Anda di halaman 1dari 19

A.

B. Pengertian ppok

PPOK merupakan salah satu penyakit paru pada saluran napas yang ditandai

dengan adanya hambatan aliran udara yang tidak reversible atau reversible parsial

(PDPI, 2003; GOLD, 2019). Menurut GOLD (Global Initiative for Chronic

Obstructive Lung Disease), PPOK terbagi dalam beberapa kategori yaitu ringan,

sedang, berat, dan sangat berat. Klasifikasi ini dibagi berdasarkan fungsi paru dari

hasil pemeriksaan spirometri setelah dilakukan pemberian terapi bronkodilator

(Farah, 2021).

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) diartikan sebagai sindrom klinis yang

merupakan kelompok gejala kronik, progresif, melemahkan fungsi respirasi yang di

karakteristikan dengan adanya keterbatasn pada aliran udara dan bersifat reversible

(Aulia, 2022).

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang ditandai

dengan keterbatasan aliran udara progresif dan kerusakan jaringan dimana terjadi

perubahan struktur paru-paru akibat peradangan kronis dari paparan partikel atau gas

berbahaya yang terlalu lama seperti asap rokok. Peradangan kronis dapat

menyebabkan penyempitan saluran napas dan penurunan recoil paru (Junaiti, 2019)

C. Etiologi

Penyakit paru obstruktif kronis terjadi ketika saluran pernapasan dan paru-

paru rusak serta mengalami peradangan. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan

risiko seseorang menderita penyakit ini adalah:


1) Memiliki kebiasaan merokok atau sering terpapar asap

rokok (perokok pasif)

2) Terpapar polusi udara, misalnya dari debu jalanan, asap dari kendaraan, atau asap

pabrik dan tatisti

3) Menderita penyakit asma, tatistic , infeksi HIV, dan kelainan tatist yang

menyebabkan kekurangan protein alpha-1-antitrypsin (Aat)

4) Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK

5) Berusia 40 tahun ke atas

6) Berjenis kelamin wanita

D. Manifestasi Klinis

Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK.

Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian

berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang

pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen

seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita. Penderita PPOK

juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak hanya

pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya

obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa

penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan

aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.

Gejala-gejala PPOK eksaserbasi akut meliputi:

1) Batuk bertambah berat

2) Produksi sputum bertambah


3) Sputum berubah warna

4) Sesak nafas bertambah berat

5) Bertambahnya keterbatasan aktifitas

6) Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis

7) Penurunan kesadaran
E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

2. Analisis gas darah

3. Pemeriksaan EKG

4. Kultur sputum

5. Laboratorium darah lengkap

E. Penatalaksanaan medis

1. Pencegahan: Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara

2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :

a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini umumnya

disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x

0.25-0.56/hari atau eritromisin 4x0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam

klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza

dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik seperti

kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami

eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu

mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama

periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda tanda pneumonia,

maka dianjurkan antibiotik yang kuat.

b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena hiperkapnia

dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2

c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.


d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya

golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan

salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam

dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,56 IV secara perlahan.

3. Terapi jangka panjang di lakukan :

a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4x0,25 0,5/hari

dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.

b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap

pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif

darifungsi faal paru.

c. Fisioterapi

4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik

5. Mukolitik dan ekspektoran

6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II

dengan PaO2 (7,3Pa (55 MMHg) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan

bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar

terhindar dari depresi.

F. Pengkajian

a. Keluhan utama

Keluhan utama yang biasanya dialami oleh penderita asma yaitu batuk, peningkatan

sputum, dispnea (bisa berhari-hari atau berbulan-bulan, wheezing, dan nyeri dada

b. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada pasien asma yaitu pasien

mengalami sesak nafas, batuk berdahak, biasanya pasien sudah menderita penyakit

asma, dalam keluarga ada yang menderita penyakit asma

c. Riwayat kesehatan dahulu

Terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi penyakit ini, diantaranya

yaitu riwayat alergi dan penyakit saluran napas bawah (Somantri, 2009). Perawat

dapat juga menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan pasien. Secara umum

perawat

perlu menanyakan mengenai hal-hal berikut :

d. Riwayat merokok

Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, bronkitis kronis dan asma.

Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok. Pengobatan sat ini, alergi,

dan tempat tinggal.

