ASCITES
Pembimbing : dr. A. Sentot Suropati Sp.PD
Achmad Ludfi
J500100014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
1
Oleh :
Achmad Ludfi
J500100014
(.................................)
(.................................)
Mengetahui
Ketua Program Profesi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi
B. Etiologi
C. Tipe
11
D. Faktor Resiko
E. Gejala
12
13
BAB II TUJUAN
A. Cara Mendiagnosis
14
B. Tepat Penatalaksanaan
14
C. Mengetahui Komplikasi 14
D. Memahami Pencegahan 14
E. Prognosis 14
BAB III KASUS
A.
Identitas Penderita
B.
Anamnesis
C.
Kesan Anamnesis 18
D.
Pemeriksaan Fisik
E.
F.
G.
H.
I.
16
17
19
Pemeriksaan Penunjang 20
Kesimpulan
21
Diagnosis
Terapi
18
Prognosis 18
BAB IV PEMBAHASAN
21
BAB V KESIMPULAN
42
DAFTAR PUSTAKA 43
DAFTAR TABEL
F. Tabel 1. Terapi
22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Ascites adalah akumulasi cairan (biasanya cairan serous yang
adalah cairan kuning dan jelas pucat) yang terakumulasi di perut
(peritoneal) rongga. Rongga perut terletak di bawah rongga dada,
dipisahkan oleh diafragma. Cairan asites dapat memiliki banyak sumber
seperti penyakit hati, kanker, gagal jantung kongestif, atau gagal ginjal.
(Nabili, 2016). Kata asites berasal dari bahasa Yunani (askos) yang artinya
kantung. Asites adalah keadaan terkumpulnya cairan patologis di dalam
rongga abdomen. Lelaki yang sehat hanya memiliki sedikit atau tidak
sama sekali cairan intraperitoneal, sedangkan wanita masih normal kurang
lebih 20 mL.
B. Etiologi
Penyebab paling umum dari ascites adalah penyakit hati atau
sirosis. Meskipun mekanisme yang tepat dari pengembangan ascites tidak
sepenuhnya dipahami , kebanyakan teori menyatakan bahwa ascites terjadi
akibat hipertensi portal (peningkatan tekanan dalam aliran darah ke hati)
sebagai kontributor utama. Prinsip dasarnya adalah sama dengan
pembentukan edema di tempat lain di tubuh akibat ketidakseimbangan
tekanan antara bagian dalam sirkulasi (sistem tekanan tinggi) dan luar ,
dalam hal ini, rongga perut (ruang tekanan rendah). Peningkatan tekanan
darah portal dan penurunan albumin (protein yang dibawa dalam darah)
mungkin bertanggung jawab dalam membentuk gradien tekanan dan
mengakibatkan asites perut (Nabili, 2016).
Faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi untuk ascites adalah
garam dan retensi cairan. Volume sirkulasi darah yang beredar dapat
dianggap rendah oleh sensor pada ginjal sebagai dasar pembentukan
ascites dapat menguras beberapa volume dari darah. Sinyal ginjal ini untuk
(malignant,
F. Patogenesis
Asites terhadi akibat penimbunan cairan serosa dalam rongga
peritoneum. Asites adalah manifestasi sirosis hati dan bentuk berat lain
dari penyakit hati. Beberapa faktor yang terlibat dalam patogenesis asites
pada sirosis hati adalah hipertensi porta, hipoalbuminemia, meningkatnya
pembentukan dan aliran limfe hati, retensi natrium, dan gangguan ekskresi
air. Mekanisme primer penginduksi hipertensi porta adalah resistensi
terhadap aliran darah melalui hati. Hal ini menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dalam jaringan pembuluh darah intestinal.
Hipoalbiminemia terjadi karena menurunnya sintesis yang
dihasilkan
oleh
sel-sel
hati
yang
terganggu.
Hipoalbuminemia
memasuki toraks melalui air mata dalam pars tendinosa diafragma karena
tekanan abdomen yang meningkat (Longo & Fauci, 2013).
BAB II
TUJUAN
A. Diagnosis
Gejala yang terdapat pada ascites yaitu sesak nafas, perut tidak
nyaman, sulit untuk melakukan kegiatan sehari hari seperti berjalan.
Diagnosis asites berdasarkan pemeriksaan fisik dalam hubungannya
dengan riwayat medis rinci untuk memastikan penyebab mungkin karena
asites sering dianggap sebagai gejala tidak spesifik untuk penyakit lain.
