat-Obatan Anestesi Umum: (urutkan di atas meja sesuai urutan di bawah)
1. Sulfas Atropin
2. Pethidin
3. Propofol/ Recofol

4. Succinil Cholin
5. Tramus
6. Sulfas Atropin
7. Efedrin
Obat untuk Anestesi Spinal:
1. Buvanest atau Bunascan
2. Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek
buvanest)
Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency:
1. Atropin
2. Efedrin
3. Ranitidin
4. Ketorolac
5. Metoklorpamid
6. Aminofilin
7. Asam Traneksamat
8. Adrenalin
9. Kalmethason
10. furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
11. lidocain
12. gentamicyn salep mata
13. Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
14. Methergin (untuk pasien obsgyn)
15. Adrenalin
Administrasi
1. Laporan Anestesi
2. BAKHP
Kelengkapan Kamar Operasi yang jadi tanggung jawab kita
A. Mesin Anestesi

- cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh; bila tidak, lakukan
pengisian
- pasang kabel mesin dan nyalakan
- pasang pipa oksigen dan N2O
- cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa
- cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang tepat
hal-hal yang penting diketahui:
- aliran oksigen ada dua jalur, jangan sampai salah memilih jalurnya. Ada jalur untuk
masker dan ada jalur untuk nasal
- pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat CO2.
laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua)
- monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita. Minta ajarkan
penata bagaimana membacanya.
- Alat pengatur respirasi dari spontan ke kontrol
B. Monitor Anestesi
Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi
C. Suction
Cek apakah suction bekerja dengan baik
D. Tangan Meja
E. Bantal

T A N D A -T A N D A A N A S T E S I

Trias anastesia, terdiri dari analhesik, hipnotis, dan arefleksia/ relaksasi. Akan
tetapi setiap tindakan anastesi tidak selalu mencakup 3 hal tersebut, tergantung jenis
pembedahan yang akan dilakukan. Untuk itu perlu dikenal satdium-stadium anastsi
dan mengenal tanda dan gejala masing-masing stadium.
Stadium 1; Stadium analgesia atau disorientasi
- Induksi; kesadaran hilang
- Nyeri (+) o.k bedah kecil
- Berakhir : refleks bulu mata hilang

Stadium 2; stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium


- Kesadaran (-)/ refleks bulu mata (-) ----- ventilasi teratur
- Terjadi depresi pada ganglia basalis; rx berlebihan bila ada rangasang
(hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba)
Stadium 3 :
Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana :
Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal
- Pupil terfiksasi, miosis
- Refleks cahaya (+)
- Lakrimasi
- Refleks faring dan muntah (-)
- Tonus otot mulai
Plana 2 :- Ventilasi teratur : abdominaltorakal
- Volume tidal
- Frekuensi nafas
- Pupil : terfiksasi ditengah, midriasis
- Refleks cahaya
- Refleks kornea (-)
Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn kelumpuhan saraf interkostal
- Lakrimasi (-)
- Pupil melebar dan sentral
- Refleks laring dan peritoneum (-)
- Tonus otot
Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak adequat ok otot diafragma
tonus otot tidak sesuai volume tidal)lumpuh (
- Tonus otot
- Pupil midriasis
- Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)

Stadium 4: Stadium paralisis


- Disebut juga stadium kelebihan obat.
- Terjadi henti nafas sampai henti jantung

Ventilasi normal :
- Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma)
- Pria dewasa : dominan torakal
Pupil
Pada pupil yang diperhatikan : - gerak
- fixasi posisi pupil
Stadium I : tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosi
Stadium II : pupil midriasis karena rangsang simpatik pada otot dilatator
Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada anestesi
dengan eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan IV
Stadium pembedahan : pupil terfiksasi ditengah dan ventilasi teratur
Anestesi dalam (kelebihan dosis) :
- Pupil dilatasi maksimal ok paralisis N.kranialis III
- Ventilasi perut dan dangkal
Sebab lain pupil midriasis :
1. Saat induksi : o.k sudah setengah sadar (sub concious fear)
2. Premedikasi atropin tanda opiat
3. Hipoksia
4. Syok dan perdarahan
Refleks bulu mata
N : sentuhan membuat mata berkedip (kontraksi)
(-) : akhir stadium I, awal stadium II
Refleks kelopak mata
N : tarik kelopak mata, maka ada tarikan (kontraksi)
(-) : awal stadium III

Refleks cahaya :
N : Pupil miosis
(-) : Stadium 3 plana 3

MONITORING SELAMA ANASTESIA

1. Kedalaman anestesi
2. Kardiovaskuler :
- Tekanan darah (invasif atau non invasif)
- EKG
- CVP
3. Ventilasi respirasi :
- Stetoskop
saturasi- Pulse oksimetri
- Capnometer
- Analisa gas darah
4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris
- Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat
- Axilla, rectal, osefagus, nasofaring
5. Produksi urin : - 1 cc/kg BB/j
6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; >
20% perdarahan diberi transfusi whole blood.
7. Sirkuit anestesi
Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah
O2----mesin anestesi; corugated-corugated; masker/ ET; Pasien

PRE MEDIKASI

Tindakan selanjutnya adalah pemberian pre medikasi yang dapat dilakukan 1-2
jam sebelum pasien dioperasi, yang tujuanya adalah:
- Menghilangkan kecemasan
- Mendapatkan sedasi

- Mendapatkan analgesia
- Mendapatkan amnesia
- Mendapatkan efek antisialogoque
- Menaikkan pH cairan lambung
- Mengurangi volume cairan lambung
- Mencegah terjadinya reaksi allergi.
Hasil akhir : sedasi dari pasien tanpa disertai depresi dari pernafasan dan sirkulasi.
Ada 2 macam pendekatan:
1. Farmakologi
2. Non Farmakologi
Pemilihan obat premedikasi didasarkan oleh:
- Umur
- Berat badan
- Status fisik
- Derajad kecemasan
- Riwayat hospitalisasi sebelumnya
- Riwayat reaksi terhadap obat premedikasi sebelumnya
- Riwayat penggunaan obat-obat tertentu (misalnya MAO inhibitor, kortikosteroid,
antibiotik tertentu)
- Perkiraan lamanya operasi
- Macam operasi
- Rencana obat anestesia yang akan digunakan
Obat-obat yang digunakan dalam premedikasi anastesi:
1. Golongan sedatif:
- Benzodiazepin:
* Diazepam
* Midazolam
- Fenotiazine:
* Prometazine
2. Golongan Narkotik Analgetik :

- Opium alkaloid
* Morfin
- Sintetik
* Meperidin (Pethidin) Fentanil
3. Golongan neuroleptik:
- Droperidol (DEHYDROBENZPERIDOL)
4. Golongan antikolinergik:
- Atropin sulfat
Beberapa obat yang sering digunakan:
Diazepam:
= sedatif, amnesia, anti convulsant, relaksasi otot
= mengurangi kegelisahan & kecemasan
= potensiasi dengan obat pelumpuh otot non-depolarisasi,tetapi antagonis dengan obat
pelumpuh otot depolarisasi
= dosis utk premed. 0,1 mgr /kg bb dan utk sedatif 0,2 0,6 mgr /kg bb
Midazolam
= sama dengan diazepam
= mengurangi kegelisahan
= sedatif, anti convulsant , relaksasi otot, amnesia
= efek sedatif nya lebih jelas, lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan dgn diazepam
= dosis utk premed. 0,1-0,15 mgr/kg bb dan utk induksi 0,2 - 0,3 mgr/kg bb
Meperidine hcl (pethidin hcl) :
= analgesia, sedatif, euphoria, amnesia, dan efek addiksi
=efek analgesia terutama utk spasme otot , kecuali utk biliar kolik efek spasme
sphincter oddi
=depresi pusat respirasi, nausea, vomitus, hipotensi, histamine release
= pemberiani.v kemerahan sepanjang vena (jarang bila diberi dgn konsentrasi sama
atau kurang dari 1%)
=dgn obat mao-inhibitor metabolisme dihambat
= dosis premed. 0,5 -1 mgr / kg bb

Fentanyl citrat
= sama dengan pethidin
= analgetik, sedatif, euphoria, amnesia, addiksi
= efek analgesia sangat kuat, diikuti morphin, kemudian pethidin
= efek depresi pusat respirasi yang sangat kuat morphin, diikuti oleh fentanyl ,
kemudian pethidin
= dosis premed. 0,05 mgr s/d 0,1mgr
Dehydrobenzperidol (droperidol) :
= neuroleptik apatis, hipnotik, dan kataleptik
= anti emetik , dan hipotensi (vasodilatasi pembuluh darah)
= efek ekstra piramidal diskinesia parkinson tidak disukai
= dosis premed. 0,1 mgr/kgbb
Atropin sulfat
=efek parasimpatolitik /antikolinergik
=stimulasi pst respirasi
=efek antihistamin ngantuk
=denyut jantung meningkat
=mengurangi sekresi kelenjar traktus respi-ratorius bagian atas dan kelenjar keringat
=dosis premed. 0.01mgr / kg bb

ANASTESI UMUM

LANGKAH-LANGKAH ANASTESI UMUM


1. Setelah pasien dibaringkan di atas meja operasi. Pasang tensi, saturasi, precordial.
Nyalakan monitor. Nyalakan mesin anestesi. Atur kecepatan infuse.
2. Tunggu instruksi. Setelah lapor ke konsulen, dan operator sudah siap. Berarti
anestesi sudah boleh dilakukan.
3. Minta pasien untuk berdoa
4. Suntikkan pre medikasi: SA 0,25 mg dan Pethidin 30-50 mg

5. Suntikkan Recofol 100 mg.


6. Tunggu sampai refleks bulu mata hilang.
7. Bila refleks bulu mata telah hilang pasang masker dengan posisi benar. (Jaw thrust,
chin lift, tekan masker dengan ibu jari dan telunjuk)
8. Naikkan oksigen sampai 6-10 l
9. kurangi oksigen sampai 3 L. naikkan N2O menjadi 3L. buka isofluran/halotan
10. Tetap berada dalam posisi seperti itu. Sambil kadang-kadang lakukan pemompaan
bila diperlukan. Perhatikan infus, nadi, tensi, saturasi, pompa atau monitor mesin.
Sesekali raba nadi pasien.
11. Bila diperlukan pasien rileks maka berikan Succinil cholin atau tramus tergantung
dosis yang diperlukan.
12. Selanjutnya tinggal seni anestesinya. Kalau tensi naik dan turun, kalau nadi naik
atau turun, kalau nafas kurang spontan, lambat atau cepat. Yang kita lakukan bisa
perdalam atau kurangi obat anestesi, tambah obat tertentu, atur cairan, atur posisi
pasien dan lain-lain.
13. Bila operasi sudah hampir selesai kurangi dosis perlahan sampai kemudian tinggal
oksigen saja.
14. Operasi selesai bawa pasien ke RR. Dan tunggu sampai pasien bangun.
A. Obat Induksi intravena
1. Ketamin/ketalar
- Efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral
- Efek hipnotik kurang
- Efek relaksasi tidak ada
- Onset cepat
- Refleks pharynx & larynx masih ckp baik; batuk saat anestesi; refleks vagal
- Disosiasi; mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh
gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat
diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)
- TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan
premedikasi opiat, hiosin.

- Dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk
penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia
umum yang masih ringan.
- Dosis berlebihan scr iv : depresi napas
- Pada anak dapat timbulkan kejang, nistagmus
- Meningkatkan kadar glukosa darah + 15%
- Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
- Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin
- Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd pusat
retikular otak
Indikasi:
- Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan
sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.
- Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
- Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
- Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat
dipakai untuk induksi pada pasien syok.
- Untuk tindakan operasi kecil.
- Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
- Pasien asma
Kontra Indikasi
- Hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
- Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
- Dekompensasi kordis
Harus hati-hati pada :
- Riwayat kelainan jiwa
- Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik
Dosis Induksi: 1-2 mg/Kg BB
2. Propofol (diprifan, rekofol)

- Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd minyak
kedelai & postasida telur yg dimurnikan.
-Kdg terasa nyeri pd penyuntikan, maka dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc
propolol; jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian
- Analgetik tidak kuat
- Dapat dipakai sbg obat induksi & obat maintenance
- Depresi pernapasan, apneu, broko dan laringospasme.
- Kardiovaskuler: hipotensi, aritmia, taki/bradikardi
- Obat setelah diberikan; didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh.
- Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt ginjal.
- Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea sejenak
Efek Samping
- Bradikardi.
- Nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
- Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
- Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
- Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver,
syok hipovolemik.
Dosis Induksi: 1-2 mg/kgBB
3. Thiopental
- Ultra short acting barbiturat
- Dipakai sejak lama (1934)
- Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dlm air
4. Pentotal
- Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr.
Dipakai dilarutkan dgn aquades
- Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
- Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek menurun)
- Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis, komplikasi
> kecil, hitungan pemberian lebih mudah
efek sedasi- Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ) &hipnosis cepat tjd, tp
sifat analgesik sangat kurang

- TIK
- Mendepresi pusat pernapasan
- Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan
hipotensi. Dpt menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal- depresi kontraksi
denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah
- tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta
- Dpt melewati ASI
- menyebabkan relaksasi otot ringan
- reaksi. anafilaktik syok
- gula darah sedikit meningkat.
- Metabolisme di hepar
- cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
- Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
- syok berat
- Anemia berat
- Asma bronkiale, menyebabkan konstriksi bronkus
- Obstruksi sal napas atas
- Penyakit jantung & liver
- kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
B. Obat Anestetik inhalasi
1. Halothan/fluothan
- Tidak berwarna, mudah menguap
- Tidak mudah terbakar/meledak
- Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efek:
- Tidak merangsang traktus respiratorius
- Depresi nafas stadium analgetik
- Menghambat salivasi
- Nadi cepat, ekskresi airmata
- Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
- Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus

- Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)


- Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi
- Vasodilatasi pembuluh darah otak
- Sensitisasi jantung terhadap katekolamin
vagal refleks- Meningkatkan aktivitas vagal
kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)- Pemberian berulang (1-3 bulan)
- Menghambat kontraksi otot rahim
- Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh
- Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance
Keuntungan
- cepat tidur
- Tidak merangsang saluran napas
- Salivasi tidak banyak
obat pilihan untuk asma bronkhiale- Bronkhodilator
- Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
- Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak
Kerugian
- overdosis
- Perlu obat tambahan selama anestesi
- Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
- aritmia jantung
- Sifat analgetik ringan
- Cukup mahal
- Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
2. Nitrogen Oksida (N2O)
- gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif
tidak larut dalam darah.
Efek:
- Analgesik sangat kuat setara morfin
- Hipnotik sangat lemah
- Tidak ada sifa relaksasi sama sekali

Bila murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP- Pemberian
anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.
- jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain
seperti halotan dan sebagainya.
3. Eter
- tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
- iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
- margin safety sangat luas
- murah
- analgesi sangat kuat
- sedatif dan relaksasi baik
- memenuhi trias anestesi
- teknik sederhana
4. Enfluran
- isomer isofluran
- tidak mudah terbakar, namun berbau.
- Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang
(pada EEG).
- Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran
lebih iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran
- cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
- menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan
sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
- Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran

6. Sevofluran
- tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih
untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.

- tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis


C. Obat Muscle Relaxant
Bekerja pd otot lurik; terjadi kelumpuhan otot napas dan otot-otot mandibula, otot
intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.
- Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata; ekstremitas; mandibula; intercostalis;
abdominal; diafragma.
- Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
- Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal tdk
keluar dan terjadi relaksasi
- Terbagi dua: Non depolarisasi dan depolarisasi
- Durasi
* Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin
* Short (10-15 menit) : mivakurium
* Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium
* Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,
doksakurium, galamin
- Efek terhadap kardiovaskuler
* Tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi pelepasan
histamin dan (penghambatan ganglion)
* pankuronium : menaikkan tekanan darah
* suksinilkolin : aritmia jantung
Antikolinesterase
antagonis pelumpuh otot non depolarisasi
1. neostigmin metilsulfat (prostigmin)
2. pitidostigmin
3. edrofonium
bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi, bronkospasme, miosis, kontraksi
vesicaurinaria- fungsi: efek nilotinik + muskarinik
- pemberian dibarengi SA untuk menghindari bradikardi. (2:1)
MAC (Minimal Alveolar Concentration)

Merupakan konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak
memberikan respon rangsang sakit
Halotan : 0,87%
Eter : 1,92%
Enfluran : 1,68%
Isofluran : 1,15%
Sevofluran : 1,8%

