OLEH :
NIM : P07120219094
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
A. PENGERTIAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmunary Disease
(COPD) adalah penyakit yang dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang tidak dapat
pulih sepenuhnya. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat progresif dan dikaitkan
dengan respons inflamasi paru yang abnormal terhadap partikel atau gas berbahaya,
yang menyebabkan penyempitan jalan napas, hipersekresi mukus, dan perubahan pada
sistem pembuluh darah paru (Brunner & Suddarth, 2013)
Penyakit Paru Obstuktif Kronis (Chronic obstructive pulmonary disease – COPD)
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyakit paru-paru yang ditandai
dengan penyumbatan pada aliran udara dari paru-paru. Penyakit ini merupakan penyakit
yang mengancam kehidupan dan mengganggu pernafasan normal (WHO dalam
Maisaroh, 2018).
Inflamasi Kronis
Penumpukan mukus
Obstruksi
Asih dalam Rahmadi (2015) menambahkan penatalaksanaan medis pada pasien dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah :
1. Penatalaksanaan medis untuk asma adalah penyingkiran agen penyebab dan edukasi
atau penyuluhan kesehatan. Sasaran dari penatalaksanaan medis asma adalah untuk
meningkatkan fungsi normal individu, mencegah gejala kekambuhan, mencegah
serangan hebat, dan mencegah efek samping obat. Tujuan utama dari berbagai
medikasi yang diberikan untuk klien asma adalah untuk membuat klien mencapai
relaksasi bronkial dengan cepat, progresif dan berkelanjutan. Karena diperkirakan
bahwa inflamasi adalah merupakan proses fundamental dalam asma, maka inhalasi
steroid bersamaan preparat inhalasi beta dua adrenergik lebih sering diresepkan.
Penggunaan inhalasi steroid memastikan bahwa obat mencapai lebih dalam ke
dalam paru dan tidak menyebabkan efek samping yang berkaitan dengan steroid
oral. Direkomendasikan bahwa inhalasi beta dua adrenergik diberikan terlebih
dahulu untuk membuka jalan nafas, kemudian inhalasi steroid akan menjadi lebih
berguna.
2. Penatalaksanaan medis untuk bronkhitis kronis didasarkan pada pemeriksaan fisik,
radiogram dada, uji fungsi pulmonari, dan analisis gas darah. Pemeriksaan ini
mencerminkan sifat progresif dari penyakit. Pengobatan terbaik untuk bronkitis
kronis adalah pencegahan, karena perubahan patologis yang terjadi pada penyakit
ini bersifat tidak dapat pulih (irreversible). Ketika individu mencari bantuan medis
untuk mengatasi gejala, kerusakan jalan nafas sudah terjadi sedemikian besar.
3. Jika individu berhenti merokok, progresif penyakit dapat ditahan. Jika merokok
dihentikan sebelum terjadi gejala, resiko bronkhitis kronis dapat menurun dan pada
akhirnya mencapai tingkat seperti bukan perokok. Bronkodilator, ekspektoran, dan
terapi fisik dada diterapkan sesuai yang dibutuhkan. Penyuluhan kesehatan untuk
individu termasuk konseling nutrisi, hygiene respiratory, pengenalan tanda-tanda
dini infeksi, dan teknik yang meredakan dispnea, seperti bernafas dengan bibir
dimonyongkan, beberapa individu mendapat terapi antibiotik profilaktik, terutama
selama musim dingin. Pemberian steroid sering diberikan pada proses penyakit
tahap lanjut.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Anamnesa
1. Pengumpulan Data Identitas
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status
perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no medrek dan
alamat
b. Identitas penanggungjawab
Nama, umur agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat
c. Riwayat kesehatan
d. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah dispnea
(bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan),batuk,dan mengi (pada beberapa
kasus lebih banyak paroksismal).
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan dan sesampainya di rumah
sakit hingga saat dilakukan pengkajian. Tindakan yang dilakukan sebelumnya,
dan pengobatan yang didapat setelah masuk rumah sakit
f. Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya penyakit
ini, di antaranya adalah riwyat alergi dan riwayat penyakit saluran napas bagian
bawah ( rhinitis, urtikaria, dan eksim).
g. Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali di dapatkan adanya riwayat penyaakit
keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak di temukan adanya penyakit
yang sama pada anggota keluarganya.
h. Riwayat Menstruasi
Kaji menarche, siklus menstruasi, banyaknya haid yang keluar, keteraturan
menstruasi, lamanya, keluhan yang menyertai.
i. Riwayat Obstetri
Kaji tanggal partus, umur hamil, jenis partus, tempat penolong, jenis kelamin
bayi, berat dan panjang badan bayi, masalah yang terjadi saat hamil, lahir, nifas
dan keadaan bayi yang dilahirkan.
j. Riwayat Keluarga Berencana
Kaji penggunaan KB pada klien, jenis kontrasepsi yang digunakan, sejak kapan
penggunaan alat kontrasepsi, adakah masalah yang terjadi dengan alat
kontrasepsi.
k. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan penyakit yang pernah dialami dan berhubungan dengan sistem
reproduksi, dan riwayat pengobatan klien.
l. Riwayat Pernikahan
Kaji usia pernikahan, lamanya pernikahan, dan pernikahan yang keberapa.
m. Riwayat seksual
Kaji usia pertama kali klien melakukan hubungan seksual, frekuensi perminggu,
respon pasca hubungan seksual : Nyeri / perdarahan / tidak ada keluhan.
n. Riwayat kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama, penyakit.
keturunan atau riwayat penyakit menular.
o. Riwayat kebiasaan sehari – hari
1) Personal Hygiene
Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadnan kulit, rambut, mulut dan
gigi. pakaian, kuku, vulva hygiene.
2) Pola makan
Kaji pola makan klien meliputi kebiasaan makan klien dalam porsi makan,
frekuensi makan, nafsu makan, sumber dan jenis makanan yang di sukai dan
makanan yang tidak disukai, alergi makanan, serta kaji kebiasaan minum klien.
3) Pola eliminasi
BAB Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi, dan keluhan saat BAB.
BAK Kaji frekuensi, warna, bau dan keluhan saat berkemih.
4) Pola aktifitas dan latihan
Kaji kegiatan dalam pekerjaan dan kegiatan diwaktu luang sebelum dan selama
dirawat di rumah sakit.
5) Pola tidur dan istirahat
Kaji waktu, lama tidur/ hari, kebiasaan pengantar tidur, kebiasaan saat tidur, dan
kesulitan dalam tidur.
p. Riwayat penggunaan zat
Kaji kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman alkohol, dan obat –
obatan.
q. Riwayat sosial ekonomi
Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial, dan hubungan dalam keluarga.
r. Riwayat psiko sosial dan spiritual
Psikososial Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini, dan
mekanisme koping klien.
s. Spiritual Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan di rumah dan di
rumah sakit.
2. Pemeriksaan fisik
a. Vital Sign :
b. Tekanan darah
c. Suhu
d. Nadi
e. Pernapasan
f. Pemeriksaan Fisik Haed to Toe
Kepala - Leher
Rambut - Thorax
Mata - Abdomen
Hidung - Genetalia
Telinga - Kulit
Mulut dan gigi - Ekstermitas
c. Perkusi
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara perkusi paru.
Suara perkusi normal dalah suara perkusi sonor, yang bunyinya seperti kata
“dug-dug”. Suara perkusi lain yang dianggap tidak normal adalah redup, seperti
pada infiltrate, konsolidasi, dan efusi pleura.
d. Auskultasi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya suara napas, di antaranya suara
napas dasar dan suara napas tambahan. Suara napas dasar adalah suara napas
pada orang dengan paru yang sehat, seperti;
Pertama; suara vasikuler, ketika suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi
nadanya. Bunyi napas vasikuler yang disertai ekspirasi memanjang terjadi pada
emfisema. Suara vesikuler dapat didengar pada bagian paru-praru
Kedua; suara bronchial, yaitu suara yang bisa kita dengar pada waktu inspirasi
dan ekspirasi, bunyinya bisa sama atau lebih panjang, antara inspirasi dan
ekspirasi terdengar jarak pause (jeda) yang jelas. Suara bronchial terdengar
didaerah trakea dekat bronkus, dalam keadaan tidak normal bisa terdengar
seluruh area paru
Ketiga; bronkovasikular, yaitu suara yang terdengar antara vesikuler dan
bronchial, ketika ekspirasi menjadi lebih panjang, hingga hampir menyamai
inspirasi. Suara ini lebih jelas terdengar pada manubrium sterni. Pada keadaan
tidak normal juga terdengar pada daerah lain dari paru. Suara napas tambahan,
yaitu suara yang terdengar pada dinding toraks berasal dari kelainan dalam paru,
termasuk bronkus, alveoli, dan pleura. Suara napas tambahan seperti suara
ronkhi ,Suara mengi (wheezing), Suara krepitasi.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
dibuktikan dengan dispenia, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, Ph
arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan
b) Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan otot pernapasan dibuktikan dengan
dyspnea, penggunaan otot bantunapas meningkat, volume tidal menurun, PCO2
meningkat, PO2 menurun, SaO2 menurun.
H. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Nama Pembimbing / CT