Jika cairan asites lebih dari 500 ml, dapat dibuktikan pada pemeriksaan
fisik dengan menggembungnya panggul dan gelombang cairan dilakukan
saat dokter memeriksa abdomen. Jumlah cairan yang lebih kecil dapat
dideteksi dengan USG abdomen. Kadang - kadang, asites ditemukan
secara kebetulan oleh USG atau CT scan dilakukan untuk mengevaluasi
kondisi lainnya.
10
11
B. Penatalaksanaan
1) Pengobatan ascites sebagian besar tergantung pada penyebab yang
mendasari.
natrium
asupan
makanan
dan
resep
diuretik.
12
3) Medikasi
Diuretik meningkatkan ekskresi air dan garam dari ginjal . regimen
diuretic yang direkomendasikan dalam pengaturan asites hati
terkait adalah kombinasi dari Spironolactone (Aldactone) dan
Furosemide (Lasix) dosis tunggal 100 miligram spironolactone dan
40 miligram furosemide adalah biasa direkomendasikan dosis awal.
Ini dapat ditingkatkan secara bertahap untuk mendapatkan respon
yang tepat dengan dosis maksimum 400 mg Spironolactone dan
160
mg
Furosemide,
sepanjang
pasien
dapat
mentolerir
Paracentesis
Pengambilan cairan untuk mengurangi asites masif yang aman
untuk anak adalah sebesar 50 cc/kg berat badan. Disarankan
pemberian 10 g albumin intravena untuk tiap 1 liter cairan yang
diaspirasi untuk mencegah penurunan volume plasma dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Untuk pasien yang tidak
merespon dengan baik atau tidak dapat mentoleransi atas rejimen,
13
untuk
menghilangkan
Pembedahan
Untuk kasus kambuhan, prosedur bedah mungkin diperlukan untuk
mengontrol asites . Transjugular intrahepatik pirau portosystemic
(TIPS) adalah prosedur yang dilakukan melalui vena jugularis
interna (vena utama pada leher) dibawah pembiusan lokal oleh
seorang ahli radiologi intervensi. Sebuah shunt ditempatkan antara
sistem vena portal dan sistem vena sistemik (vena mengembalikan
darah kembali ke jantung ), sehingga mengurangi tekanan portal.
Prosedur ini disediakan untuk pasien yang memiliki respon
minimal untuk perawatan medis agresif. Telah terbukti mengurangi
ascites dan membatasi atau menghilangkan penggunaan diuretik
dalam sebagian besar kasus dilakukan. Namun, hal ini terkait
dengan komplikasi yang signifikan seperti hepatic encephalopathy
dan bahkan kematian penempatan shunt tradisional lebih (shunt
peritoneovena dan shunt portosystemic sistemik) telah dasarnya
ditinggalkan karena tingkat tinggi komplikasi.
6)
Transplan hati
Akhirnya, transplantasi hati untuk sirosis lanjut dapat dianggap
sebagai pengobatan untuk asites akibat gagal hati. Transplantasi
hati melibatkan proses yang sangat rumit dan lama dan
memerlukan pemantauan sangat dekat dan manajemen oleh
spesialis transplantasi .
C. Komplikasi
14
Antibodi yang jarang di asites dan oleh karena itu, respon imun
dalam cairan asites sangat terbatas. Diagnosis SBP dibuat dengan
melakukan paracentesis dan menganalisa cairan untuk jumlah sel darah
putih atau bukti dari pertumbuhan bakteri. Sindrom hepatorenal sangat
jarang, namun serius dan berpotensi mematikan ( tingkat kelangsungan
hidup rata-rata berkisar dari 2 minggu sampai 3 bulan ) komplikasi dari
ascites berhubungan dengan sirosis hati menyebabkan gagal ginjal yang
progresif . Mekanisme yang tepat dari sindrom ini tidak dikenal , tetapi
mungkin hasil dari pergeseran cairan , gangguan aliran darah ke ginjal ,
terlalu sering menggunakan diuretik , dan administrasi IV kontras untuk
jenis tertentu studi radiologi seperti CT scan atau obat-obatan yang
mungkin berbahaya bagi ginjal.
Komplikasi yang utama dari sirosis hati antara lain asites, hepatic
encephalopathy, hipertensi portal, perdarahan varises , dan sindroma
hepatorenal. Asites adalah keadaan dimana cairan secara patologis berada
di rongga peritoneum. Diperkirakan bahwa sekitar 50% pasien dengan
sirosis hati dekompensata akan mengalami asites dalam waktu 10 tahun.
Munculnya asites pada pasien dengan sirosis hati berhubungan dengan
prognosis yang buruk dan peningkatan resiko kematian, sebagaimana
15
D. Prognosis
Prospek untuk pasien dengan ascites terutama tergantung penyebab
yang mendasarinya dan derajat beratnya. Pada umumnya, prognosis asites
maligna sangat buruk . Sebagian besar kasus memiliki tingkat harapan
hidup antara 20-58 minggu berarti tergantung pada jenis keganasan. Asites
karena sirosis biasanya merupakan tanda penyakit hati lanjut dan biasanya
memiliki prognosis. Asites akibat gagal jantung memiliki prognosis yang
lebih baik dan pasien dapat hidup bertahun-tahun dengan perawatan yang
tepat (Nabili, 2016)
E. Pencegahan
Pencegahan pada asites yang akan menjadi besar, maka hindari
faktor resiko yang mendorong terjadinya asites. Pada pasien dengan
penyakit hati dan sirosis hati harus menghindari konsumsi alkohol yang
akan menurunkan resiko terbentuknya asites. Penggunaan NSAID seperti
Ibuprofen atau Motrin harus dibatasi pada pasien dengan sirosis karena
dapat mengurangi aliran darah ke ginjal , dengan demikian, membatasi
garam dan air ekskresi . Mematuhi pembatasan diet garam juga tindakan
pencegahan lain yang sederhana untuk mengurangi ascites.
Perkembangan asites adalah dampak dari retensi ginjal terhadap
natrium dan air karena aktifasi mekanisme neurohormonal. Pasien dengan
asites memiliki ekskresi natrium urin yang signifikan lebih rendah dari
jumlah diet garam. Hal ini berarti bahwa untuk mendapatkan pengurangan
asites, pasien harus memiliki keseimbangan yang negatif terhadap sodium
(natrium). Ini bisa didapatkan dengan cara edukasi pembatasan asupan
natrium dan penambahan obat diuretik.
Pembatasan asupan natrium 2 gr / hari (makanan dan obat-obatan)
adalah langkah utama mengatasi retensi natrium. Diet saja berguna untuk
sebagian kecil pasien, maka diuretik penting untuk pengeluaran natrium
16
BAB III
KASUS
A. Identitas Penderita
Nama
: Ny. Paikem
Usia
: 55 tahun
17
Jenis kelamin
Alamat
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Tgl masuk
Tgl periksa
R. rawat
No. CM
: Perempuan
: Ngabean 3/1 Jetis, Sukoharjo
: Islam
: Buruh Swasta
: SMP
: 01/09/2016
: 12/09/2016
: Cempaka Bawah 3.2
: 317798
B. Anamnesis
Dari autoanamnesis
1. Keluhan utama
Berak hitam (+), Luka bernanah (+)
2. Keluhan tambahan
Perut panas (+), luka di pantat (+), lemas (+)
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang wanita berusia 55 tahun datang ke IGD RSUD
Sukoharjo hari kamis tanggal 4 agustus pada pukul 10 : 04 WIB
dengan keluhan keluar feses hitam pada pagi hari, pasien juga
mengeluh perut terasa panas, lemas, namun tetap sadar. Dari
pemeriksaan dokter IGD, Ny. P mengalami melena dengan disertai
tingginya gula darah. Kemudian pada hari yang sama pada pukul
14.00 WIB, pasien dirawat oleh dr. A. Sentot Suropati Sp.PD untuk
dirawat di Cempaka Bawah dengan diagnosis yaitu Diabetes
Melitus Tipe 2 dengan Ulkus DM.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a) Riwayat sakit serupa (BAB hitam)
b) Riwayat diabetes melitus
c) Riwayat hipertensi
d) Riwayat trauma
e) Riwayat kelainan darah
f) Riwayat minum obat antitrombolit
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a) Riwayat diabetes melitus
b) Riwayat kelainan darah
c) Riwayat penyakit jantung
d) Riwayat penyakit hati
e) Riwayat hipertensi
C. Kesan Anamnesis
(+)
(+)
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
disangkal
18
d) Berat badan
e) Tinggi badan
f) Status umum
: Lemah
: Compos mentis
: Tekanan darah 130/70 mmHg
Nadi 80x/menit
Respirasi 24x/menit
Suhu 36,1 C
: 47 kg
: 155 cm
Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala
: Normocephal, simetris, tanda inflamasi (-),
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Pemeriksaan Leher
Inspeksi
: Trachea ditengah (+), pembesaran kelanjar
Palpasi
Pemeriksaan Thorak
Pulmo
19
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
LMC sinistra
: Ictus cordis teraba kuat di SIC VI 2cm
lateral LMCsinistra, thrill (+), pulsasi
Perkusi
parasternal (+)
: Kanan atas
Kanan bawah
Kiri atas
Kiri bawah
Auskultasi
SIC II RSB
SIC IV RSB
SIC II 2 cm lateral
LSB
SIC VI linea axilaris
anterior
: BJ I-II reguler, gallop (-), bising (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
: Permukaan cembung (+), venektasi (-),
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Pemeriksaan Ekstremitas
20
Superior
Inferior
dingin (-)
: Udem (-), jari tabuh (-), sianosis (-), reflek
fisiologis (-), reflek patologis (-), akral
dingin (-)
E. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Terjadinya peningkatan pada :
Lekosit
23.2
Neutrofil
88
GDS
231 mg/dL
MCHC
30.4
RDW - CV 17.4
Trombosit
611
Globulin
4.3
Terjadi penurunan pada :
Eritrosit
2.95
Hb
5.9
Ht
19.4
MCV
65.8
MCH
20.0
Limfosit
6.5
Albumin
2.6
3.8 - 10.6
(53-75)
70 - 120
RNF
11.7 - 14.5
150 - 450
0.5 - 3
3.80 - 5.20
11.7 - 15.5
35 - 47
89 - 100
26 - 34
(25 - 40)
3.4 - 4.8
21
Terapi
Hari ke 1, 1 September 2016
Dengan diagnosis kerja
Melena, diberikan :
Canool O2 2 lpm
Infus Asering 20 tpm
Injeksi Asam Tranexamat 500 mg/12 jam
Injeksi Omeprazole 1 ampul/24 jam
Sucralfat syrup
T : 100/70 mmHg
N : 74 x permenit
S : 38.2 C
R : 20 x permenit
BAB hitam (-)
Perut terasa panas (-)
Lemas (+)
Panas (+)
GDS 178
Tambah
Pamol flash
T : 100/70 mmHg
N : 70 x permenit
S : 36.21C
R : 22 x permenit
BAB hitam (-)
Perut terasa panas (-)
Lemas (+)
Panas (+)
GDS 248
22
T : 110/70 mmHg
N : 88 x permenit
S : 36.8 C
R : 20 x permenit
BAB hitam (-)
Perut terasa panas (-)
Lemas (+)
Panas (+)
GDS 129
Leukosit 23.2
Eritrosit 4.56
Hb 10
Ht 31.6
T : 110/60 mmHg
N : 72 x permenit
S : 36.5 C
R : 22 x permenit
BAB hitam (-)
Perut terasa panas (-)
Lemas (+)
Panas (+)
GDS 161
Novorapid
Metformin
Injeksi Ceftriaxone
Injeksi Metronidazol
Tambah
Lansoprazol
Tabel . Terapi
J. Prognosis
Kematian pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan ulkus sering
berhubungan dengan penyakit arteriosklerotik pembuluh darah besar. Luka
dengan diabetes, hampir 50% dalam 5 tahun memerlukan amputasi
(Vincent L, 2016)
K. Kesimpulan
23
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Diagnosis
Asites akibat keganasan gastrointestinal dapat ditemukan adanya
eritema palmaris dan spider naevi memberi petunjuk adanya sirosis,
adenopati supraklavikula (Virchows node). Inspeksi abdomen sangat
penting peranannya. Dengan melihat kontur abdomen ,dapat dibedakan
pembesaran local atau diffus dari abdomen. Distensi abdomen yang
tegang, pinggang yang membonjol kesamping, umbilicus yang menonjol
merupakan tanda khas adanya asites.
Venektasi dengan arah aliran darah
merupakan
menjauhi umbilicus
keganasan di hati.
24
konsistensi
lunak
menunjukkan
obstruksi
ekstrahepatik,
25
Ny. P 55 th
(+)
(+)
(+)
26
BAB V
KESIMPULAN
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
pada tahun 2013 menunujukkan prevalensi diabetes melitus di Indonesia
sebesar 1.5%. Kota dengan prevalensi tertinggi adalah Yogyakarta yaitu
sebesar 2.6% dari keseluruhan propinsi di Indonesia.
Melihat masih tingginya penderita diabetes melitus di negara ini
sehingga perlunya tindakan segera untuk menurunkannya. Perubahan life
DAFTAR PUSTAKA
27