ANESTESI LOKAL/ REGIONAL

Definisi: penggunaan obat analgetik lokal untuk blokade reversibel konduksi saraf
sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara
(reversible). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Penderita
tetap sadar. Mencegah DEPOLARISASI dengan blokade ion Na+ ke channel Na
(blokade konduksi); mencegah permeabilitas membran saraf terhadap ion Na+.
Indikasi anestesi lokal:
1. Operasi emergensi
2. Alergi GA
3. Pasien dengan PPOK
4. Tindakan dimana dengan anestesi lokal akan lebih aman
Indikasi relatif
1. Pasien tak kooperatif
2. Penyakit neurologi akut
3. Laminectomi luas
4. Scoliosis
5. IHD
Komplikasi:
a. Lokal
1. Abses
2. Hematom

3. Nekrosis
b. Sistemik
1. Intravasasi
2. Hipersensitif
3. Hiperabsorbsi
4. Over dosis
Manifestasi Klinik Komplikasi Sistemik
a. Urtikaria - anafilaktik syok
b. Menggigil
c. Mual muntah
d. Disartri
e. Hipotensi & bradikardi
Pada SSP
a. Stimuli
Cortex : kejang, gelisah
Medula : hipertensi, takikardi, hiperventilasi
b. Depresi
Cortex : lemah, kesadaran turun
Medula : hipotensi, bradikardi, hipoventilasi
Pencegahan:
1. Dosis minimum
2. Hindari daerah hiperemis
3. Infiltrasi
4. Tes sensitivitas
Lidokain 5% artinya terdapat lidokain 5 g dalam 100 ml pelarut (atau 50 mg/ml)
Obat-obat Anastesi Regional

ANESTESI SPINAL
Yaitu memasukkan larutan anestesi lokal kedalam ruang subarakhnoid yang
menyebabkan paralisis temporer syaraf
Lokasi : L2 S1
Keuntungan teknik anestesi spinal :
Biaya relative murah
Perdarahan lebih berkurang
Mengurangi respon terhadap stress
Kontrol nyeri yang lebih sempurna
Menurunkan mortalitas pasca operasi
Indikasi
a. Bedah abdomen bagian bawah, misal: op hernia, apendiksitis
b. Bedah urologi

c. Bedah anggota gerak bagian bawah


d. Bedah obstetri ginekologi
e. Bedah anorectal & perianal, misal: op hemoroid
Kontra indikasi
Absolut
1. kelainan pembekuan darah (koagulopati)
2. infeksi daerah insersi
3. hipovolemia berat
4. penyakit neurologis aktif
5. pasien menolak
relative
2. R. pembedahan utama tulang belakang
3. nyeri punggung
4. aspirin sebelum operasi
5. Heparin preoperasi
6. Pasien tidak kooperatif atau emosi tidak stabil

Komplikasi
Akut
1. hipotensi; dikarenakan dilatasi PD max
2. bradikardi; dikarenakan blok terlalu tinggi, berikan SA
3. Hipoventilasi; berikan O2
4. Mual muntah; dikarenakan hipotensi terlalu tajam, berikan epedril
5. total spinal; obat anestesi naik ke atas, berikan GA
Pasca tindakan
1. nyeri tempat suntikan
2. nyeri punggung
3. nyeri kepala
4. retensi urin; dikarenakan sakral terblok, so pasang kateter

Prosedur
a. Persiapan
1. sama dengan persiapan general anestesi
2. Persiapan pasien
- Informed consent
- Pasang monitor; ukur tanda vital
- Pre load RL/NS 15 ml/kgBB
3. Alat dan obat
- Spinal nedle G 25-29
- Spuit 3 cc/5cc/10cc
- Lidokain 5% hiperbarik , Markain heavy
- Efedrin, SA
- Petidin, katapres, adrenalin
- Obat emergency
b. Posisi pasien
Pasien duduk pada meja operasi, kaki pada atas kursi & disanggah oleh seorang
pembantu, kedua tangan menyilang dada merangkul bantal. Kepala menunduk, dagu
menempel dada shg scapula bergeser ke lateral
Pasien yang telah tersedasi
Punggung pd tepi meja, fleksi paha & leher, dagu mendekati leher
- Posisi duduk
Keuntungan : lebih nyata, processus spinosum lebih mudah diraba, garis tengah lebih
teridentifikasi (gemuk) & posisi yang nyaman pada pasien PPOK
c. Identifikasi tempat penyuntikan
Lumbal : garis Krista iliaka kanan & kiri (Tuffersline) L4 / interspinosus L4-5
d. Insersi jarum spinal
1. Pendekatan Midline
2. Pendekatan paramedian

Anda mungkin juga menyukai