Anamnesis harus mencangkup hal-hal :

1. Usia mulainya merokok secara rutin

2. Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari

3. Usia menghentikan kebiasaan merokok

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dengan asam sering kali ditemukan didapatkan adanya riwayat penyakit genetik

atau keturunan, tetapi pada beberapa klien lainya tidak ditemukan adanya penyakit

yang sama dengan anggota keluarganya

f.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain


1) Keadaan umum

Keadaan umum klien yang mengalami gangguan pernafasan biasanya

2) Penilain kesadaran, kualitatif, kuantiatif

3) Tanda-tanda vital:

a. Suhu pada klien PPOK yaitu hipotermi

b. Nadi pada klien PPOK takipnea

c. Tekanan darah pada klien PPOK yaitu hipertensi

d. Pernafasan biasanya mengalami peningkatan

4) Sistem respirasi Sistem respirasi meliputi batuk, terdapat bunyi nafas ronchi,

terdapat bantuan otot bantu pernafasan, perkusi terdapat hiperresonan

5) Sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler meliputi nyeri ketidaknyamanan dada, palpitasi, sesak napas,

dispnea pada aktivitas,,dispnea nocturnal proksimal, edema, perubahan warna kaki,

adanya pembengkakan pada vena jugularis (Mubarak, 2006)

6) Sistem neurosensori

Sistem ini meliputi sakit kepala, kejang, serangan jatuh. masalah koordinasi, cedera

kepala, vertigo, berkurangnya rasa asin dan panas (pengecapan), penilaian diri pada

kemampuan olfaktorius (penghidu), pemeriksaan pada sistem pendengaran dan

dampak pada penampilan activity of daily life (ADL). Selain itu juga pemeriksaan

pada sistem penglihatan seperti pemakaian kaca mata, nyeri, air mata, floater, riwayat

infeksi, tanggal pemeriksaan paling akhir. Selain itu kedekatan penglihatan, keluhan

pandangan kabur, salah satu mata tidak dapat berfungsi, kesulitan untuk

memfokuskan, dan ketidakmampuan melihat dalam kegelapan (Carpenito, 2006).


7) Sistem pencernaan

Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultas bising usus, anoreksia,

adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen Sistem Muskuloskeletal Nyeri berat

tiba-tiba mungkin terlokalisasi pada area jaringan dapat berkurang pada imobilissi,

kontraktur atrofi otot.

8) Sistem Muskuloskeletal

Nyeri berat tiba-tiba mungkin terlokalisasi pada area jaringandapat berkurang pada

imobilisasi, kontraktur atrofi

9) Sitem metabolisme-integumen

Sistem metabolisme integumen meliputi lesi luka, pruritus, perubahan pigmentasi,

perubahan tekstur, perubahan kuku, katimumul pada jari kaki dan kallus, pola

penyembuhan lesi dan memar,elastisitas/turgor.

10) Sistem perkemihan

Sistem genitourinaria meliputi disuria (nyeri saat berkemih). frekuensi, kencing

menetes, hematuria, poliuria, oliguria, nokturia, inkontinensia, batu, infeksi saluran

kemih. Pengkajian antara genetalia pria antara lain: lesi, rahas, nyeri testikuler, massa

testikuler, masalah prostat, penyakit kelamin, perubahan hasrat seksual, impotensi,

masalah aktivitas sosial. Sedangkan pengkajian pada genetalia wanita antara lain:

lesi, rabas, dispareunia, perdarahan pasca senggama, nyeri pelvis, atsiskel/rektokol

prolaps, Jeyahat kelamin, infeksi, mind an aktivitas seksual, riwayat menstruasi

(menarche, tanggal periode menstruasi terakhir), tanggal dan hasil pap smear terakhir
G. Diagnosa Keperawatan
1) Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)

Definisi

Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab

1. Depresi pusat pernapasn

2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernapasan)

3. Gangguan neuromuscular

4. Penurunan energi

5. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

6. Sindrom hipoventilasi

7. Kecemasan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Dispnea

Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernapasan

2. Fase ekspirasi memanjang

3. Pola nafas abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,

Cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Manor

Subjektif

1. Ortopnea

Objektif

1. Pernapasan pursed-lip

2. Pernapasan cuping hidung ‘

3. Diameter thoraks anterior – posterior meningkat

4. Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekanan ekspirasi menurun

7. Tekanan inspirasi menurun

8. Ekskursi dada berubah

Kondisi Klinis Terkait

1. Depresi sistem saraf pusat

2. Cedera kepala

3. Trauma thoraks

4. Gullian barre syndrome

5. Multiple sclerosis

6. Myasthenia gravis

7. Stroke

8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol

2. Intoleransi Aktivitas (D.0056)

Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Penyebab

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2. Kelemahan

3. Imobilitas

Gejala dan tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat lebih 20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat atau setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3.  Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat atau setelah aktivitas

3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4. Sianosis
Kondisi klinis terkait

1. Anemia

2. Gagal jantung kongestif

3.  Penyakit jantung koroner

4. Penyakit katup jantung

5. Aritmia

6. Penyakit paru obstruktif kronis PPOK

7. Gangguan metabolik

8. Gangguan musculoskeletal

3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif.

Definisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk

mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Penyebab :

Fisiologis :

1. Spasme jalan napas.

2. Hipersekresi jalan napas.

3. Disfungsi neuromuskuler.

4. Benda asing dalam jalan napas.

5. Adanya jalan napas buatan.

6. Sekresi yang tertahan.


7. Hiperplasia dinding jalan napas.

8. Proses infeksi .

9. Respon alergi.

10. Efek agen farmakologis (mis. anastesi).

Situasional :

1. Merokok aktif.

2. Merokok pasif.

3. Terpajan polutan.

Gejala dan tanda mayor :

Subjektif : tidak tersedia.

Objektif :

1. batuk tidak efektif

2. tidak mampu batuk.

3. sputum berlebih.

4. Mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering.

5. Mekonium di jalan nafas pada Neonatus.

4. Ganguan Pertukaran Gas.

DEFINISI :
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi karbondioksida pada

membran alveolus-kapiler.

PENYEBAB :

1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.

2. Perubahan membran alveolus-kapiler.

Gejalan dan Tanda Mayor – Subjektif :

1. Dispnea.

Gejalan dan Tanda Mayor – Objektif :

1. PCO2 meningkat / menurun.

2. PO2 menurun.

3. Takikardia.

4. pH arteri meningkat/menurun.

5. Bunyi napas tambahan.

GEJALA dan TANDA MINOR – Subjektif :

1. Pusing.

2. Penglihatan kabur.

GEJALA dan TANDA MINOR – Objektif :

1. Sianosis.
2. Diaforesis.

3. Gelisah.

4. Napas cuping hidung.

5. Pola napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular, dalam/dangkal).

6. Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan).

7. Kesadaran menurun.

KONDISI KLINIS TERKAIT :

1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

2. Gagal jantung kongestif.

3. Asma.

4. Pneumonia.

5. Tuberkulosis paru.

6. Penyakit membran hialin.

7. Asfiksia.

8. Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN).

9. Prematuritas.

10.Infeksi saluran napas.

H. Rencana Intervensi Keperawatan


SLKI (Standar Luaran SIKI ( Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Indonesia) Indonesia)
Pola napas L.01004 Manajemen Jalan Napas (I.01011)
1. Dispnea
2. Penggunaan otot Observasi :
bantu napas 1. Monitor pola napas
3. Frekuensi napas 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)

Terapeutik :
3. Posisikan semi fowler atau fowler
4. Berikan oksigen jika perlu

Edukasi :
5. Ajarkan batuk efektif
Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178)
(L.05047)
1. Frekuensi nadi Observasi :
1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Saturasi oksigen
2. Monitor pola dan jam tidur
3. Dispnea saat
Terapeutik :
aktivitas
3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
4. Tekanan darah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan)

Edukasi :
4. Anjurkan tirah baring
5. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap

Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Pertukaran gas L.01003 Pementauan respirasi
1. Tingkat kesadaran 5 Observasi
(meningkat) 1. Monitor pola napas (frekuensi,
2. Dispnea 5 (menurun) kedalaman, usaha napas)
3. Bunyi napas 2. Monitor saturasi oksigen
tambahan 5 (menurun) 3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Napas cuping hidung Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi klien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan

Bersihan jalan napas L. Manajemen jalan napas


01001 Observasi
1. Mengi 5 (menurun) 1. Monitor pola napas
2. wheezing 5 2. Monitor bunyi napas tambahan
(menurun) Terapeutik
3. Dispnea 5 (menurun) 1. Posisikan semi fowler
4. Frekuensi napas 5 2. Berikan oksigen
(membaik) Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator

DAFTAR PUSTAKA
Aulia asman dkk (2022). Asuhan Keperawatan Sistem Pernapasan Berbasis SDKI,

SLKI dan SIKI. Jawa Barat: Media Sains Indonesia

Farah Fauziah (2021). Konsentrasi Kalsium Serum dengan Fungsi Paru Penderita

Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Sumatra Barat: CV. Azka Pustaka

Junaiti sahar dkk (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga.

Singapura: Elseiver Singapura.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan

Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan

perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi

dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan

perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai